dengan metode Wohlgemut’s, bertujuan untuk mengetahui durasi waktu yang dibutuhkan
oleh cairan saliva untuk mencerna karbohidrat dengan bantuan pewarnaan lugol (reagen
iodium). Dalam percobaan yang dilakukan, hasil yang didapat bahwa waktu yang dibutuhkan
saliva untuk mencerna amillum (cairan kanji) secara keseluruhan adalah sekitar lima menit.
Pada menit-menit awal, percernaan amillum oleh saliva ini masih belum sempurna ditandai
dengan masih terbentuknya warna kehitaman pada plat tetes yang ditetesi lugol dan
menandakan bahwa masih ada kandungan amillum dalam objek yang diamati sekaligus
menanadakan kerja saliva yang belum sempurna. Namun, lama-kelamaan specimen dalam
plat tetes yang diamati menunjukkan perubahan warna ketika ditetesi lugol yakni bertambah
terang warnanya dan akhirnya hanya warna lugol yang terlihat (kuning karat).
Percobaan pengaruh suhu terhadap reaksi enzimatik ini juga mengamati bagaimana
aktivitas enzim diukur menurut suhu. Peningkatan suhu akan meningkatkan laju reaksi, akan
tetapi bila melewati suhu optimum (suhu dingin atau panas yang ekstrim), akan menurunkan
aktivitas enzim, yang biasanya disebabkan oleh denaturasi protein pada enzim.
Saliva mengandung enzim amilase. Amilase merupakan enzim yang bertugas sebagai
katalisator sistem pencernaan dalam proses hidrolisis amilum yang menghasilkan
glukosa/maltosa. Amilosa merupakan polisakarida yang polimernya berantai panjang dan
tidak bercabang, tetapi berbentuk spiral. Molekulnya terbentuk dari 300-400 monomer
glukosa yang mempunyai ikatan a-1,4. Glukosa ini larut dalam iodium sehingga menjadi
warna biru. Hal ini disebabkan adanya daya adsorbsi iodium yang masuk ke dalam uliran
spiral amilosa.. Amilopektin dikenal sebagai glukosa yang molekulnya berantai panjang.
Amilopektin jika ditambahkan iodium akan menjadi warna merah keunguan.