Anda di halaman 1dari 23

DIAGNOSA MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI

“KEPUTIHAN”

Oleh :
RISMA AGUSMAYANTI
NPM. 18340073P

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keputihan atau yang dikenal dengan istilah medisnya Flour Albus adalah
adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari vagina. Vagina memproduksi
cairan untuk menjaga kelembapan, membersihkan dari dalam, dan menjaga
keasaman vagina karena banyak mengandung bakteri menguntungkan.
Cairan keputihan yang normal itu berwarna putih jernih, bila menempel pada
pakaian dalam akan berwarna kuning terang, konsistensi seperti lendir, encer
atau kental (Koes Irianto, 2015).

Keputihan termasuk penyakit yang tidak mudah di sembuhkan karena


penyakit ini menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai
hampir hampir semua umur. Dari data penelitian tentang kesehatan
reproduksi wanita menunjukan 75% wanita didunia pasti mengalami
keputihan paling tidak sekali dalam seumur hidup (Purwatini, 2017).

Menurut studi Badan Kesehatan Dunia (WHO) masalah kesehatan


reproduksi perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total
beban penyakit yang diderita perempuan didunia adalah keputihan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) mengemukakan
keputihan sebagai gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar
wanita.

Di Indonesia wanita yang mengalami keputihan sanggat besar, 75% wanita


Indonesia pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya
dan setengah diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih.
Dikarenakan di Indonesia memiliki cuaca yang lembab yang mempermudah
wanita Indonesia mengalami keputihan. Dimana cuaca yang lembab dapat
mempermudah berkembangnya infeksi jamur. Sedangkan di Eropa hanya
(25%) saja karena di Eropa memiliki hawa yang kering. Hawa yang kering
3

yang menyebabkan wanita di Eropa tidak dapat mudah terkena infeksi jamur
(Pratiwi, 2017).

Menurut Karyati (2013) sebanyak 75 % wanita pernah mengalami keputihan


minimal satu kali dalam hidupnya dan 25 % diantaranya mengalami dua kali
atau lebih. Hal ini, dikarenakan Indonesia merupakan daerah tropis sehingga
membuat keadaan tubuh menjadi lebih lembab dan berkeringat. Akibatnya
bakteri akan mudah tumbuh atau berkembang dan menyebabkan bau tidak
sedap terutama pada bagian lipatan – lipatan tubuh seperti ketiak, dan lipatan
organ genetalia pada perempuan.

Vagina merupakan organ tubuh yang paling sensitif dan pada dasarnya organ
ini memiliki kemampuan untuk membersihkan daerah tersebut karena ada
bakteri menguntungkan di dalamnya yang akan melindungi daerah tersebut
dari berbagai kotoran, bakteri jahat, dan kuman yang masuk. Vagina
memiliki Ph 4,5, apabila Ph cairan vagina naik diatas 5, maka insiden infeksi
vagina meningkat (Suyandari, 2013).

Keputihan yang terjadi pada wanita dapat bersifat fisiologis dan patologis.
Keputihan fisiologis terjadi sesuai dengan proses menstruasi. Gejala
keputihan yang fisiologis tidak berbau, jernih tidak gatal, dan tidak perih.
Sedangkan keputihan patologis terjadi akibat infeksi dari mikroorganisme,
antara lain bakteri, jamur dan parasit. Keputihan yang patologis ditandai
dengan jumlah yang keluar banyak, berwarna putih seperti susu basi, kuning
kehijauan, gatal, perih dan disertai bau amis atau busuk (Koes Irianto, 2015).

Menurut Ratnawati (2016) keputihan tidak hanya bisa mengakibatkan


infertilitas, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker rahim,
yang bisa berujung pada kematian. Bila tidak diatasi, keputihan juga dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang lebih serius seperti penyakit radang
panggul. Manisfestasi gejala keputihan dapat terjadi secara fisiologis
maupun patologis. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-
4

kadang berupa mucus yang mengandung banyak epitel dengan jumlah


leukosit jarang. Sedangkan keputihan patologis terdapat banyak leukosit.

