Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERSAINGAN USAHA TIDAK

SEHAT DI INDONESIA

Oleh :
Andos Rewindo Sirait
Dosen Fakultas Hukum Universitas Quality
Email : andoshukum89@gmail.com

Abstrak
Perkembangan dunia usaha tidak dapat dipungkiri sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik itu faktor internal maupun eksternal. Perkembangan dunia usaha baik
dahulu, sekarang bahkan sampai kepada masa yang akan datang tidak terlepas dari peran
para pebisnis atau pelaku usaha dalam menjalan usaha atau bisnisnya. Cepatnya
perkembangan dunia usaha dan disertai tingginya permintaan (demand) pasar atau suatu
barang kebutuhan (komoditi) membuat serta mendorong para pelaku usaha untuk
mengadakan inovasi secara terus – menerus yang disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen, sehingga konsumen tidak lari dan dapat membuat pasar menjadi lesu.
Persaingan usaha yang tidak sehat terjadi bukan tanpa alasan, melainkan ada
sebab tertentu yang menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat tersebut.
Terjadinya Persaingan usaha yang tidak sehat sudah dapat dipastikan dilakukan oleh
pelaku usaha baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri untuk menentukan atau
membuat suatu keadaan yang menguntungkan pelaku usaha itu sendiri. Faktor yang
menyebabkan persaingan usaha yang tidak sehat bisa terjadi dikarenakan adanya suatu
keadaaan yang menguntungkan pelaku usaha dan memanfaatkan demi kepentingan serta
keuntungan pelaku usaha tersebut, meskipun hal tersebut pada akhirnya akan merugikan
pelaku usaha lainnya. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat tidak hanya dibuat untuk melindungi
konsumen, akan tetapi pelaku usaha lainnya yang tidak ikut atau turut serta melakukan
persaingan usaha tidak sehat. Undang-undang tersebut melarang pelaku usaha yang
berniat melakukan persaingan tidak sehat agar tidak melakukannya dalam bentuk apapun
yang merugikan pelaku usaha lainnya. Sehingga maksud undang-undang ini untuk
melindungi pelaku usaha yang ingin bersaing secara sehat dapat dilindungi.
Kata Kunci : Globalisasi Ekonomi, Persaingan Usaha, Pelaku Usaha

Abstract
The development of the business world can not be denied is influenced by various factors
both internal and external, factors. The development of the business world both past,
present and even to the future of the role of businessmen or entrepreneurs in running a
business or business. The rapid development of the business world and with the high
demand (demand) market or a goods (commodities) to create and encourage businesses
to conduct innovation continue - constantly adapted to the needs of consumers, so that
consumers do not run and can make the market become sluggish.
Unhealthy competition was not without reason, but there are certain reasons that led to
the unfair competition. The occurrence of unfair business competition has certainly done
by the business either together or individually to determine or make a favorable state
business operators themselves. Factors that lead to unhealthy competition can occur due
to a favorable circumstances, businesses and take advantage of the sake and the benefit
of the business operators, although it will eventually hurt other businesses. Law No. 5 of
1999 concerning Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business Competition
is not only designed to protect consumers, but other businesses that did not participate or
was involved in the unfair competition. The law prohibits businesses that intend to unfair
competition that does not do any harm in the form of other businesses. So the purpose of
this law to protect businesses that wish to compete in a healthy manner can be protected.
