Disusun Oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas
mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan yang membahas tentang “Pendidikan Profesi
Guru”. Terimakasih pula kami ucapkan kepada Dosen yang telah memberikan
kepercayaan kepada kami dalam menyelesaikan tugas Etika dan Profesi Keguruan.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini pada akhirnya. Akhir kata, kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG ......................................................................................... 1
1.2. RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 2
1.3. TUJUAN PENULISAN ...................................................................................... 3
BAB 2. PEMBAHASAN ............................................................................................. 4
2.1. Pengertian Pendidikan Profesi Guru .................................................................. 4
2.2. Tujuan Program Pendidikan Profesi Guru ........................................................ 5
2.3. Kualifikasi Akademik Calon Pesera Didik Pendidikan Profesi Guru Profesi
Guru ....................................................................................................................... 6
2.4. Kurikulum Pendidikan Profesi Guru ................................................................. 7
2.5. Sistem Pembelajaran dan Uji Kompetensi Program Pendidikan Profesi
Guru ....................................................................................................................... 8
2.6. Landasan Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG) ................................. 9
2.7. Manfaat Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG) ................................. 11
2.8. Standar yang Dipersyaratkan Menjadi Guru yang Professional dan Sikap
Profesional Keguruan ........................................................................................ 12
2.9. Hambatan – Hambatan Menjadi Guru Professional dan Upaya - Upaya
Pemecahannya .................................................................................................... 20
2.10. Permasalahan yang Muncul dari Implementasi PPG dan Solusinya serta
Implikasi Pendidikan Profesi Guru dalam Pendidikan. ................................ 23
BAB 3. PENUTUP ................................................................................................................ 29
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 29
3.2. Saran ..................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 30
iii
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
Salah satu bagian dari komponen pendidikan dewasa ini yang penting adalah
guru yang profesional. Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 (pasal
1 ayat 1) dinyatakan bahwa : guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing,mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar
dan menengah. Guru profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan
tugas-tugas yang ditandai oleh keahlian baik dalam materi maupun metode, rasa
tanggung jawab, pribadi, sosial, intelektual moral dan spiritual, dan rasa kesejawatan
yaitu rasa kebersamaan di antara sesama guru. Perwujudan unjuk kerja profesional
guru ditunjang dengan jiwa profesionalisme. Jiwa profesionalisme yaitu sikap mental
yang senantiasa mendorong untuk mewujudkan diri sebagai guru yang profesional.
Kualitas profesionalisme dapat ditunjukkan melalui pola pikir dan perilaku kerja
sebagai berikut : (1) Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati
standar ideal. (2) Meningkatkan dan memelihara citra profesi. (3) Keinginan untuk
1
senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat
meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya. (4)
Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi. (5) Memiliki kebanggaan terhadap
profesinya.
Pola pikir dan perilaku kerja tersebut semestinya menginternal dalam diri
seorang guru, namun realita dan fakta berbicara lain. Kompas tanggal 20 September
2010 dalam salah satu pemberitaannya mengatakan guru-guru di jenjang sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah yang berperan besar untuk mendukung pendidikan dasar
berkualitas justru tertinggal secara akademik, bahkan dari sekitar 1,48 juta guru SD
yang ada saat ini, sekitar 25 % berpendidikan SMA. Kondisi guru yang masih jauh
dari kualifikasi profesional tersebut berdampak pada proses pembelajaran yang
seharusnya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, dan menyenangkan masih
jauh dari harapan. Begitu pun suasana pendidikan yang menantang dan memotivasi
siswa kreatif belum dapat diterapkan.
2
1.3. TUJUAN PENULISAN
3
BAB 2. PEMBAHASAN
2.
