Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BLOK 2 (ISLAM DISIPLIN ILMU APOTEKER)

“KODE ETIK DAN SUMPAH APOTEKER BERDASARKAN NILAI-NILAI

KEISLAMAN”

NAMA : MUTMAINNAH SIRADJUDDIN


STAMBUK : 15120180129
DOSEN : Prof. DR. H. TADJUDDIN NAID.,S.Si.,M.Sc.,Apt

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT yang

atas rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya sehingga tugas makalah ini dapat

terselesaikan dengan baik. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta

salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi panutan

bagi seluruh umat, para sahabat dan keluarganya.

Makalah dengan judul “KODE ETIK DAN SUMPAH APOTEKER

BERDASARKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN” merupakan salah satu tugas dari

salah seorang dosen pada BLOK II ISLAM DISIPLIN ILMU APOTEKER

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Muslim

Indonesia.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan. Namun besar harapan penulis kiranya makalah ini dapat

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan. Besar harapan penulis adanya

kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di

masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa

saran yang membangun.

Makassar, 04 April 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Apoteker adalah sebuah profesi yang bergerak dibidang pengobatan,

dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian seorang Apoteker harus memiliki

sertifikat kompetensi profesi yang berlaku lima tahun dan dapat diperpanjang

untuk setiap lima tahun melalui uji kompetensi profesi apabila Apoteker tetap

akan menjalankan Pekerjaan Kefarmasian. Semua hal tersebut telah diatur

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menyadari pentingnya peranan seorang Apoteker sehingga dalam

menjalankan pekerjaan kefarmasian haruslah secara professional dan

berlandasakan ilmu pengetahuan dan etika profesi dalam melakukan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka sebagai seorang Apoteker

harus memiliki bekal ilmu pengetahuan, dan keterampilan yang cukup di

bidangnya baik dalam teori maupun praktek. Seorang Apoteker memiliki

banyak peran dalam dunia kesehatan terutama terkait pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan

dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat

atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,

bahan obat dan obat tradisional.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di

bidang kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi Pelayanan Kefarmasian

dari pengelolaan obat sebagai komoditi kepada pelayanan yang

komprehensif (pharmaceutical care) dalam pengertian tidak saja sebagai

pengelola obat namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup


pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang

benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan

akhir serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error).

Dalam pengabdian profesinya seorang apoteker harus berpedoman

pada satu ikatan moral yaitu kode etik apoteker Kode etik apoteker

merupakan salah satu pedoman untuk membatasi, mengatur, dan sebagai

petunjuk bagi farmasis dalam menjalankan profesinya secara baik dan benar

serta tidak melakukan perbuatan tercela yang terdiri dari kewajiban umum,

kewajiban terhadap masyarakat (pasien), kewajiban terhadap apoteker lain

(sejawat) dan kewajiban terhadap tenaga kesehatan lain.

Berdasarkan hasil keputusan kongres nasional yang k-18 pada tahun

2009 nomor 006/KONGRES/XVIII/ISFI/2009 mengenai kode etik apoteker

indonesia menyatakan bahwa kode etik yang telah disepakati akan dijadikan

sebagai pedoman dalam melakukan pembinaan kepada seluruh apoteker

dalam melaksanakan profesinya pada pengabdian kepada masyarakat.

Dalam kode etik telah diatur terkait kewajiban-kewajiban yang harus

dilakukan sebagai seorang apoteker terhadap pasien, teman sejawat dan

juga tenaga kesehatan lain. Pada kode etik ini semua aturan terkait profesi

Apoteker dijelaskan dalam bab per bab dan pasal perpasalnya.

Pada dasarnya seorang Apoteker yang melakukan praktek adalah

seorang Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian secara

bertanggung jawab karena telah melakukan sumpah apoteker. Sumpah

apoteker adalah pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi

atau bersumpah kepada Tuhan yang Maha Esa untuk melakasanakan tugas

sesuai dengan isi dalam naskah sumpah apoteker.