Keywords: Economic Globalization, Competition, business communities

I. Pendahuluan untuk mengadakan inovasi secara terus –


A. Latar Belakang menerus yang disesuaikan dengan
Globalisasi ekonomi sebagai suatu kebutuhan konsumen, sehingga
fenomena pada dekade terakhir ini tidak konsumen tidak lari dan dapat membuat
bisa dihindari. Kehadiran Indonesia pasar menjadi lesu.Banyak peristiwa
dalam peta ekonomi, menuntut persaingan usaha tidak sehat yang
kemampuan untuk berkembang sebagai terjadi, sehingga melatar belakangi
suatu kekuatan ekonomi baru. diangkatnya hal ini sebagai peristiwa
Perkembangan ekonomi yang begitu yang harus dilakukan penelitian untuk
cepat menuntut kesiapan dan mendapatkan jawaban yang terhadap
kemampuan pelaku usaha dalam permasalahan persaingan usaha,
mengikuti perkembangan ekonomi sehingga pada akhirnya diharapkan tidak
sebagai akibat dari globalisasi ekonomi terjadi lagi praktek persaingan usaha
dunia tersebut1. tidak sehat khususnya di Indonesia.
Perkembangan globalisasi ekonomi
tersebut pun membuat dunia usaha yang B. Rumusan Masalah
merupakan suatu dunia yang dapat Berdasarkan uraian yang
dikatakan sebagai dunia yang tidak dikemukakan di atas, maka dalam
dapat berdiri sendiri untuk berkembang penelitian ini permasalahan yang
lebih pesat lagi. Perkembangan dunia diajukan adalah sebagai berikut :
usaha tidak dapat dipungkiri sangat 1. Apakah yang menjadi faktor
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu penyebab terjadinya persaingan usaha
faktor internal maupun eksternal. tidak sehat ?
Banyak faktor yang terlibat dari 2. Bagaimanakahbentuk
berbagai macam dunia lainnya baik yang perlindunganhukum bagi pelaku
terkait langsung maupun tidak langsung bisnis/pengusaha dalam persaingan
dalam perkembangan dunia usaha. usaha tidak sehat ?
Keterkaitan tersebut kadangkala 3. Bagaimanakah tindakan yang
tidak memberikan prioritas atas dunia dilakukan KPPU dalam mencegah dan
usaha yang pada akhirnya membuat mengatasi terjadinya persaingan usaha
dunia usaha harus tunduk dan mengikuti tidak sehat ?
rambu – rambu yang ada dan seringali
mengutamakan dunia usaha sehingga C. Tujuan Penelitian
pada akhirnya mengabaikan aturan – Berdasarkan rumusan masalah yang
aturan yang ada. telah tersusun, maka tujuan yang ingin
Perkembangan dunia usaha baik dicapai dari penulisan penelitian ini
dahulu, sekarang bahkan sampai kepada adalah :
masa yang akan datang tidak terlepas 1. Untuk mengetahui dan
dari peran para pebisnis atau pelaku menganalisis penyebab terjadinya
usaha dalam menjalan usaha atau persaingan usaha tidak sehat.
bisnisnya. Cepatnya perkembangan 2. Untuk mengetahui dan
dunia usaha dan disertai tingginya menganalisis bentuk perlindungan
permintaan (demand) pasar atau suatu bagi pelaku bisnis/pengusaha dalam
barang kebutuhan (komoditi) membuat persaingan usaha tidak sehat.
serta mendorong para pelaku usaha
3. Untuk mengetahui dan Pesatnya dinamika bidang ekonomi
menganalisis tindakan yang nasional, tidak dapat dipungkiri telah
dilakukan KPPU dalam mencegah pula memacu perkembangan bidang
dan mengatasi terjadinya hukum yang merupakan rule of the
persaingan usaha tidak sehat. game dari kegiatan ekonomi. Berbagai
perangkat hukum di bidang ekonomi
D. Manfaat Penelitian sebelum ini yang berbasis kepada Kitan
Tujuan dan atau manfaat penulisan Undang-Undang Hukum Perdata dan
penelitian ini merupakan satu rangkaian Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
yang ingin dicapai bersama, dengan serta Kitab Undang-Undang Hukum
demikian dari penulisan penelitian ini Pidana yang notabene merupakan
diharapkan dapat memberi manfaat peninggalan Pemerintah Kolonial Hindia
sebagai berikut : Belanda yang berkiblat pada Mazhab
1. Secara teoritis, penulisan penelitian Eropa Kontinental tidak lagi mampu
ini dapat dijadikan sebagai mengakomodir permasalahan dari
masukan bagi ilmu pengetahuan, dinamika kegiatan ekonomi yang ada.
