Anda di halaman 1dari 13

Validasi Proses

Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses,
prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi maupun
pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.Pada umumnya validasi proses
dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di
atas tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan
(validasi konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi prospektif).

Gambar 2. Validasi

Jenis-jenis validasi adalah sebagai berikut:

1. Validasi prospektif
Validasi prospektif hendaknya mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut :

 Uraian singkat suatu proses


 Ringkasan tahap kritis proses pembuatan yang harus diinvestigasi
 Daftar peralatan/fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur, pemantau dan pencatat serta
status kalibrasinya
 Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan
 Daftar metode analisis yang sesuai
 Usul pengawasan selama proses dan kriteria penerimaan
 Pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria penerimaan dan validasi metode
analisisnya, bila diperlukan
 Pola pengambilan sampel
 Metode pencatatan dan evaluasi hasil
 Funsi dan tanggung jawab
 Jadwal yang diusulkan.

2. Validasi konkuren
Dalam hal tertentu, produksi rutin dapat dimulai tanpa lebih dulu menyelesaikan program
validasi. Keputusan untuk melakukan validasi konkuren hendaknya dujustifikasi,
didokumentasikan dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu.

3. Validasi retrospektif
Validasi ini hanya dapat dilakukan untuk proses yang telah mapan, namun tidak berlaku
jika terjadi perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau peralatan. Validasi proses
hendaklah didasarkan pada riwayat produk. Tahap validasi memerlukan pembuatan protokol
khusus dan laporan hasil kajian data untuk mengambil kesimpulan dan rekomendasi. Sumber
data hendaklah mencakup, tetapi tidak terbatas pada catatan pengolahan bets dan catatan
pengemasan bets, rekaman pengawasan proses, buku log perawatan alat, catatan penggantian
personil, studi kapabilitas proses, data produk jadi termasuk catatan data tren dan hasil uji
stabilitas.

4. Validasi pembersihan
Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur
pembersihan. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan
pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan yang terkait dengan
proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan diverifiksi. “Uji sampai
bersih” (last until clean) bukan merupakan satu-satunya pilihan untuk melakukan validasi
pembersihan.

5. Validasi ulang
Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses pembersihan
hendaklah dievaluasi untuk kontimasi bahwa validasi masih absah. Jka tidak ada perubahan
yang signifikan dalam status validasinya, kajian ulang data yang menunjukkan bahwa fasilitas,
sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan untuk validasi ulang.

6. Validasi metode analisa


Tujuan validasi metode analisa adalah untuk mengetahui bahwa metode analisis sesuai
tujuan penggunaanya.

Validasi Metode Analisa (VMA)

Tujuan dari pelaksanaan Validasi Metode Analisa (VMA) adalah untuk menunjukkan
bahwa semua metode tetap yang digunakan sesuai dengan tujuan penggunaannya dan selalu
memberikan hasil yang dapat dipercaya. Jadi, dalam Validasi metode analisa yang diuji atau
divalidasi adalah PROTAP (prosedur tetap) pengujian yang bersangkutan. Misalnya, “Validasi
Metode Analisa Penetapan Kadar Zat Aktif Paracemol dalam Tablet Biogesic® dengan Metode
Spektrofotometri UV/Vis”, maka yang divalidasi atau diuji validitasnya adalah Prosedur Tetap
“Penetapan Kadar Zat Aktif Paracemol dalam Tablet Biogesic® dengan Metode Spektrofotometri
UV/Vis”.