B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Apakah pengertian dari apoteker ?

2. Bagaimana kode etik seorang apoteker ?

3. Apakah isi dari sumpah apoteker ?

4. Bagaimana nilai-nilai keislaman seorang apoteker dalam melaksanakan

tugas tekait kode etik dan sumpah apoteker ?

C. TUJUAN

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup apoteker

2. Untuk mengetahui kode etik apoteker

3. Untuk mengetahui sumpah apoteker

4. Untuk mengatahui nilai-nilai keislaman


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP APOTEKER

Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker

dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,

Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten

Apoteker (Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009).

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan

telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Pelayanan Kefarmasian

merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah,dan

menyelesaikan masalah terkait Obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan

peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan

dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi

paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan

filosofiPelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care) (Permenkes No.58 thn

2014).

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian

mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas

resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan

obat dan obat tradisional. Adanya paradigma baru mengenai konsep

pelayanan kefarmasian yang pada masa sebelumnya hanya terfokus pada

pengolaan obat (drug oriented) sekarang ini telah beralih menjadi pelayanan

yang bersifat patient-oriented yaitu pelayanan menyeluruh terhadap pasien


melalui kegiatan Pharmaceutical Care. Pharmaceutical Care atau yang

disebut juga Asuhan Kefarmasian bertujuan untuk memastikan pasien

mendapat terapi obat rasional (aman, tepat, dan cost effective) serta

memastikan bahwa terapi yang diberikan adalah yang diinginkan pasien,

dengan tujuan akhir untuk memperoleh outcome yang dapat meningkatkan

kualitas hidup pasien (Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 51

tahun 2009).

B. KODE ETIK APOTEKER

Menurut ikatan apoteker Indonesia, 2009 tentang kode etik apoteker

Indonesia dan implementasi jabaran kode etik, kode etik seorang apoteker

yaitu :

Bahwasanya seorang Apoteker didalam menjalan kan tugas

kewajibannya serta dalam mengamalakan keahliannya harus senantiassa

mengharapkan bimbingan dan keridhoan Tuhan Yang Maha Esa. Apoteker

dalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya selalu

berpegang teguh kepada sumpah/janji apoteker. Menyadari akan hal-hal

tersebut Apoteker didalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu

ikatan molar yaitu :

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

 Seorang apoteker dalam melakukan pengabdian dan pengalaman ilmunya

haris disadari oleh sebuah niat luhur untuk kepentingan makhluk lain

sesuai dengan ketentuan Tuhan Yang Maha Esa.

 Sumpah dan janji apoteker adalah komitmen seorang apoteker yang harus

dijadikan landasan moral dalam pengabdian profesinya.


 Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti oleh

apoteker sebagai pedoman dan petunjuk serta standar prilaku dalam

bertindak dan mengambil keputusan.

BAB I

“KEWAJIBAN UMUM”

Pasal 1

Seorang apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati, dan

mengamalkan sumpah / janji apoteker.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Sumpah/ janji apoteker yang diucapkan seorang apoteker dapat

diamalkan dalam pengabdiannya, harus dihayati dengan baik dan dijadikan

landasan moral dalam setiap tindakan dan perilaku.

Dalam sumpah apoteker ada beberapa poin yang harus

diperlihatkan, yaitu :

1. Melaksanakan asuhan kefarmasian

2. Merahasiakan kondisi pasien, resep dan medication record untuk pasien

3. Melaksanakan praktik profesi susuai landasan praktik profesi yaitu ilmu,

hukum dan etik

Pasal 2

Seorang apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh

menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker Indonesia.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker

Indonesia dinilai dari : ada tidaknya laporan masyarakat, ada tidaknya laporan

dari sejawat apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain, serta tidak ada
laporan dari sejawat apoteker atau sejawat tenaga kesehatan lain. Serta tidak

ada laporan dari dinas kesehatan. Pengaturan pemberian sanksi ditetapkaan

dalam peraturan organisasi (PO).