khususnya mengenai aspek Oleh karena itu, kecenderungan
perlindungan hukum bagi pelaku penyusunan berbagai produk peraturan
bisnis dalam persaingan usaha tidak perundang-undangan yang khusus (lex
sehat. specialist) di bidang ekonomi tidak
2. Secara praktis adalah memberi dapat terbendung lagi.
sumbangan pemikiran terhadap Kekhasan yang sangat menonjol
mahasiswa maupun mahasiswi dari produk perundang-undangan yang
ataupun praktisi – praktisi hukum khusus ini adalah kondisi karakteristik
dalam mengetahui tentang substansialnya dimana telah
persaingan usaha tidak sehat, terlingkupinya seluruh aspek dari
khususnya dalam perlindungan bidang-bidang hukum yang selama ini
hukum bagi pelaku bisnis yang dikenal (hukum perdata dan hukum
terjebak dalam persaingan usaha pidana) di dalam sistem hukum nasional.
tidak sehat. Berdasarkan uraian diatas, maka
hukum persaingan usaha sebagai bagian
II. Penyebab Persaingan Usaha dari hukum ekonomi juga dengan
tidak Sehat sendirinya memuat aspek hukum privat
A. Eksistensi Hukum Persaingan dan hukum publik, sehingga eksistensi
Usaha hukum persaingan usaha merupakan
Dalam perkembangan sistem hukum fungsional yang tidak hanya
hukum di Indonesia, hukum persaingan beraspek hukum privat/perdata saja,
usaha (competition law) merupakan melainkan juga sekaligus memuat
pengembangan dari hukum ekonomi aspek-aspek hukum publik.
(economic law), yang memiliki Secara umum, materi hukum
karakteristik sendiri. Sebagaimana persaingan usaha yang bersumber dari
diketahui bahwa salah satu karakteristik Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
dari hukum ekonomi bersifat fungsional Tentang Larangan Praktek Monopoli
dengan meniadakan pembedaan antara dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
hukum publik dan hukum privat yang mengandung 6 (enam) bagian
selama ini dikenal. pengaturan yang terdiri dari:
Selain mempelajari hukum juga 1. Perjanjian yang dilarang;
penting mempelajari ilmu ekonomi 2. Kegiatan yang dilarang;
khususnya ekonomi industri, sehingga 3. Posisi dominan;
dengan bantuan ilmu ekonomi akan 4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha;
dapat dipahami secara baik hukum 5. Penegakan hukum;
persaingan usaha. 6. Ketentuan lain-lain.
B. Pengertian Persaingan Usaha
Tidak Sehat
1. Istilah
Ada berbagai istilah yang 2. Pengertian
dikenal dan sering digunakan untuk Dalam pasal 1 huruf f Undang –
menunjuk instrumen hukum yang undang No. 5 Tahun 1999 Tentang
mengatur persaingan usaha dan Larangan Praktek Monopoli dan
monopoli yaitu Persaingan Usaha Tidak Sehat di
a. Hukum Anti Monopoli atau yang Indonesia mengatakan bahwa
juga disebut Undang – undang Anti Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah
Monopoli (AntiMonopoli Law). persaingan antar pelaku usaha dalam
Istilah ini merupakan istilah yang menjalankan kegiatan produksi,
cukupluas digunakan oleh negara – pemasaran barang dan atau jasa yang
negara yang telah memiliki ketentuan dilakukan dengan cara yang tidak jujur
yang mengatur persaingan dan atau tidak melawan hukum atau
monopoli. Dengan melihat istilah menghambat persaingan usaha18.
