Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN POLA ASUH ORANG TUA


DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA N 1
TAWANGSARI SUKOHARJO

Yayuk Dwi Oktiva *


Abi Muhlisin **

Abstract

The progressive of Interaction among the existing adolescent hardly worrying of especially
behavior of free sex is circle by adolescent. Some factors influencing behavior are the
position of adolescent assuming behavior of free sex is development of era which must be
followed. Some factor influencing adolescent position to free sex for example adolescent
knowledge, pattern takes care of old fellow, milieu, etcetera. Purpose of this research are to
known the correlation between adolescent knowledge about health of reproduction and
pattern takes care of old fellow with adolescent position about free sex at student SMA N 1
Tawangsari Sukoharjo. This research is descriptive research of correlative that is explaining
relation between two phenomenons that is adolescent knowledge about reproduction health;
pattern takes care of adolescent old fellow and position about free sex. Research sample are
274 students at SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo applies technique cluster random sampling.
Data processing technique applies analytical technique Chi Square. Based on the result of
research and solution, hence conclusion from this research is: (1) the knowledge about
health of reproduction of student in SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo most of good, (2) the
pattern takes care of student old fellow in SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo most of
authoritative, (3) the adolescent position about free sex at student SMA N 1 Tawangsari
Sukoharjo most of good, (4) there is relationship is being between adolescent knowledges
about health of reproduction with adolescent position about free sex at student SMA N 1
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. So improvement of adolescent knowledge about
reproduction health, hence adolescent position about free sex also increasingly good, and (5)
there is low relationship between patterns takes care of old fellow with adolescent position
about free sex at student SMA N 1 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Result of research
indicates that student having pattern to take care of authoritative to have position about free
sex better than student having pattern to take care of permissive.

Keyword: knowledge about reproduction health, pattern takes care of old fellow, position
about free sex.

__________________________________________________________________________

* Yayuk Dwi Oktiva


Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS Jln. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura
**Abi Muhlisin
Dosen Jurusan Keperawatan FIK UMS Jln. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura
__________________________________________________________________________