Pasal 3

Seorang apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai

kompetensi apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang

teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

 setiap apoteker Indonesia harus mengerti, menghayati dan mengamalkan

kompetensi sesuai dengan standar kompetensi apoteker Indonesia.

Kompetensi yang dimaksud ialah : keterampilan, sikap dan perilaku yang

berdasarkan pada ilmu, hokum, etik

 ukuran kompetensi seorang apoteker dinilai lewat uji kompetensi

 kepentingan manusia harus menjadi pertimbangan utama dalam setiap

tindakan dan keputusan seorang apoteker Indonesia

 bilamana suatu saat seorang apoteker dihadapkan kepadda konflik

tanggung jawab professional, maka dari berbagai opsi yang ada, seorang

apoteker harus memilih resiko yang paling kecil dan paling tepat untuk

kepentingan pasien serta masyarakat

Pasal 4

Seorang apoteker harus selalu aktif mengukuti perkembangan

dibidang kesehatan pada umum nya dan dibidang farmasi pada khususnya.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

 seorang apoteker harus pengembangan pengetahuan dan keterampilan

profesionalnya secara terus menerus


 aktifitas seorang apoteker dalam mengikuti perkembangann di bidang

kesehatan, diakur dari nilai SKP yang diperoleh dari hasil uji kompetensi

 jumlah SKP minimal yang harus diperoleh apoteker ditetapkan dalam

peraturan organisasi

Pasal 5

Didalam menjalankan tugasnya seorang apoteker harus menjauhkan

diri dari usaha mencari keuntungan diri ssemata yang bertentangan dengan

martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

 seorang apoteker dalam tindakan profesionalnya harus menghindari diri

dari perbuatan yang akan merusak atau seseorang ataupun merugikan

orang lain

 seorang apoteker dalam menjalankan tugasnya dapt memperoleh

imbalan dari pasien dan masyarakat atas jasa yang diberikannya dengan

tetap memegang teguh kepada prinsip mendahulukan kepentingan

pasien

 besarnya jasa pelayanan ditetapkan dalam peraturan organisasi

Pasal 6

Seorang apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik

bagi orang lain.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

 seorang apoteker harus menjaga keprcayaan masyarakat atas profesi

yang disandangkan dengan jujur dan penuh integritas

 seorang apoteker tidak akan menyalahgunakan kemampuan

profesionalnya kepada orang lain


 seorang apoteker harus menjaga perilakunya dihadapan publik

Pasal 7

Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan

profesinya.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

 seorang apoteker memberikan informasi kepada pasien / masyarakat

harus dengan cara yang mudah dimengerti ddan yakin bahwa informasi

tersebut harus sesuai, relevan, dan “up to date”

 sebelum memberikan informasi apoteker harus menggali informasi yang

dibutuhkan dari pasien ataupun orang yang dating menemui apoteker

mengenai pasien serta penyakitnya

 seorang apoteker harus mampu berbagi informasi yang dibutuhkan dari

pasien ataupun orang yang dating menemui apoteker mengenai pasien

serta penyakitnya

 seorang apoteker harus mampu berbagi informasi mengenai pelayanan

kepada pasien dengan tenaga profesi kesehatan yang terlibat

 seorang apoteker harus senantiasa meningkatkan pemahaman

masyaratakat terhadap obat, dalam bentuk penyuluhan, memberikan

informasi secara jelas, melakukan monitoring penggunaan obat dan

sebagainya

 kegiatan penyuluhan ini mendapt nilai SKP

Pasal 8

Seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan

perundang-undangan dibidang kesehatan pada umumnya dan dibidang

farmasi pada khususnya.


Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Tidak ada alasan bagi apoteker tidak tahu peraturan perundangan

yang terkait dengan kefarmasian. Untuk itu setiap apoteker harus selalu aktif

mengikuti pertimbangan peraturan, sehingga setiap apoteker dapt

menjalankan profesinya dengan tetap berada dalam koridor peraturan

perundangan yang berlaku.