PROTAP tersebut bisa disusun oleh Bagian QC atau oleh Bagian R&D. Apabila PROTAP-
nya belum tersedia maka harus dibuat terlebih dahulu, baru divalidasi. PROTAP metode analisa
tersebut, bisa jadi disusun berdasarkan :

1. Diambil (di-adopsi) dari berbagai literatur resmi, misalnya Farmakope Indonesia (FI),
Unite State Pharmacopea (USP), British Pharmacopea (BP) dan lain-lain (kompendial)
2. Berasal dari pengembangan sendiri (Eksporasi)
3. Modifikasi dari prosedur pengujian yang telah ada (Modifikasi).
Ruang Lingkup

 Validasi Metode Analisa dilakukan untuk SEMUA metoda analisa yang digunakan untuk
pengawasan kegiatan produksi, termasuk metode analisis yang digunakan dalam
menetapkan residu zat aktif pada validasi prosedur pembersihan.
 Validasi metode analisa umumnya dilakukan terhadap 4 jenis, yaitu :
1. uji identifikasi;
2. uji kuantitatif kandungan impuritas (impurity);
3. uji batas impuritas; dan
4. uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau komponen tertentu
dalam obat.

Note : Metode analisis lain, seperti uji disolusi untuk obat atau penentuan ukuran partikel untuk
bahan aktif obat, hendaklah juga divalidasi

 Dilakukan dengan semua peralatan yang telah dikalibrasi dan diuji kesesuaian sistemnya
(alat dan sistem sudah dikualifikasi).
 Menggunakan bahan baku pembanding yang sudah dibakukan dan disimpan ditempat yang
sesuai.

Parameter Uji

Dalam bahasa yang sederhana, dalam VMA ini kita akan MENGUJI cara-cara PEMERIKSAAN atau
PENGUJIAN yang kita lakukan (misalnya identifikasi, penetapan kadar zat aktif, menguji sisa/residu, dan
sebagainya) agar kita YAKIN bahwa PENGUJIAN yang kita lakukan tersebut SUDAH BENAR dan HASIL
PENGUJIAN yang dilakukan benar-benar TERPERCAYA. Untuk melakukan PENGUJIAN tersebut, kita
menggunakan apa yang disebut dengan PARAMETER UJI. Parameter uji ini meliputi, antara lain :

 akurasi (Accuracy);
 presisi (precision);
 ripitabilitas (repeatibilty);
 Presisi antara (intermediate precision);
 reprodusibilitas/keterulangan (reproducibility)
 spesivisitas (specify)/Selektifitas (selectivity);
 batas deteksi (limit of detection/LOD);
 batas kuantitasi (limit of quantitation/LOQ);
 linearitas (Linearity); dan
 rentang (range).

Penentuan Parameter uji yang dilakukan, sangat tergantung dari jenis Pengujian yang dilakukan
serta sumber dari prosedur pengujian tersebut. Lihat tabel berikut :
Pengertian Parameter Uji

Spesifitas/Selektifitas

 Merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk membedakan senyawa yang diuji
dengan derivat/metabolitnya.
 Adanya perbedaan nyata antara resolusi antara dua puncak yang berdampingan dan
kemurnian tiap puncak dalam kromatogram.
 Untuk HPLC, Rs : 1,2 – 1,5.
 Untuk Spektrofotometer UV/Vis: jarak dua puncak berdampingan: resolution factor (Rf)
> 2,5.
 Lakukan scanning (pemindaian) sampel yang diuji lihat kromatogram dari dua puncak
yang berdekatan (Rs) harus tidak kurang dari 1,5 atau terlihat adanya puncak yang terpisah
dari scanning dengan spektrofotometer UV/Vis.
 Pemisahan dua puncak yang berdekatan dalam kromatogram, resolusi (R) ditentukan
dengan persamaan :

Di mana t2 dan t1 adalah waktu retensi dua komponen, W1 dan W2 adalah lebar puncak. Komponen
pertama dan komponen kedua yang diukur dengan jalan ekstrapolasi sisi puncak yang relatif lurus
sampai garis dasar (base line).

Resolusi harus lebih besar dari 1,5.