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan…. (Yayuk D dan Abi M) 52


PENDAHULUAN terjerumus dalam seks bebas. Data kehamilan
Remaja merupakan kelompok yang remaja di Indonesia menunjukkan hamil di
paling peka secara emosional. Lekas luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2%,
mengalami depresi dan mudah dipengaruhi. karena sama-sama mau sebanyak 12,9% dan
Agar diakui sebagai manusia yang telah tidak terduga sebanyak 45%. Seks bebas
dewasa, remaja bergaul dan melakukan seks sendiri mencapai 22,6% (Ayu, 2008).
bebas sehingga ada beberapa siswa yang Kota Sukoharjo merupakan salah satu
hamil di luar nikah. (Soetjiningsih, 1999). kota di Jawa Tengah yang berkembang,
Maraknya pergaulan bebas memacu seperti telah banyaknya perumahan yang
remaja untuk melakukan seks bebas. Sejalan berdiri, selain itu telah banyak dibangun
perkembangan jaman yang semakin pesat, pertokoan, pusat pelayanan kesehatan,
orang tua di tuntut untuk selalu memberikan sekolah-sekolah dan lain-lain. SMA N 1
pengawasan pada anak-anaknya dalam hal Tawangsari Sukoharjo merupakan salah satu
pergaulan dan seksualitas. Kurangnya SMA Negeri yang terdapat di kabupaten
pelajaran dan penyuluhan tentang kesehatan Sukoharjo yang letaknya tidak jauh dari pusat
reproduksi, sehingga mempengaruhi gaya kota. Survey pendahuluan yang peneliti
pacaran dan pergaulan. Apabila remaja tidak lakukan dari wawancara dengan kepala Tata
mendapatkan pemahaman yang benar, serta Usaha dan guru-guru SMA N 1 Tawangsari
peran pola asuh dari orang tua yang baik maka Sukoharjo didapatkan data bahwa sudah
remaja akan terjerumus pada prilaku seks pernah ada pendidikan tentang kesehatan
bebas. reproduksi, tetapi masih ada perilaku yang
Secara psikologis usia remaja adalah menyimpang ke arah seks bebas yang
usia ketika seseorang mengalami masa dilakukan oleh siswa SMA N 1 Tawangsari
peralihan antara usia anak-anak dan dewasa. Sukoharjo. Perilaku menyimpang tersebut
Menurut Gallatin (1999), menggambarkan seperti pernah terjadi kasus hamil diluar nikah
usia remaja sebagai usia yang penuh badai di SMA N 1 Tawangsari. Sedangkan hasil
dan tekanan, suatu tahapan ketika sifat-sifat wawancara dengan beberapa siswa didapatkan
manusia yang baik dan yang buruk tampil data bahwa sebagian dari siswa mulai
secara bersamaan. mengetahui tentang hubungan seks melalui
Dari sudut pandang kesehatan, VCD porno, komik porno, dan majalah-
tindakan menyimpang yang akan majalah porno. Dimana dengan adanya media
mengkhawatirkan adalah masalah yang elektronik dan media lain yang dijual murah
berkaitan dengan seks bebas memudahkan dan membebaskan para remaja
(unprotected sexuality), penyebaran penyakit untuk mendapatkannya. Sedangkan informasi