Menurut Malena (2016) banyak faktor penyebab munculnya keputihan pada


vagina diantaranya, personal hygiene yang buruk, penyakit kronis seperti
anemia dan diabetes, penggunaan antiseptik, emosional, stres dan kelelahan.
Dari sekian banyaknya faktor yang dapat menyebabkan keputihan
penggunaan antiseptik adalah variabel yang akan diteliti. Penggunaan
antiseptik dapat mengubah keseimbangan organisme yang hidup dalam
vagina, dan keasaman vagina. Di dalam vagina terdapat bakteri alami atau
sering disebut dengan bakteri baik bersama lactobacillus yang tinggal di
dalamnya. Dalam keadaan normal vagina akan mampu membersihkan dan
menormalkan dirinya sendiri, tanpa harus menggunakan pembersih
(antiseptik) untuk membersihkannya.

Antiseptik merupakan agen kimia yang berfungsi mencegah, memperlambat


atau menghentikan mikro-organisme (kuman) pada permukaan luar kulit
tubuh. Apabila tindakan ini dilakukan terlalu sering dan berlebihan banyak
kerugian. Pemakaian antiseptik juga akan membunuh kuman-kuman normal
dalam vagina, sehingga kuman jahat dapat tumbuh subur daalam vagina.
Keadaan ini dapat memudahkan terjadinya infeksi. Antiseptik berfungsi
membersihkan dan tidak bisa menyembuhkan keputihan yang disebabkan
oleh penyebab lain (Bahari, 2012).

Menurut Suyandari (2013) pembersih vagina merupakan cairan yang di


gunakan dalam proses pembersihan vagina biasanya mengandung antiseptik.
Penggunaan pembersih (antiseptik) vagina hendaknya dipilih yang memiliki
pH kurang lebih sama dengan pH vagina sekitar 4,5. Pembersih (antiseptik)
memang dapat digunakan untuk mematikan Candida albicans, salah satu
penyebab keputihan.Pemakaian pembersih (antiseptik) dapat mengganggu
keseimbangan keasaman pH vagina. Apabila keasaman vagina ini berubah
akan mengakibatkan tumbuhnya jamur, kuman – kuman yang akibatnya bisa
5

terjadi infeksi yang menyebabkan keputihan yang berbau, gatal dan


menimbulkan ketidaknyamanan.

Berdasarkan data pada bulan Febuari-Maret 2019 di SMA Negeri 2 tulang


bawang. Diketahui jumlah remaja putri ada sebanyak 473 orang. Dari hasil
wawancara dengan 15 siswi kelas X dan kelas XI SMA Negeri 2 tulang
bawang di dapat 4 orang siswi yang mengalami keputihan dan 3 siswi yang
menggunakan antiseptik vagina.

Salah satu kompetensi lain yang diharapkan adalah kegiatan advokasi


berupa rangkaian kegiatan dari mulai sosialisasi hingga pendampingan
kegiatan pada stackholder terkait. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mendukung berjalannya program dengan kesinambungan dan meminimalisir
kendala yang timbul.

B. Prioritas Masalah
Pada kegiatan surveilens dan screening di SMA 2 Tulang bawang,
advokasi dilakukan terhadap siswa di sma 2 tulang bawan. Hal ini
disampaikan meliputi lama kegiatan, macam dan ragam kegiatan serta
dukungan yang diperlukan. Berkaitan dengan kegiatan surveilens berupa
pengumpulan data sekunder di sekolah. Karenanya izin kepala sekolah selaku
pimpinan institusi sangatlah penting seraya menjelaskan bahwa dari
rangkaian data tersebut dapat diketahui persoalan yang berpotensi muncul
bagi kesehatan remaja putri.
Kegiatan screening lebih menfokuskan kegiatan outdoor antara lain
berpartisipasi dalam kegiatan disekolah dimaksudkan untuk pengumpulan
data siswa yang mengalami keputihan.
Jika dalam interpretasi data pada kegiatan surveilans dan screening
penyuluhan terdapat masalah, maka tindak lanjut dalam mengatasi hal ini
yaitu membuat pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan masalah yang
terdapat di SMA 2 Tulang bawang.
6

C. Rencana Persiapan
a. Bahan dan Alat Penyuluhan
- Materi keputihan pada remaja
- LCD
- Spidol
- Kertas
b. Data
- Prevalensi keputihan di Indonesia
- Prevalensi keputihan di SMA 2 Tulang bawang
c. Tenaga
Narasumber tenaga kesehatan.
d. Biaya
Biaya akan di ambil dari biaya program sekolah.
e. Surveilen kesehatan remaja putri
Pelaksanaan pemantauan di SMA 2 Tulang Bawang.
f. Advokasi dan sosialisasi penanggulangan keputihan.
g. Manajemen program dan pelatihan petugas.
7

BAB II
TUJUAN ADVOKASI

A. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan advokasi pada pimpinan institusi.
terhadap rencana praktek kegizian yang akan dilakukan, dapat menambah
pengalaman untuk melakukan advokasi selanjutnya, serta dapat menurunkan
angka prevalensi keputihan di SMA 2 Tulang Bawang.