Hasil Kromatogram Uji Selektifitas/Spesifitas yang memenuhi persyaratan


Hasil Kromatogram uji selektifitas yang tidak memenuhi persyaratan

Linearitas

 Merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk menunjukkan hubungan secara


langsung atau proporsional antara respons detektor dengan perubahan konsentrasi analit
 Diuji secara statistik, yaitu Linear Regression (y = a + bx); dimana b adalah
kemiringan slope garis regresi dan a adalah perpotongan dengan sumbu y.

∑ (x – Xbar)(y- Ybar)

Koefisien korelasi (r) = ——————————–

√[ ∑ (x –Xbar)∑ (y- Ybar)]

x adalah pengukuran individual dalm N pengukuran x (bar) adalah nilai rata-rata pengukuran; y
adalah nilai individual sebenarnya dalam N nilai sebenarnya dan y (bar) adalah nilai rata-rata
sebenarnya.

 Pengujian dilakukan paling tidak dengan menggunakan 5 kadar yang berbeda, kemudian
dilihat apakah memberikan respons yang linear apa tidak, yang ditunjukkan dengan nilai r
≥ 0,98.
Pegujian Linearitas

Akurasi (ketepatan)

 Merupakan kemampuan suatu metode analisa untuk memperoleh nilai yang sebenarnya
(ketepatan pengukuran).
 Terdapat 5 metode penentuan akurasi untuk penetapan kadar bahan aktif obat dalam bahan
baku dan produk obat, yaitu :
1. Menggunakan metode analisis untuk menetapkan kadar analit dalam bahan baku berkhasiat
yang diketahui kemurniannya (misalnya bahan baku pembanding sekunder).
2. Bahan baku berkhasiat atau cemaran dalam jumlah yang diketahui ditambahkan kedalam
plasebo. Metode analisis ini akan digunakan untuk penetapan kadar bahan baku
berkhasiat/cemaran dalam produk obat.
3. Bila plasebo tidak bisa diperoleh, verifikasi akurasi metode dapat dilakukan dengan teknik
standar adisi, yaitu dengan menambahkan sejumlah tertentu analit kedalam produk obat
yang telah diketahui kadarnya. Metode analisis ini digunakan untuk penetapan kadar bahan
baku berkhasiat/cemaran dalam produk obat
4. Menambahkan cemaran dalam jumlah tertentu ke dalam bahan baku berkhasiat/produk
obat. Metode analisis ini digunakan untuk penetapan kadar cemaran dalam bahan baku
berkhasiat dan produk obat
5. Membandingkan dua metode analisis untuk mengetahui ekivalensinya, yaitu
membandingkan hasil yang diperoleh dari metode analisis yang divalidasi terhadap hasil
yang diperoleh dari metode analisis yang valid (akurasi metode analisis yang valid ini telah
diketahui). Metode analisis ini digunakan untuk penetapan kadar bahan baku berkhasiat
dalam bahan baku berkhasiat, produk obat dan penetapan kadar cemaran.

 Akurasi dinyatakan sebagai prosentase (%) perolehan kembali (recovery).


 Akurasi dinilai dengan menggunakan sedikitnya 9 penentuan dengan sedikitnya 3 tingkat
konsentrasi dalam rentang pengujian metode analisis tersebut (misalnya 3 konsentrasi/3
replikasi untuk tiap prosedur analisis lengkap).
 Ketepatan metode analisa dihitung dari besarnya rata-rata (mean, x) kadar yang diperoleh
dari serangkaian pengukuran dibandingkan dengan kadar sebenarnya.

Presisi (Ketelitian)

 Merupakan kemampuan suatu metode analisis untuk menunjukkan kedekatan dari suatu
seri pengukuran yang diperoleh dari sampel yang homogen.

 Terdapat 3 kategori pengujian presisi, yaitu :


1. Keterulangan (repeatability), dinilai dengan menggunakan minimum 9 penentuan dalam
rentang penggunaan metode analisis tersebut (misalnya 3 konsentrasi/3 replikasi).
2. Presisi Antara, yaitu perbedaan antar operator/analis dengan sumber reagensia dan hari
yang berbeda.
3. Reprodusibilitas, dengan menggunakan beberapa laboratorium untuk validasi metode
analisis, agar diketahui pengaruh lingkungan yang berbeda terhadap kinerja metode
analisis.