kelamin, kehamilan di luar nikah atau tentang kesehatan reproduksi mereka
kehamilan yang tidak dikehendaki (adolecent dapatkan dari media masa, media elektronik,
unwanted pragnancy) di kalangan remaja. orang tua, guru, saudara atau kakak, petugas
Masalah-masalah yang disebut terakhir ini kesehatan dan dari teman atau pacar. Menurut
dapat menimbulkan masalah-masalah lainnya mereka berpacaran dengan berciuman boleh
yaitu aborsi dan pernikahan usia muda. Semua asalkan tidak berhubungan seksual. Dari hasil
masalah ini oleh WHO disebut sebagai wawancara tersebut disimpulkan bahwa
masalah kesehatan reproduksi remaja, yang pengetahuan siswa terhadap kesehatan
telah mendapatkan perhatian khusus dari reproduksi masih kurang.
berbagai organisasi internasional (Ayu, 2008). Tujuan penelitian ini adalah untuk
Minimnya pengetahuan tentang mengetahui hubungan antara pengetahuan
kesehatan reproduksi yang dimiliki remaja, remaja tentang kesehatan reproduksi dan pola
khususnya pendidikan seks yang asuh orang tua dengan sikap remaja tentang
menyimpang, seringkali membuat banyak seks bebas pada siswa SMA N 1 Tawangsari
remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Sukoharjo.
Lingkungan pergaulan juga memberikan andil
besar dalam hal ini. Selain itu juga didorong METODELOGI PENELITIAN
dengan sikap remaja yang cenderung ingin Jenis penelitian yang digunakan
tahu dan ingin mencoba sesuatu yang baru. adalah deskriptif korelatif dengan
Dunia seks bagi kalangan remaja masih menggunakan rancangan cross sectional yaitu
misterius. Jika salah melangkah akan suatu penelitian untuk menjelaskan hubungan
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan…. (Yayuk D dan Abi M) 53
dua variabel yaitu variabel independent
(pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Distribusi responden berdasarkan
remaja dan pola asuh orang tua) dengan jenis pola asuh orang tua pada grafik 2 di atas
variabel dependent (sikap remaja tentang seks menunjukkan bahwa sebagian besar
bebas) melalui uji hipotesis pada suatu saat responden menerima pola asuh autoritative
tertentu. dari orang tuanya yaitu sebanyak 206
Populasi yang digunakan dalam responden (75%), dan sisanya 68 responden
penelitian ini adalah semua semua siswa-siswi (25%) memiliki pola asuh permissive, dengan
di SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo yang demikian tidak ada satupun siswa yang
berjumlah 869 siswa/siswi. Sampel penelitian memperoleh pola asuh otoriter dari orang
sebanyak 274 siswa SMA N 1 Tawangsari tuanya
Sukoharjo dengan metode penentuan sample
cluster random sampling. Deskripsi Sikap Remaja tentang Seks
Analisa data pada penelitian ini Bebas
adalah bivariat. Untuk dapat menguji dan 100% 90%
menganalisa data digunakan tehnik Chi 90%
80%
Square. 70%
60%

