Anda di halaman 1dari 35

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

INDUSTRI LOGAM

BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM

Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id


DAFTAR ISI

1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2


a. Latar Belakang ................................................................................................... 2
b. Perkembangan Industri Logam Kecil dan Menengah ......................... 3
c. Kelompok Sasaran Perusahaan Industri Logam ................................... 5
d. Langkah-Langkah Pengembangan Industri Logam ............................. 7

2. Kemitraan Terpadu ................................ ................................ .... 10


a. Organisasi .......................................................................................................... 10
b. Pola Kerjasama ................................................................................................ 12
c. Penyiapan Proyek ............................................................................................ 13
d. Mekanisme Proyek.......................................................................................... 14
e. Perjanjian Kerjasama .................................................................................... 15

3. Aspek Pemasaran................................ ................................ ....... 17


a. Perkembangan Produksi ............................................................................... 17
b. Evaluasi Aspek Pasar ..................................................................................... 19

4. Aspek Produksi ................................ ................................ .......... 24


a. Lokasi Usaha ..................................................................................................... 24
b. Ruangan serta Tata Letak Alat Produksi................................................ 25
c. Proses Produksi ................................................................................................ 27

5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........ 29


a. Tujuan dari Analisa Keuangan ................................................................... 30
b. Perhitungan Modal Investasi ...................................................................... 30
c. Perhitungan Modal Kerja .............................................................................. 32
d. Analisa Aspek Keuangan .............................................................................. 32

Bank Indonesia – Industri Logam 1


1. Pendahuluan
a. Latar Belakang

Industri pengolahan di Indonesia di gabungkan dalam 9 golongan. Dua


golongan industri membuat produk-produk dari logam, yaitu industri logam
dasar dan industri logam mesin dan peralatannya. Perusahaan industri logam
dasar, semuanya adalah perusahaan besar. Pada tahun 1995 jumlah
perusahaan industri logam dasar mencapai 160 unit.

Sedangkan sektor industri barang dari logam, mesin dan peralatannya terdiri
dari perusahaan besar, sedang, kecil dan usaha rumah tangga. Pada tahun
1993 jumlah perusahaan industri di golongan tersebut terdiri dari 1.912 unit
besar/menengah, 4.521 unit usaha kecil dan 36.086 unit usaha rumah
tangga. Sebagian besar dari perusahaan logam dasar maupun perusahaan
barang dari logam, mesin dan peralatannya ditempatkan di pulau Jawa.

Pada PJP II pembangunan industri terus di tingkatkan dan diarahkan agar


sektor industri dapat menjadi penggerak utama ekonomi yang efisien dan
berdaya saing tinggi, mempunyai struktur yang kokoh dengan pola produksi
yang berkembang dari barang-barang yang mengandalkan pada tenaga kerja
yang produktif dan sumber daya alam yang melimpah menjadi barang
bermutu dengan nilai tambah tinggi.

1. Industri besar adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 100 orang


lebih.
2. Industri sedang adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 20 - 99
orang
3. Industri kecil adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 15-19
orang
4. Industri rumah tangga adalah usaha yang mempunyai pekerja 1 - 4
orang.

Perusahaan industri logam dapat dibagi, menjadi tiga kelompok sasaran


pasar untuk bank pemberi pinjaman sebagai berikut .

1. Perusahaan menengah yang membutuhkan modal investasi antara Rp.


350 juta sampai 1.500 juta. Jumlah perusahaan industri logam
segmen pasar ini, di Indonesia sekitar 1.500 unit usaha. Hampir
semua perusahaan sudah mempunyai hubungan dengan bank.
Sebagian besar dari perusahaan memerlukan dana untuk memperluas
kapasitas produksi maupun modernisasi alat produksinya.
2. Perusahaan kecil sampai menengah yang membutuhkan modal
investasi antara Rp 50 juta sampai 350 juta. Jumlah perusahaan
industri logam di segmen pasar ini sekitar 4 .500 unit usaha tersebar
di seluruh Indonesia, akan tetapi sebagian besar terletak di pulau
Jawa. Sebagian dari perusahaan sasaran pasar bank belum menjadi

Bank Indonesia – Industri Logam 2


nasabah bank. Tujuan kredit investasi dari perusahaan logam tersebut
antara lain untuk relokasi dari jumlah tinggal ke lingkungan industri,
pembelian alat-alat perkakas serta modal kerja permanen.
3. Perusahaan industri logam kecil maupun industri rumah tangga yang
membutuhkan modal investasi di bawah Rp 50 juta. Jumlah unit
perusahaan industri sekitar 40.000 unit usaha tersebar diseluruh tanah
air. Sebagian besar dari perusahaan memproduksi di rumah tinggal
para pemilik. Perusahaan industri logam tersebut membutuhkan
pembinaan dari staf bank maupun dari para pembina lainnya, yaitu
staf perusahaan besar, staf lembaga industri logam, dan lain-lain.
Banyak perusahaan industri skala kecil dapat di kembangkan dengan
dana bank maupun dana dari perusahaan modal ventura.

Upaya peningkatan efisiensi produksi dan mutu produk industri di tempuh


melalui program standar nisasi industri, pengembangan jaringan kalibrasi
dan sertifikasi mutu produk industri. Pemerintah telah menetapkan standar
industri sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI) atas lebih dari 2.500
produk industri. Sejalan dengan itu, permasyarakatan sistem manajemen
bermutu sesuai dengan standar dari International Standar Organization -
9000 series (ISO - 9000) makin di tingkatkan, terutama pada perusahaan
exportir.

b. Perkembangan Industri Logam Kecil dan Menengah

Pengumpulan data perusahaan industri logam besar dan menengah


dilakukan setiap tahun dengan cara sensus lengkap. Pengumpulan data
industri kecil dan usaha rumah tangga di laksanakan pada tahun 1991 dan
1993 melalui survey industri kecil dan kerajinan oleh BPS

Tabel 1.
Banyaknya Perusahaan Industri Logam (Unit Usaha)
Tahun Besar/Sedang Kecil Rumah Tangga Jumlah Usaha
1991 1.773 7.824 29.395 38.993
1993 2.045 4.521 36.086 42.654
Perubahan 15, 3 % - 42,2 % 22,8 % 10,9 %
Sumber : BPS Indonesia 1994

Bank Indonesia – Industri Logam 3


Direktorat Jendral Industri Logam dan Mesin dan Elektronika Departemen
Perindustrian dan Perdagangan membagi perusahaan industri logam dalam 5
kelompok sesuai dengan tingkatan teknologi serta hasil produksi maupun
jasanya.

Kelompok pertama adalah usaha industri yang membuat barang-barang


sederhana termasuk industri pedesaan dan kerajinan rumah tangga yang
lokasinya tersebar di seluruh Indonesia. Produk-produk yang dihasilkan
berupa alat-alat pertanian, pertukangan, perkakas tangan sederhana dan
alat-alat rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

Kelompok kedua adalah industri yang sudah mampu membuat produk yang
mempunyai nilai teknis lebih tinggi di bandingkan dengan kelompok pertama.
Produk-produknya antara lain mesin pembuat mie/bakso dan sebagainya.
Kelompok dua ini masih terbatas, populasinya tersebar di pulau Jawa dan
sebagian kecil di pulau Sumatera.

Kelompok Ketiga adalah industri pembuat komponen, baik komponen untuk


kendaraan bermotor, mesin dan peralatan pabrik maupun pembuat
komponen lainnya yang memenuhi pesyaratan mutu dan presisi tertentu,
kelompok ini masih terfokus di pulau Jawa dan sebagian Sumatera

Kelompok Keempat adalah industri pembuat barang-barang perhiasan emas


dan perak. Kelompok ini tidak di bahas dalam laporan ini.
Kelompok Kelima adalah industri jasa, baik servis dan raparasi untuk
kendaraan bermotor, alat listrik, bengkel reparasi alat dan mesin pertanian
dan lain-lain. Kelompok kelima tidak dibahas dalam laporan ini.

Bank Indonesia – Industri Logam 4


Pengembangan industri logam kecil dan menengah di tempuh melalui
strategis pengembangan sejumlah sentra industri yang kemudian di
lanjutkan dengan pembinaan kelembagaan dalam bentuk koperasi industri
kecil dan kerajinan (Kopinkra). Untuk lebih menunjang industri kecil,
Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag) telah mendirikan
unit-unit pelayanan teknis (UPT) dengan fungsi memberikan bimbingan
teknis produksi, penyediaan informasi teknologi dan pengembangan desain
produk.

Struktur industri terbentuk melalui keterkaitan antara industri besar,


menengah, dan kecil, industri hulu, industri antara dan industri hilir, antara
industri dengan sektor ekonomi lainnya. Usaha besar swasta maupun BUMN
melaksanakan hubungan kemitraan dengan usaha industri logam kecil dan
menengah. Pelaksanaan kemitraan di upayakan ke arah keterkaitan usaha
atau keterkaitan bisnis. Pola keterkaitan atau pola kemitraan biasanya
meliputi pembinaan teknis produksi maupun manajemen, pembinaan pasar
melalui subcontracting, pola vendor atau pola pemasok barang dagangan.