“anti monopoli” bisa dikemukakan Mencermati pasal 1 huruf f Undang-
bahwa “undang – undang anti undang No. 5 Tahun 1999, terdapat 2
monopoli” berisi ketentuan – (dua) unsur yang terkandung di
ketentuan untuk menetang atau dalamnya :
meniadakan monopoli. 1. Persaingan antar pelaku dalam
b. Hukum Antitrust atau undang – menajaln kegiatan produksi dan atau
undang Antitrust (Anti Trust Law). pemasaran barang dan jasa.
Trust merupakan terminologi yang 2. Dilakukan dengan cara tidak jujur
pertama kali diperkenalkan di atau melawan hukum serta
Amerika Serikat. Istilah trust dalam menghambat persaingan usaha.
konteks ini digunakan untuk
menunjukan perusahaan besar yang C. Dasar Hukum Persaingan Usaha
terbentuk dan mempunyai kekuatan Tidak Sehat di Indonesia
monopolistik.Dengan melihat trust Meski terkesan agak lambat,
sebagai suatu cara pengggabungan akan tetapi pada 5 Maret 1999 untuk
perusahaan (method of combination). pertama kalinya dalam sejarah
c. Unfair Trade Practices Law (Hukum perundang – undangan di Indonesia
Praktek – praktek perdagangan telah membuat dan mensahkan suatu
curang). undang – undang yang mengatur tentang
Istilah ini lebih sering digunakan persaingan usaha di Indonesia secara
dalam diskusi daripada pengaturan Komperehensif. Hukum Persaingan
aktual. Sama seperti istilah hukum Usaha di Indonesia secara formal
persaingan. Istilah ini sebenranya termuat dalam Undang – undang No. 5
secara khusus memberi penekanan Tahun 1999 yang dilihat dalam
pada persaingan di bidanng Lembaran Negara Republik Indonesia
perdagangan. Dengan melihat tahun 1999 Nomor 3. Secara historis,
beberapa istilah yang telah undang – undang ini tidak dapat terlepas
dikemukakan diatas, dapatlah dari peran International Monetary Fund
dikatakan bahwa apapun istilah yang atau yang lebih dikenal dengan nama
dipakai, semuanya berkaitan dengan IMF, yang sangat mendesak Indonesia
3 (tiga) hal utama yaitu : menyusun aturan tentang persaingan
1. Pencegahan dan peniadaan usaha yang komperehensif. Disamping
monopoli. itu, gagasan untuk memangkas segala
2. Menjamin terjadinya persaingan jenis monopoli yang merugikan pasca
yang sehat orde baru juga dapat dianggap sebagai
3. Melarang persaingan yang tidak faktor yang ikut mendorong
jujur
diundangkannya hukum persaingan merugikan orang lain tidak
usaha Indonesia saat ini. diperkenankan.
Undang – undang No. 5 Tahun 2. Kitab Undang – Undang Hukum
1999 Tentang Larangan Praktek Perdata (Burgelijk Wet Boek). Selain
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak di dalam aturan Pidana, di dalam
Sehat sebagai aturan yang mengatur aturan keperdataan yang berlaku di
tentang persaingan usaha di Indonesia Indonesia juga terdapat aturan yang
yang bersifat komperehensif, ternyata berkaitan dengan persaingan usaha.
