Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis

(UU BNPB, No. 4 tahun 2008).

Salah satu bencana yang akhir-akhir ini sering terjadi di

Indonesia adalah gempa bumi, dimana efeknya dapat menyebabkan

gangguan secara ekologis dan psikososial, yang jauh melebihi

kapasitas koping dari masyarakat yang terkena. Bencana tidak hanya

mengakibatkan permasalahan fisik, namun juga permasalahan emosional,

ekonomi, social dan hubungan interpersonal (WHO, 2006).

Bencana yang terjadi belakangan ini ialah gempa bumi yang

terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 5 Agustus pukul

19.46 WITA dengan kekuatan gempa 7 SR yang mengguncang wilayah Nusa

Tenggara Barat dan gempa terakhir terjadi tanggal 25 oktober 2018.

Tercatat hingga Senin (13/8/2018), dampak gempa 7 SR menyebabkan 436

orang meninggal dunia. Sebaran korban meninggal dunia adalah di

Kabupaten Lombok Utara 374 orang, Lombok Barat 37 orang, Kota

Mataram 9 orang, Lombok Timur 12 orang, Lombok Tengah 2 orang.

Jumlah 436 orang meninggal dunia tersebut adalah korban yang sudah

terdata oleh Kepala Desa dan babinsa. Korban yang sudah


terverifikasi dan ada surat kematian di Dinas Dukcapil tercatat 259

orang. Sisanya dalam proses administrasi di Dinas Dukcapil masing-

masing kabupaten. Sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa

bangunan roboh saat gempa (BNPB, 2018)

Korban luka-luka tercatat 1.353 orang, dimana 783 orang luka

berat dan 570 orang luka ringan. Korban luka-luka paling banyak

terdapat di Lombok Utara sebanyak 640 orang. Lombok Utara adalah

daerah yang paling terdampak gempa karena berdekatan dengan pusat

gempa 7 SR (BNPB, 2018).

Sementara itu, jumlah pengungsi sering berubah. Hal ini

disebabkan banyak pengungsi pada siang hari kembali ke rumahnya atau

bekerja di kebunnya. Pada malam mereka kembali ke pengungsian.

Adanya juga pengungsi yang sudah kembali ke rumahnya masing-masing.

Berdasarkan data dari Posko Tanggap Gempa Lombok pada 13/8/2018,

pengungsi tercatat 352.793 orang. Sebaran pengungsi terdapat di

Kabupaten Lombok Utara 137.182 orang, Lombok Barat 118.818 orang,

Lombok Timur 78.368 orang, dan Kota Mataram 18.368 orang. Secara

umum pengungsi yang mengungsi di lapangan atau lahan terbuka

mendirikan tenta bantuan dari BNPB, TNI, Polri, Kemensos,

Kementerian PU Pera, Pemda, NGO dan lainnya. Pendataan pengungsi

terus dilakukan. Pengungsi kembali ke tenda penampungan rata-rata

pada sore atau malam hari (BNPB, 2018).

Dampak bencana terhadap menurunnya kualitas hidup penduduk

dapat dilihat dari berbagai permasalahan kesehatan masyarakat yang

terjadi. Bencana yang diikuti dengan pengungsian berpotensi

menimbulkan masalah kesehatan yang sebenarnya diawali oleh masalah


bidang/sektor lain. Bencana gempa bumi, banjir, longsor dan letusan

gunung berapi, dalam jangka pendek dapat berdampak pada korban

meninggal, korban cedera berat yang memerlukan perawatan intensif,

peningkatan risiko penyakit menular, kerusakan fasilitas kesehatan

dan sistem penyediaan air (Pan American Health Organization, 2006).

Salah satu dampak dari gempa yaitu gangguan psikologis sepeti

depresi/stress, Kecemasan dan neurosis akan menjadi masalah akut dan

utama dalam kesehatan masyarakat yang terjadi setelah bencana,

selain itu damapak dari bencana alam terutama gempa yaitu gangguan

Kekurangan bahan pangan segera setelah bencana dapat muncul dalam

dua cara, yang pertama kekurangan pada cadangan makanan di wilayah

bencana dapat menyebabkan penurunan tajam jumlah makanan yang

tersedia atau yang kedua adalah terputusnya sistim distribusi dapat

menghalangi akses ke makanan walaupun kelangkaan yang sangat parah

tidak terjadi (PAHO, 2006).

Dilihat dari dampak tersebut, pola dan kualitas hidup

masyarakat berubah terutama gaya hidup dan diet yang tidak sehat

(ADA, 2009). Sehingga menimbulkan efek yang tidak baik bagi

kesehatan terutama bagi penderita Diabetes mellitus (DM) yang

merupakan penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup dan diet yang

tidak sehat (Abdurrahman, 2014).

