Anda di halaman 1dari 7

 Politik Hukum dibentuk dan tentang apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu berkaitan

Tidak sedikit dari para mahasiswa (hukum) yang heran dan masygul ketika melihat bahwa dengan hukum yang akan datang.
hukum ternyata tidak seperti yang dipahami dan dibayangkan ketika di bangku kuliah. Menurut Moh. Mahfud MD, politik hukum adalah legal policy atau garis (kebijakan) resmi
Mereka heran ketika melihat bahwa hukum tidak selalu dapat dilihat sebagai penjamin tentang hukum yang akan diberlakukan, baik dalam pembuatan hukum baru maupun
kepastian hukum, penegak hak-hak masyarakat, atau penjamin keadilan. dengan penggantian hukum lama dalam rangka mencapai tujuan negara. Politik Hukum
Banyak sekali peraturan hukum yang tumpul, tidak mempan memotong kesewenang- merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang akan diberlakukan sekaligus pilihan tentang
wenangan, tidak mampu menegakkan keadilan dan tidak dapat menampilkan dirinya hukum-hukum yang akan dicabut atau tidak diberlakukan, yang kesemuanya dimaksudkan
sebagai pedoman yang harus diikuti dalam menyelesaikan berbagai kasus yang seharusnya untuk mencapai tujuan negara seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
bisa dijawab oleh hukum. Bahkan banyak produk hukum yang lebih banyak diwarnai oleh Selanjutnya menurut Sudarto, Politik Hukum sebagai kebijakan dari negara melalui badan-
kepentingan-kepentingan politik pemegang kekuasaan dominan. badan negara yang berwenang untuk menetapkan peraturan yang dikehendaki, yang
Mereka lantas bertanya : Mengapa hal itu terjadi? diperkirakan akan digunakan untuk mengekspresikan apa yang dikandung dalam
Ternyata hukum tidak steril dari sub sistem kemasyarakatan lainnya. Politik kerapkali masyarakat dan mencapainya apa-apa yang dicita-citakan.
melakukan intervensi atas pembuatan dan pelaksanaan hukum, sehingga muncul juga Satjipto Rahardjo, menjelaskan bahwa politik hukum adalah aktivitas memilih dan cara yang
pertanyaan berikutnya tentang sub sistem mana antara hukum dan politik yang dalam hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan sosial dan hukum tertentu dalam masyarakat
kenyataannya lebih subrematif. Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih spesifik pun (lebih menitikberatkan pada pendekatan sosiologis)
dapat mengemuka seperti, bagaimanakah pengaruh politik terhadap hukum, mengapa Terhadap pengertian ini terdapat beberapa pandangan yang sangat mendasar dalam studi
politik banyak mengintervensi hukum, jenis sistem politik yang bagaimana yang dapat politik hukum, yaitu :
melahirkan produk hukum yang berkarakter seperti apa. 1. Apa yang ingin dicapai dengan sistem hukum yang ada;
Upaya untuk memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, merupakan upaya yang 2. Cara-cara apa dan yang mana yang dirasa paling baik untuk bisa dipakai mencapai
sudah memasuki wilayah politik hukum. tujuan tersebut;
Menurut Abdul Manan (2016:8), latar belakang ilmiah yang menjadi raison d’entre 3. Kapan waktunya hukum itu perlu diubah dan melalui cara-cara bagaimana
kehadiran disiplin politik hukum adalah rasa ketidakpuasan para teoritisi hukum terhadap perubahan itu sebaiknya dilakukan;
model pembentukan hukum dan pengembangannya selama ini. Adanya pasang surut 4. Dapatkan dirumuskan suatu pola yang baku dan mapan, yang bisa membantu
perkembangan dan pergeseran studi hukum ini disebabkan karena terjadinya perubahan memutuskan suatu proses pemilihan tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan
struktur sosial akibat modernisasi dan industrialisasi politik, ekonomi dan pertumbuhan tersebut secara baik.