Apoteker harus membuat Standar Prosedur Operasional (SPO)

sebaagai peddoman kerja bagi seluruh personil diindustri, dan sarana

peelayanan kefarmasian susuai kewenangan atas dasar peraturan

perundangan yang ada.

BAB II

“KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN”

Pasal 9

Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus

mengutamakan kepentingan masyarakat. Menghormati hak asasi pasien dan

melindungi makhluk hidup insani.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

 kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama dari

seorang apoteker

 setiap tindakan dan keputusan professional dari apoteker harus berpihak

kepada kepentingan pasien dan masyarakat

 seorang apoteker harus mampu mendorong pasien untuk terlibat dalam

keputusan pengobatan mereka


 seorang apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk untuk menjaga

kesehatan pasien khususnya janin, bayi, anak-anak serta orang yang

dalam kondisi lemah

 seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien

adalah obat yang mnejamin mutu keamanan dan khasiat dan cara pakai

obat yang tepat

 seorang apoteker harus menjaga kerahasian pasien rahasia kefarmasian

dan rahasia kedokteran yang baik

 seorang apoteker harus menghormati keputusan profesi yang telah

ditetapkan oleh dokter dalam bentuk penulisan resep dan sebagainya

 dalam hal seorang apoteker akan mengambil kebijakan yang berbeda

dengan permintaan seorang dokter, maka apoteker harus melakukan

komunikasi dengan dokter tersebut, kecuali peraturaan perundangan

memproleh apoteker mengambil keputusan demi kepentingan pasien

BAB III

“KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT”

Pasal 10

Seorang apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya

sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

 setiap apoteker harus menghargai teman sejawatnya, termasuk rekan

kerjanya

 bilamana seorang apoteker dihadapkan kepada suatu situasi problematic,

baik secara moral atau paraturan perundangan yang berlaku, tentang


hibungannya dengan sejawatnya, maka komunikasi antar sejawat harus

dilakukan dengan baik dan santun

 apoteker harus berkoordinasi dengan IAI ataupun majelis Pembina etik

apoteker dalam menyelesaikan permasalahan dengan teman sejawat

Pasal 11

Sesame apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling

menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentun kode etik.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Bilamana seorang apoteker mengetahui sejawatnya melanggar kode

etik dengan cara yang santun dia harus nelakukan komunikasi dengan

sejawatnya tersebut untuk mengingatkan kekeliruan terebut. Bilamana

ternyata yang bersangkutan sulit menerima maka dia dapat menyampaikan

kepada pengurus cabang atau MPEAD secara berjenjang.

Pasal 12

Seorang apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk

meningkatkan kerja sama yang baik sesama apoteker didalam memelihara

keluhuran martabat jabatan kefarmasian. Serta memprtebal rasa saling

mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

 seorang apoteker harus menjalin dan memelihara kerja sama dengan

sejawat apoteker lainnya

 seorang apoteker harus membantu teman sejawatnya salam menjalankan

pengabdian peofesinya

 seorang apotker harus saling mempercayai teman sejawatnya dalam

menjalin memelihara kerjasama


BAB IV

“KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PETUGAS KESEHATAN LAIN”

Pasal 13

Seorang apoteker harus mempergunakan setiap kesmpatan untuk

mebangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,

menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehataan lain.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan

tenaga profesi kesehatan lainnya secara seimbang dan bermartabat.

Pasal 14

Seorang apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau

perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya

kepercayaaan masyarakaat kepada sejawat petugas kesehatan lain.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Bilamana seorang apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari

pelayanan profesi kesehatan lainnya, maka apoteker tersebut harus mampu

mengkomunikasikannya dengan baik kepada profesi tersebut, tanpa yang

bersangkutan harus merasa dipemalukan.

BAB V

“PENUTUP”

Pasal 13

Seorang apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan

mengamalkan kode etik apoteker Indonesia dalam menjaalankan tugas

kefarmasiannya sehari-sehari.
Jika seorang apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja

melanggar atau tidak memenuhi kode etik apoteker Indonesia, maka dia wajib

mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi

farmasi yang menanganinya (IAI) dan dan memprtanggungjawabkannya

kepada Tuahan Yang Maha Esa.