bukanlah satu – satunya aturan hukum di Aturan tersebut terdapat dalam pasal
bidang persaingan usaha. Di dalam 1365 KUH Perdata yang berbunyi
perangkat hukum lain selain dari pada “Setiap perbuatan yang melanggar
UU No. 5 tahun 1999 tersebut, dapat hukum dan membawa kerugian bagi
pula ditemukan beberapa pasal tertentu orang lain, mewajibkan orang yang
yang berkaitan dengan persaingan usaha. menimbulkan kerugian itu karena
Beberapa pasal aturan ketentuan yang kesalahannya untuk mengganti
terkait persaingan usaha sebelum kerugian tersebut”20
lahirnya undang – undang No. 5 tahun 3. Undang – Undang Pokok Agraria
1999 dapat ditemukan dalam beberapa (UUPA) No. 5 Tahun 1960
aturan berikut ini : Khusus bidang yang berkenaan
1. Kitab Undang – Undang Hukum dengan lapangan agraria, pasal 13
Acara Pidana (KUH Pidana) ayat (2) UUPA mengamanatkan
Meskipun aturan di dalam bahwa pemerintah harus mencegah
undang – undang ini pada awalnya usaha – usaha dari organisasi –
dirumuskan secara umum, akan tetapi organisasi dan perseorangan yang
ada 1 (satu) pasal di dalam aturan ini bersifat monopoli swasta. Lebih
yang mengatur atau terkait dengan lanjut ayat 3 dari pasal yang sama
persaingan usaha. Pada pasal 382 bis menentukan bahwa monopoli
KUH Pidana terdapat ancaman pemerintah dalam lapangan agraria
pidana bagi barangsiapa yang dapat diselenggarakan asal dilakukan
melakukan persaingan curang. Secara dengan undang – undang.
lengkap pasal 382 bis KUH Pidana 4. Undang – undang tentang
berbunyi sebagai berikut : Perindustrian No. 5 tahun 1995. Pada
“Barangsiapa melakukan pasal 7 ayat 2 Undang – undang ini
sesuatu perbuatan menipu untuk mengandung ketentuan yang
mengelirukan orang banyak atau mewajibkan pemerintahuntuk
seorang, yang tertentu dengan mengatur, membentuk, dan
maksud akan mendirikan atau mengembangkan industri demi
membesarkan hasil perdagangannya penciptaan persaingan yang sehat dan
atau perusahaannya sendiri atau pencegahan persaingan curang.
kepunyaan orang lain, dihukum, Penjelasan atas pasal tersebut
karena bersaingan curang, dengan menyatakan bahwa dengan
hukuman penjara selama – lamanya kewenangan yang dimilikinya,
satu tahun empat bulan atau denda pemerintah harus mencegah investasi
sebanyak – banyaknya Rp. 13.500,- yang menimbulkan kondisi
jika hal itu dapat menimbulkan persaingan yang curang dan tidak
kerugian bagi saingannya sendiri jujur di bidang industri. Selain itu
atau saingan orang lain”19 pemerintah juga berkewajiban
Dari salah satu aturan yang mencegah pemusatan atau
terdapat di dalam KUH Pidana saja pengawasan industri pada satu atau
jelas sekali persaingan usaha yang kelompok orang dalam bentuk
tidak sehat yang bermaksud monopoli yang merugikan
menguntungkan diri sendiri dan atau masyarakat.
D. Faktor – Faktor Penyebab sebagaimana yang tercantum dalam
Persaingan Usaha Tidak Sehat Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
Unsur lainnya yang menjadi Tentang Larangan Praktek Monopoli
penyebab permasalahan dalam Undang- dan Persaingan Usaha Tidak Sehat pada
Undang anti Monopoli adalah tindakan pasal 11 dan Pasal 12.
atau praktek yang dilakukan oleh pelaku Hambatan perdagangan
usaha yang merupakan hambatan horizontal ini juga berkaitan erat dengan
terhadap perdagangan. Dengan undang- penetapan harga yang diatur pada pasal
undang ini ditentukan bahwa setiap 5 Undang-Undang Larangan Praktek
perjanjian yang mengandung Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
pembatasan perdagangan diwajibkan Sehat. Disamping itu hmabatan
untuk didaftarkan dalam jangka waktu perdagangan horizontal juga terdapat
tertentu ke Direktor General Of Fair pula hambatan vertikal, yaitu
Trading (DGFT). Kewajiban untuk persetujuan diantara 2 (dua) pihak atau
mendaftarkan perjanjian tersebut antara lebih pada tingkat distribusi yang
lain bila perjanjian itu berisikan : berlainan. Hal ini biasanya terjadi antara
1. Pembatasan-pembatasan tentang distributor dengan pengecer atau antara
harga yang ditetapkan atau suatu pemberi dan pemegang franchise.