B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan cakupan penyuluhan melalui metode ceramah.
2. Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana pencegahan keputihan di
SMA 2 Tulang bawang
3. Meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene yang
baik dan benar.
8

BAB III
MANFAAT HASIL YANG AKAN DICAPAI

Adapun manfaat hasil yang diharapkan anatar lain :


1. Setelah dilaksanakan advokasi maka hasil yang akan diperoleh adalah dapat
menanggulangi kejadian keputihan pada remaja putri.
2. Revitalisasi sekolah untuk mendukung pendidikan remaja putri tentang
kesehatan pada remaja putri terkait keputihan.
3. Dapat meningkatkan keterampilan tatalaksana terhadap kejdian keputihan.
4. Dapat meningkatkan kewaspadaan dini terhadap masalah keputihan.
5. Dapat memberikan konseling terhadap masalah keputihan.
6. Dapat berlangsung sesuai dengan yang direncanakan setelah diperoleh
komitmen dengan pihak institusi.
7. Pihak sekolah dapat mendukung secara penuh dengan cara berpartisipasi
dalam kegiatan
9

BAB IV
PELAKSANAAN ADVOKASI

A. Tinjauan Program
Seluruh rangkaian praktek kerja lapangan di advokasi kepada
preseptor secara sistematis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan sampaikan
antara lain yang berbentuk mengarah kepada dukungan perbaikan
penaggulangan masalah kesehatan masyarakat. Karenanya peran supervisor
dari akademik menjadi hal yang sangat penting.
Pelaksanaan Program yang menjadi prioritas meliputi :
1. Pelaksanaan Surveilans kesehatan, yaitu melihat data sekunder yang ada
di arsip sekolah. Kemudian di peresentasekan untuk medapatkan hasil
interpretasi data.
2. Pelaksanaan screening penyuluhan dengan sasaran pada remaja putri
tentang keputihan.
3. Pelaksanaan penanggulangan kepada remaja putri yang mengalami
kejadian keputihan.
4. Pelaksanaan pendidikan dan penyuluhan keputihan di SMA 2 Tulang
Bawang.

B. Pelaksanaan Program
Langkah-langkah kegiatan pelaksanaan program di Puskesmas Biha
Pesisir yaitu sebagai berikut :
1. Melakukan advokasi tentang program penanggulangan kasus penderita
hipertensi pada penderita hipertensi yang akan dilaksanakan di wilayah
kerja Puskesmas Biha Pesisir .
2. Melaksanakan surveilans dengan acuan data sekunder dari arsip
puskesmas.
3. Melakukan screening gizi terhadap penderita hipertensi dengan
melakukan pemerikaan status penderita hipertensi penderita hipertensi
setiap bulan di posyandu.
10

4. Dari hasil surveilans dan penyuluhan kesehatan remaja putri, ditemukan


masalah. Untuk memperkecil atau menghilangkaan masalah dilakukan
intervesi dengan cara melakukan penyuluhaan melalui metode ceramah.
5. Untuk dapat melakukan semua program tersebut, perlu adanya advokasi
yang baik kepada semua mitra agar program dapat dijalankan dengan
baik.
11

BAB V
ASUMSI ADVOKASI

A. Asumsi Positif
- Mahasiswa bisa melakukan advokasi kepada Kepala sekolah dan
mempersiapkan laporan advokasi serta intervensi.
- Terjalinnya kerja sama yang baik dengan semua mitra terkait sehingga
diperoleh komitmen yang baik yang dapat menujang kegiatan.