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar gula darah akibat gangguan pada sekresi

insulin, kerja insulin atau keduanya. Penyakit tersebut telah

menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat global dan menurut

International Diabetes Federation (IDF) pemutakhiran ke-5 tahun


2012, jumlah penderitanya semakin bertambah. Menurut estimasi IDF

tahun 2012, lebih dari 371 juta orang di seluruh dunia mengalami DM,

4,8 juta orang meninggal akibat penyakit metabolik ini dan 471

miliar dolar Amerika dikeluarkan untuk pengobatannya (Dwi Astuti,

dkk, 2011).

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia

menempati urutan keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah pasien

Diabetes Mellitus (DM) terbanyak setelah India, Cina, Rusia, Jepang,

dan Brazil. Penyakit kronis seperti DM, jantung, dan kanker adalah

masalah dunia yang jumlahnya terus meningkat, tidak terkecuali di

Indonesia. Data terkini WHO memprediksikan jumlah pasien DM di

Indonesia akan meningkat dari 8,4 juta tahun 2000 menjadi 21,3 juta

di tahun 2030. Jumlah pasien DM ini, akan lebih besar dari jumlah

seluruh penduduk Australia (Dwi Astuti, dkk, 2011).

Di Provinsi NTB sendiri, penyakit Diabetes mellitus menempati

urutan ke-9 dari 10 penyakit terbanyak pada tahun 2017. Penyebab

kematian akibat PTM tertinggi di Indonesia tahun 2014 adalah stroke

21,1%), penyakit jantung koroner (12,9%) dan Diabetes Melitus dengan

komplikasi (6,7%). Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi terbesar

PTM yakni asma, Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2015 PPOK,

kanker, DM, hipertyroid, hipertensi, jantung koroner, gagal jantung,

stroke terdapat pada penduduk yang bertempat tinggal di perkotaan.

Sedangkan untuk PTM gagal ginjal, batu ginjal dan penyakit sendi

banyak terjadi di daerah pedesaan (Dikes Provinsi NTB, 2015).

Menurut Pan American Health Organization - PAHO (2006) masalah

yang umum akibat bencana ialah kecemasan dan depresi. Kecemasan ini
jika tidak diatasi akan semakin menyulitkan dalam pengobatan DM itu

sendiri sehingga bisa berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien DM

(Nilla, 2015). Kelumpuhan dan meningkatkan beban ekonomi bagi pasien

beserta keluarganya, atau dengan kata lain penyakit diabetes melitus

disebut penyakit sepanjang hidup (long life deseses) yang dapat

memunculkan gangguan kecemasan karena komplikasi yang ditimbulkannya

(Nilla, 2015).

Kualitas hidup pasien diabetes melitus dipengaruhi oleh berbagai

faktor baik secara medis, maupun psikologis. Berbagai faktor

tersebut diantaranya adalah pemahaman terhadap diabetes, penyesuaian

terhadap diabetes, depresi, regulasi diri (Watkins, Connell,

Fitzgerald, Klem, Hickey & Dayton, 2000) emosi negatif, efikasi

diri, dukungan sosial, komplikasi mayor (kebutaan, dialysis,

neuropati, luka kaki, amputasi, stroke dan gagal jantung),

karakteristik kepribadian dan perilaku koping (Rose et al., 1998;

2002).

(Melina, 2011) Setiap individu memiliki kualitas hidup yang

berbeda-beda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi

permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapinya dengan

positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya

jika menghadapinya dengan negatif maka akan buruk pula kualitas

hidupnya. Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting

bagi para petugas kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan

dari suatu tindakan/intervensi atau terapi. Disamping itu, data

tentang kualitas hidup juga dapat merupakan data awal untuk

pertimbangan merumuskan intervensi/tindakan yang tepat bagi pasien.


Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh calon peneliti

jumlah pederita DM di Kabupaten Lombok Utara ada peningkatan dari

tahun 2016 jumlah penderita DM sebanyak 2.778 (12,08/1000 penduduk)

sedangkan pada tahun 2017 penderita DM sebanyak 2.827 (11,8/1000

penduduk) (Pemda KLU, 2017). Sedangkan data penderit DM Puskesmas

Pemenang Kabupaten Lombok Utara sejumlah periode bulan Mei-Juli

tahun 2018 sebanyak 38 Kunjungan (RM Puskesmas Pemenang, 2018).

Kualitas hidup menurut World Health Organozation Quality of Life

(WHOQOL) Group (dalam Rapley, 2003), didefinisikan sebagai persepsi

individu mengenai posisi individu dalam hidup dalam konteks budaya

dan system nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan

tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang.

(Nimas, 2012).

Menurut Asdie (2000) mempertahankan kualitas hidup merupakan

salah satu tujuan utama pengobatan penyakit diabetes mellitus

(Melina, 2011). Menurut Alfiah (2014) Keluarga merupakan bagian

terpenting bagi semua orang.Begitu pula bagi pasien diabetes

mellitus. Disadari atau tidak saat seseorang mengalami diabetes maka

mereka akan mengalami masamasa sulit, mereka harus mulai membenah

diri, mulai mengontrol pola makan dan aktifitas.