Persentase
50%
HASIL PENELITIAN DAN 40%
PEMBAHASAN 30%
20% 10%
10%
Analisis Univariate 0%
Buruk Baik
Deskripsi Pengetahuan Remaja tentang
Sikap tentang Seks Bebas
Kesehatan Reproduksi
90% 81% Tabel 3. Distribusi Sikap tentang Seks
80%
70%
Bebas
60% Distribusi responden berdasarkan
Persentase

50%
40%
sikap tentang seks bebas sebagaimana
30%
19%
ditampilkan pada grafik di atas, maka nampak
20%
10%
bahwa sebagian besar repsonden memiliki
0% sikap yang baik terhadap seks bebas, yaitu
Cukup Baik sebanyak 247 responden (90%) dan sisanya
Pengetahuan
27 responden (10%) bersikap buruk.
Grafik 1. Distribusi Pengetahuan Analisis Bivariat
Distribusi responden berdasarkan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi Hubungan pengetahuan tentang kesehatan
sebagaimana ditampilkan pada grafik 1 reproduksi dengan sikap remaja tentang
menunjukkan sebagian besar responden seks bebas.
memiliki pengetahuan yang baik, yaitu
sebanyak 222 responden (81%) dan 52 Tabel 1. Tabulasi Silang Sikap Remaja
responden (19%) memiliki pengetahuan Tentang Seks Bebas
cukup. Hasil distribusi silang sikap remaja
tentang seks bebas ditinjau dari tingkat
Deskripsi Pola Asuh orang tua
80% 75%
pengetahuan remaja tentang reproduksi pada
70% table di atas menunjukkan bahwa semakin
60%
50%
baik pengetahuan remaja tentang reproduksi,
Persentase

40%
25%
maka semakin baik sikapnya tentang seks
30%
20% bebas.
10%
0%
0%
Autoritarian Permissive Autoritative
Pola Asuh Orang Tua

Grafik 2. Distribusi Pola Asuh Orang Tua

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan…. (Yayuk D dan Abi M) 54


Total 27 10 247 90 274 100
Sikap
Total 2 = 11,732 p-v = 0,001 H0
Baik Buruk ditolak
F (%) F (%) F (%)
Penget Cukup 20 39 32 61 52 100 Hasil distribusi silang sikap remaja
ahuan Baik 7 3 215 97 222 100 tentang seks bebas ditinjau dari pola asuh
Total 27 10 247 90 274 100 orang tua pada tabel di atas menunjukkan
2 = 59,129 p-v = 0,001 H0
bahwa terdapat perbedaan sikap remaja
ditolak
Hal tersebut terlihat dari distribusi diantara pola asuh permissive dan
sikap remaja tentang seks bebas ditinjau dari authoritative. Pada remaja yang memperoleh
tingkat pengetahuan remaja tentang pola asuh permissive terdapat 54 responden
reproduksi dimana pada tingkat pengetahuan (79%) memiliki sikap yang baik terhadap seks
cukup terdapat 32 responden (61%) bersikap bebas dan 14 responden (21%) memiliki sikap
baik namun terdapat pula 20 responden (39%) yang buruk. Sedangkan pada pola asuh
bersikap buruk. Sedangkan pada tingkat authoritative terdapat 193 responden (94%)
pengetahuan baik terdapat 215 responden memiliki sikap yang baik terhadap seks bebas
(97%) bersikap baik dan hanya 7 responden dan hanya 13 responden (6%) yang memiliki
(3%) yang bersikap buruk terhadap seks sikap buruk tentang seks bebas.
bebas. Hasil Chi Square hubungan pola
Pengujian hubungan antara asuh orang tua dengan sikap remaja tentang
pengetahuan remaja tentang kesehatan seks bebas diperoleh nilai 2hitung sebesar
reproduksi dengan sikap remaja tentang seks 11,732 dengan nilai probabilitas (p-value)
bebas menggunakan uji Chi Square. Syarat uji sebesar 0,001. Karena nilai probabilitas hitung
Chi Square pada tingkat signifikansi 5% (p-value) lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05)
adalah menerima H0 jika p-value > 0,05; dan maka keputusan penelitian adalah menolak
menolak H0 jika p-value < 0,05. Hasil Chi H0, artinya terdapat hubungan yang signifikan
Square diperoleh nilai 2hitung sebesar 59,129 pola asuh orang tua dengan sikap remaja
dengan nilai probabilitas (p-value) sebesar tentang seks bebas pada siswa SMA N 1
0,000. Karena nilai probabilitas hitung (p- Tawangsari Sukoharjo tahun pelajaran
value) lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) 2009/2010.
maka keputusan penelitian adalah menolak
Pembahasan
H0, artinya terdapat hubungan yang signifikan
pengetahuan remaja tentang kesehatan Hasil analisis tentang pengetahuan
reproduksi dengan sikap remaja tentang seks reproduksi responden, menunjukkan bahwa
sebagian besar responden (81%) memiliki
bebas pada siswa SMA N 1 Tawangsari
pengetahuan yang baik tentang kesehatan
Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. reproduksi. Tingkat pengetahuan responden
yang baik tersebut menunjukkan bahwa
Hubungan pola asuh orang tua dengan responden memiliki pengetahuan yang baik
sikap remaja tentang seks bebas. mengenai kesehatan reproduksi yang meliputi,
pengertian, masalah dan faktor yang
Tabel 2. Tabulasi Silang Sikap Remaja berdampak buruk tentang kesehatan
Tentang Seks Bebas dengan Pola Asuh Orang reproduksi.
Tua
Pengetahuan responden tentang
Sikap kesehatan reproduksi yang baik tersebut
Total tentunya tidak datang begitu saja. Kondisi
Baik Buruk
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
F (%) F (%) F (%)
yang ada di sekitar remaja, antara lain
Pola Permif 14 21 54 79 68 100 pendidikan dan umur (Mubarrak, 2006).
asuh Author 13 6 193 94 206 100

