PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
World Health Organization menempatkan Indonesia pada posisi dengan
kasus gizi buruk tinggi, yaitu tertinggi kelima di dunia. Pada tahun 2005,
sebanyak lima juta balita Indonesia menderita gizi buruk. Jumlah itu sama
dengan 27.5% dari total populasi balita.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13% balita
berstatus gizi kurang, 4,9% diantaranya berstatus gizi buruk. Data yang sama
juga menunjukkan 13,3% anak kurus, 6% diantaranya anak sangat kurus dan
17% anak tergolong sangat pendek.
Keadaan ini berpengaruh pada masih tingginya angka kematian bayi.
Menurut WHO, 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan
gizi buruk. Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat.
Masalah gizi buruk paling tinggi menyerang usia bayi. Hal ini disebabkan
dalam siklus kehidupan manusia, bayi berada dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan yang paling pesat. Bayi yang dilahirkan dengan sehat, pada
umur 6 bulan akan mencapai pertumbuhan atau berat badan dua kali lipat
daripada saat dilahirkan.
ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI pada bayi dan tidak memberi
bayi makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan
vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan, yang dilakukan
sampai bayi berumur 6 bulan.
Menurut WHO/ UNICEF, cara pemberian makanan pada bayi dan anak
yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai
usia 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai usia 2 tahun. Mulai 6
bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembangnya.
ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak
mendapatkan ASI, maka Departemen Kesehatan telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia.
Di Indonesia, penelitian dan pengamatan yang dilakukan diberbagai daerah
menunjukan dengan jelas adanya kecenderungan semakin meningkatnya
jumlah ibu yang tidak menyusui bayinya. Berdasarkan Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002, hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI
pada hari pertama. Sedangkan pemberian ASI pada bayi berusia kurang dari 2
bulan sebesar 64% , antara 2-3 bulan 45,5%, antara 4-5 bulan 13,9% dan antara
6-7 bulan 7,8%. Bayi yang berusia di bawah 2 bulan, 13% diantaranya telah
diberikan susu dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberikan makanan
tambahan. Bayi berusia dibawah 6 bukan yang menggunakan susu formula
sejumlah 76,6% pada bayi yang tidak disusui dan 18,1% pada bayi yang
disusui.
Sedangkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 bayi dan
anak bawah usia lima tahun (Balita) yang pernah disusui hanya 90,3%.
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa praktik pemberian ASIdi perdesaan relatif
lebih tinggi daripada di perkotaan. Bayi dan anak balita yang pernah diberi
ASIdi perdesaan 91,8%, sedangkan di perkotaan 88,8%. Praktik pemberian
ASImenurut status ekonomi rumah tangga terdapat kecenderungan semakin
tinggi status ekonomi rumah tangga semakin rendah praktik pemberian
ASIpada bayi dan balita. Pada kelompok status ekonomi terendah praktik
pemberian ASImencapai 92,3%, sedangkan pada kelompok status ekonomi
tertinggi hanya 85,7%. Sumber data cakupan pemberian ASI Eksklusif di
Indonesia antara lain dari SDKI, laporan program dan Riskesdas 2010. Metode
yang digunakan dalam pengumpulan data cakupan pemberian ASI Eksklusif
SDKI 2002 dan 2007 adalah metode recall 24 jam dengan batasan umur 0-5
bulan. Menurut SDKI 2002 cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur
0-5 bulan adalah 40,0 persen dan pada tahun 2007 turun menjadi 32,0 persen.
Angka tersebut adalah angka rata rata cakupan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi umur 0-5 bulan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Biak Kota
1.3.2 Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang pentingnya
pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Biak Kota
b. Menigkatkan pengetahuan kepada ibu-ibu tentang pemberian ASI
Eksklusif di Puskesmas Biak Kota
1.4 Manfaat
a. Bagi Puskesmas
Sebagai informasi dan masukan dalam rangka peningkatan program
pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Biak Kota
b. Bagi masyarakat
- Terciptanya masyarakat yang sadar akan pentingnya pemberian ASI
Eksklusif untuk bayi
- Memberikan pengetahuan bagi para ibu tentang pemberian ASI
Eksklusif yang benar
- Memberikan informasi serta solusi bagi ibu-ibu yang bekerja dalam
masa menyusui.