Sejalan dengan itu, pemerintah menciptakan iklim usaha yang mendukung


usaha kecil dan menengah antara lain melalui UU No 9 1995 Usaha Kecil
serta kebijaksanaan dan program yang dilaksanakan oleh Departemen
Perindustrian dan Perdagangan serta Departemen Koperasi dan PKK.

c. Kelompok Sasaran Perusahaan Industri Logam

Perusahaan kecil dan menengah serta industri logam dapat dibagi, menjadi
tiga kelompok sasaran pasar untuk bank pemberi pinjaman sebagai berikut :

1. Perusahaan menengah yang membutuhkan modal investasi antara Rp.


350 juta sampai 1.500 juta. Jumlah perusahaan industri logam
segmen pasar ini, di Indonesia sekitar 1.500 unit usaha. Hampir
semua perusahaan sudah mempunyai hubungan dengan bank.
Sebagian besar dari perusahaan memerlukan dana untuk memperluas
kapasitas produksi maupun modernisasi alat produksinya.
2. Perusahaan kecil sampai menengah yang membutuhkan modal
investasi antara Rp 50 juta sampai 350 juta. Jumlah perusahaan
industri logam di segmen pasar ini sekitar 4 .500 unit usaha tersebar
di seluruh Indonesia, akan tetapi sebagian besar terletak di pulau
Jawa. Sebagian dari perusahaan sasaran pasar bank belum menjadi
nasabah bank. Tujuan kredit investasi dari perusahaan logam tersebut
antara lain untuk relokasi dari jumlah tinggal ke lingkungan industri,
pembelian alat-alat perkakas serta modal kerja permanen.
3. Perusahaan industri logam kecil maupun industri rumah tangga yang
membutuhkan modal investasi di bawah Rp 50 juta. Jumlah unit
perusahaan industri sekitar 40.000 unit usaha tersebar diseluruh tanah
air. Sebagian besar dari perusahaan memproduksi di rumah tinggal
para pemilik. Perusahaan industri logam tersebut membutuhkan

Bank Indonesia – Industri Logam 5


pembinaan dari staf bank maupun dari para pembina lainnya, yaitu
staf perusahaan besar, staf lembaga industri logam, dan lain-lain.
Banyak perusahaan industri skala kecil dapat di kembangkan dengan
dana bank maupun dana dari perusahaan modal ventura.

Data dan informasi tentang perusahaan industri logam kecil dan menengah
yang merupakan sasaran laporan Pola Pinjaman Industri Logam ini
dikumpulkan melalui wawancara dengan para pengusaha di Kotamadya
Bandung dan Kecamatan Ceper, Kab Klaten. Jumlah responden adalah 34
pengusaha kecil dan menengah. Data tentang pola PKT-RUBI logam di
peroleh dari satu produsesn bahan bangunan logam di Jakarta Utara.
Informasi tambahan maupun data sekunder di peroleh dari instansi dan
lembaga Pemerintah maupun swasta termasuk bank umum. Semua data
primer dan sekunder diperoleh pada bulan Januari dan Februari 1997.

Responden mempunyai perusahaan industri pengecoran dan perusahaan


industri barang logam lainnya. Mesin-mesin dan alat-alat perkakas industri
logam biasanya mesin bubut, mesin frais, mesin bor, mesin pons, mesin las
dan sebagainya. Produk-produk yang dihasilkan di pasarkan kepada tiga
segmen pasar pokok sebagai berikut.

1. Pasar umum melalui toko-toko atau langsung kepada konsumen


seperti para petani, rumah tangga dan sebagainya. Barang-barang
yang dipasarkan antara lain alat pertanian, kran air, lampu kuningan,
suku cadang kendaraan bermotor serta banyak produk lainnya yang
dibutuhkan hampir setiap keluarga.
2. Pasar BUMN dan instansi Pemerintah sesuai dengan pesanan atau
kontrak pembelian maupun kontrak kerja. Barang-barang adalah pipa
dan sambungan pipa air (PDAM) , box meter listrik (PLN), kotak telpon
otomat (PT. INTI), bahan bangunan untuk proyek bangunan untuk
proyek bangunan, jembatan (Dep. Pekerjaan Umum), dan lain-lain.
3. Pasar Perusahaan industri besar yang dilayani oleh industri kecil
sebagai pemasok dagang, vendor maupun sub-contractor. Barang-
barang yang dipasarkan terutama berdasarkan job-order antara
lain,suku cadang kendaraan bermotor, kotak (casing) untuk barang
elektronik dan lain-lain.

Sebagian besar dari para responden memasarkan produksinya kepada lebih


dari satu segmen pasar. Secara umum perusahaan-perusahaan industri
logam kecil dan menengah menjual produknya melalui perantara, khususnya
kepada segmen pasar BUMN maupun perusahaan besar.

Pada umumnya untuk mendapatkan bahan baku dan bahan penolong lainnya
tidak menjadi masalah besar, karena tersedia cukup stabil. Masing-masing
responden membeli bahan bahan tersebut dari dua sampai lima pemasok
utama, yang telah mempunyai hubungan bisnis cukup lama dengan para
responden.

Bank Indonesia – Industri Logam 6


Terbatasnya fasilitas produksi, khususnya di kota besar seperti Jakarta,
Bandung, Surabaya maupun Kotamadya lain, merupakan kendala yang
menghambat pengembangan perusahaan industri logam skala kecil. Hampir
semua perusahaan pada masa pendirian, memproduksi di rumah pemilik,
dan sebagian besar dari perusahaan industri logam, skala kecil masih bersifat
industri rumah tangga.

Para pengusaha industri logam pada awalnya membeli alat dan mesin
produksi bekas. Sebagian dari alat produksi di buat oleh pemilik sendiri.
Meskipun demikian hasil produksi dan mutu produk cukup tinggi dan
memenuhi ketentuan pasar sasaran atau kebutuhan pembeli.

Pada umumnya perusahaan industri logam kecil dan menengah adalah


perusahaan keluarga, yang dijalankan oleh seluruh anggota keluarga. Pemilik
perusahaan berfungsi sebagai manajer produksi, pembeli bahan dan penjual
barang. Sistem pembukuan administrasi usaha sangat sederhana. Banyak
perusahaan industri logam, meskipun sudah maju tidak mempunyai struktur
organisasi yang jelas dan fungsional.

Semua responden yang diwawancarai mengalami masalah atau kesulitan


untuk membiayai kebutuhan modal kerja maupun modal investasi
perusahaannya. Modal kerja yang sangat bergantung dari pembayaran dari
pada pelanggannnya dan perantaranya, sering di tunda cukup lama,sesudah
jatuh tempo. Karyawan lembaga pembinaan industri logam sering
berpendapat bahwa para pengusaha kecil membiayai usaha besar dan BUMN
dengan piutangnya. Pembayaran hutang dagang oleh agen-agen maupun
langganan lainnya di pasar umum dengan cek mundur dan slip tabungan
mundur. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja para pengusaha kecil
sering "menjual" dokumen pembayaran tersebut dengan potongan nilai
nominalnya 2 % atau lebih per bulan sampai jatuh tempo. Perusahaan
industri logam pada umumnya mengalami kesulitan menjadi nasabah bank,
karena kelemahannya secara umum meskipun cukup banyak usaha industri
logam memenuhi ketentuan resmi untuk menjadi debitur bank.

d. Langkah-Langkah Pengembangan Industri Logam

Sesuai dengan program kemitraan maupun pembinaan teknis industri logam


kecil dan menengah beberapa kegiatan pembinaan di laksanakan oleh
instansi pemerintah, perusahaan BUMN dan perusahaan industri besar milik
swasta serta perguruan tinggi dan lembaga lainnya.

Pembinaan dari Deperindag

Pembinaan teknis instansi Pemerintah kepada aneka industri logam di


berikan dan di kordinir oleh Deperindag melalui program bantuan teknis
BIPIK yang dilaksanakan oleh Unit Pembinaan Teknik (UPT) maupun oleh
kantor dinas-dinas Deperindag.

Bank Indonesia – Industri Logam 7


Secara kuantitatif sasaran Deperindag dalam Pelita VI tentang pembinaan
industri, termasuk industri logam sebagai berikut : penumbuhan wirausaha
baru 230.000 unit usaha, pengembangan kegiatan industri pedesaan di
2.200 desa, pengembangan sekitar 1.000 sentra industri agar menjadi sentra
mandiri, penerapan SNI dan ISO - 9000 oleh 500 perusahaan industri kecil
dan pengembangan industri sub-kontrak oleh 500 perusahaan.

Bantuan teknik dari instansi Deperindag bersifat seminar, pelatihan teknis


produksi maupun manajemen, pelaksanaan program magang, inkubator, sub
kontrak bersama BUMN/MUMS pelaksanaan relokasi industri kecil setiap
pengembangan sentra industri kecil bersama Pemda setempat. Hambatan
terhadap efektivitas bantuan teknis adalah bantuan bersifat birokratis,
subyek pelatihan sering di sebut terlalu umum dan kurang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan industri dan menengah.