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan…. (Yayuk D dan Abi M) 55


Sementara itu Keraf (2001) menyatakan diberikannya hukuman dan imbalan tersebut.
bahwa secara umum pengetahuan seseorang Orang tua mengajarkan pada anak bagaimana
dipengaruhi oleh pengalaman hidup, tingkat orang tua menghargai perilaku jika anak
pendidikan, kesehatan fisik terutama pada bertingkah laku sesuai dengan yang diajarkan
panca indera, usia berhubungan dengan daya orang tua. Aturan-aturan yang diberlakukan di
tangkap dan ingatan terhadap suatu materi, rumah cukup beralasan serta didasarkan pada
media atau buku. Hoy dan Miskel cit usia dan kebutuhan. Aturan tersebut
Sugiyono (2006), mengemukakan berkembang seiring perkembangan waktu
pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah untuk memberikan kesempatan pada remaja
bagian yang esensial-aksiden manusia, karena lebih besar dan bertanggung jawab.
pengetahuan adalah buah dari "berpikir".
Penduduk wilayah Sukoharjo
Pengetahuan manusia diperoleh melalui
khususnya Kecamatan Tawangsari sebagaian
persepsinya terhadap stimulus dengan
besar merupakan perantau ke luar kota seperti
menggunakan alat indra. Hasil persepsi
Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar
berupa informasi akan disimpan dalam sistem
lainnya. Kondisi ini menyebabkan sebagian
memori untuk diolah dan diberikan makna,
besar anak hidup bersama kakek atau
selanjutnya informasi tersebut digunakan
neneknya, dimana kakek dan nenek tersebut
(retrieval) pada saat diperlukan. Seseorang
tidak memiliki pengawasan yang ketat kepada
dapat memperoleh pengetahuan dengan
cucunya. Sehingga pola asuh orang tua
mengoptimalkan kemampuan perseptual dan
terhadap anak di wilayah Kecamatan
perhatiannya serta mengatur penyimpanan
Tawangsari adalah autoritathive dan
informasi secara tertib. Pengetahuan terbagi
permissive, sedangkan pola asuh autoritarian
dalam dua kategori yaitu pengetahuan yang
tidak ditemui pada obyek penelitian.
diterapkan dalam berbagai situasi (general
knowledge) dan pengetahuan yang berkenaan Sikap remaja tentang seks bebas
dengan tugas atau persoalan tertentu (specific responden pada remaja sebagian besar baik
knowledge). (90%). Sikap remaja yang baik ini
menunjukkan bahwa secara konatif, afektif,
Berdasarkan tingkat pendidikan
dan kognitif remaja memiliki sikap yang baik
responden tentunya saat ini mereka telah
hubungan seks yang dilakukan tanpa ikatan
memiliki pendidikan yang memadai sehingga
perkawinan.
mampu menopang kemampuan mereka untuk
menangkap dan memahami informasi- Sikap remaja tentang seks bebas yang
informasi dari luar yang merupakan sumber baik tersebut tentunya dipengaruhi oleh
pengetahuan khususnya tentang kesehatan beberapa hal yang mempengaruhi sikap
reproduksi. Informasi-informasi tersebut tersebut antara lain pengalaman pribadi,
diperoleh dari teman, guru, orang tua, media pengaruh orang yang dianggap penting,
informasi, internet, dan lain-lain. Rata-rata pengaruh kebudayaan, dan media massa
responden berusia 16 – 18 tahun, dimana pada (Azwar, 2000). Umumnya budaya di
usia tersebut remaja telah mampu berpikir Indonesia masih menganggap tabu atau
tentang apa yang baik dan yang buruk, terlarang adanya hubungan seksual bebas,
sehingga mereka mampu menyerap informasi kondisi ini tentunya mempermudah remaja
tentang kesehatan reproduksi dan mereka untuk memiliki sikap positif terhadap perilaku
mampu menerapkannya dalam kehidupan seksual bebas. Pendidikan agama yang
mereka sehari-hari. diterima remaja di lingkungan tempat tinggal
mereka juga meningkatkan sikap mereka
Pola asuh orang tua dalam penelitian
terhadap perilaku seksual pra nikah. Hal
ini sebagian besar adalah autoritative. Pada
tersebut sebagaimana yang disimpulkan dari
pola asuh autoritative orang tua
penelitian Lestari (2006) tentang pengaruh
memperhatikan dan menghargai kebebasan
tingkat religiusitas terhadap kecenderungan
putra-putrinya dan dengan bimbingan yang
melakukan seks pranikah pada siswa SMA
penuh pengertian antara kedua belah pihak
yang berpacaran. Dalam penelitian tersebut
yaitu orang tua dan anak. Sedangkan pola
disimpulkan bahwa ada pengaruh negatif pada
asuh authoritative itu sendiri adalah orang tua
tingkat religiusitas terhadap kecenderungan
memberikan peraturan dengan luwes dan
melakukan seks pranikah pada siswa SMA
memberikan penjelasan tentang sebab