Implementasi – Jabaran Kode Etik :

Apabila apoteker melakukan pelanggaran kode etik apoteker, yang

bersangkutan dikenakan sanksi organisasi. Sanksi dapat berupa pembinaan,

peringatan pencabutan keanggotaan semnetara, dan pencabutan

keanggotaan tetap. Kriteria pelanggaran kode etik diatur dalam peraturan

organisasi dan ditetapkan setelah melalui kajian yang mendalam dari

MPEAD.

Selanjutnya MPEAD menyampaikan hasil telaahnya kepada pengurus

cabang, pengurus daerah dan MPEA.

C. SUMPAH APOTEKER

Sumpah apoteker adalah pernyataan yang diucapkan secara resmi

dengan bersaksi atau bersumpah kepada Tuhan yang Maha Esa untuk

melakasankan tugas sesuai dengan isi dalam naskah sumpah apoteker.

Sebelum seorang Apoteker melakukan jabatannya, maka ia harus

mengucapkan sumpah menurut cara agama yang dipeluknya, atau

mengucapkan janji, Ucapan sumpah dimulai dengan kata-kata "Demi Allah"

bagi mereka yang beragama Islam, dan sumpah untuk agama lain,

pemakaian kata-kata "Demi Allah" disesuaikan dengan kebiasaan agama

masing-masing. Sumpah/janji itu berbunyi sebagai berikut: (PP 20/1962)


a. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan,

terutama dalam bidang kesehatan.

b. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena

pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai apoteker.

c. Sekalipun diancam,saya tidak akan mempergunakan pengetahuan

kefarmasian saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum

perikemanusiaan.

d. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai

dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

e. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berihtiar dengan sungguh-

sungguh supaya tidak terpengaruh oleh perimbangan agama,

kebangsaan, kesukuan, pilitik, kepartaian, atau *16034 kedududkan social

f. Saya ikrarakn sumpah/janji deengan sungguh-sungguh dan dengan penuh

keinsyafan.

D. NILAI-NILAI KEISLAMAN

Dalam firman Allah SWT yang tertulis didalam Kitab Suci Al-quran dan

juga Hadis yang diriwayatkan menjadi landasan bagi seorang yang berprofesi

sebagai apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian yaitu:

1) Al-an’am (surah ke-6) ayat 135

“Wahai kaumku, bekerjalah sesuai dengan kesanggupan kamu masing-

masing. Sesungguhnya saya juga bekerja…….”

2) Al-Insyirah (surah ke-94) ayat 7

“Maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah (urusan

yang lain) dengan sungguh-sungguh”


3) Az-Zukhruf (surah ke-43) ayat 32

“…….Kami yang membagi-bagi mata pencaharian diantara mereka dalam

kehidupan dunia, dan kami tinggalkan sebagian diatas sebagian yang lain

beberapaa derajar derajat agar sebagian dapat bekerja untuk yang lain.

Adapun rahmat tuhanmu itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.

4) Hadis riwayat Balhaqi (6) halaman 184

“Apabila dibukakan bagi seseorang pintu rezeki maka hendaklah

melestarikannya”.

5) Hadis riwayat Abu-Ya’la (ibid) halaman 185

“Carilah rezeki diperut bumi”.

6) Hadis riwayat Ath-Thusi

“Allah memberi rejeki kepada hambanya sesuai dengan kegiatan dan

kemauan keraasnya (ambinya)”.

Berdasarkan firman Allah SWT tertulis didalam Kitab Suci Al-quran dan

juga beberapa Hadis yang menjelaskan terkait usaha dan kerja keras,

sehingga sebagai Apoteker yang profesional kita diharuskan bekerja dengan

berlandaskan kode etik Apoteker dan juga Kitab Suci Al-Qur’an serta

hadisnya agar segala sesuatu yang kita lakukan dalam pekerjaan

kefarmasian berdampak positif untuk diri kita juga orang lain serta diridhoi

oleh Allah SWT.