B. Asumsi Negatif
- Adanya kesalahan dan perbedaan persepsi terhadap permasalahan yang
timbul.
- Belum terciptanya kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan siswa
di SMA 2 Tulang bawang dikarenakan kurangnya komunikasi awal
sebelum advokasi dilaksanakan.
- Terbatasnya waktu pelaksanaan advokasi dikarenakan minimnya waktu
pembimbing, CI dan peserta advokasi.
12

BAB VI
ORGANISASI

A. Struktur
- Ketua panitia :
- Anggotta :

B. Tugas panitia
No Tugas Nama
1. Moderator
2. Presentator
3. Seksi persiapan
13

BAB VII
JADWAL KEGIATAN

Kegiatan advokasi dilaksanakan selama 1 minggu yaitu disetiap


kegiatan dilakukan advokasi.

No Kegiatan Waktu Penanggung jawab Keterangan


Persiapan Persiapan
1
advokasi
Pelaksanaan Pelaksanaan
2
program
Evaluasi pelaksanaan Penulisan
3
laporan laporan
14

BAB VIII
PLAN OF ACTION

A. Urutan Kegiatan

Coacing peserta Persiapan materi Kegiatan


khususnya tentang yang akan advokasi
advokasi diadvokasikan

B. Rangkaian Kegiatan
No Kegiatan I II III IV V VI
1. Pembukaan
2. Advokasi I
3. Sceening Gizi
4. Advokasi II
5. Surveilans penyuluhan
6. Advokasi III
7. Rencana penyuluhan
8. Advokasi IV
9. Advokasi V
11. Penanggulangan
keputihan
12. Penutupan
15

C. Rincian Kegiatan
No Kegiatan Lokasi Sasaran target Waktu Penanggung
pelaksanaan jawab
1 Melakukan SMA 2 Kepala 100% Minggu Mahasiswi
Advokasi Tuang sekolah tercapai pertama
dengan Kepala bawang sampai
sekolah minggu
terakhir
2 Pengumpulan SMA 2 Remaja 100% Minggu Mahasiswi
data screening Tuang putri tercapai pertama dan
keputihan bawang minggu kedua
Pengumpulan
data surveilans
3 Mengolah data SMA 2 Remaja 100% Minggu Mahasiswi
screening dan Tuang putri tercapai pertama dan
surveilans bawang minggu kedua
4 Melakukan SMA 2 Remaja 100% Minggu kedua Mahasiswi
penanggulangan Tuang putri tercapai sampai
keputihan bawang dengan
minggu ketiga
5 Melakukan SMA 2 Remaja 100% Minggu kedua Mahasiswi
penyuluhan Tuang putri tercapai sampai
bawang minggu tiga
6 Membuat - Peserta/ 100% Minggu Mahasiswi
laporan Mahasiswa tercapai pertama
sampai
minggu ketiga
16

BAB IX
NETWORK PLANNING

Organisasi atau institusi yang direncanakan akan dijadikan network


planning :
1. Kepala Sekolah, dalam hal ini bekerja sama yang bertujuan untuk
mendapatkan dukungan moril maupun materil.
2. Kepala Tata Usaha SMA sebagai pusat data sekunder serta penanggung
jawab laporan.
3. Remaja putri di SMA 2 Tulang bawang yang menjadi sasaran atau target,
dapat berpartisipasi dalam program kegiatan.
17

BAB X
RENCANA PENILAIAN

No Input Proses Target/sasaran Indicator


keberhasilan
1. Rencana Pelaksanaan Kepala sekolah Adanya komitmen
advokasi advokasi tentang
pelaksanaan
kegiatan
selanjutnya
2. Rencana Pelaksanaan Adanya hasil
screening screening screening bayi dan
balita

3. Rencana Pelaksanaan Remaja putri Adanya


surveilans surveilans kesepakatan
tentang
pelaksanaan
surveilans
4. Rencana Pelaksanaan Keputihan Terlaksanya asuhan
Penanggulangan Penanggulangan gizi sesuai dengan
keputihan keputihan perencanaan

6. Partisipasi Mengundang Ka sekolah Semua yang


dalam kegiatan sasaran yang diundang hadir
akan diajak pada kegiatan
berpartisipasi

7. Kesepakatan Advokasi dan Ka. Seola Tercapainya


komunnikasi kesepakatan
terhadap kegiatan-
kegiatan yang akan
dilakukan
18

BAB XI
RENCANA TINDAK LANJUT

Berdasarkan hasil data screening penyuluhan data surveilance akan


diolah secara manual menggunakan excel dan hasil tersebut akan
direncanakan membuat kegiatan tindak lanjut berdasarkan permasalahan yang
didapat di SMA 2 Tulang bawang.
19