piranti lunak ilmu pengetahuan. Menurut Abdul Manan (2016:10) wilayah kerja dan kegiatan politik hukum meliputi hal-hal
Selanjutnya Abdul Manan (2016:8) menyebutkan bahwa tidak dapat dipastikan kapan sebagai berikut :
disiplin politik hukum ini muncul dan siapa penggagasnya. Menurut Bambang Purnomo, 1. Proses penggalian nilai-nilai dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat oleh
Apeldorn dalam bukunya Ing Eiding Tot De Studie Van Het Nederlandse Recht secara samar- penyelenggara negara yang berwenang meneruskan politik hukum;
samar sudah menyebut istilah politik hukum. Tetapi belum dijelaskan secara terperinci 2. Proses pendekatan dan perumusan nilai-nilai dan aspirasi yang tersebut dalam poin
tentang arti dari politik hukum itu. pertama di atas ke dalam bentuk sebuah rancangan peraturan perundang-undangan
Secara etimologis, politik hukum merupakan terjemahan dari Bahasa Belanda, rechtpolitiek, oleh penyelenggara negara yang berwenang merumuskan dan menetapkan hukum;
yang berarti politik hukum. Politik berarti beleid atau dalam Bahasa Indonesia berarti 3. Fakta-fakta yang mempengaruhi dan menentukan suatu politik hukum, baik yang
kebijakan, sedangkan kata kebijakan menurut para ahli hukum merupakan serangkaian akan datang maupun yang sudah ditetapkan;
tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan 4. Pelaksanaan dari peraturan yang merupakan implementasi dari politik hukum suatu
tertentu dengan menunjukkan hambatan dan kesempatan terhadap pelaksana usulan negara.
kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan. Selanjutnya Abdul Manan (2016:10), tugas politik hukum adalah :
Menurut Padmo Wahyono, politik hukum adalah kebijakan penyelenggaraan negara yang 1. Menerima masukan mengenai nilai-nilai atas tujuan-hasil yang didapat dari hasil
bersifat mendasar dalam menentukan arah, bentuk, maupun isi dari hukum yang akan olahan filsafat hukum dan memilih nilai-nilai atau tindakan terbaik yang hendak
dicapai dari nilai-nilai yang telah dipilih tersebut yang selanjutnya dirumuskan
menjadi alat untuk mencapai tujuan nasional, yang kemudian dijabarkan lagi dalam pajak, atau pula hukum perkawinan dan seterusnya. Maka politik hukum mengandung 2
bidang-bidang lain seperti bidang ekonomi, sosial, pendidikan, politik dan (dua) pengertian, yaitu politik dan hukum.
hamkamnas; Selanjutnya Bachsan Mustafa (2003:53), menegaskan bahwa “yang dimaksud dengan sarana
2. Dirumuskan pula tentang cara-cara untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dari kebijakan pemerintah itu adalah norma-norma hukum.”
itu dengan menerangkannya dalam peraturan perundang-undangan sebagai hukum Pertanyaannya, pertama bagaimana hubungan antara politik dan kebijakan, dan kedua,
positif. hubungan antara politik dan hukum?
Politik hukum secara sederhana dapat dirumuskan sebagai kebijaksanaan (legal policy) yang Pertama, hubungan antara politik dengan kebijakan, bahwa kebijakan itu bagian dari politik.
akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah, mencakup pula pengertian Kedua, hubungan antara politik dengan hukum, bahwa hakikat hukum itu adalah
tentang bagaimana politik mempengaruhi hukum dengan cara melihat konfigurasi kekuatan pernyataan politik dari pemerintah, seperti Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun
yang ada di belakang pembuatan dan penegakkan hukum itu. Di sini hukum tidak dapat 1960 adalah pernyataan politik pemerintah di bidang agraria
hanya dipandang sebagai pasal-pasal yang bersifat imperatif atau keharusan-keharusan Jadi norma hukum itu merupakan salah satu sarana politik. Kesimpulan mengenai hubungan
yang bersifat das sollen, melainkan harus dipandang sebagai sub sistem yang dalam antara politik dan hukum adalah bahwa hukum itu merupakan pernyataan politik
kenyataan (das sein) bukan tidak mungkin sangat ditentukan oleh politik, baik dalam pemerintah, yang dinyatakan dalam bentuk undang-undang peraturan tertulis yang dibuat
perumusan materi dan pasal-pasal maupun dalam implementasi dan penegakkannya. pemerintah.