Pembinaan dari BUMN/BUMS

Hubungan Kemitraan antara perusahaan industri besar BUMN/BUMS dengan


usaha industri kecil dan menengah, telah di laksanakan oleh ratusan usaha
industri logam, kecil menengah maupun besar. Pola kemitraan yang
menguntungkan mitra usaha adalah kemitraan komersial (on link) dengan
keterkaitan bisnis pada sisi masukan (input) maupun sisi keluaran (output)
yang dibentuk untuk memperoleh keuntungan bersama dan kesinambungan
bisnis antara kedua belah pihak. Pola kemitraan bisnis meliputi tiga jenis
sebagai berikut :

 Sub kontrak adalah hubungan kemitraan yang dilaksanakan antara


BUMN/BUMS dengan mitra usaha skala besar menengah yang mampu
membuat produk dengan kualitas dan presisi tinggi. Perusahaan
BUMN/BUMS menentukan spesifikasi teknis maupun kualitas produk
yang dibuat oleh para mitra usaha sesuai dengan kontrak tertulis
antara kedua pihak.
 Vendor adalah kegiatan bisnis di mana BUMN/BUMS membeli barang
setengah jadi atau barang jadi dari mitra usaha tidak berdasarkan
kontrak tertulis, tetapi atas pesanan melalui perantara. Barang yang
dibeli tidak memenuhi spesifikasi teknis yang spesifik , akan tetapi
perusahaan besar melakukan grading dan membayar sesuai dengan
mutu produk yang diserahkan.
 Pemasok dagang adalah pola kemitraan bisnis yang sering
dilaksanakan antara mitra usaha dengan BUMN/BUMS di sektor
industri maupun dagang. Kedua pihak melakukan hubungan bisnis
pemasok pembeli biasa sesuai dengan persyaratan yang berlaku
antara para pemasok dan para pembeli di bidang industri logam
tersebut.

Selain kemitraan bisnis tersebut BUMN/BUMS melaksanakan pembinaan


teknis produksi melalui program magang, inkubator serta pembinaan
langsung di tempat usaha kecil dan menengah. Beberapa usaha besar telah

Bank Indonesia – Industri Logam 8


membentuk Kelompok Usaha Bersama sebagai wadah pemasaran dan temu
bisnis untuk anggotanya dengan fungsi antara lain, peningkatan kemampuan
teknik, manajemen maupun daya pemasaran produk-produk dari usaha
anggotanya.

Pembinaan Lembaga Teknis/LSM

Kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga maupun LSM berkenaan


dengan perusahaan industri aneka logam dapat di kategorikan menjadi
beberapa bagian yaitu :

 Pelatihan teknik dan manajemen kepada staf maupun pemilik usaha


industri
 Konsultasi teknik, pemasaran maupun manajemen
 Pengembangan kelembagaan/pengorganisasian seperti asosiasi
maupun kopinkra.
 Penciptaan jaringan sumber daya pendukung usaha kecil dan
menengah (akses teknologi, akses dana, akses pasar dan akses
informasi).

Semua kegiatan yang dilakukan di atas bersifat dinamis dan luwes misalnya
kegiatan pelatihan di lakukan di lokasi lembaga, MIDC maupun Polman-ITB
atau ditempat industri kecil sesuai dengan kebutuhan masing-masing
perusahaan kecil. Pelatihan dilaksanakan sebagian melalui teori, tetapi porsi
praktek dan memecahkan kasus menjadi bagian terbesar. Kegiatan pelatihan
sering ditindak lanjuti dengan monotoring kemajuan dari perusahaan para
peserta, LSM yang secara aktif membina perusahaan industri logam skala
kecil dan menengah antara lain Yayasan Dharma Bakti Astra, Yayasan
Mandiri, Bandung melalui proyek Probengkel dan Wahana Pengembangan
usaha.

Lembaga penelitian maupun pendidikan dengan tenaga ahli di bidang industri


logam yang terkenal di Indonesia adalah Balai Pengembangan Industri
Logam dan Mesin (MIDC) dan Politeknik Industri Logam, ITB Bandung
(Polman ITB), yang sering melaksanakan pembinaan langsung kepada
perusahaan-perusahaan di sentra-sentra industri logam di seluruh Indonesia.
Lembaga dan LSM tersebut sering bekerja sama dalam rangka pelaksanaan
kegiatan dan pelatihan dan pembinaan program-program. Peserta lainnya
yang sering ikut serta dalam program atau pelatihan sebagai narasumber
sumber adalah bank, perguruan tinggi maupun staff dari Deperindag dan
Depkop dan PKK.

Bank Indonesia – Industri Logam 9


2. Kemitraan Terpadu

a. Organisasi

Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu


yang melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkan
bank sebagai pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan
dalam nota kesepakatan. Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan
kelayakan plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang saling
menguntungkan antara inti dan plasma, serta membantu bank dalam
meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien.

Dalam melakukan kemitraan hubunga kemitraan, perusahaan inti (Industri


Pengolahan atau Eksportir) dan petani plasma/usaha kecil mempunyai
kedudukan hukum yang setara. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai
pembinaan oleh perusahaan inti, dimulai dari penyediaan sarana produksi,
bimbingan teknis dan pemasaran hasil produksi.

Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang


usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha
kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA.

Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan


bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil
dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti
halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti
Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan
Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian
menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan
pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenal
sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling
berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra.

1. Petani Plasma

Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas
(a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk
penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil
yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan
dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.

Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan
penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan
dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas
masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek
usaha.

Bank Indonesia – Industri Logam 10


Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang
dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok
tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap
Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan
koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para
petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi
dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua
kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang
waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.

2. Koperasi

Parapetani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi


anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan
kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan
kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh
melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus
sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup
baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para
anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran
koperasi primer tidak merupakan keharusan

3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir

Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama


sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan
dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia
membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan
atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan
teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk
keperluan petani plasma/usaha kecil.

Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk


mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan
dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk
diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi
petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil
dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijual
kepada Perusahaan Inti.

Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan
bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan
oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat
dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.

Bank Indonesia – Industri Logam 11


Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang
memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing
petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini
bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada
petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi.
Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin
besar pula honor yang diterimanya.

4. Bank

Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak


Petani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir
sebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal
kerja pembangunan atau perbaikan kebun.

Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek


budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak
bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana
pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat
menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk
pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai
dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannya
pendapatan bersih petani yang paling besar.

Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan
mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional
lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian
pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian
kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak
petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil
penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama
untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan
dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit
dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan
memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang
disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya
potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada
waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.

b. Pola Kerjasama

Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra,


dapat dibuat menurut dua pola yaitu :

a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan


perjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan/ Pengolahan
Eksportir.

Bank Indonesia – Industri Logam 12


Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA
kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai
Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok
tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan
Mitra.

b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui


koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili
anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/eksportir.

Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma
dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah
pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat
dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab
koperasi.

c. Penyiapan Proyek

Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam
proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal
dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan
mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai
dari :

a. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi


dan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau
lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkan
produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri
dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha.
Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui

Bank Indonesia – Industri Logam 13


pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan
untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/
pengolahan/eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit
(KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha;
b. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang
bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu
memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta proses
pemasarannya;
c. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha
perkebunan/pengolahan dan eksportir tersebut, untuk memperoleh
kesepakatan di antara keduanya untuk bermitra. Prakarsa bisa dimulai
dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan, atau ada pihak
yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa
dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan
pihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan
yang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang
diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil;
d. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para
anggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan
di dalam mengorganisasikan dan mengelola administrasi yang
berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untuk
peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari
perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah
yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam
kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan
persetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagai
badan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channeling
agent);
e. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak
instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan,
Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda);
f. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini,
harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa
diberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelas
statusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanya
kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen
Kehutanan dan Perkebunan.

d. Mekanisme Proyek

Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :

Bank Indonesia – Industri Logam 14


Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip
bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota
kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak
dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi
dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau
plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke
rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana
produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak
akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah
sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau
koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman
plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU.
Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk
diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya
dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih.

e. Perjanjian Kerjasama

Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu
surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian
kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban

Bank Indonesia – Industri Logam 15


dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu.
Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak
Mitra Perusahaan (Inti) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai
berikut :

1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra


(inti)

a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan


hasil;
b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana
produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman serta
pemeliharaan kebun/usaha;
c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca
panen untuk mencapai mutu yang tinggi;
d. Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan
e. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit
bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam
rangka pemberian kredit bank untuk petani plasma.

2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma

a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya;;


b. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang
lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami;
c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca-
panen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan;
d. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang
disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit;
e. Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya
oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak
termasuk di dalam rencana waktu mengajukan permintaan kredit;
f. Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan
sesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen
dijual kepada Perusahaan Mitra ; dan

Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga produk
sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu dipotong sejumlah
kewajiban petani melunasi angsuran kredit bank dan pembayaran bunganya.