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan…. (Yayuk D dan Abi M) 56
yang berpacaran" diterima, yang artinya Hasil penelitian ini ternyata
semakin tinggi tingkat religiusitas dalam diri mendukung hasil penelitian Sari (2009)
individu maka semakin rendah kecenderungan tentang pengaruh tingkat pengetahuan
individu tersebut melakukan seks pranikah, kesehatan reproduksi dan lingkungan
begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat pergaulan terhadap sikap remaja tentang seks
religiusitas dalam diri individu semakin tinggi bebas di SMK N 6 Yogyakarta. Hasil
kecenderungan individu tersebut melakukan penelitian ini adalah ada pengaruh yang
seks pranikah. signifikan antara tingkat pendidikan kesehatan
reproduksi terhadap sikap remaja tentang seks
Hasil Chi Square hubungan
bebas, ada pengaruh antara lingkungan
pengetahuan tentng kesehatan reproduksi
pergaulan terhadap sikap remaja tentang seks
dengan sikap remaja tentang seks bebas
bebas dan ada pengaruh yang signifikan
diperoleh nilai 2hitung sebesar 59,129 dengan
antara tingkat pendidikan kesehatan
nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,000.
reproduksi dan lingkungan pergaulan terhadap
Karena nilai probabilitas hitung (p-value)
sikap remaja tentang seks bebas di SMK N 6
lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka
Yogyakarta.
keputusan penelitian adalah menolak H0,
artinya terdapat hubungan yang signifikan Hasil Chi Square hubungan pola asuh
pengetahuan remaja tentang kesehatan orang tua dengan sikap remaja tentang seks
reproduksi dengan sikap remaja tentang seks bebas diperoleh nilai 2hitung sebesar 11,732
bebas pada siswa SMA N 1 Tawangsari dengan nilai probabilitas (p-value) sebesar
Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. 0,001. Karena nilai probabilitas hitung (p-
Berdasarkan nilai coefisien contingency maka value) lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05)
hubungan pengetahuan remaja tentang maka keputusan penelitian adalah menolak
reproduksi dengan sikap remaja tentang seks H0, artinya terdapat hubungan yang signifikan
bebas pada siswa SMA N 1 Tawangsari pola asuh orang tua dengan sikap remaja
Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 adalah tentang seks bebas pada siswa SMA N 1
dalam kategori hubungan yang sedang. Tawangsari Sukoharjo tahun pelajaran
2009/2010. Berdasarkan nilai coefisien
Pengetahuan remaja tentang
contingency maka hubungan pola asuh orang
kesehatan reproduksi merupakan hasil tahu,
tua dengan sikap remaja tentang seks bebas
ini terjadi setelah remaja melakukan
pada siswa SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo
penginderaan terhadap suatu objek tentang
tahun pelajaran 2009/2010 adalah dalam
kesehatan reproduksi yang ia peroleh dari
kategori hubungan yang rendah.
jalur formal (pendidikan) maupun norformal
diluar pendidikan seperti membaca buku, Cara pandang remaja terhadap
orang tua, lingkungan pergaulan dan seksualitas memberikan dampak negatif bagi
sebagainya. Fishbein dan Ajzen (Supartini, generasi muda. Sering remaja malah terjebak
2004) mengungkapkan bahwa pengetahuan dengan mitos-mitos seputar permasalahan
seseorang terhadap sesuatu mempengaruhi seks. Benarkah remaja kurang memahami
sikapnya, sikap kemudian mempengaruhi masalah seks bebas dan penyakit menular
adanya niat untuk mewujudkannya dalam seksual? Penelitian yang dilakukan Noor
bentuk tindakan. (2007) menunjukkan bahwa sebagai
kelompok umur terbesar di Indonesia, remaja
Sikap responden terhadap perilaku
menjadi fokus perhatian dan intervensi yang
seksual pranikah didorong oleh berbagai
strategis bagi pembangunan bangsa.
faktor, salah satunya adalah peningkatan
Diharapkan para generasi muda mampu
pengetahuan mereka tentang kesehatan
berperan serta membangun bangsa dan
reproduksi. Madani (2003) mengungkapkan
melanjutkan apa yang telah diperjuangkan
bahwa pemahaman tentang kesehatan
generasi sebelumnya. Tetapi, globalisasi
reproduksi yang dimiliki oleh remaja akan
ternyata memberikan pengaruh yang cukup
membantu memahami resiko prilaku serta
nyata dalam masyarakat. Terutama di
cara alternatif yang dapat digunakan untuk
kalangan remaja. Nilai-nilai yang ada dalam
menyalurkan dorongan seksual secara sehat
masyarakat perlahan-lahan mulai tampak
dan bertanggung jawab.
kabur. Selain itu, dengan globalisasi,

