MATERI PERKULIAHAN
POLITIK HUKUM AGRARIA
Disusun oleh :
ABDUL MUTOLIB, S.Sos, S.IP, MH
POKOK BAHASAN/
SUB POKOK BAHASAN
Istilah dan Pengertian
Ketentuan sebelum UUPA
Politik Hukum pada masa Pemerintahan Belanda
Asas Domein
Hak-Hak Atas Tanah menurut BW
Hak Atas Tanah menurut Hukum Adat
Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria
Perbandingan Politik Hukum Agraria Belanda dengan Hukum Agraria
Nasional
Ketentuan-Ketentuan yang dinyatakan tidak berlaku setelah
diundangkannya UUPA
Macam-macam Hak Atas Tanah menurut UUPA
Diskusi
Konversi Hak Atas Tanah yang berasal dari Hukum Barat dan Hak Atas
Tanah berdasarkan Hukum Adat
Penanganan Masalah Pertanahan
Buku Literatur
A. Siti Soetami, SH, 1995, Pengantar Tata Hukum
Indonesia, PT Eresco, Bandung;
Bachsan Mustafa, SH, 2001, Sistem Hukum
Administrasi Negara Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung;
Bachsan Mustafa, SH, 2003, Sistem Hukum
Indonesia Terpadu, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung;
SF. Marbun dan Moh. Mahfud MD, 1987, Pokok-
Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty,
Yogyakarta
Sudargo Gautama, 1981, Tafsiran Undang-Undang
Pokok Agraria, Alumni, Bandung;
Buku Literatur
Prof. Ir. Jakub Rais, M.Sc, 1978, Ilmu Ukur Tanah
Jilid 2, Diktat Kuliah FT Undip
Prof. Dr. C. F. G. Sunaryati Hartono, S.H, 1991,
Politik Hukum Menuju Sistem Hukum Nasional,
Alumni, Bandung
Prof. Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria
Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Jilid 1
Hukum Tanah Nasional, Penerbit Djambatan,
Jakarta
Prof. Dr. Achmad Sodiki, S.H, 2013, Politik Hukum
Agraria, Konstitusi Press (Konpress), Jakarta
Buku Literatur
Prof. Dr. Mhd. Yamin Lubis, SH, MS, CN, 2012,
Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju, Bandung
Erman Rajagukguk, 1995, Hukum Agraria, Pola
Penguasaan Tanah dan Kebutuhan Hidup, Chandra
Pratama, Jakarta
Muhammad Ilham Arisaputra, 2015, Reforma
Agraria di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta
Dr. H. Halim HS, S.H, M.S, 2016, Teknik Pembuatan
Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), Rajawali
Pers, Jakarta
Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H, S.IP, M.Hum,
2016, Politik Hukum, Studi Perbandingan dalam
Praktik Ketatanegaraan Islam dan Sistem Hukum
Barat, Prenadamedia Group, Jakarta
Buku Literatur
Eddy Ruchiyat, S.H, 1999, Politik Pertanahan
Nasional, Alumni, Bandung
Istilah dan Pengertian
Politik Hukum
Tidak sedikit dari para mahasiswa (hukum)
yang heran dan masygul ketika melihat bahwa
hukum ternyata tidak seperti yang dipahami
dan dibayangkan ketika di bangku kuliah.
Mereka heran ketika melihat bahwa hukum
tidak selalu dapat dilihat sebagai penjamin
kepastian hukum, penegak hak-hak
masyarakat, atau penjamin keadilan.
Istilah dan Pengertian
Politik Hukum
Banyak sekali peraturan hukum yang tumpul, tidak
mempan memotong kesewenang-wenangan, tidak
mampu menegakkan keadilan dan tidak dapat
menampilkan dirinya sebagai pedoman yang harus
diikuti dalam menyelesaikan berbagai kasus yang
seharusnya bisa dijawab oleh hukum. Bahkan
banyak produk hukum yang lebih banyak diwarnai
oleh kepentingan-kepentingan politik pemegang
kekuasaan dominan.