Hubungan kausalitas antara hukum dan politik atau pertanyaan tentang apakah hukum yang Menurut C. F. G Sunaryati Hartono (1991 : 1), politik hukum itu tidak terlepas daripada
mempengaruhi politik ataukah politik yang mempengaruhi hukum, maka paling tidak ada realita sosial dan tradisional yang terdapat di negara kita, dan di lain fihak, sebagai salah
tiga macam jawaban dalam menjelaskannya satu anggota masyarakat dunia, politik hukum Indonesia tidak terlepas pula dari realita dan
Pertama, hukum determinan atas politik dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan politik diatur politik hukum internasional.
oleh dan harus tunduk pada aturan-aturan hukum.  Hukum Agraria
Kedua, politik determinan atas hukum, karena hukum merupakan hasil atau kristalisasi dari Menurut A. Siti Sutami, SH (1995:116), Hukum Agraria ialah keseluruhan kaidah-kaidah
kehendak-kehendak politik yang saling berinteraksi dan (bahkan) saling bersaingan. hukum, baik yang tertulis ataupun tidak tertulis yang mengatur agraria. Pengertian agraria
Ketiga, politik dan hukum sebagai sub sistem kemasyarakatan berada pada posisi yang meliputi bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
derajat determinasinya seimbang antara yang satu dengan yang lain, karena meskipun Menurut Boedi Harsono (2008 : 4), sebutan agraria tidak selalu dipakai dalam arti yang
hukum merupakan produk keputusan politik, tetapi begitu hukum ada, maka semua sama. Dalam bahasa latin “ager” berarti tanah atau sebidang tanah. Agrarius berarti
kegiatan politik harus tunduk pada aturan-aturan hukum. perladangan, persawahan, pertanian.
Jawaban tentang hubungan kausalitas antara hukum dan politik dapat berbeda, tergantung Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agraria berarti urusan pertanian atau tanah
dari perspektif yang dipakai untuk memberikan jawaban tersebut. pertanian, juga urusan pemilikan tanah.
Politik Hukum adalah legal policy yang akan atau telah dilaksanakan secara nasional oleh Di Indonesia, sebutan agraria di lingkungan administrasi pemerintahan dipakai dalam arti
Pemerintah Indonesia yang meliputi, pertama pembangunan hukum yang berintikan tanah, baik tanah pertanian maupun non pertanian.
pembuatan dan pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan Tetapi Agrarisch Recht atau Hukum Agraria di lingkungan administrasi pemerintahan
kebutuhan; kedua, pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk penegasan dibatasi pada perangkat peraturan perundang-undangan yang memberikan landasan hukum
fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum. bagi penguasa dalam melaksanakan kebijakannya di bidang pertanahan. Maka perangkat
Politik hukum mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan hukum yang dapat hukum tersebut merupakan bagian Hukum Administrasi Negara.
menunjukkan sifat dan ke arah mana hukum akan dibangun dan ditegakkan. Setelah kita merdeka, bidang agraria masih diatur oleh peraturan-peraturan yang berasal
Pembaruan hukum harus pula diartikan sebagai seleksi terhadap produk hukum yang lama dari zaman kolonial Belanda melalui pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. Namun sejak
untuk tetap mengambil nilai-nilai yang sesuai dengan idealita dan realita negara Indonesia tanggal 24 September 1960 telah diundangkan di Jakarta, Undang-Undang Nomor 5 Tahun
atau karena sifatnya yang universal. 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang diundangkan melalui Lembaran
Menurut Bachsan Mustafa, SH (2003 : 52), Politik Hukum mempunyai arti abstrak, sebab Negara Nomor 104 Tahun 1960.
tidak menyebut hukum apanya, apakah hukum agraria, hukum perburuhan, atau hukum Asas-Asas yang terkandung di dalam UUPA Nomor 5 Tahun 1960 :
- Hak menguasai ada pada negara;
- Dasarnya adalah hukum adat;
- Pengakuan terhadap hak ulayat;
- Adanya fungsi sosial hak atas tanah;
- Tidak membedakan sesama warga negara Indonesia, juga tidak membedakan laki-
laki dengan perempuan, dalam hal pemilikan tanah;
- Tanah pada dasarnya harus dikerjakan secara aktif;
- Pemegang hak wajib memelihara tanah.
Menurut A. P. Parlindungan dalam SF Marbun dan Moh. Mahfud MD (1987:154), perlu
ditekankan di sini bahwa masalah agraria menurut UUPA bukan masalah tanah semata-mata
tetapi mencakup masalah bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan yang ada di dalamnya.
Tangkapan kita tentang hukum tanah sebagai hukum agraria, dengan demikian tidak
sepenuhnya benar sebab hukum agraria yang hanya dikaitkan dengan tanah adalah hukum
agraria dalam arti sempit.