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan…. (Yayuk D dan Abi M) 57


informasi dari segala penjuru dunia dapat tidaklah mungkin hamil atau tidak mungkin
diakses dengan cepat dan mudah. menularkan penyakit menular seksual.
Di sisi lain, penyebaran informasi Kesehatan reproduksi merupakan
yang sedemikian cepat dan ditambah proses yang ber langsung mulai dari masa
keingintahuan remaja tentang masalah seks remaja hingga lanjut usia dalam sebuah proses
yang begitu besar sering mengakibatkan yang berkesinambungan. Proses yang
remaja mengalami perubahan pola pikir. berkesinambungan ini berarti bahwa
Perubahan itu memengaruhi cara pandang kesehatan reproduksi remaja memiliki
remaja terhadap seksualitas dan membentuk pengaruh dalam kesehatan reproduksi di usia
perilaku seksual tersendiri. Harus dipahami lanjut, sehingga diperlukan perilaku kesehatan
bahwa pada masa itu, remaja akan mengalami reproduksi yang baik dan benar di masa
pertumbuhan fisik yang berlangsung sangat remaja (Hikmah, 2009).
cepat dan mulai tampak matang, termasuk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan untuk bereproduksi -biasanya
hubungan antara pola asuh orang tua dengan
disebut dengan fase pubertas. Fase pubertas
sikap remaja tentang seks bebas adalah
merupakan bagian yang sangat penting dalam
rendah. Kondisi ini disebabkan bahwa pola
perkembangan seksualitas seseorang. Sebab,
asuh keluarga yang paling dominant terhadap
pada fase itulah, secara seksual, ia mulai
sikap seks bebas pada remaja adalah pola asuh
berfungsi secara sepenuhnya.
permissive. Hasil tabulasi silang sikap remaja
World Health Organization (WHO, tentang seks bebas ditinjau dari pola asuh
2006) pernah mengungkapkan bahwa pada orang tua menunjukkan bahwa remaja yang
1.000 wanita di seluruh dunia yang berusia menerima pola asuh permissive dari orang
15-19 tahun terjadi 112 kehamilan, 61 di tuanya cenderung memiliki sikap lebih buruk
antaranya dilahirkan, 36 diaborsi, dan 15 tidak terhadap seks bebas dibandingkan siswa yang
diketahui nasibnya. Selain itu, terdapat memiliki pola asuh authoritative. Hasil
peningkatan perilaku aborsi tidak aman, yaitu penelitian ini memperkuat penelitian Suci
diperkirakan 4,4 juta aborsi dilakukan remaja (2007) tentang hubungan pola asuh
setiap tahun dan sebagian besar adalah aborsi permissive dengan sikap remaja terhadap seks
yang tidak aman, misalnya minum jamu- pranikah. Penelitian tersebut menyimpulkan
jamuan, dan aborsi yang dilakukan tanpa bahwa ada pengaruh antara pola asuh orang
konsultasi kepada dokter terlebih dahulu. tua permisif dengan sikap remaja terhadap
Tercatat pula meningkatnya penularan seks pra nikah, sehingga semakin permissive
penyakit menular seksual di kalangan remaja, pola asuh orang tua, maka semakin buruk
yaitu kasus-kasus penyakit menular seksual sikap remaja tentang seks pranikah.
terbesar terjadi pada remaja kelompok umur
15 sampai 24 tahun, separo dari keseluruhan KESIMPULAN DAN SARAN
pengidap HIV positif baru berada pada Kesimpulan
kelompok umur itu. Tetapi, kenyataan yang 1. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
menyedihkan sekali ketika banyak remaja siswa di SMA N 1 Tawangsari
justru tidak mengetahui apa dan bagaimana Sukoharjo sebagian besar baik.
cara mereka mendapatkan pelajaran dan 2. Pola asuh orang tua siswa di SMA N 1
pengetahuan tentang masalah seks. Banyak Tawangsari Sukoharjo sebagian besar
remaja yang melakukan hubungan seksual authoritative.
sebelum menikah ternyata banyak yang tidak 3. Sikap remaja tentang seks bebas pada
didasari oleh pengetahuan yang cukup siswa SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo
berkaitan dengan perilakunya sebagian besar baik.
4. Terdapat hubungan yang sedang antara
Terjadinya kehamilan, terinfeksi HIV,
pengetahuan remaja tentang kesehatan
dan tertular penyakit menular seksual banyak
reproduksi dengan sikap remaja tentang
berawal dari ketidaktahuan remaja. Karena
seks bebas pada siswa SMA N 1
pengetahuan yang kurang, persepsi terhadap
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.
risiko perilaku seksual pada remaja sangatlah
Sehingga peningkatan pengetahuan
rendah. Misalnya, sebagian besar remaja
remaja tentang kesehatan reproduksi,
berpikir bahwa mereka atau pasangan mereka

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan…. (Yayuk D dan Abi M) 58


maka sikap remaja tentang seks bebas
juga semakin baik.
5. Terdapat hubungan yang rendah antara
pola asuh orang tua dengan sikap remaja
tentang seks bebas pada siswa SMA N 1
Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa
yang memiliki pola asuh authoritative
memiliki sikap tentang seks bebas lebih
baik daripada siswa yang memiliki pola
asuh permissive.