4
2.2. Tujuan Program Pendidikan Profesi Guru
Tujuan umum PPG tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu
menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Oemar Hamalik ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan
mengadakan pelatihan antara lain:
5
Penguasaan dan kemampuan melaksanakan kompetensi secara prima
dalam arti efektif dan efesien, menempatkan profesi guru sebagai sebuah
profesi. Djojonegoro (1998) menyatakan bahwa profesionalisme dalam suatu
jabatan ditentukan oleh tiga faktor penting. Faktor tersebut dapat disajikan
sebagai berikut :
6
2.4. Kurikulum Pendidikan Profesi Guru
Dikemukakan pada landasan konseptual dan yang tertuang dalam Pasal 1 (13)
PP No. 19/2005 tentang SNP, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pasal 9 PP No. 19/2005 tentang SNP mengemukakan bahwa kerangka dasar dan
struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan sendiri untuk setiap program
studi. Masing-masing LPTK yang akan menyelenggarakan PPG, dan dapat menyusun
sendiri kurikulumnya, baik kurikulum PPG pasca S1/D-IV Non Kependidikan. LPTK
penyelenggara melakukan kerjasama dalam pengembangan kurikulum dengan
difasilitasi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, dengan kerjasama ini deharapkan
terwujudnya kurikulum PPG yang setara dalam menjaga mutu LPTK penyelenggara
dan akan memudahkan mahasiswa pindah dari satu PPG ke PPG lainnya serta
memudahkan dalam penilain jika terjadi mobilitas guru dari satu daerah ke daerah
lain.
7
Kompetensi akademik adalah seluruh bekal yang bersifat basis keilmuan dari
kegiatan mendidik yang akan di aplikasikan secara otentik dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan di lapangan.
8
menulis hasil pembelajaran, menindak lanjuti hasil pembelajaran,
serta melakukan pembembingan pada pelatih.
a. Uji kompetensi sebagai ujian akhir terdiri dari ujian tulis ujian
kinerja, ditempuh setelah peserta lulus semua program PPG.
b. Ujian tulis di laksanakan oleh program studi/jurusan penyelenggara,
xedangkan ujian kinerja dilaksanakan oleh program studi/jurusan
dengan melibatkan organisasi profesi atau pihak eksternal yang
professional dan relevan.
c. Peserta yang lulus uji kompetensi yang memperoleh sertifikat
pendidik bernomor registrasi yang di keluarkan oleh PPG.
9
c. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, Selanjutnya
dikatakan pula bahwa:
1.) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan
mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
2.) Penyelenggara pendidikan oleh masyarakat berkewajiban dan
mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang
diselenggarakannya.
3.) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membantu pembinaan dan
pengembangan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan formal
yang diselenggarakan oleh masyarkat.
2.6.2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen
Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan mengenai pendidikan profesi
guru dinyatakan bahwa:
a. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasamani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tunggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan
ditetapkan oleh pemerintah.
c. Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan dan
akuntabel.
d. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk
peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru
dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.[26]
10
2.7. Manfaat Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Guru sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan
kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. Pelatihan yang dilakukan,
disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus
mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik, serta lingkungannya.
11
Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan
ini meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru
untuk menghasilkan guru yang professional, walaupun jabatan profesi guru belum
dikatakan penuh, namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan
penghasilan guru, pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang semakin baik, dan
lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru sehingga ada sertifikasi guru
melalui Akta Mengajar.
2.8. Standar yang Dipersyaratkan Menjadi Guru yang Professional dan Sikap
Profesional Keguruan
12
menyatakan secara jelas bahwa kualifikasi guru setidak - tidaknya
berpendidikan sarjana atau program diploma empat.
13
berguna bagi diri dan keluarganya kelak. Guru bekerja melaksanakan tugas
profesionalnya kependidikan tidak karena takut pada pimpinannya, tetapi
karena panggilan tugas profesionalnya dan juga ibadahnya.