LAMPIRAN MATERI

1. Definisi Keputihan
Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genitalia yang bukan
darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan menisfestasi
gejala dari hampir semua penyakit kandungan (Winkjosastro,2008).
2. Tanda –tanda keputihan
a. Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari
saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang
berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau
sesudah haid pada perempuan tertentu.
3. Klasifikasi keputihan
Menurut Wijayanti (2009), keputihan dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Keputihan Fisiologis
Dalam keadaan normal ada sejumlah sekret yang mempertahankan
kelembaban vagina yang mengandung banyak epitel dan sedikit leukosit
dengan warna jernih. Tanda – tanda keputihan normal adalah jika cairan
yang keluar tidak terlalu kental, jernih, berwarna putih atau kekuningan
jika terkontaminasi oleh udara, tidak disertai rasa nyeri, dan tidak timbul
rasa gatal yang berlebih.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya keputihan fisiologis antara lain
yang disebabkan
1. Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang
2. Seorang wanita yang mengalami gairah seksual
3. Masa sekitar ovulasi karena adanya produksi kelenjar-kelenjar pada
mulut rahim
4. Pada wanita hamil disebabkan karena meningkatnya suplai darah ke
vagina dan mulut rahim sehingga terjadi penebalan dan melunaknya
selaput lendir vagina,akseptor kontrasepsi pil dan IUD, serta seorang
wanita yang menderita penyakit kronik atau pada wanita yang
mengalami stress.
20

b. Keputihan Patologis
Menurut Manuaba (1998), pada keputihan patologis cairan yang keluar
mengandung banyak leukosit. Tanda-tanda keputihan patologis antara lain
cairan yang keluar sangat kental dan berubah warna, bau yang
menyengat,jumlahnya yang berlebih dan menyebabkan rasa gatal,nyeri
serta rasa sakit dan panas saat berkemih. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya keputihan patologis antara lain benda asing dalam vagina,
infeksi vaginal yang disebabkan oleh kuman, jamur,virus dan parasit serta
tumor, kanker dan keganasan alat kelamin juga dapat menyebabkan
terjadinya keputihan.
4. Gejala keputihan
Gejala yang timbul pada keputihan bisa bermacam-macam tergantung
penyebabnya. Cairan yang, keluar bisa sedikit atau sedemikian banyaknya
sehingga memerlukan ganti celana dalam berulang kali atau bahkan
memerlukan pembalut. Warna cairan bisa kehijauan, kekuningan, keabu-
abuan atau jernih tanpa warna. Kekentalannya pun bervariasi, bisa encer,
kental, berbuih atau bergumpal kecil menyerupai susu (Dalimartha, 2002).
5. Penyebab keputihan
Dengan memperhatikan cairan yang keluar, terkadang dapat diketahui
penyebab keputihan. Penyebab keputihan tersebut antara lain
(Wijayanti,2009):
a. Infeksi Gonore menghasilkan cairan kental, bernanah dan berwarna
kuning kehijauan.
b. Parasit Trichomonas Vaginalis menghasilkan banyak cairan, berupa
cairan encer berwarna kuning kelabu.
c. Keputihan yang disertai bau busuk dapat disebabkan oleh kanker.
d. Kelelahan yang sangat.
Menurut Maulana (2008), keputihan yang keluar dari mulut rahim dikenal
dengan serviks sensitis atau radang mulut rahim. Hal ini sering menyerang
wanita usia reproduksi dan biasanya akibat jamur (kandidiosis), bakteri
(vaginosis), parasit (trikomoniasis), atau bakteri lain seperti berbagai
21

kokus (coccen). Bakteri vaginosis merupakan infeksi vaginal yang sering


disebabkan oleh bakteri seperti Grandnerella vaginalis.Ini disebabkan oleh
banyaknya kontak bacterial dengan vagina, melalui hubungan seksual,
ataupun karena kebersihan yang kurang.Sering kali bacterial vaginosis ini
disebabkan oleh teknik cebok yang salah, bahkan menyemprotkan air ke
arah vagina memungkinkan terjadinya bacterial vaginosis. Biasanya
dicirikan dengan adanya noda putih hingga kekuningan dengan bau kurang
sedap, dan terasa gatal pada daerah kemaluan.