Ini berarti kita mengenal hukum agraria dalam pengertian luas dan pengertian sempit.
Dalam arti sempit hukum agraria adalah hukum pertanahan seperti banyak diatur dalam
UUPA Pasal 19 dan seterusnya; sedangkan dalam artinya yang luas hukum agraria kita itu
mencakup tanah, bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang ada di dalamnya.
Pengertian yang demikian didasarkan pada rumusan Pasal 2 ayat (1) UUPA yang berbunyi :
“Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan hal-hal sebagai
yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai organisasi
seluruh rakyat.”
Rumusan Pasal 2 tersebut sangat relevan dengan (bahkan menurut Prof. Dr. A. P.
Parlindungan merupakan tafsiran yang tepat sekali dari berbagai istilah yang terdapat dalam
Pasal 33 ayat ayat (3) UUD 1945 yang menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara.
Rumusan Pasal 2 tersebut sangat relevan dengan (bahkan menurut Prof. Dr. A. P.
Parlindungan merupakan tafsiran yang tepat sekali dari berbagai istilah yang terdapat dalam
Pasal 33 ayat ayat (3) UUD 1945 yang menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara.

Ketentuan sebelum UUPA


1. Agrarische Wet (S 1870-55)
2. Agrarische Besluit (S 1870-118)
3. Buku II KUH Perdata
4. Hukum Adat Atas Tanah
Politik Hukum pada Pemerintahan Belanda
Menurut SF. Marbun dan Moh. Mahfud MD (1987 :150), Undang-Undang Nomor 5 Tahun UUPA tidak menggunakan lagi perbedaan hak-hak atas tanah berdasar hukum Barat dan
1960 menggantikan UU yang ada sebelumnya yakni Agrarische Wet 1870 atau UU De Waal. hukum Adat (BW dan AW 1870). Semua hak-hak yang disebutkan di atas hanya dinyatakan
Disebut UU De Waal karena Undang-Undang tersebut semula dirumuskan oleh De Waal. dihapus dan dilebur ke dalam hak-hak yang ditentukan dalam UUPA sebagai berikut :
Perubahan Agrarische Wet 1870 ke UUPA tersebut dilatarbelakangi oleh ideologi yang 1. Hak milik
berbeda sehingga juga mempunyai sifat-sifat yang berbeda. 2. Hak pakai
Perbedaannya bisa digambarkan sebagai berikut : 3. Hak guna bangunan
UU De Waal UUPA 4. Hak guna usaha
5. Hak sewa
6. Hak membuka tanah
1. Ideologi : Demokrasi Liberal kapitalis 1. Ideologi : Pancasila 7. Hak memungut hasil hutan
8. Hak-hak lain yang tidak masuk dalam 7 macam di atas yang sifatnya sementara :
2. Bersifat kolonial sehingga lebih 2. Bersifat nasional yang a. Hak gadai
mementingkan kolonialisme Belanda mengutamakan kepentingan bangsa Indonesia b. Hak usaha bagi hasil
c. Hak menumpang
3. Tidak menjamin kepastian hukum bagi 3. Menjamin kepastian hukum
d. Hak menyewa tanah
bangsa Indonesia asli bagi bangsa Indonesia
Di dalam diktum pertama UUPA disebutkan juga bahwa dengan berlakunya UUPA maka
4. Menganut dualisme dalam hukum 4. Menganut unifikasi dalam hukum tanah beberapa peraturan yang menyangkut keagrariaan dinyatakan dicabut :
tanah 1. Agrarische Wet 1870;
2. Domein Verkelaring
Penganutan yang dualisme dalam UU De Waal ini terlihat dari adanya pengaturan yang
3. Koninklijk Besluit dan peraturan pelaksanaannya
berbeda tentang keagrariaan bagi tanah-tanah yang dimiliki oleh penduduk, yakni
Buku II BW sepanjang mengenai bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung di
berlakunya hukum Barat bagi golongan Eropa dan berlakunya hukum Adat bagi golongan
dalamnya, kecuali ketentuan-ketentuan mengenai hipotik yang masih berlaku pada masa
Bumi Putera dan Golongan Timur Asing.
mulai berlakunya UU ini.