Bank Indonesia – Industri Logam 16


3. Aspek Pemasaran

Analisa pasar untuk industri logam kecil dan menengah agak rumit, karena
data statistik yang disusun BPS baik tentang nilai produksi maupun jumlah
produsen industri tersebut tidak tersedia setiap tahun. Permintaan maupun
hasil produksi barang-barang industri logam perusahaan kecil dan menengah
tidak di proyeksikan dalam laporan ini. Beberapa indikator-indikator data
statistik mempunyai informasi tentang keadaan pasar pada periode 1991-
1995, Disamping itu, kebijaksanaan pemerintah tentang sektor industri pada
PJP II, memprediksi laju pertumbuhan hasil produksi barang-barang industri
logam di masa depan.

Data kuantitatif tentang produksi maupun permintaan barang-barang logam


dapat di kumpulkan dari data statistik produksi dalam negeri, maupun data
tentang ekspor/impor barang logam serta perubahan persediaan barang
logam dalam negeri. Data tersebut di kumpulkan oleh BPS dan Bank
Indonesia pada tingkat nasional maupun regional, tetapi data ini tidak
lengkap untuk industri kecil maupun industri rumah tangga.

a. Perkembangan Produksi

Tabel 2.
Nilai Produksi Produk Logam dalam jutaan rupiah
Industri besi dan baja dasar Industri barang-barang
Tahun
pengecoran dan penggilingan dari logam
1991 5.646.862 14.622.851
1992 6.089.265 17.429.565
1993 7.735.450 22.819.102
1994 9.946.300 29.302.427
Sumber : BPS 1994

Bank Indonesia – Industri Logam 17


Disamping nilai produksi industri logam ada dua indikator ekonomi makro
lain, yang cukup panjang berkaitan dengan penilaian permintaan maupun
produksi industri logam di masa depan. Indikator tersebut adalah tingkat
pertumbuhan ekonomi dan tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia.

Jumlah penduduk di Indonesia telah melebihi 200 juta orang. Laju


pertumbuhan penduduk saat ini sekitar 1,6% per tahun. Sejalan dengan
pertumbuhan penduduk, jumlah rumah tangga bertambah lebih kurang 50
juta rumah tangga saat ini, dengan sekitar 600.000 rumah tangga per tahun.

Sesuai dengan sasaran Pemerintah, sektor industri pada akhir PJP II akan
memberikan sumbangan sekitar 32,5% kepada produk domestik bruto (PDB)
dan akan mampu menyerap sekitar 19 juta tenaga kerja baru atau 27,6%
dari keseluruhan tambahan tenaga kerja pada periode PJP II. Selanjutnya
industri logam dasar dan industri barang dari logam akan berkembang
dengan laju pertumbuhan 12,6% per tahun selama Repelita VI. Sektor-
sektor industri logam, yang termasuk dalam kelompok industri logam
tersebut antara lain industri logam dasar, industri-industri yang
menghasilkan mesin dan peralatan, serta industri pembuatan alat
transportasi.

Strategi pemerintah dalam rangka menciptakan iklim usaha dan investasi


yang lebih sehat, serta struktur dunia industri yang lebih kokoh, adalah
dengan menggunakan sejumlah instrumen pengendali kebijaksanaan
ekonomi, antara lain fasilitas kredit jangka panjang, pengembangan modal
ventura, dan mendorong arus dana yang meransang pengembangan industri,
prioritas industri yang efisien, khususnya industri kecil dan menengah.

Pemerintah telah menempuh kebijaksanaan yang menjamin kepastian usaha,


perlindungan industri kecil dan menengah, perlindungan usaha untuk
menunjang sistem memberikan sub kontrak dan kemitraan usaha, dan
pengaturan yang mencegah praktek pemusatan kekuatan usaha, baik dalam
bentuk monopoli maupun monopsoni, dan mencegah praktek perdagangan
curang.

Tabel 3.
Angka Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang dari Beberapa Sub-sektor
Industri logam
Nama Sub sektor Industri
1990 1991 1992 1993 1994
Logam
Industri dasar besi dan baja 100 158 165 213 235

Industri alat dapur 100 120 139 140 143

Industri macam-macam wadah 100 125 158 180 202


logam

Bank Indonesia – Industri Logam 18


Industri karoseri kendaraan motor 100 278 289 214 285

Industri kendaraan bermotor 100 106 58 49 65

Industri paku, engsel dan lain-lain 100 108 103 152 155

Industri bahan bangunan 100 85 94 90 51


Sumber : BPS 1994

Angka indeks memberikan informasi tentang fluktuasi produksi industri


logam dalam negeri untuk perusahaan besar dan menengah. Faktor-faktor
yang memberikan dampak besar kepada industri logam, khususnya kepada
sub sektor kendaraan bermotor dan bahan bangunan dari logam adalah
kebijaksanaan moneter dan fiskal. Pada tahun 1991 dan 1992 kebijaksanaan
moneter ketat, yaitu persediaan kredit (credit supplay) dari perbankan
menurun, mengakibatkan kemerosotan penjualan kendaraan bermotor
maupun barang modal investasi lainnya.

Data indeks tersebut memberikan indikasi yang cukup jelas, bahwa beberapa
sektor industri logam sangat sensitif terhadap perubahan siklus bisnis serta
kebijaksanaan moneter. Industri logam kecil seperti perusahaan industri
yang produksi terlalu besar, permintaan dari para konsumen rumah tangga
pendapatan menengah ke bawah kepada industri logam, harus selalu
memperhatikan keadaan siklus bisnis dan keadaan ekonomi makro,
pertumbuhan industri logam cukup kuat secara keseluruhan dan
pertumbuhan volume produksi di proyeksikan akan naik sekitar 12%
setahun.

b. Evaluasi Aspek Pasar

Kelompok Perusahaan serta Produk-produk Pokok

Perusahaan industri logam kecil dan menengah terdiri dari lima golongan
yaitu perusahaan pengecoran, perusahaan permesinan, perusahaan
pengolahan pelat, perusahaan las, dan konstruksi serta perusahaan jasa
logam, seperti jasa pemanasan (heat-treatmant) maupun pelapisan logam
(elektro-plating)

Masing-masing kelompok perusahaan tersebut mempunyai ciri-ciri dan


produk pokok tersendiri, sekalipun ada hubungan bisnis antara perusahaan
yang bergerak di suatu sub sektor dengan perusahaan di sub sektor lainnya.
Misalnya, perusahaan pengecoran menjual sebagian dari produksinya
sebagai "cast iron" yaitu sebagai bahan baku untuk perusahaan permesinan.
Demikian juga ada hubungan bisnis antara perusahaan pengolahan pelat
dengan perusahaan elektro-plating maupun perusahaan pemanasan logam.

Bank Indonesia – Industri Logam 19


Produk-produk yang dihasilkan oleh industri logam skala kecil termasuk
industri rumah tangga maupun industri menengah sangat banyak macamnya
dan dipasarkan oleh para pengusaha tersebut di seluruh tanah air.
Pengusaha industri logam pada umumnya bersifat inovatif. Mereka mampu
memproduksi hampir segala macam produk yang di minta oleh para
konsumen rumah tangga maupun oleh dunia usaha di dalam negeri.

Produk-produk utama industri pengecoran adalah komponen-komponen


mesin produksi, komponen kendaraan bermotor, sambungan pipa air, pompa
air, barang perhiasan rumah tangga di buat dari kuningan maupun loyang
logam lainnya.

Perusahaan industri permesinan menyelesaikan ("finish") sebagian dari


barang setengah jadi (cast iron) yang dibuat oleh industri pengecoran.
Disamping itu, produk-produk pokok lainnya adalah matres-matres untuk
industri lain, suku cadang mesin produksi maupun suku cadang kendaraan
bermotor, termasuk roda gigi, silinder, dan lain-lain.

Produk-produk pokok dari perusahaan industri pengolahan pelat logam


antara lain kotak-kotak "chasing" untuk industri elektronik, barang invetaris,
misalnya lemari arsip, tempat rak serta produk lainnya antara lain kotak truk
maupun peti kemas.

Bahan bangunan baja maupun aluminium merupakan kelompok produk


pokok industri las dan konstruksi. Produk lain dari perusahaan industri
tersebut adalah tangki bak truk, kapal, pelengkapan alat konstruksi seperti
kran, dan lain-lain.

Aspek Pemasaran Menurut Data dari Para Responden

A. Kemampuan Produksi

Para responden yaitu, 6 cabang bank, 7 lembaga dan instansi pembina


industri logam maupun 35 unit perusahaan industri logam yang terdiri dari
perusahaan skala kecil dan menengah yang membuat banyak jenis produk
yang dipasarkan kepada :

 Perusahaan-perusahaan industri lainnya yang bergerak di hampir


seluruh sub sektor industri terdiri dari perusahaan swasta dan
perusahaan milik negara.
 Perusahaan-perusahaan pemborong proyek prasarana maupun
bangunan
 Perusahaan agen, grosir maupun eceran yang menjual produk-produk
logam di pasaran umum.
 Para konsumen secara individu yaitu rumah tangga, pemilik kendaraan
bermotor dan sebagainya.