Macam-macam Presisi

 Presisi dinyatakan dalam bentuk RSD (relative standart deviation) atau SRB (sebaran baku
relatif) .
 Persyaratan RSD sebagai berikut :
Batas Deteksi (Limit of Detection/LOD)

 Merupakan jumlah analit terkecil yang masih bisa dideteksi namun tidak perlu dapat
terukur.
 Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan batas deteksi tergantung
pada jenis metode analisis apakah metode analisis instrumental atau noninstrumental.
1. Berdasarkanevaluasivisual
Evaluasi visual dapat digunakan untuk metode analisis noninstrumental, tapi dapat juga
digunakan untuk metode analisis instrumental. Batas deteksi ditentukan dengan melakukan
analisis terhadap sampel yang diketahui konsentrasinya dan menetapkan
kadar terendah yang dapat dideteksi dengan baik.
2. Berdasarkanrasiosignalterhadapnoise
Pendekatan ini hanya dapat diterapkan pada metode analisis yang memberikan baseline
noise. Penentuan signal to noise dilakukan dengan membandingkan pengukuran signal
sampel yang diketahui mengandung analit dalam konsentrasi rendah dan blanko, kemudian
dapat ditetapkan konsentrasi minimum analit yang dapat dideteksi dengan baik. Rasio
signal to noise sama dengan 3 atau 2 : 1 umumnya dianggap dapat diterima untuk
memperkirakan batas deteksi.

 Simpangan respon dan kemiringan (“slope”) kurva kalibrasi :


Batas deteksi dapat dinyatakan sebagai :

LOD
Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation/LOQ)

 Merupakan jumlah analit terkecil yang yang masih bisa diukur dengan akurat (tepat) dan
presisi (teliti)/reprodusible.
 Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk penentuan batas kuantitasi
tergantung pada jenis metode analisis instrumental atau noninstrumental.
1. Berdasarkan evaluasi visual
Evaluasi visual dapat digunakan untuk metode analisis noninstrumental, tapi dapat juga
digunakan untuk metode analisis instrumental. Batas kuantitasi ditentukan dengan
melakukan analisis terhadap sampel yang diketahui konsentrasinya dan menetapkan kadar
terendah analit yang dapat ditentukan secara kuantitatif dengan akurasi dan presisi yang
dapat diterima
2. Berdasarkan rasio signal terhadap noise :
Pendekatan ini hanya dapat digunakan pada metode analisis yang memberikan baseline
noise. Penentuan rasio signal terhadap noise dilakukan dengan membandingkan signal
yang diukur dari sampel yang mempunyai konsentrasi analit yang rendah dan blankonya,
kemudian ditentukan konsentrasi terendah analit yang dapat ditetapkan secara kuantitatif
dengan baik, umumnya pada rasio signal terhadap noise 10:1.
3. Simpangan baku dari respon dan kemiringan (slope) kurva kalibrasi :
Batas kuantitasi dapat dinyatakan sebagai :

LOQ

Ketegaran (robustness)

 Merupakan kapasitas suatu metode analisis untuk TIDAK terpengaruh oleh variasi-variasi
kecil dalam parameter metode analisa.
 Contoh variasi kecil dalam metode analisa secara HPLC, antara lain: pH fase gerak, suhu,
tekanan, stabilitas, jumlah pelarut organik yang dimodifikasi, konsentrasi buffer,
konsentrasi additive, flow rate, suhu kolom, dan lain-lain.
Kriteria Penerimaan

Metode Analisa dinyatakan memenuhi syarat (valid), jika :

 Seluruh parameter uji (Spesifitas/selektifitas, Linearitas, Akurasi, Presisi, LOD, LOQ dan
Robustness) memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
 Tidak ada perbedaan bermakna antar analis atau antar dosis yang diuji atau antar lab. (t uji
< t tabel).