Hukum Barat yang berlaku pada pertanahan, misalnya, hak-hak atas tanah seperti yang
Selain itu juga dicabut beberapa peraturan yang juga dinyatakan secara tegas dalam diktum
dicantumkan dalam buku II-BW, yaitu RVE, RVO, Erpacht dan Servitut.
dan pasal-pasal UUPA.
RVE : Recht Van Eigendom (hak Eigendom)
Peraturan yang dicabut secara tidak langsung ialah semua peraturan keagrariaan yang
RVO : Recht Van Opstal (hak guna bangunan)
bertentangan jiwanya dengan prinsip-prinsip UUPA. Konstatasi ini didasarkan pada
Erfpacht : hak guna usaha
pernyataan pasal 58 yang menyatakan bahwa : “Segala peraturan yang ada tetap berlaku
Servitut : hak numpang karang.
sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dari ketentuan-ketentuan dalam UU ini serta
Hukum adat yang berlaku berdasar sifat dualisme UU De Waal menyangkut soal hak atas
diberi tafsiran yang sesuai dengan ini.”
tanah adalah :
Berdasar Pasal 58 tersebut, maka ada peraturan yang harus dinyatakan tidak berlaku
1. Hak handarbeni : hak milik
meskipun UUPA sendiri tidak menyebutkan secara eksplisit. Diantara peraturan yang harus
2. Hak hanggaduh : mengurusi tanah orang lain
dicabut dengan sendirinya ialah Staatblad 179 tahun 1875 tentang Larangan Pengasingan
3. Hak magersari : ngindung
Tanah.
4. Tanah titisara : tanah kas desa
Peraturan (staatsblad) ini dinyatakan dicabut karena bertentangan dengan UUPA dalam hal :
5. Tanah pakuncen : tanah yang dikuasakan kepada pengurus kuburan di tanah milik
1. Staatsblad tersebut didasarkan pada penggolongan penduduk Indonesia seperti
raja
yang dianut BW; yakni golongan penduduk ada 3 macam :
6. Tanah perdikan : tanah bebas pajak
a. Golongan Bumi Putera
7. Tanah kuburan, tanah penggembalaan dan sebagainya.
b. Golongan Eropa
c. Golongan Timur Asing
1. UUPA tidak mengenal adanya penggolongan penduduk seperti itu, yang dikenal Azas ini tidak sesuai dengan kesadaran hukum rakyat Indonesia dan azas dari negara yang
dalam UUPA adalah : merdeka dan modern.
a. Warga Negara Indonesia (WNI) Lain daripada itu azas domein ini juga tidak perlu dan tidak pada tempatnya. Dalam Pasal 33
b. Orang Asing ayat (3) UUD telah ditentukan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
Orang-orang asing (bukan pribumi) dapat menjadi WNI jika memenuhi persyaratan dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat.
perundang-undangan yang berlaku. Sehingga perbedaannya bukan pada pribumi dan non Untuk mencapai apa yang tercantum di sini maka tidak perlu kita bekerja dengan konstruksi
pribumi; tetapi perbedaan yang dianut oleh UUPA adalah “apakah sudah WNI atau belum.” sebagai pemilik tanah.
Orang-orang non pribumi dapat menjadi WNI menurut peraturan perundangan yang ada. Adalah lebih tepat jika negara ini kita pandang sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh
Staatsblad tentang larangan pengasingan tanah itu dikatakan berdasarkan penggolongan rakyat (bangsa). Berdasarkan kualitasnya itu, negara bertindak selaku Badan penguasa.
penduduk seperti di anut BW dan AW 1870 dikarenakan ia mengatur bahwa : “golongan Pikiran yang serupa dapat kita saksikan dari susunan kata-kata dalam Pasal 33 ayat (3) UUD
bumi putera dilarang menjual tanahnya kepada golongan lain.” tersebut. Dan susunan kata-kata yang serupa dapat kita saksikan diulangi pula dalam Pasal 2
Karena ketentuan yang demikian tidak sesuai dengan UUPA maka dengan sendirinya UUPA.
ketentuan tersebut dinyatakan dicabut. Sebab UUPA tidak menganut penggolongan- Ayat (1) dari pasal 2 ini pun mengemukakan bahwa bumi, air dan ruang angkasa, termasuk
penggolongan warga negara seperti BW. Di Indonesia hanya ada WNI dan orang asing. kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh
Golongan Eropa atau Timur Asing bisa mendapatkan hak milik atas tanah jika sudah menjadi negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
WNI. Dengan adanya pendirian semacam ini tidaklah diperlukan oleh negara untuk bekerja
Asas Domein dengan pengertian milik, seperti halnya dengan teori domein.