Bank Indonesia – Industri Logam 20


Kapasitas produksi masing-masing perusahaan responden lebih besar dari
pada hasil produksi yang di jual kepada langganannya. Hampir semua
perusahaan bekerja satu regu " shift ". Jika perusahaan responden menerima
pesanan (job-orders) besar, perusahaan tersebut meningkatkan produksinya
pada tahap penyelesaian pesanan dengan cara memperpanjang jam kerja
dan memberikan lembur kepada tenaga kerjanya.

Para responden merencanakan akan membeli alat-alat produksi modern


dengan presisi maupun kapasitas produksi tinggi, karena produk yang dibuat
dengan alat-alat perkakas modern mempunyai nilai tambah tinggi serta
peluang pasar lebih luas dari pada produk-produk tradisional. Mesin produksi
modern dapat menghemat biaya produksi maupun meningkatkan daya hidup
perusahaan melalui diversifikasi kegaiatan usaha.

Sebagian dari responden, pengusaha industri logam telah dibina oleh instansi
Deperindag, Polyteknik maupun perusahaan besar melalui pola Kemitraan.
Para pengusaha sedikit demi sedikit mampu meningkatkan kualitas produksi
dengan menerapkan teknologi yang semi modern maupun melalui perbaikan
proses produksinya, menjadi lebih tepat guna.

Investasi baru yang telah di laksanakan oleh para responden cukup berhasil
dan dapat dibuktikan melalui kenaikan hasil produksi dan penjualan dari
tahun ke tahun. Hampir semua perusahaan responden maju agak cepat,
peluang bisnis di nilai relatif baik. Bank-bank yang telah membiayai
perusahaan industri logam menurut informasi karyawan cabang bank di
daerah, jarang mengalami kesulitan berkaitan dengan kolektibilitas para
nasabah tersebut.

B. Permintaan Pasar

Perusahaan responden biasanya memasarkan produksinya melalui agen atau


"broker" dari pabrik-pabrik atau instansi-instansi yang membutuhkan produk
dari industri logam. Tidak ada responden yang menjual langsung kepada
pabrik maupun instansi. Sebagai contoh seluruh perusahaan industri logam
skala kecil dan menengah (sekitar 200 unit usaha) di Bandung, memasarkan
produk-produk suku cadang untuk industri sandang dan kendaraan bermotor
melalui sekitar 50 perantara (broker) dan sekitar 35 grosir/pemasok. Para
grosir/supplier memasok produk-produk kepada toko-toko dan bengkel-
bengkel di kota besar maupun di daerah kecamatan.

Para pemilik industri logam biasanya tidak mencari pasar maupun langganan
sendiri. Mereka bersifat produsen saja, bukan pengusaha yang kuat di bidang
pemasaran. Suatu hal yang muncul karena ketergantungan mereka kepada
broker dan grosir, harga produknya secara umum kurang menguntungkan
karena di atur oleh para broker dan grosir. Persaingan antara produsen-
konsumen kecil atau industri rumah tangga, selalu tajam dan harga jualnya
yang relatif rendah, sering tidak menutupi biaya tetap tingkat laba kotor

Bank Indonesia – Industri Logam 21


antara 20% sampai 40% atas harga pokok produksinya, karena produk-
produk mempunyai kualitas dan presisi lebih tinggi.

Menurut informasi dari pada responden pendapatan penjualan bervariasi, ada


suatu perusahaan yang mengalami penurunan 20% satu tahun. Sedangkan
perusahaan lain mencapai kenaikan sampai 40% pada satu tahun. Jumlah
penjualan untuk seluruh responden naik antara 15% sampai 20% per tahun
pada periode 1994-1996.

Pengembangan pasar maupun peluang pasar baru diciptakan melalui


program kemitraan industri kecil dan menengah dengan perusahaan besar
seperti anak perusahaan Astra Group, Bakrie Group, Krakatau Stell dan
sebagainya. Ada juga lembaga dan yayasan seperti YDBA, Wahana
Pengembangan Usaha, Polman-ITB dan MIDC, Bandung yang secara proaktif
membantu perusahaan industri logam menciptakan jaringan pasar baik
kepada broker, grosir, pabrik maupun konsumen terakhir.

C. Daerah Pemasaran, Faktor Saingan serta Syarat Pembayaran

Secara umum daerah pasar industri logam skala kecil terbatas di wilayah
Kabupaten, Kodya dan daerah Propinsi, dimana masing-masing unit usaha
ditempatkan. Meskipun perusahaan industri tersebut menjual produksinya
melalui grosir dan broker, para perantara tersebut biasanya mencari
langganannya di wilayah Tingkat I.

Daerah pasar produksi industri logam menengah memang lebih luas,


sebagian dari produksinya di jual kepada produsen nasional, seperti pabrik
Indomobil, Globel dan lain-lain sesuai dengan sub kontrak atau melalui
sistem vendor. Misalnya perusahaan pengecoran di Ceper yang telah agak
berkembang menjadi sambungan pipa air ke proyek-proyek PDAM di seluruh
tanah air.

Saingan dari perusahaan kecil maupun menengah sejenis selalu tajam.


Karena jumlah produsen cukup banyak dengan kapasitas produksi relatif
tinggi harga jual cenderung menuru, khususnya untuk produsen kecil, yang
sering menjual produksinya dengan harga kurang menguntungkan.
Perusahaan Industri logam kecil sering terpukul oleh persaingan dari
perusahaan industri logam besar, karena persaingan bebas antara seluruh
perusahaan industri logam di Indonesia. Meskipun persaingan dari luar
negeri sampai saat ini tidak terlalu dirasakan oleh industri logam, pada saat
pasar bebas di ASEAN mulai berlaku, saingan dari negara lainnya akan
menjadi lebih kuat.

Syarat pembayaran berbeda antara satu kelompok usaha industri logam


dengan kelompok lainnya, tergantung daerah dan hubungan bisnis antara
para produsen barang logam dengan langganannya. Banyak produsen yang
membuat produk atas job-order atau sesuai dengan subkontraknya
menerima uang muka sampai 30% pada awal produksinya dan setoran di

Bank Indonesia – Industri Logam 22


bayar pada periode produksi dengan sisa pembayaran antara 10% sampai
dengan 20% sesudah produk di serahkan kepada langganan. Perputaran
piutang relatif pendek rata-rata sampai satu bulan untuk sebagian besar
perusahaan responden. Produsen yang mengalami masalah dengan
perputaran piutang adalah produsen yang menjual barang kepada instansi
Pemda maupun BUMN. Produsen tersebut sering menunggu pembayaran tiga
bulan atau lebih sesudah pengiriman hasil produksinya kepada langganan
tersebut.

Bank Indonesia – Industri Logam 23


4. Aspek Produksi

Apabila suatu perusahaan industri logam memiliki kesempatan pemasaran


hasil produksi yang memadai, pemilik selalu merencanakan investasi modal
untuk memperluas perusahaannya. Aspek teknis merupakan analisa
berkenaan dengan proses pemilihan serta instalasi mesin-mesin dan alat-alat
produksi, membangun ruangan produksi maupun melaksanakan proses
produksi setelah periode investasi selesai. Analisa teknis meliputi beberapa
alternatif atau pilihan mesin dan alat produksi yang memberikan dampak
atas proses produksi. Pilihan teknologi di pengaruhi oleh banyak faktor,
misalnya tersedianya dana investasi, peluang pasar pada masa depan, lokasi
usaha, peraturan pemerintah, dan lain-lain. Hal-hal yang dibahas dalam
analisa aspek teknis adalah :

 kebutuhan dan pilihan lokasi


 skala perluasan produksi dan produk-produk yang akan dihasilkan
 kriteria pemilihan mesin dan alat produksi maupun fasilitas lainnya.
 tersedianya bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, energi dan
lain-lain.

Faktor-faktor di atas di bahas secara singkat dalam bab ini. Sebagian dari
hal-hal tersebut di jelaskan dalam beberapa lampiran antara lain tentang
bahan baku yaitu : jenis-jenis logam ferro maupun non ferro, proses
produksi dan alat-alat perkakas yang di pakai oleh anekan industri logam
seperti pengecoran, permesinan, bahan bangunan maupun pengerjaan pelat
dan konstruksi.

a. Lokasi Usaha

Lokasi perusahaan industri logam kecil dan menengah pada tahap awal
merupakan sebagian dari rumah pemilik usaha. Sesudah perusahaan cukup
berkembang usaha tersebut menjadi suatu masalah besar yang menghambat
pengembangan perusahaan. Sesuai dengan sejarah industri logam,
mayoritas dari perusahaan-perusahaan logam terletak di dalam atau dekat
kota-kota besar di seluruh Indonesia, karena peluang pasar atau pasar yang
di tuju perusahaan adalah "bobot" faktor atau faktor utama berkenaan
dengan pemilihan lokasi. Faktor-faktor lainnya seperti tersedianya bahan
baku, tenaga kerja, prasarana seperti listrik, fasilitas transportasi dan lain-
lain, bukan faktor utama, akan tetapi faktor yang mempengaruhi pemilihan
lokasi, bilamana salah satu dari faktor-faktor tersebut menjadi masalah.
Berdasarkan hal tersebut sebagian besar dari perusahaan industri logam
skala kecil maupun menengah di tempatkan di dalam dan dekat kota-kota di
mana peluang pasar cukup cerah.