Mereka lantas bertanya : Mengapa hal itu terjadi?
Istilah dan Pengertian
Politik Hukum
Ternyata hukum tidak steril dari sub sistem
kemasyarakatan lainnya. Politik kerapkali
melakukan intervensi atas pembuatan dan
pelaksanaan hukum, sehingga muncul juga
pertanyaan berikutnya tentang sub sistem mana
antara hukum dan politik yang dalam kenyataannya
lebih subrematif. Dan pertanyaan-pertanyaan lain
yang lebih spesifik pun dapat mengemuka seperti,
bagaimanakah pengaruh politik terhadap hukum,
mengapa politik banyak mengintervensi hukum,
jenis sistem politik yang bagaimana yang dapat
melahirkan produk hukum yang berkarakter seperti
apa.
Istilah dan Pengertian
Politik Hukum
Upaya untuk memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan di atas, merupakan
upaya yang sudah memasuki wilayah politik
hukum.
Istilah dan Pengertian
Politik Hukum
Menurut Abdul Manan (2016:8), latar belakang
ilmiah yang menjadi raison d’entre kehadiran disiplin
politik hukum adalah rasa ketidakpuasan para
teoritisi hukum terhadap model pembentukan
hukum dan pengembangannya selama ini. Adanya
pasang surut perkembangan dan pergeseran studi
hukum ini disebabkan karena terjadinya perubahan
struktur sosial akibat modernisasi dan
industrialisasi politik, ekonomi dan pertumbuhan
piranti lunak ilmu pengetahuan.
Istilah dan Pengertian
Politik Hukum
Selanjutnya Abdul Manan (2016:8)
menyebutkan bahwa tidak dapat dipastikan
kapan disiplin politik hukum ini muncul dan
siapa penggagasnya. Menurut Bambang
Purnomo, Apeldorn dalam bukunya Ing Eiding
Tot De Studie Van Het Nederlandse Recht
secara samar-samar sudah menyebut istilah
politik hukum. Tetapi belum dijelaskan secara
terperinci tentang arti dari politik hukum itu.
Istilah dan Pengertian
Politik Hukum
Secara etimologis, politik hukum merupakan
terjemahan dari Bahasa Belanda, rechtpolitiek, yang
berarti politik hukum. Politik berarti beleid atau
dalam Bahasa Indonesia berarti kebijakan,
sedangkan kata kebijakan menurut para ahli hukum
merupakan serangkaian tindakan yang diusulkan
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan
dan kesempatan terhadap pelaksana usulan
kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan.
Istilah dan Pengertian
Politik Hukum
Menurut Padmo Wahyono, politik hukum adalah kebijakan
penyelenggaraan negara yang bersifat mendasar dalam
menentukan arah, bentuk, maupun isi dari hukum yang akan
dibentuk dan tentang apa yang dijadikan kriteria untuk
menghukumkan sesuatu berkaitan dengan hukum yang akan
datang.
HUKUM
HUKUM HUKUM
PUBLIK PRIVAT
HTN DALAM HUKUM (Dikutip dari Buku Sistem Hukum Administrasi Negara
ADMINISTRASI Indonesia, penulis Bahcsan Mustafa, Tahun 2001, hal 49)
ARTI SEMPIT NEGARA
Istilah dan Pengertian
Hukum Agraria
Diagram
Sesudah abad ke-19
HUKUM
HUKUM HUKUM
PUBLIK PRIVAT
HTUN
HTN HAN
HUKUM PIDANA
2. Hak Opstal
3. Hak Erfpacht
Hak Atas Tanah Menurut BW
Hak Eigendom
Hak Eigendom diatur berdasarkan Pasal 570, adalah hak
untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan
leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan
itu dengan kedalaman sepenuhnya, asal tidak
bersalahan dengan undang-undang atau peraturan
umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang
berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak
orang lain; kesemuanya itu dengan tidak mengurangi
kemungkinan akan pencabutan hak itu demi
kepentingan umum berdasar atas ketentuan undang-
undang dan pembayaran ganti rugi.