Hubungan antara hak negara dan hak-hak perorangan Istilah “dikuasai” dalam ayat ini bukan berarti “dimiliki”. Istilah “dikuasai ini berarti bahwa
Menurut Sudargo Gautama (1981 : 55), Salah satu yang penting dalam hubungan ini adalah negara sebagai organisasi kekuasaan bangsa Indonesia, diberikan wewenang untuk
pendirian baru tentang apa yang terkenal dalam alam hukum agraria sediakala sebagai mengatur sesuatu yang berkenaan dengan tanah.
“domein theorie”. Dalam sistem hukum agraria Hindia Belanda “azas domein” Dalam UUPA ditegaskan bahwa hak menguasai dari negara ini memberi wewenang untuk
(domeinbeginsel, domeinleer) dijadikan pegangan resmi oleh penguasa. melakukan berbagai persediaan berkenaan dengan tanah. Pemerintah sebagai wakil negara
Menurut asas domein ini, maka semua tanah yang oleh pihak lain tidak dibuktikan hak dapat mengatur peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan
eigendom adalah domein (milik) negara. ruang angkasa. Juga penyelenggaraan sesuatu ini termasuk kekuasaan pemerintah (ayat 2
Hak eigendom menurut Pasal 579 Buku II KUH Perdata adalah hak untuk menikmati sub a dari pasal 2 UUPA)
kegunaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan Dalam pasal 8 UUPA ditentukan lebih jauh bahwa berdasarkan kekuasaan negara yang
kedalaman sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan UU atau peraturan umum yang disebut dalam pasal 2 akan diatur pengambilan kekayaan alam yang terkandung dalam
ditetapkan oleh sesuatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu bumi, air dan ruang angkasa. Tentang ini oleh penguasa diadakan peraturan-peraturan
hak-hak orang lain. Kesemuanya itu dengan tidak mengurangi kemungkinan akan sendiri.
pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas ketentuan UU dan pembayar Hak Atas Tanah Menurut BW
ganti rugi. Jenis-jenis hak-hak atas tanah berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk
Dalam UUPA secara tegas ditentukan, bahwa teori domein dilepaskan. Azas domein ini Wetboek voor Indonesia), yaitu :
dipandang sebagai dasar daripada perundang-undangan agraria pemerintahan jajahan. Yang 1. Hak Eigendom
dimaksud dengan “azas domein” ini ialah semua tanah yang pihak lainnya tidak dapat 2. Hak Opstal
membuktikan, bahwa tanah itu tanah eigendom(nya) adalah domein negara. Sekarang azas 3. Hak Erfpacht
domein ini tidak dikenal lagi dalam UUPA. Hak Eigendom
Dikemukakan bahwa azas domein ini adalah bertentangan dengan kesadaran hukum rakyat Hak Eigendom diatur berdasarkan Pasal 570, adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu
Indonesia. Azas ini dipandang tidak sesuai dengan azas negara yang merdeka dan modern. kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan
Alasan-alasan pencabutan azas ini : kedalaman sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan
umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak
mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu dengan tidak mengurangi kemungkinan Tanah Swapraja
akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas ketentuan undang-undang Swapraja adalah suatu wilayah pemerintahan yang merupakan bagian dari daerah Hindia
dan pembayaran ganti rugi. Belanda, dan kepala wilayahnya dengan sebutan Sultan, Sunan atau nama adat lainnya,
Hak Opstal berdasarkan perjanjian dengan pemerintahan Hindia belanda, menyelenggarakan
Hak opstal diatur berdasarkan Pasal 771 yang berbunyi “Hak Opstal adalah sesuatu hak pemerintahan sendiri di wilayah yang bersangkutan masing-masing, berdasarkan isi
kebendaan untuk mempunyai gedung-gedung, bangunan-bangunan dan penanaman di atas perjanjian tersebut serta adat istiadat daerah masing-masing yang beraneka ragam.