Tugas dan kewajiban guru baik yang terkait langsung dengan proses
belajar mengajar maupun tidak terkait langsung, sangatlah banyak dan
berpengaruh pada hasil belajar mengajar. Perlu diperhatikan secara
sungguh – sungguh bagaimana memberikan prioritas yang tinggi kepada
guru, sehingga mereka dapat memperoeh kesempatan untuk selalu
meningkatkan kemampuan melaksanakan tugas sebagai guru. Guru harus
diberikan kepercayaan untuk melaksanakan tugasnya melakukan proses
belajar mengajar yang baik. Guru perlu diberi dorongan dan suasana
kondusif untuk menemukan berbagai alternatif metode dan cara
mengembangkan proses pembelajaran sesuai perkembangan zaman.
14
guru yang professional, yaitu : tugas administrasi kurikulum dan
pengembangannya, pengelolaan peserta didik, personel, prasarana dan
sarana, keuangan, layanan khusus, dan hubungan sekolah masyarakat.
Dilihat dari segi pembebanan, persoalan di atas merupakan yang sangat
memberatkan tugas guru karena tidak terkait langsung dengan tugas
mengajarnya. Tugas - tugas tersebut ternyata ada kaitannya dengan
ketertiban dan kerapian tugas guru.
15
b. Sikap - Sikap Proffesional Keguruan
16
dalam PGRI dan berkewajiban serta bertanggung jawab untuk
menjalankan, membina, memelihara dan memajukan PGRI sebagai
organisasi profesi. Baik sebagai pengurus ataupun sebagai anggota. Hal ini
dipertegas dalam dasar keenam kode etik guru bahwa Guru secara pribadi
dan bersama-sama mengembangkan, dan meningkatkan martabat
profesinya. Peningkatan mutu profesi dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti penataran, lokakarya, pendidikan lanjutan, pendidikan dalam
jabatan, studi perbandingan dan berbagai kegiatan akademik lainnya, jadi
kegiatan pembinaan profesi tidak hanya terbatas pada pendidikan
prajabatan atau pendidikan lanjutan di perguruan tinggi saja, melainkan
dapat juga dilakukan setelah lulus dari pendidikan prajabatan ataupun
dalam melaksanakan jabatan.
17
kepentingan bersama, dan tidak mementingkan kepentingan sendiri dengan
mengorbankan kepentingan orang lain, sehingga kemajuan sekolah pada
khususnya dan kemajuan pendidikan pada umumnya dapat terlaksana.
Sikap ini hendaknya juga dilaksanakan dalam pergaulan yang lebih luas
yaitu sesama guru dadri sekolah lain.
18
5) Sikap Tempat Kerja
19
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Guru selalu dituntut
untuk secara terus-menerus meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan
meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir yang
keenam dalam Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi: Guru secara
pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
20
b. Tugas – tugas administrasi guru yang dianggap memberatkan. Guru
beranggapan bahwa merasa cukup lama dan berpengalaman menjadi
guru, semuanya sudah dimengerti dan hapal di “luar kepala”, sehingga
akibatnya, sebagian besar tugas administrasi dibuat dengan setengah
terpaksa hanya untuk menyenangkan hati atasan.
c. Minimnya niat guru untuk menjadi guru yang profesional (pasrah dengan
kemampuan dan keadaan). Anggapan bahwa guru berprestasi
maupun tidak berprestasi pun gajinya sama, inilah yang membuat
sebagian guru kurang termotivasi untuk meningkatkan kompetensi dan
kualitas pendidikannya.
d. Kurangnya memanfaatkan waktu di sekolah untuk bertukar pengalaman
dengan guru sejawat tentang pengalaman – pengalaman proses belajar
mengajar (PBM) yang baik. Guru beranggapan kewajiban atau
tugasnya hanya sekadar mengajar di kelas, tanpa mau mengembangkan
aspek lainnya yang berkaitan dengan peningkatan atau pengembangan
kualitas akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan tanpa malu-
malu, kecenderungan guru kini ada kebiasaan yang kurang produktif di
ruang guru yaitu pada saat PBM di kelas berakhir sebagian
guru membahas atau bertukar pikiran tentang hal-hal yang tidak ada
kaitannya dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran melainkan
membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pola – pola kehidupan
materialistis, konsumtif, ngegosip, membicarakan kelemahan orang lain,
dan sejenisnya.
e. Kurangnya minat guru untuk berinovasi. Guru beranggapan bahwa apa
yang sudah dilakukan pada PBM di nilai masih baik dan tidak ada
kendala. Hal inilah yang membuat merasa nyaman dan tidak perlu “aneh-
aneh” dalam memberikan pendidikan pada siswa.