Validasi Ulang

Validasi ulang mungkin diperlukan pada kondisi sebagai berikut:

 perubahan sintesis bahan aktif obat;


 perubahan komposisi produk jadi; dan
 perubahan prosedur analisis.

Tingkat validasi ulang yang diperlukan tergantung pada sifat perubahan. Perubahan tertentu lain
mungkin juga memerlukan validasi ulang

Menurut FI edisi IV, tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Secara umum tablet dibuat dengan 3 cara atau metode, yaitu granulasi basah (wet granulation),
granulasi kering (dry granulation) dan kempa langsung (direct compression).

Komponen yang terdapat dalam tablet antara lain bahan aktif dan bahan tambahan. Maksud
bahan tambahan adalah bahan yang digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat bahan yang akan ditablet.
Macam bahan tambahan :

a. Bahan pengisi (filler)

b. Bahan pengikat (binder)

c. Bahan penghancur (disintegrants)

d. Bahan pelicin (lubricant)

e. Zat pewarna (coloring agent)

f. Glidant dan Antiadherent

g. Pemanis (flavoring agent), khususnya untuk tablet kunyah.

Metode kempa langsung digunakan apabila semua bahan pembuat obat memiliki sifat alir dan
kompaktibilitas yang baik. Metode ini paling sederhana, bahan dimixing kemudian langsung di
cetak.Sedangkan jika menggunakan metode granulasi digunakan untuk bahan yang sifat alir dan
kompaktibilitasnya tidak baik. Tujuan granulasi adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau
kemampuan kempa. Metode granulasi kering digunakan untuk bahan yang tidak tahan pemanasan.

Pada metode granulasi basah diawali dari pengambilan bahan baku dari gudang yang telah diluluskan oleh
bagian QC. Pengeluaran bahan baku dari gudang untuk proses produksi harus disertai dokumen Raw
Material Requisition. Bahan baku yang telah diambil dari gudang ditimbang di dalam ruang timbang.
Bahan yang telah ditimbang diberilabel / penandaan dan dimasukkan ke ruang produk antara untuk
menunggu proses granulasi dalam pembuatan tablet.

Proses selanjutnya adalah proses mixing, hingga terbentuk massa granul basah. Massa granul basah
diayak. Granul basah yang diperoleh dikeringkan dengan fluid bed dryer (FBD) hingga diperoleh granul
kering. Pada proses ini dilakukan cek kadar air oleh bagian IPC. Granul yang diperoleh dan telah kering
dicampur dengan bahan penghancur dan bahan pelicin di dalam mixer, pada proses ini dilakukan
pemeriksaan keseragaman kadar zat aktif terhadap granul oleh bagian analisa (laboratorium analisa).
Granul selanjutnya dicetak.

Tablet yang dihasilkan diperiksa oleh bagian IPC meliputi pemeriksaan keseragaman bobot, kekerasan,
kerapuhan, dan waktu hancur Sedangkan untuk pengujian disolusi dan kadar zat aktif dilakukan oleh
bagian analisa. Setelah tablet lulus uji, dimasukkan pada pengemasan primer yang meliputi
proses stripping. Dilakukan pemeriksaan kebocoran strip oleh bagian IPC. Selanjutnya dikemas sekunder
dan diperiksa penampilan, kelengkapan, dan penandaan oleh QC. Jika lulus uji, dimasukkan ke dalam
gudang produk jadi. Secara skematis alur proses pembuatan tablet dengan metode granulasi basah
disajikan dalam gambar berikut.
Perbedaan cara metode granulasi basah dan kering terletak pada cara pembuatan granulnya. Pada
metode granulasi kering granul dibuat dengan cara di slugging (dikempa berulang-ulang).

Anda mungkin juga menyukai