1) Hadis riwayat Bukhari (ibid) halaman 38

“Seorang arab dusun bertanya: ‘kapan datangnya saat (kiamat)’, Nabi

menjawab : ‘Apabila amanat diabaikan’, Tanya lagi : ‘Bagaimana


hilangnya amat itu?’, jawab beliau: ‘ apabila suatu urusan diserahkan

kepada yang bukan ahlinya’, tunggulah saat kehancurannya”.

2) Hadis riwayat muslim (6) halaman 34

“ Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah dari pada

seorang mukmin yang lemah dalam semua kebaikan, jagalah apa yang

menguntungkan kamu dan mohonlah pertolongan Allah, dan jangan patah

semangat. Jika timpa suatu musibah janganlah berkata: ‘Seandainya aku

melakukan ini dan itu…. Tetapi katakanlah: ‘ini adalah takdir Allah dan apa

yang yang dikehendaki Allah pasti akat terjadi’. Ketahuilah bahwa ucapan

‘andaikata’ tiu membuka peluang bagi perbuatan syetan”

3) Hadis riwayat Bukhori dan Muslim (ibid) halaman 183

“Seorang laki-laki yang membawa tali kemudian mencari kayu bakar lalu

dibawahnya kepasar untuk dijual, kemudian dengan uang itu ia cukupi

kebutuhan dan nafkah dirinya, lebih baik dari pada seseorang yang

meminta-menita, diberi ataupun tidak”.

4) Hadis riwayat muslim (ibid) halaman 277

“Tanda-tanda munafik itu ada 3 yaitu : apabila berbicara dusta, bila

berjanji tidak ditepati dan bila diamati dia berkhianat”.

5) Ali-imran ayat 161

“Dan tidak mungkin seseorng nabi itu akan menggelapkan (korupsi) harta

rampasan perang. Siapa yang menggelapkan maka dia akan dating

dengan apa yang digelapkannya itu pada hari kiamat kemudian

disempurnakan pembalasan kepada setiap orang kepada setiap orang

semua perbuatan mereka, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun juga”.


Dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian didalam menjalan kan

tugas kewajibannya serta dalam mengamalakan keahliannya harus

senantiassa mengharapkan bimbingan dan keridhoan Tuhan Yang Maha Esa.

Apoteker dalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya

selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji apoteker. Apoteker berpedoman

pada satu ikatan molar dan bekerja dengan selalu mengutamakan dan

berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan

kewajibannya sehingga kepentingan masyarakat menjadi hal paling utama.


BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan

telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Sumpah apoteker adalah

pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi atau bersumpah

kepada Tuhan yang Maha Esa untuk melakasankan tugas sesuai dengan isi

dalam naskah sumpah apoteker. Profesi apoteker harus memiliki kode etik

baik terhadap teman sejawat maupun terhadap tenaga kesehatan lain.

Seorang apoteker dalam melaksanakan tugas dan keahlian dilakukan sesuai

dengan nilai keislaman.

B. SARAN

Sebagai seorang Apoteker profesional yang telah mengucap sumpah

apoteker disarankan untuk tetap melaksanakan pekerjaan kefarmasian sesuai

dengan kode etik yang telah berlaku


DAFTAR PUSTAKA

Al-quran dan Hadis

Ikatan Apoteker Indonesia, 2009, “Kode Etik Apoteker Indonesia dan


Implementasi-Jabaran kode etik”: Jakarta.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014, “Peraturan menteri kesehatan


republic indonesi nomor 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan
kefarmasian dirumah sakit.

Peraturan pemerintah republic Indonesia nomor 51 tahun 2009 tentang


pekerjaan kefarmasian.

PP 20/1962, lafal sumpah janji apoteker oleh presiden republic Indonesia


nomor : 20 tahun 1962. Jakarta

Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

Anda mungkin juga menyukai