21
f. Kurang tersedianya fasilitas pendidikan yang menunjang PBM.
Pelaksanaan PBM berjalan tidak efektif dan cenderung penyampaian
materi bahan ajar dari guru tidak berkembang dengan semestinya, yaitu
dengan strategi pembelajarn yang inovati, bervariasi dalam alat dan
media, namun cenderung monoton.
22
berbagai kegiatan, antara lain : pendidikan dan pelatihan sertifikasi guru,
kursus, seminar pendidikan dan pengembangan profesi guru lainnya.
5. Guru harus diberi ruang untuk berprestasi dan diberi apresiasi apabila
dapat menunjukkan kualitas dan kompetensi di atas ketentuan standar.
Ruang tersebut, misalnya pemilihan guru berprestasi, Kompetisi Simulasi
pembelajaran kelas yang efektif, dan lainnya. Hal ini penting untuk
memotivasi kerja dan budaya kompetisi dalam tugas dan fungsinya dalam
pendidikan. Pemberian ini dapat dilakukan oleh Pemerintah atau
Yayasan, Sebaliknya apabila guru kurang berprestasi dan tidak
mencerminkan seorang guru perlu juga diberi pembinaan dan “hukuman”
dengan maksud memotivasi kembali tugas dan perannya dalam dunia
pendidikan.
2.10. Permasalahan yang Muncul dari Implementasi PPG dan Solusinya serta
Implikasi Pendidikan Profesi Guru dalam Pendidikan.
a. Masalah pertama
23
memiliki sertifikat pendidik, namun kalau PPG ditunda, akan berdampak
kurang baik bagi upaya peningkatan mutu guru.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah PPG bagi guru dalam jabatan.
Artinya, guru dalam jabatan, khususnya yang masih muda sehingga urutan
untuk mengikuti sertifikasi masih lama namun berprestasi, diberi peluang
untuk mengikuti PPG. Pola ini sekaligus untuk mendorong guru untuk
berprestasi agar memperoleh peluang ikut PPG, walaupun usianya masih
muda.
Adanya koordinasi yang baik antara LPTK pelaksana PPG dengan
Kemdikbud dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, jika pola tersebut di atas
diterapkan. Mengapa? Ketika peserta lulus dan mendapatkan sertifikat
pendidik, berarti pada 1 Januari tahun berikutnya yang bersangkutan berhak
mendapatkan tunjangan profesi, dengan demikian jumlah peserta harus
diperhitungkan sebagai bagian dari program sertifikasi guru, khususnya
dalam menghitung jumlah guru yang mendaptkan tunjangan profesi.
Koordinasi akan menjadi semakin kompleks karena harus
mempertimbangkan proporsi antar kabupaten / kota dan juga antara jenjang
dan jenis sekolah.
Beriringan dengan pola tersebut, PPG untuk guru pra jabatan tetap dapat
dimulai, namun hanya untuk mereka yang nantinya ditempatkan di sekolah-
sekolah daerah terpencil, pedalaman dan perbatasan. Pola ini sekaligus untuk
mendorong guru yang “bermutu” untuk bertugas didaerah yang selama ini
selalu kekurangan guru. Pola ini sebaiknya dikaitkan juga dengan pola
pembinaan karier guru. Tentu tidak bijak mempertahankan guru bertugas
disuatu daerah, apalagi daerah terpencil selamalamanya, sebagaimana
profesi atau bahkan manusia biasa, seseorang memerlukan penyegaraan
dalam bekerja dan salah satu caranya dengan berpindah tempat atau pindah
bagian agar tidak jenuh.