Pemda setempat bekerja sama dengan instansi Deperindag sudah lama


mengendalikan lokalisasi perusahaan industri ke kawasan industri maupun ke
semua industri yang tersebar di kota-kota besar. Kegiatan relokasi atau

Bank Indonesia – Industri Logam 24


perolehan lokasi permanen di luar kompleks atau daerah permukiman
merupakan salah satu kegiatan yang cukup penting bagi para pengusaha.
Pemda maupun instansi yang membina perusahaan industri tersebut.
Meskipun begitu, para pemilik perusahaan industri logam bertanggung jawab
penuh untuk memilih lokasi usahanya yang pada jangka panjang akan
mendorong pengembangan usahanya. Penilaian dan pemilihan lokasi baru
untuk suatu perusahaan industri logam perlu di lakukan dengan seksama
karena pengeluaran dana cukup besar dan lokasi baru harus mendorong
kegiatan perusahaan jangka panjang.

Sesuai dengan kebijakan kredit yang berlaku, bank tidak dapat memberikan
dana untuk biaya investasi keterkaitan dengan pembelian tanah lokasi usaha
industri logam. Bantuan dana selain modal sendiri untuk membeli tanah
dapat dibiayai oleh perusahaan modal ventura bila proyek perluasan usaha di
nilai layak dari segala aspek.

b. Ruangan serta Tata Letak Alat Produksi

Jenis dan besarnya ruangan produksi atau bangunan pabrik industri logam
berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya dan juga antara
satu subsektor industri logam dengan sub sektor lainnya. Besarnya
bangunan produksi ditentukan oleh kebutuhan alat produksi, jenis-jenis
produk yang di hasilkan serta kemampuan pelaksanaan investasi secara
finansial. Biasanya para pengusaha yang telah cukup berhasil melaksanakan
perluasan usahanya dalam tahap berdasarkan rencana jangka panjang.

Untuk beberapa jenis industri logam di tentukan standard tentang tinggi


ruangan, luas ruangan kerja minimum untuk masing-masing mesin dan alat
produksi terhadap isi seluruhnya sehingga dapat dihitung luas lantai.
Ruangan maupun para pekerja harus dilengkapi dengan alat pencegah
kotoran udara misalnya debu, tetes-tetes logam, zat-zat cair, gas maupun
uap kimia.

Tata letak atau "layout" merupakan seluruh proses menentukan bentuk dan
penempatan aktiva produksi yang dimiliki suatu perusahaan, termasuk tata
letak lahan perusahaan, tata letak bangunan atas lahan maupun tata letak
mesin dan alat produksi dalam bangunan. Tata letak semua hal tersebut di
tentukan sesudah perusahaan mengetahui apakah jenis teknologi dan alat-
alat produksi yang dipilih untuk investasi baru. Biasanya suatu produk atau
lini produk dapat dibuat dengan lebih dari satu jenis teknologi berdasarkan
kemampuan finansial pemilik, pengetahuan dan keahlian tenaga kerja dan
kualitas produk maupun segmen pasar yang membutuhkan hasil
produksinya. Tujuan utama penentuan tata letak ruangan produksi antara
lain :

 penggunaan ruangan produksi secara optimal


 pemanfaatan alat produksi secara maksimal

Bank Indonesia – Industri Logam 25


 mengusahakan agar aliran bahan dan produk dalam proses produksi
lancar,
 menjaga kesehatan dan keselamatan kerja
 memaksimalkan hasil produksi
 kemungkinan untuk penyesuaian tata letak mesin produksi maupun
perluasan ruangan produksi.

Para pengusaha industri logam kecil dan menengah tidak selalu memenuhi
tujuan tersebut, bila menentukan tata letak mesin maupun alat produksi
dalam ruangan produksinya. Proses produksinya sering kurang efisien antara
lain karena jarak angkat bahan baku dan barang jadi rumit dan memerlukan
tenaga maupun waktu terlalu banyak. Ruangan produksi mereka sering tidak
hanya satu tempat. Beberapa perusahaan responden beroperasi di dua atau
tiga ruangan dengan jarak cukup jauh antara satu dengan lainnya. Seringkali
mobil truk tidak bisa masuk sampai kepada tempat usaha. Karena itu biaya
"material handling" menjadi tinggi dan proses produksi terganggu karena
sebagian besar tenaga kerjanya mengangkat bahan baku maupun hasil
produksinya. Penggunaan ruangan produksi sering kurang efektif, alat dan
mesin produksi di tempatkan terlalu padat, karena ruangan sering jauh lebih
kecil daripada kebutuhannnya.

Ada tiga macam tata letak mesin dan alat produksi dalam industri logam tata
letak proses atau fungsional (process or functional layout), tata letak garis
atau produk (line or product layout) dan tata letak kelompok (group layout).

Tata letak proses atau fungsional menempatkan kelompok mesin dan alat
produksi yang mempunyai fungsi yang sama di dalam satu tempat atau
bagian ruang. Tata letak ini sering di gunakan oleh industri logam
permesinan, pengerjaan pelat dan bahan konstruksi dimana banyak terdapat
pesanan-pesanan yang berbeda baik dalam bentuk, kualitas maupun
jumlahnya. Pada tata letak ini di mungkinkan terjadinya arus balik.

Tata letak garis di pakai oleh industri pengecoran logam dan perusahaan
industri logam yang memproduksi produk yang bersifat sama dengan jumlah
besar. Pada layout garis, mesin dan peralatan produksi di susun berdasarkan
urutan dari proses pembuatan satu macam produk secara terus menerus
dengan jumlah yang besar (mass production). Dalam tata letak garis tidak
terdapat arus balik satu aliran pembuatan barang telah sampai pada tahapan
tertentu.

Tata Letak kelompok memisahkan tempat di ruang produksi sesuai dengan


jenis produk utama yang dihasilkan. Mesin dan alat produksi yang membuat
satu jenis produk ditempatkan dalam satu kelompok dan setiap produk di
selesaikan dalam tempat produksi tersebut. Tata Letak kelompok dipakai
perusahaan industri logam yang membuat produk khususnya dalam jumlah
besar, misalnya box meter PLN serta kotak (casing) radio, dan lain-lain.

Bank Indonesia – Industri Logam 26


Tiga macam tata letak tersebut secara murni tidak di laksanakan oelh setiap
perusahaan industri logam. Perusahaan tersebut sering menempatkan tata
letak campuran, khususnya perusahaan pengecoran dan permesinan
memakai tata letak campuran antara garis dan fungsional. Perencanaan tatal
letak di mulai dengan mendaftarkan produk-produk jasa yang akan
dihasilkan oleh perusahaan industri logam lengkap dengan spesifikasi fungsi
dan kualitasnya. Teknologi yang dipilih tergantung pada bahan baku yang
digunakan, proses yang di perlukan dan alat-alat perkakas.

Spesialisasi dari perusahaan industri besar maupun lembaga seperti MIIDC


maupun Polman-ITB dapat membantu perusahaan industri logam untuk
menyusun skema perakitan produk serta memilih mesin dan alat produksi
yang sesuai dengan kualitas serta biaya produksi yang ditentukan
pengusaha. Pembinaan dari spesialis tersebut dapat menentukan urutan
kerja (routing) maupun keseimbangan aliran proses (line balancing) produksi
serta menilai faktor-faktor lainnya yang dapat meningkatkan efisiensi
maupun menghemat biaya produksi.

c. Proses Produksi

Arus produksi yang efisien berdasarkan suatu tata letak mesin dan alat
produksi yang luwes merupakan awal dari proses produksi. Hal lain yang
harus di perhatikan oleh perusahaan industri logam adalah kriteria atau
standard tentang kualitas produk kinerja tenaga kerja dan lain-lain. Petunjuk
tentang penetapan standar-standar dan kinerja tenaga kerja dan lain-lain.
Petunjuk tentang penetapan standar-standar produk dan bantuan
pelaksanaan seperti standar ISO 9003, bagi perusahaan secara individu
maupun suatu kelompok usaha dapat di terima oleh badan dan konsultan
yang komponen di bidang manajemen kualitas (quality management).