Saran
1. Bagi Remaja
Hendaknya remaja senantiasa
meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi, sehingga mereka
semakin memahami resiko dan bahaya
perilaku seks bebas pada akhirnya mereka
dapat menghindari perilaku tersebut.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi pihak SMA N 1 Tawangsari, hasil
yang diperoleh dari pendidikan kesehatan
ini dapat ditindaklanjuti secara kontinyu
yaitu pentingnya pendidikan kesehatan
reproduksi untuk meningkatkan
pengetahuan dan sikap siswi untuk
menghindari perilaku seksual pranikah.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Peningkatan pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi merupakan salah
satu tanggung jawab tenaga kesehatan
salah satunya adalah perawat. Pendidikan
kesehatan merupakan salah satu tugas dan
tanggung jawab perawat terhadap
peningkatan kesehatan masyarakat.
Perawat hendaknya membekali dirinya
dengan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, sehingga perawat baik secara
formal maupun secara perseorangan
menjadi sumber informasi tentang
kesehatan reproduksi bagi remaja
disekitarnya.
4. Bagi peneliti yang akan datang
Peneliti yang akan datang hendaknya
memperluas obyek penelitian sehingga
akan diketahui faktor-faktor manakah
yang paling dominan berhubungan
dengan sikap remaja terhadap seks bebas

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan…. (Yayuk D dan Abi M) 59


DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A. 1999. Sikap Manusia: Seksualitas Ditinjau Dari Hukum Islam. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Ancok, J. 2002. Tehnik Penyusunan Skala Pengukuran. Yogyakarta: Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. 2008. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Edisi Revisi
Pustaka Pelajar.
Departemen Kesehatan R.I. 2001. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Depkes RI.
Gallatin, J. E. 1999. A Conceptual Approach to Adolescent. New York : Norton.
Hardiansiska. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja. Jakarta: PKBI.
Harlock, E. IB. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Ida, A. 2008. Transformasi Sosial dan Perilaku Reproduksi Remaja. 7 September 2009.
http://ejournal.unud.ac.id
Iskanndar. 1999. Hasil Uji coba Reproduksi Sehat Anak dan Remaja Untuk Orang Tua.
Makalah Pada Loka Karya Penyusunan Rencana Pengembangan Media.
Jakarta: PKBI.
Kayou. 2008. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pengaruhnya Terhadap Terwujudnya
Kampus Sehat. Surakarta: Deplu BEM FK UNS.
Kedirijaya. 2009. Bahaya Seks Bebas. Jakarta: Singha.
Lambert. 1999. Buku Saku Seks Dalam Penyembuhan. Batam: Interaksa.
Manuaba, LB.G. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Melisa. 2006. Dua Sisi Tentang Seks Bebas dan Cinta. 7 September 2009, jam 14.56 wib.
http://Wordpress.com.
Miqdad. 2002. Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Hukum Islam. Jakarta: Mitra
Pustaka.
Monks, F.J. 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
PKBI. 2001. Hasil Laporan Survei dalam Bernas, Juni 2001. Semarang.
Santi Endahwati. 2002. Pengasuh Pola Asuh Terhadap Agresivitas Remaja. 7 September
2009. http://uni.com.
Sarwono. 2002. Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: Gravindo Persada.

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan…. (Yayuk D dan Abi M) 60


Soetjiningsih. 1999. Perilaku Seksual Remaja. 7 September 2009.
www.ugm.ac.id/index.php.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatik, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Perawat. Jakarta: ECG.
Tukan. 1999. Etika Seksualitas dan Perkawinan. Jakarta: Rajawali.
Yusuf, Syamsu. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. remaja
Rusdakary

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan…. (Yayuk D dan Abi M) 61

Anda mungkin juga menyukai