24
Perpindahan tugas guru sebaiknya merupakan bagian dari pembinaan
karier. Sangat ideal jika kedua pola tersebut dapat dicari interseksinya.
Dibuka pintu bagi guru dalam jabatan untuk mengikuti PPG, tetapi setelah
lulus tidak kembali ke sekolah tempat semula mengajar, tetapi
dipindahtugaskan ke sekolah “terpencil” yang pada umumnya kekurangan
guru. Apabila pola ini dapat dilakukan, sekaligus akan mengurangi
penumpukan guru di daerah/sekolah tertentu.
b. Masalah kedua
25
Bagaimana dengan mahasiswa yang telah lulus S1 dengan “kurikulum
lama”? Tentunya mereka memilki “hak” untuk langsung menjadi guru (
tanpa harus melalui PPG ), karena selama kuliah telah menempuh mata
kuliah PPL yang merupakan wahana belajar “menjadi guru”. Nah, jika
'kurikulum baru” S1 LPTK baru diterapkan tahun akademik 2013/2014,
berarti mahasiswa angkatan 2012/2013 masih berhak langsung menjadi guru
saat mereka lulus nanti. Mereka akan lulus sekitar tahun 2016, jika
diasumsikan mereka memerlukan waktu tiga tahun untuk mendapatkan
pekerjaan, berarti sampai tahun 2019, masih harus diberikan peluang
pengangkatan guru baru lulusan S1 LPTK ( tanpa harus menempuh PPG ).
Bertolak dari uraian diatas, diperlukan “ exit strategy “ pelaksanaan PPG
agar tidak menimbulkan masalah sosial, khususnya dari ketidakpuasan
lulusan S1 LPTK “ kurikulum lama”. Dengan asumsi PPG mulai
dilaksanakan tahun 2013, maka biarkan antara tahun 2013 s.d 2019, baik
lulusan PPG maupun lulusan S1 LPTK dengan kurikulum lama “ sama-sama
diberi peluang langsung menjadi guru. Silahkan lapangan yang melakukan
saringan. Baru pada tahun 2020 semua guru harus lulusan PPG, setelah
lulusan terahkir S1 LPTK dengan 'kurikulum lama” diberi waktu tiga tahun
untuk mendapatkan tempat bekerja.
c. Masalah ketiga
26
833.346 orang ( Ditnaga, 2013 ). Dengan asumsi jumlah lulusan sekitar 1/5
dari populasi mahasiswa, berarti jumlah lulusan akan mencapai sekitar
190.000 orang pertahun. Dengan jumlah guru sekitar 3 juta, maka dengan
asumsi penyebaran usia mereka merata untuk pengganti pensiun akan
diperlukan guru baru sekitar 60.000 orang pertahun. Padahal dengan jumlah
guru 3 juta orang, secara agregat nasional Indoneisa sudah kelebihan guru.
Terbukti, ketika program sertifikasi dilaksanakan dan guru “terpaksa”
memenuhi kewajiban jam mengajar 24 jam /minggu banyak sekolah yang
mengeluarkan guru honorer, karena jam mengajarnya “diminta” guru
PNS/guru tetap, jadi angka kebutuhan guru baru pengganti pensiun sekitar
60.000 orang/tahun terrsebut secara rasional. PP 74/2008, pasal 9 ayat ( 1 )
menyebutkan bahwa jumlah mahasiswa PPG ditentukan pertahun oleh
Mendikbud. Maksudnya agar jumlah lulusan nanti sesuai dengan kebutuhan
guru dilapangan. Pola pikir tersebut, tentunya penerimaan mahasiswa PPG
per tahun juga sekitar 60.000 orang, sementara itu lulusan LPTK yang tentu
nantinya akan ingin masuk PPG sekitar 190.000 orang. Bukankah
kesenjangan yang sangat besar.
27
2.10.2. Implikasi Pendidikan Profesi Guru dalam Pendidikan.
28
BAB 3. PENUTUP
3. B
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 8 tahun 2009 Tentang Pendidikan Profesi
Guru Prajabatan
dibawah standar.
30