Perancangan produk, pengendalian maupun pengawasan proses produksi


merupakan tugas utama manajer produksi. Tugas tersebut di laksanakan
sesuai dengan pesanan produksi atau rencana pembuatan produk untuk
pasar bebas. Bagan alur proses adalah grafik yang menunjukkan urutan
kegiatan operasi, transportasi, inspeksi penundaan dn penyimpanan dalam
suatu proses pembuatan produk diperusahaan industri logam. Dalam bagan
alur proses dicantumkan untuk analisa produksi termasuk waktu yang
dibutuhkan serta jarak yang ditempuh. Kegunaan alur proses sebagai alat
bantu merancang metode dan alat untuk mengerjakan suatu produk.

Faktor lingkungan kerja memberikan dampak atas hasil produksi.


Penerangan tempat kerja, pengaturan kualitas udara maupun bunyi serta
peraturan keselamatan kerja lainnya memerlukan perhatian dalam penilaian
proyek yang memohon kredit dari bank.

Sistem dan cara pemeliharaan mesin dan alat produksi merupakan faktor
yang penting berkenaan dengan penjagaan kelancaran proses produksi. Hal
yang perlu perhatian adalah persediaan suku cadang, tersedianya

Bank Indonesia – Industri Logam 27


perusahaan "repair and service" serta kegiatan pemeliharaan secara teratur
sebelum terjadi kerusakan mesin dan alat produksi.

Bank Indonesia – Industri Logam 28


5. Aspek Keuangan

Bank yang membiayai perusahaan industri logam harus mengetahui


masalah-masalah yang menyangkut perusahaan industri tersebut. Informasi
tentang hal ini dapat di kumpulkan melalui wawancara dengan beberapa
pengusaha serta pemasok maupun pembeli aneka barang logam. Hasil
produksi industri logam harus di hitung secara makro berdasarkan data
sekunder maupun perhitungan dari data primer (sample data) untuk wilayah
kerja cabang bank. Faktor persaingan dari bank lain juga harus di
pertimbangkan oleh para analisis kredit bersama pemimpin cabang sebelum
menentukan sasaran tentang jumlah kredit dan jumlah nasabah yang di
rencanakan akan membiayai sesuai dengan anggaran kredit cabang bank.

Pemilihan calon nasabah di bidang industri logam harus dilakukan antara lain
berdasarkan rekomendasi dari lembaga pembina maupun atas dasar
informasi dari pihak yang mempunyai hubungan bisnis dengan perusahaan
industri logam di wilayah cabang bank.

Langkah pertama dalam persiapan pemberian kredit adalah analisa kualitatif


tentang calon debitur dan perusahaannya, yaitu perolehan informasi tentang
riwayat calon debitur antara lain reputasi bisnisnya dan pribadinya
(karakternya). Proses penilaian karakter merupakan penilaian kegiatan
abstrak seperti moral, kewiraswastaan, itikad baik, dan lain-lain yang
kesemuanya sudah dinilai secara obyektif.

Penilaian perusahaan calon nasabah, rencana pengembangan usahanya


dapat di lakukan setelah tim analisis kredit sudah yakin bahwa calon
debiturnya memenuhi ketentuan kuantitatif. Pada intinya proses analisa
kredit berdasarkan diri pada kemampuan pelunasan hutang, yaitu memenuhi
perjanjian kredit antara debitur dengan bank, dan bukan hanyat atas
penilaian karakter nasabah maupun kelayakan proyeknya. Penilaian
kemampuan nasabah melunasi kreditnya di lakukan melalui perhitungan
aliran kas (cashflow) dari proyeknya maupun berdasarkan penilaian barang
agunan yang menjaminkan kreditnya.

Sebelum bank menganalisa aspek keuangan, staf bank harus menilai aspek
komersial atau peluang bisnis saat ini maupun pada periode yang akan
datang. Para analis kredit harus menilai dengan cara benar struktur biaya
produksi, kelancaran proses produksi, hubungan dengan para pelanggan dan
pemasok serta kemampuan perusahaan logam memasarkan hasil
produksinya dengan harga maupun persyaratan penjualan yang
menguntungkan. Penilaian keadaan sekarang serta peluang pada masa
depan memberikan masukan yang cukup penting kepada komite kredit
maupun pemimpin bank tentang hal-hal yang kritis dan memerlukan
perhatian dari bank sebelum perusahaan menjadi nasabah bank. Penilaian ini
yang dilakukan sebelum pengusaha menjadi nasabah bank memerlukan
waktu antara satu sampai tiga bulan, dan nasabah pada periode ini mutlak

Bank Indonesia – Industri Logam 29


membuka rekening giro di cabang bank. Jika nasabah memindahkan dari
bank lain, bank baru selalu minta kopi dari seluruh rekening pengusaha di
bank lain pada periode beberapa bulan lalu sampai sekarang Bank pemberi
kredit biasanya juga meminta keterangan dari Bank Indonesia

a. Tujuan dari Analisa Keuangan

Analisa keuangan di lakukan oleh pengusaha industri logam di bantu oleh


analisa kredit bank bila perusahaan calon nasabah tidak mempunyai sistem
pembukaan yang lengkap. Informasi finansial maupun rencana
pengembangan usaha dapat di sampaikan kepada bank sebagai berikut :

1. Neraca dan laporan laba/rugi minimum 12 bulan terakhir. Perusahan


yang mempunyai sistem pembukuan lengkap menyerahkan laporan
keuangan tersebut untuk periode sampai tiga bulan lalu.
2. Usulan proyek dalam bentuk biaya proyek, yaitu rencana biaya
investasi serta perhitungan kebutuhan modal kerja.
3. Rencana pembiayaan usulan proyek, terdiri dari jumlah modal sendiri
serta kebutuhan pinjaman modal investasi maupun modal kerja.

Rencana skala menengah sering di bantu oleh konsultan atau para pembina
usaha kecil untuk menyusun usulan proyek dalam bentuk studi kelayakan.
Perusahaan kecil maupun industri rumah tangga sering dibantu langsung
oleh analis kredit bank dalam penyusunan informasi tersebut.

Tujuan dari analisis keuangan adalah untuk mengetahui posisi keuangan


calon nasabah sebelum atau sesudah rencana proyek di laksanakan dari segi
likuiditas, solvabilitas maupun rentabilitas usahanya. Besarnya biaya proyek
untuk modal investasi maupun modal kerja serta prospek usaha usaha pada
masa depan dapat di hitung dengan cara memproyeksikan laba/rugi, neraca
dan arus kas. Struktur kebutuhan modal bank dalam bentuk kredit investasi
maupun kredit modal kerja serta perhitungan kewajibannya, yaitu
perhitungan biaya bunga, provisi, maupun angsuran pokok per tahun selama
periode proyeksi merupakan sebagian dari analisa keuangan.

b. Perhitungan Modal Investasi

Perusahaan-perusahaan industri logam membutuhkan modal investasi untuk


beberapa tujuan seperti perluasan kapasitas produksi, perolehan izin-izin,
lisensi produksi, rehabilitasi sarana produksi yang ada dan seterusnya.
Barang investasi atau aktiva tetap dibiayai dengan dana jangka panjang,
yaitu dengan modal sendiri, modal ventura maupun pinjaman bank biasanya
di setor dalam periode tiga sampai sepuluh tahun sesuai dengan penilaian
bank maupun perusahaan ventura.

Aktiva tetap maupun biaya investasi untuk industri logam dapat dibagi dalam
beberapa kategori sebagai berikut :

Bank Indonesia – Industri Logam 30


1. Biaya tanah untuk perusahaan industri logam. Biaya investasi tanah
terdiri dari beberapa unsur misalnya, harga beli tanah sendiri, biaya
komisi apabila di beli melalui perantara, biaya notaris akte jual beli,
biaya BPN atas SHM, SGU dan lain-lain.
2. Biaya prasarana terdiri dari biaya pengembangan lokasi (tanah) yaitu
biaya saluran air, listrik, telekomunikasi maupun jalan dan tempat
parkir atas tanah perusahaan industri.
3. Biaya bangunan dan perlengkapannya terdiri dari biaya yang di
keluarkan kepada pemborong atau orang yang membangun bangunan
produksi, gudang, kantor, pos keamanan, pagar dan lain-lain,
termasuk biaya bahan bangunan, biaya membuka tanah usaha serta
biaya jasa-jasa konsultan maupun arsitek.
4. Biaya mesin-mesin/alat-alat produksi terdiri dari biaya survai dan
konsultasi pemilihan mesin/alat, biaya pengangkutan mesin/alat dari
tempat pamasok sampai lokasi industri logam, biaya instalasi mesin-
mesin/alat-alat produksi, biaya pada periode percobaan sebelum tahap
produksi komersial.
5. Biaya alat transportasi terdiri dari biaya atas pembelian alat
transportasi yang dipakai dalam ruang produksi, misalnya "sand-
planer", traverse crane, fork lift, dan lain-lain, dan alat transportasi
yang dipakai untuk mengangkut bahan baku maupun barang jadi,
serta kebutuhan transpor staf maupun manajemen usaha, misalnya
mobil truk, pick up maupun sedan. Biaya investasi termasuk harga beli
serta biaya izin-izin siap pakai.
6. Biaya aktiva tetap lainnya terdiri dari biaya perolehan alat
laboratorium, investasi maupun perlengkapan lainnya untuk kantor,
mess, pos jaga dan lain-lain. Di samping aktiva tersebut ada aktiva
tetap tidak berujud, yaitu biaya studi kelayakan lisensi, patent,
engenering fee, biaya pelatihan staf pada periode percobaan, biaya
bunga pada masa konstruksi, dan lain-lain.