Berdasarkan Latar Belakang diatas, peneliti teratarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Kwalitas hidup keluarga dengan DM

tipe 2 pasca gempa di wilayah kerja Puskesmas Pemenang Kabupaten

Lombok Utara.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalah yang telah dijelaskan,

rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran kualitas

hidup (quality of life) keluarga pasien dengan Diabetes Melitus (DM)

di Puskesmas Pemenang Kabupaten Lombok Utara ?.

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana kualitas hidup (quality of life) keluarga pasien dengan

Diabetes Melitus (DM) di Puskesmas Pemenang Kabupaten Lombok

Utara.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk Mengidentifikasi keluarga yang menderita DM tipe 2 di

wilayah kerja Puskesmas Pemenang Kabupaten Lombok Utara.

2. Untuk Mengidentifikasi kualitas hidup keluarga

seperti,kesehatan,pisikologis,sosial dan lingkungan dengan DM

tipe 2 pasca gempa di wilayah kerja Puskesmas Pemenang

Kabupaten Lombok Utara.

3. Untuk Menganalisis kualitas hidup keluarga seperti

fisik,pisikologis,sosial dan lingkungan dengan DM tipe 2 pasca

gempa di wilayah kerja Puskesmas Pemenang Kabupaten Lombok

Utara.
D. Manfaat

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi :

1. Pasien

Meningkatkan pengetahuan tentang kualitas hidup keluarga

pasien dengan DM tipe 2 pasca gempa di Puskesmas Pemenang

Kabupaten Lombok Utara.

2. Peneliti

Bagi peneliti, kegiatan ini merupakan kegiatan yang dapat

menambah pengetahuan dan pengalaman.

3. Intitusi Pendidikan

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk lebih

meningkatkan informasi mengenai kualitas hidup pasien pasien

Diabetes Melitus tipe 2 pasca gempa di Puskesmas Pemenang

Kabupaten Lombok Utara.

4. Bagi Puskesmas

Memberikan informasi tentang gambaran tentang kualitas

hidup keluarga pasien dengan Diabetes Melitus (DM) tipe 2 pasca

gempa di Puskesmas Pemenang Kabupaten Lombok Utara.


E. Keaslian Penelitian

Table 1.1 keaslian penelitian Gambara Kualitas Hidup Keluarga Pasien dengan DM Pasca Gempa Di

Puskesmas Pemenang Kabupaten Lombok Utara.

teknik
nama judul
no desain penelitian pengumpulan hasil
peneliti penelitian
data
Analisis Penelitian ini Wawancara Hasil penelitian
Noviana faktor-faktor merupakan dan menyatakan bahwa rata-rata
Purwaningsih yang penelitian observasi kualitas hidup pasien
mempengaruhi analitik dengan diabetes melitus tipe 2
kualitas hidup metode cross- yaitu cukup baik. terdapat
pasien diabetes sectional hubungan jenis kelamin
melitus tipe 2 dengan kualitas hidup
di instalasi pasien dm tipe 2
rawat jalan (p=0,000). domain fungsi
1
rsud dr. fisik dipengaruhi oleh
moewardi umur (p=0,007) dan jenis
periode kelamin (p=0,027). domain
februari - kepuasaan pengobatan
april 2018 dipengaruhi oleh umur
(p=0,014) dan domain
kepuasaan pribadi
dipengaruhi oleh
komplikasi p=0,049.

Joice m. Gambaran Jenis penelitian Observasi Hasil penelitian


Laoh dan kualitas hidup ini deskriptif, dan diketahui, kualitas hidup
Debora pasien diabetes diambil dengan wawancara pasien diabetes mellitus
Tampongangoy mellitus di teknik accidental berada pada kategori baik
2
poliklinik sampling, dengan yaitu 19 responden (63,3%)
endokrin rsup jumlah 30 dan kurang baik 11
prof. dr. r. d. responden. responden (36,7%).
kandou manado kesimpulan, kualitas hidup
pasien diabetes mellitus
di poliklinik endokrin
rsup prof. dr. r. d.
kandou manado baik
Fitria Gambaran Desain penelitian Wawancara Hasil penelitian ini
Siwiutami kualitas hidup deskriptif dan karakteristik penyandang
pada penyandang eksploratif. observasi responden rata-rata umur
diabetes 67,18 tahun, jenis kelamin
melitus di responden mayoritas
wilayah perempuan, lama penderita
puskesmas diabetes mellitus
purwosari mayoritas 1-5 tahun,
surakarta pendidikan responden
3
sebagian besar sd
dan responden paling
banyak tidak mengalami
komplikasi. kualitas hidup
sebagian besar memiliki
kualitas hidup rendah
yaitu 58,92%, dan sisanya
41,8% memiliki kualitas
hidup tinggi.

Anda mungkin juga menyukai