Hak Atas Tanah Menurut BW
Hak Opstal
Hak opstal diatur berdasarkan Pasal
771 yang berbunyi “Hak Opstal
adalah sesuatu hak kebendaan untuk
mempunyai gedung-gedung,
bangunan-bangunan dan penanaman
di atas pekarangan orang lain.”
Hak Atas Tanah Menurut BW
Hak Erfpacht
Hak Erfpacht diatur berdasarkan Pasal
720 yang berbunyi “Hak Erfpacht adalah
suatu hak kebendaan untuk menikmati
sepenuhnya akan kegunaan suatu
barang tak bergerak milik orang lain,
dengan kewajiban akan membayar upeti
tahunan kepada si pemilik sebagai
pengakuan akan kepemilikannya, baik
berupa uang, baik berupa hasil atau
pendapatan.”
Status Tanah Lainnya
1. Tanah Partikelir
2. Tanah Perdikan
3. Tanah Swapraja
4. Tanah Hak Ulayat
5. Tanah-Tanah Hak Adat
Status Tanah Lainnya
Tanah Partikelir
Tanah Partikelir adalah tanah eigendom di atas nama
pemiliknya mempunyai hak-hak pertuanan. Hak-hak
pertuanan adalah :
1) Hak untuk mengangkat atau mengesahkan pemilihan
serta memberhentikan pemilihan kepala-kepala
kampung atau desa atau kepala-kepala umum;
2) Hak untuk menuntut kerja paksa atau memungut uang
pengganti kerja paksa dari penduduk;
3) Hak mengadakan pungutan-pungutan baik yang
berupa uang atau hasil tanah dari penduduk;
4) Hak untuk mendirikan pasar-pasar, memungut biaya
pemakaian jalan dan penyebrangan;
5) Hak-hak yang menurut peraturan-peraturan lain dan/
atau adat setempat, sederajat dengan yang disebut
dalam sub b1 sampai dengan b4 tersebut di atas,
sebagaimana yang diatur dalam S.1912-442.
Status Tanah Lainnya
Tanah Perdikan
Tanah perdikan adalah tanah beserta fasilitas yang
diberikan kepada pendiri desa yang karena jasa-jasa
tertentu kepada raja atau sultan yang berkuasa
sebelum atau selama masa awal penjajahan
Belanda. Pendiri Desa diangkat sebagai Kepala
Desa, dengan jabatan yang bersifat turun temurun.
Desa Perdikan biasanya mempunyai hak istimewa,
yang berupa pembebasan dari pembai yaran pajak
tanah, dan menguasai tanah yang sangat luas, yang
dikerjakan oleh para warga desa sebagai penyekap
ataupenggarap bagi hasil. Desa Perdikan ini
terdapat di daerah Banyumas Provinsi Jawa Tengah.
Status Tanah Lainnya
Tanah Swapraja
Swapraja adalah suatu wilayah
pemerintahan yang merupakan bagian dari
daerah Hindia Belanda, dan kepala
wilayahnya dengan sebutan Sultan, Sunan
atau nama adat lainnya, berdasarkan
perjanjian dengan pemerintahan Hindia
belanda, menyelenggarakan pemerintahan
sendiri di wilayah yang bersangkutan
masing-masing, berdasarkan isi perjanjian
tersebut serta adat istiadat daerah
masing-masing yang beraneka ragam.
Status Tanah Lainnya
Tanah Hak Ulayat
Tanah Hak Ulayat adalah tanah yang
merupakan kepunyaan bersama, yang diyakini
sebagai karunia suatu kekuatan gaib atau
peninggalan nenek moyang kepada kelompok
yang merupakan masyarakat hukum adat,
sebagai unsur pendukung utama bagi
kehidupan dan penghidupan kelompok tersebut
sepanjang masa.