Sebenarnya, biaya investasi atas aktiva tetap tersebut di atas di hitung


dengan nilai perolehan (cost of aquistion). Banyak perusahaan industri logam
membuat sebagian dari alat produksinya sendiri. Biaya investasi bagi alat
buatan sendiri adalah biaya bahan baku, biaya pembelian komponen maupun
upah yang di keluarkan untuk pembuatan alat tersebut.

Mesin dan alat produksi serta invetaris akan berkurang nilainya pada periode
selama di pakai oleh perusahaan industri logam. Dalam perhitungan biaya
ini, aktiva tetap di susut dan aktiva tetap tidak terwujud di amortisir selama
umur ekonomisnya. Tanah merupakan salah satu jenis aktiva yang tidak di
susut karena nilai tahun naik (appreciate) selama periode produksi.

Bank Indonesia – Industri Logam 31


c. Perhitungan Modal Kerja

Modal kerja adalah pengeluaran biaya yang habis pada satu siklus usaha.
Pengertian siklus usaha meliputi jangka waktu pembuatan dan penjualan
sejumlah produk, yaitu jumlah biaya yang keluarkan perusahaan industri
pada periode ini, sampai perusahaan menerima pendapatan secara tunai dari
penjualan barang tersebut. Modal kerja disebut modal kerja kotor, yaitu
seluruh pos-pos aktiva lancar dalam neraca kerja disebut modal kerja kotor,
yaitu seluruh pos-pos aktiva lancar dalam neraca perusahaan industri logam
(kas, giro, piutang,persedian bahan baku, barang jadi dan 1/2 jadi) di
tambah biaya produksi satu siklus usaha, misalnya satu bulan, atau modal
kerja bersih, yaitu modal kerja kotor di kurangi pos-pos pasiva lancar (antara
lain hutang dangang, kewajiban pajak, biaya bunga, telpon, listrik, dan lain-
lain yang belum jatuh tempo). Cara menghitung modal kerja berdasarkan
asumsi-asumsi tentang siklus usaha (periode perputaran) masing-masing
jenis aktiva maupun pasiva lancar di samping proyeksi kenaikan penjualan
maupun biaya produksi pada satu tahun sesudah investasi.

Banyak perusahaan industri logam mengalami gangguan produksi karena


kekurangan modal kerja. Manajemen modal kerja adalah salah satu tugas
yang cukup penting bagi para pengusaha maupun bagi para pembina industri
logam kecil dan menengah. Disamping bantuan kredit modal kerja dari bank,
kebutuhan modal kerja dapat dipenuhi lebih cepat dari sumber modal sendiri,
bilamana perusahaan tersebut mempunyai akses ke perusahaan anjak
piutang (fakctoring)

d. Analisa Aspek Keuangan

Perhitungan berkaitan dengan analisa keuangan dalam laporan pola


pinjaman dapat dilihat dalam tiga contoh perusahaan pada bab VI.
Perhitungan dalam contoh tersebut merupakan petunjuk saja. Jika bank-
bank pemberi kredit menggunakan metoda analisa keuangan lainnya, sesuai
dengan petunjuk direksi bank, metoda analisa keuangan bank tersebut dapat
dipakai oleh para analisis kredit dari bank bersangkutan,

Penjelasan tentang cara analisa aspek keuangan di dalam dua contoh


perusahaan industri logam yang akan memperluas kapasitas produksinya
sebagai berikut :

1. Perhitungan struktur biaya produksi maupun hasil penjualan meliputi


periode satu tahun sebelum investasi atau periode yang sering disebut
" kedaaan sekarang". Data-data berkenaan dengan perhitungan
tersebut di terima langsung oleh para analis kredit dari pemilik usaha
industri logam secara lisan atau secara tertulis. Kalau perusahaan
tidak mempunyai sistem pembukuan, informasi tersebut harus di nilai
kembali dengan cara "trade checking" yaitu staf bank harus
mengumpulkan informasi tambahan dari usaha sejenis, dari pemasok
maupun langganan si pengusaha. Informasi dari pengusaha dapat

Bank Indonesia – Industri Logam 32


dicek pula melalui rekening giro maupun tabungan bila pengusaha
telah menjadi nasabah bank. Tidak semua data dan informasi dari
pengusaha mengenai semua jenis biaya, maupun hasil penjualan di
berikan pada periode sepanjang satu tahun.Staff bank atau pembina
usaha harus menyesuaikan data tersebut dengan cara hati-hati atau
menilai agak lebih konservatif terhadap informasi dari si pengusaha
untuk menyederhanakan presentasi perhitungan, struktur biaya
maupun penerimaan di gabung langsung dengan data yang sama pada
periode proyeksi di dalam tabel "Proyeksi laba-rugi".
Salah satu jenis biaya, yaitu upah dan gaji atas jumlah tenaga kerja
sebelum dan sesudah investasi baru, dihitung dalam tabel tersendiri.
Informasi ini di nilai cukup penting tentang dampak dari proyek
investasi yang dibiayai, sebagian dengan dana bank.
2. Perhitungan aktiva tetap sebelum investasi serta aktiva tetap baru
(investasi tahun ini) di hitung dalam dua tabel sesuai dengan format
dalam contoh perusahaan. Informasi tentang semua jenis aktiva tetap
harus dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang ada, misalnya
faktur, bukti pembayaran dan sebagainya. Dokumen berkaitan dengan
status tanah harus di cek ke instansi BPN maupun Pemda. Mesin
maupun alat produksi yang ada sebelum investasi dapat dibiayai
dengan pinjaman dari bank lain atau melalui "leasing". Status
kepemilikan aktiva tersebut juga harus di kontrol dengan seksama
oleh staf bank pemberi kredit. Sebagian dari aktiva lama tidak dapat di
buktikan secara tertulis mengenai nilai perolehan maupun tahun
perolehan. Staf bank harus menaksir nilai aktiva tersebut, yang
merupakan unsur modal sendiri, barupa agunan tambahan atas
pinjaman bank. Unsur-unsur informasi yang dihitung dalam tabel
tersebut dianggap cukup biasa, dan tidak memerlukan penjelasan
khusus. Penyusutan maupun amortisasi aktiva tetap dengan cara garis
lurus seperti dilihat dalam contoh tersebut, boleh di pakai dalam
proyeksi rugi-laba, neraca maupun aliran kas meskipun metoda saldo
menurun sesuai dengan peraturan dari kantor pajak juga di terapkan
oleh beberapa bank.
3. Proyeksi Aliran Kas Maupun Perhitungan IRR dan NPV dapat dilihat di
dalam tabel 4 dan tabel 5 untuk tiga contoh usaha industri logam.
Cara perhitungan aliran kas tersebut adalah sesuai dengan metoda
netto, yaitu data yang masuk dalam aliran kas di ambil dari
perhitungan biaya proyek maupun laba sebelum penyusutan, biaya
bunga dan pajak dari proyeksi laba-rugi. Pada tahun akhir periode
proyeksi sisa nilai buku aktiva tetap, yaitu sisa nilai buku biaya
investasi di hitung sebagai unsur kas masuk.

Internal rate of return (IRR) maupun net present value (NPV) dari investasi
baru dihitung secar "incremental" untuk perusahaan lama yang memperluas
kapasitas produksinya, yaitu hanya kenaikan (perubahan) penerimaan hasil
produksi maupun biaya produksi yang timbul dari biaya investasi baru yang
diukur.

Bank Indonesia – Industri Logam 33


Asumsi-asumsi tentang perhitungan aliran kas incremental dari investasi
baru adalah sebagai berikut :

1. Semua perubahan penerimaan penjualan maupun biaya produksi pada


tahun investasi dan tahun-tahun selanjutnya, berasal dari investasi
baru.
2. Angka-angka penjualan maupun biaya produksi sebelum investasi
tetap sama pada tahun sebelum investasi pada setiap tahun pada
periode proyeksi.
3. Aliran kas incremental adalah selisih antara aliran kas sebelum
investasi dengan aliran kas sesudah investasi setiap tahun pada
periode proyeksi.
4. Angka-angka yang diproyeksikan adalah angka riil bukan angka
nominal yang di pengaruhi oleh dampak inflasi. Asumsi ini cukup aman
dan IRR maupun NPV dianggap lebih "konservatif atau aman"
bilamana di hitung atas dasar asumsi tersebut.

Pengertian nilai residu investasi baru, IRR dan NPV tidak di bahas dalam bab
ini. Bank pemberi kredit mempunyai bahan yang menjelaskan teori investasi
termasuk kriteria penilaian investasi.

Bank Indonesia – Industri Logam 34

Anda mungkin juga menyukai