pekarangan orang lain.” Tanah Hak Ulayat
Hak Erfpacht Tanah Hak Ulayat adalah tanah yang merupakan kepunyaan bersama, yang diyakini sebagai
Hak Erfpacht diatur berdasarkan Pasal 720 yang berbunyi “Hak Erfpacht adalah suatu hak karunia suatu kekuatan gaib atau peninggalan nenek moyang kepada kelompok yang
kebendaan untuk menikmati sepenuhnya akan kegunaan suatu barang tak bergerak milik merupakan masyarakat hukum adat, sebagai unsur pendukung utama bagi kehidupan dan
orang lain, dengan kewajiban akan membayar upeti tahunan kepada si pemilik sebagai penghidupan kelompok tersebut sepanjang masa.
pengakuan akan kepemilikannya, baik berupa uang, baik berupa hasil atau pendapatan.” Kelompok tersebut bisa merupakan masyarakat hukum adat yang teritorial (desa, marga,
Status Tanah Lainnya nagari, huta). Bisa juga merupakan masyarakat hukum adat genealogis atau keluarga,
1. Tanah Partikelir seperti suku dan kaum di Minangkabau.
2. Tanah Perdikan Tanah-Tanah Hak Adat
3. Tanah Swapraja Hak atas tanah menurut hukum adat pada dasarnya dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
4. Tanah Hak Ulayat 1. Hak milik perseorangan yang turun temurun, atau dengan singkat hak milik (erfelijk
5. Tanah-Tanah Hak Adat individueel bezit);
Tanah Partikelir 2. Hak Milik Komunal, atau dengan singkat disebut hak kommunal (communal bezit).
Tanah Partikelir adalah tanah eigendom di atas nama pemiliknya mempunyai hak-hak Hak Atas Tanah menurut Hukum Adat
pertuanan. Hak-hak pertuanan adalah : Hak atas tanah menurut hukum adat, pada dasarnya dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1) Hak untuk mengangkat atau mengesahkan pemilihan serta memberhentikan 1. Hak milik perseorangan yang turun temurun, atau dengan singkat hak milik (erfelijk
pemilihan kepala-kepala kampung atau desa atau kepala-kepala umum; individueel bezit);
2) Hak untuk menuntut kerja paksa atau memungut uang pengganti kerja paksa dari 2. Hak Milik Komunal, atau dengan singkat disebut hak kommunal (communal bezit).
penduduk; Menurut Muhammad Ilham Arisaputra (2015:2), Hukum adat merupakan sumber utama
3) Hak mengadakan pungutan-pungutan baik yang berupa uang atau hasil tanah dari dalam pembangunan Hukum Tanah Nasional dilandasi konsepsi hukum adat yang
penduduk; mengandung prinsip komunalistik religious yang memungkinkan adanya penguasaan tanah
4) Hak untuk mendirikan pasar-pasar, memungut biaya pemakaian jalan dan secara individual dengan hak atas tanah yang bersifat pribadi sekaligus mengandung
penyebrangan; kebersamaan.
5) Hak-hak yang menurut peraturan-peraturan lain dan/atau adat setempat, sederajat Selanjutnya menurut Muhammad Ilham Arisaputra (2015:2), Sifat komunalistik religious
dengan yang disebut dalam sub b1 sampai dengan b4 tersebut di atas, sebagaimana konsepsi Hukum Tanah Nasional termaktub dalam Pasal 1 ayat (2) UUPA yang menjelaskan
yang diatur dalam S.1912-442. bahwa : “seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di
6) Tanah Perdikan dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, adalah
Tanah perdikan adalah tanah beserta fasilitas yang diberikan kepada pendiri desa yang bumi, air, dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.”
karena jasa-jasa tertentu kepada raja atau sultan yang berkuasa sebelum atau selama masa Apabila yang memegang hak milik itu perseorangan, maka hak itu disebut hak milik
awal penjajahan Belanda. Pendiri Desa diangkat sebagai Kepala Desa, dengan jabatan yang perseorangan yang turun temurun, sedang jika yang memegang hak itu persekutuan hukum,
bersifat turun temurun. Desa Perdikan biasanya mempunyai hak istimewa, yang berupa seperti Desa atau sebagainya, dinamakan hak milik kommunal.
pembebasan dari pembai yaran pajak tanah, dan menguasai tanah yang sangat luas, yang Hak milik kommunal dibagi menjadi dua bagian :
dikerjakan oleh para warga desa sebagai penyekap ataupenggarap bagi hasil. Desa Perdikan 1. Hak milik kommunal dengan bagian-bagian tetap (communal bezit met vaste
ini terdapat di daerah Banyumas Provinsi Jawa Tengah. aandelen);
2. Hak kommunal dengan bagian-bagian yang pada waktu-waktu tertentu berganti- Kemudian berlaku juga Hukum Agraria Adat yang bentuknya tidak tertulis, berlaku untuk
ganti (communal bezit met vaste aandelen) bidang-bidang tanah yang belum terdaftar di kantor-kantor pertanahan setempat.