Kelompok tersebut bisa merupakan masyarakat
hukum adat yang teritorial (desa, marga, nagari,
huta). Bisa juga merupakan masyarakat hukum
adat genealogis atau keluarga, seperti suku dan
kaum di Minangkabau.
Status Tanah Lainnya
Tanah-Tanah Hak Adat
Hak atas tanah menurut hukum adat
pada dasarnya dibagi menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Hak milik perseorangan yang
turun temurun, atau dengan
singkat hak milik (erfelijk
individueel bezit);
2. Hak Milik Komunal, atau dengan
singkat disebut hak kommunal
(communal bezit).
Hak Atas Tanah menurut Hukum
Adat
Asas Nasionalisme
Asas Nasionalisme dalam hukum agraria
diikuti oleh sebagian besar negara-negara di
dunia, khususnya oleh negara-negara yang
sedang berkembang. Jadi, tanah itu hanya
disediakan untuk warga negara dari negara-
negara yang bersangkutan. Seperti di
Indonesia asas nasionalisme ini terdapat
dalam Pasal 21 ayat (1) UUPA Nomor 5
Tahun 1960 : “Hanya warga negara Indonesia
dapat mempunyai hak milik.”
Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
UU De Waal UUPA
1. Ideologi : Demokrasi Liberal kapitalis 1. Ideologi : Pancasila
2. Bersifat kolonial sehingga lebih 2. Bersifat nasional yang
mementingkan kolonialisme mengutamakan kepentingan
Belanda bangsa Indonesia
3. Tidak menjamin kepastian hukum 3. Menjamin kepastian hukum bagi
bagi bangsa Indonesia asli bangsa Indonesia
4. Menganut dualisme dalam hukum 4. Menganut unifikasi dalam hukum
tanah tanah
KETENTUAN-KETENTUAN
YANG DINYATAKAN TIDAK BERLAKU SETELAH
DIUNDANGKANNYA UUPA
Di dalam diktum pertama UUPA disebutkan bahwa dengan
berlakunya UUPA, maka beberapa peraturan yang menyangkut
keagrariaan dinyatakan dicabut :
a. Agrarische Wet 1870;
b. Domein Verkelaring;
c. Koninklijk Besluit dan peraturan pelaksanaannya;
d. Buku II BW sepanjang mengenai bumi, air serta kekayaan alam
yang terkandung didalamnya kecuali ketentuan-ketentuan
mengenai hipotik yang masih berlaku pada masa mulai
berlakunya UU ini.
Selain itu ada juga beberapa peraturan yang juga dinyatakan tidak
berlaku (dicabut), tetapi pencabutannya tidak dinyatakan secara
tegas dalam diktum dan pasal-pasal UUPA.
Peraturan yang dicabut secara tidak langsung ialah semua
peraturan keagrariaan yang bertentangan dengan jiwanya dengan
prinsip-prinsip UUPA.
MACAM-MACAM HAK ATAS TANAH MENURUT UUPA
c. Hak guna-ruang-angkasa.
MACAM-MACAM HAK ATAS TANAH MENURUT UUPA
Hak Pakai ialah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari
tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain,
yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam
keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya
atau dalam perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak
bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan UU ini.
Hak pakai dapat diberikan :
a. Selama jangka waktu tertentu atau selama tanahnya dipergunakan
untuk keperluan yang tertentu;
b. Dengan Cuma-Cuma, dengan pembayaran,atau pemberian jasa
berupa apapun.
Yang dapat mempunyai hak pakai adalah :
a. Warga negara Indonesia;
b. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
c. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia
d. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.
MACAM-MACAM HAK ATAS TANAH MENURUT UUPA
Tugas :