barang atau jasa. Hambatan perdagangan yang
2. Persyaratan dan kondisi barang yang bersifaat vertikal ini dalam undang-
akan dipasok undang No. 5 Tahun 1999 yang juga
3. Terdapat persetujuan tentang dikenal dengan nama integrasi vertikal
pertukaran informasi di antara para yang diatur dalam pasal 14, yang
produsen atau supplier. berbunyi sebagai berikut : “pelaku usaha
Faktor yang menjadi hambatan dilarang membuat perjanjian dengan
terhadap perdagangan ini dapat juga pelaku usaha lainnya yang bertujuan
dibenarkan bila dilakukan demi tujuan untuk menguasai produksi sejumlah
kepentingan persaingan, namun tindakan yang termasuk dalam rangkaian
itu akan dinyatakan melanggar undang- produksi barang dan atau jasa tertentu
undang bila ternyata ditujukan untuk yang mana setiap rangkaian produksi
menghambat persaingan secara tidak langsung, yang dapat mengakibatkan
sah. Tindakan atau praktek yang terjadinya persaingan usaha tidak sehat
menghambat perdagangan ini terdiri dari dan atau merugikan masyarakat”25.
2 (dua) jenis yaitu, hambatan horisontal Hambatan perdagangan vertikal
dan hambatan vertikal. ini sering menimbulkan hambatan bagi
Hambatan perdagangan persaingan intra merk yang selanjutnya
horizontal adalah suatu bentuk dapat meningkat menjadi penghambat
persetujuan di antara pelaku usaha untuk bagi persaingan antar merk. Hambatan
melakukan tindakan bersama dengan perdagangan vertikal yang paling sering
menyampingkan persaingan di antara terjadi adalah :
mereka yang bertujuan untuk 1. Pembagian Wilayah, pelanggan dan
menghambat pihak ketiga untuk dapat pasar.
masuk ke pasar yang bersangkutan. Bila 2. Pengawasan harga jual kembali
ini terjadi diantara para penjual yang 3. Perjanjian tertutup
menjual dari barang-barang yang 4. Perjanjian ekslusif
berlainan merk, maka mereka disebut Berikut ini beberapa akibat dari
melakukanhambatan-hambatan Persaingan Usaha Tidak Sehat :
perdagangan antara merk. Jika ini 1. Menghambat produksi dan
sampai terjadi diantara para penjual pemasaran.
yang menjual merk yang sama, maka hal Selain kedua persekongkolan diatas
ini dinamakan hambatan perdagangan yang dilarang, menurut Pasal 24
intra merk. Tindakan diatas dapat terjadi Undang-Undang ini, tindakan
dalam bentuk Kartel dan Trust menghambat produksi dan atau
pemasaran juga termasuk objek yang sendiri. Faktor yang menyebabkan
dilarang. Isi dari pasal itu persaingan usaha yang tidak sehat
menyatakan pelaku usaha dilarang bisa terjadi dikarenakan adanya suatu
bersekongkol dengan pihak lain keadaaan yang menguntungkan
untuk menghambat produksi dan atau pelaku usaha dan memanfaatkan
pemasaran barang dan jasa pelaku demi kepentingan serta keuntungan
usaha pesaingnya dengan maksud pelaku usaha tersebut, meskipun hal
agar barang dan jasa yang ditawarkan tersebut pada akhirnya akan
atau dipasok di pasar bersangkutan merugikan pelaku usaha lainnya.
menjadi berkurang baik jumlah, 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
kualitas maupun ketetapan waktu 1999 Tentang Larangan Praktek
yang dipersyaratkan. Monopoli dan Persaingan Usaha
2. Pemusatan kekuatan ekonomi oleh Tidak Sehat tidak hanya dibuat untuk
satu atau lebih pelaku usaha ; melindungi konsumen akan tetapi
3. Mengakibatkan dikuasainya produksi pelaku usaha lainnya yang tidak ikut
dan atau pemasaran atas barang dan atau turut serta melakukan
atau jasa tertentu ; persaingan usaha tidak sehat.