Penyebab terjadinya keputihan yang lainnya adalah :


a. Penggunaan celana dalam yang tidak menyerap keringat
Jamur tumbuh subur pada keadaan yang hangat dan lembab. Celana dalam
yang terbuat dari nilon tidak menyerap keringat sehingga menyebabkan
kelembaban. Campuran keringat dan sekresi alamiah vagina sendiri mulai
bertimbun, sehingga membuat selangkangan terasa panas dan lembab.
Keadaan ini menjadi tempat yang cocok untuk pertumbuhan jamur
kandida dan bakteri lain yang merugikan.
b. Penggunaan celana panjang yang ketat
Celana panjang yang ketat juga dapat menyebabkan keputihan karena
merupakan penghalang terhadap udara yang berada disekitar daerah
genetalia dan merupakan perangkap keringat pada daerah selangkangan.
Bila pemakaian jeans digabungkan dengan celana nilon di bawahnya,
efeknya sangat membahayakan.
c. Penggunaan Deodoran Vagina
Deodoran vagina sebenarnya tidak perlu karena dapat mengiritasi
membran mukosa dan mungkin menimbulkan keputihan.Deodoran tidak
dapat bekerja semestinya karena deodoran tidak mempengaruhi kuman –
kuman di dalam vagina. Deodoran membuat vagina menjadi kering dan
gatal serta dapat menyebabkan reaksi alergi. Mandi dengan busa sabun dan
antiseptik sebaiknya dihindari karena alasan yang sama. Keduanya dapat
22

mematikan bakteri alamiah dalam vagina dengan cara yang mirip dengan
antibiotika.
d. Asupan gizi
Diet memegang peranan penting untuk mengendalikan infeksi
jamur.Dengan makan makanan yang cukup gizi kita bias membantu tubuh
kita memerangi infeksi dan mencegah keputihan vagina yang berulang.
Hindari makanan yang banyak mengandung karbohidrat dengan kadar gula
tinggi seperti, tepung, sereal dan roti. Makanan dengan jumlah gula yang
berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada bakteri yang bermanfaat
yangtinggal di dalam vagina.Selaput lendir dinding vagina mengeluarkan
glikogen, suatu senyawa gula.Bakteri yang hidupdi vagina disebut
lactobacillus (bakteri baik) meragikan gula ini menjadi asam laktat. Proses
ini menghambat pertumbuhan jamur dan menahan perkembangan infeksi
vagina. Gula yang dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan bakteri
lactobacillus tidak dapat meragikan semua gula ke dalam asam laktat dan
tidak dapat menahan pertumbuhan penyakit, maka jumlah gula menjadi
meningkat dan jamur atau bakteri perusak akan bertambah banyak.
Keputihan tetap terkendali bila makanan yang dikonsumsi adalah
karbohidrat dengan kadar gula yang rendah misalnya kol,wortel, ketimun,
kangkung, bayam, kacang panjang, tomat danseledri. Makanan ini rendah
dalam kalori dan banyak mengandung vitamin dan mineral.

6. Cara menangani dan mencegah


Cara menangani dan mencegah keputihan menurut Kasdu (2005) adalah
sebagai berikut :
a. Untuk lendir normal tidak perlu diobati, tetapi dengan menjaga
kebersihan dan mencegah kelembaban yang berlebihan pada daerah
organ kelamin terutama saat terjadi peningkatan jumlah lendir normal.
b. Menggunakan antiseptik yang sesuai dengan petunjuk dokter untuk
membersihkan vagina dari lendir keputihan yang berlebihan.
23

c. Menjaga organ intim agar tidak lembab setelah buang air kecil atau air
besar, bilas sampai bersih, kemudian keringkan sebelum memakai
celana dalam.
d. Saat membersihkan vagina, membilas dilakukan dari arah depan ke
belakang untuk menghindari kuman dari anus ke vagina.
e. Menghindari pakaian dalam yang ketat.
f. Saat menstruasi mengganti pembalut beberapa kali dalam sehari.
g. Jika diperlukan menggunakan cairan pembersih vagina.
h. Pola hidup sehat yaitu diet seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup,
hindari rokok dan alcohol serta hindari stress berkepanjangan.

Anda mungkin juga menyukai