Berdasarkan Pasal II ayat (1) Bagian Kedua, Ketentuan-Ketentuan Konversi Undang-Undang Tujuan Pembentukan UUPA : untuk melakukan unifikasi hukum agraria, artinya
Pokok Agraria, hak atas tanah yang dipersamakan dengan hak milik perseorangan yaitu : hak keseragaman hukum agraria, artinya pula untuk menyatakan “hanya berlaku 1 (satu) macam
agrarisch eigendom, milik, yayasan, andarbeni, hak atas druwe, hak atas druwe desa, pesini, hukum agraria”, yaitu UUPA Nomor 5 Tahun 1960, bagi seluruh penduduk Indonesia. Jadi
grant sultan, landerinbezitrecht, altijddurende erfpacht, hak usaha atas bekas tanah setelah tanggal 24 September 1960, hanya berlaku 1 (satu) hukum agraria, baik bagi WNI
partikelir. maupun WNA atau Badan Hukum Asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Sedangkan tanah milik kommunal antara lain hak gogolan, pekulen atau sanggan, bengkok, Asas Nasionalisme
lungguh, pituas dan anggaduh. Asas Nasionalisme dalam hukum agraria diikuti oleh sebagian besar negara-negara di dunia,
Selanjutnya S.F Marbun dan Mahfud MD (1987:151), hukum adat yang berlaku berdasar khususnya oleh negara-negara yang sedang berkembang. Jadi, tanah itu hanya disediakan
sifat dualisme UU De Waal menyangkut soal hak atas tanah adalah : untuk warga negara dari negara-negara yang bersangkutan. Seperti di Indonesia asas
a. Hak Hadarbeni : hak milik; nasionalisme ini terdapat dalam Pasal 21 ayat (1) UUPA Nomor 5 Tahun 1960 : “Hanya
b. Hak Hanggaduh : mengurusi tanah orang lain; warga negara Indonesia dapat mempunyai hak milik.”
c. Hak Magersari : ngindung; Menurut Muhammad Ilham Arisaputra (2015:1), UUPA disusun berdasarkan delapan prinsip
d. Tanah Titisara : tanah kas desa; dasar sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Umum atas UUPA, yaitu :
e. Tanah Pekuncen : tanah yang dikuasakan kepada pengurus kuburan di tanah milik 1. Asas kenasionalan (Pasal 1 jo. Pasal 9 ayat (1) UUPA);
raja; 2. Asas hak menguasai negara dan penghapusan pernyataan domain (Pasal 2 UUPA);
f. Tanah Perdikan : tanah bebas pajak; 3. Asas pengakuan hak ulayat (Pasal 3 UUPA) dan dasar pengakuan hukum adat
g. Tanah kuburan, tanah penggembalaan dan sebagainya. sebagai dasar hukum agraria nasional (Pasal 5 UUPA);
Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 4. Asas fungsi sosial hak atas tanah (Pasal 6 UUPA);
Menurut Bachsan Mustafa (2001:131), sebelum Tahun 1960, yaitu sebelum berlakunya 5. Asas bahwa hanya WNI saja yang dapat mempunyai hak milik (Pasal 9 jo. Pasal 21
UUPA, terdapat pluralisme hukum agraria, artinya berlaku bermacam-macam hukum agraria ayat (1) UUPA);
di Indonesia, yaitu berlaku Hukum Agraria Eropa yang tercantum dalam Buku ke II KUHS. 6. Asas persamaan derajat antara laki-laki dan wanita (Pasal 9 ayat (2) UUPA);
Kemudian berlaku juga Hukum Agraria yang dibuat Gubernur Jenderal Hindia Belanda dalam 7. Asas agrarian reform dan landreform (Pasal 7, 10 dan 17 UUPA);
bentuk undang-undang dan peraturan-peraturan tertulis serta berbagai keputusan. 8. Asas perencanaan atas tanah (Pasal 14 UUPA).
9.

Anda mungkin juga menyukai