4. Menimbulkan persaingan usaha tidak Undang-undang tersebut melarang
sehat dan dapat merugikan pelaku usaha yang berniat melakukan
kepentingan umum ; persaingan tidak sehat agar tidak
5. Penguasaan atas produksi, dan atau melakukannya dalam bentuk apapun
pemasaran barang dan atau atas yang merugikan pelaku usaha
penggunaan jasa tertentu ; lainnya. Sehingga maksud undang-
6. Dilakukan oleh satu pelaku usaha undang ini untuk melindungi pelaku
atau satu kelompok pelakun usaha ; usaha yang ingin bersaing secara
sehat dapat dilindungi ;
Kemudian, yang dimaksud “pelaku
usaha” sebagaimana diuraikan dalam
pasal 1 ayat (5) menyatakan : B. Saran
Pelaku usaha adalah setiap orang 1. Perlu adanya perangkat hukum yang
perseorangan atau badan usaha atau diharapkan dapat menjadi sarana
bukan badan hukum yang didirikan dan pencapaian demokrasi ekonomi serta
berkedudukan atau melakukan kegiatan memberikan peluang yang sama bagi
dalam wilayah hukum Negara Republik semua pengusaha atau pelaku usaha
Indonesia, baik sendiri maupun untuk berpartisipasi dalam proses
bersama-sama melalui perjanjian pemasaran, produksi barang, dan atau
menyelenggarakan berbagai kegiatan jasa melalui iklim usaha yang sehat,
usaha dalam bidang ekonomi efektif, efisien, sehingga akan
mendorong pertumbuhan ekonomi
III. Kesimpulan dan Saran secara wajar ;
A. Kesimpulan 2. Sebagai pelaku usaha dilarang
1. Persaingan usaha yang tidak sehat bersekongkol dengan pihak lain
terjadi bukan tanpa alasan, melainkan untukmenghambat produksi dan atau
ada sebab tertentu yang pemasaran barang dan jasa pelaku
menyebabkan terjadinya persaingan usaha pesaingnya dengan maksud
yang tidak sehat tersebut. Terjadinya agar barang dan jasa yang ditawarkan
Persaingan usaha yang tidak sehat atau dipasok di pasar bersangkutan
sudah dapat dipastikan dilakukan menjadi berkurang baik dari jumlah,
oleh pelaku usahabaik secara kualitas, maupun ketetapan waktu
bersama-sama maupun sendiri- yang dipersyaratkan ;
sendiri untuk menentukan atau
membuat suatu keadaan yang Daftar Pustaka
menguntungkan pelaku usaha itu
H.R. Otje Salman S, Anthon F. Susanto,
2010, Teori Hukum, Mengingat,
Mengumpulkan, dan Membuka
Kembali, Cetakan 6, Refika
Aditama, Bandung.
Koentjoroningrat, 1997, Metode –
Metode Penelitian Masyarakat,
Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Meliala. S. Djaja, 2006, Perkembangan
Hukum Perdata Tentang Orang
dan Hukum Keluarga, Cetakan
I, CV. Nuansa Aulia, Bandung.
Marzuki Mahmud Peter, 2005,
Penelitian Hukum, Cetakan 4,
Prenada Media Group, Jakarta.
Nusantara. G hakim Abdul, Analisa dan
Perbandingan Undang-Undang
Anti Monopoli, Gramedia,
Jakarta, 1999
Puspaningrum Galuh, 2013, Hukum
Persaingan Usaha, Perjanjian
dan Kegiatan yang Dilarang
dalam Hukum Persaingan
Usaha di Indonesia, Aswaja
Pressindo, Yogyakarta
Subekti. R dan Tjitrosudibio, 2001,
Kitab Undang – Undang Hukum
Perdata, Cetakan 31, Pradnya
Paramitha, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai