IndustriLogam PDF
IndustriLogam PDF
INDUSTRI LOGAM
BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Sedangkan sektor industri barang dari logam, mesin dan peralatannya terdiri
dari perusahaan besar, sedang, kecil dan usaha rumah tangga. Pada tahun
1993 jumlah perusahaan industri di golongan tersebut terdiri dari 1.912 unit
besar/menengah, 4.521 unit usaha kecil dan 36.086 unit usaha rumah
tangga. Sebagian besar dari perusahaan logam dasar maupun perusahaan
barang dari logam, mesin dan peralatannya ditempatkan di pulau Jawa.
Tabel 1.
Banyaknya Perusahaan Industri Logam (Unit Usaha)
Tahun Besar/Sedang Kecil Rumah Tangga Jumlah Usaha
1991 1.773 7.824 29.395 38.993
1993 2.045 4.521 36.086 42.654
Perubahan 15, 3 % - 42,2 % 22,8 % 10,9 %
Sumber : BPS Indonesia 1994
Kelompok kedua adalah industri yang sudah mampu membuat produk yang
mempunyai nilai teknis lebih tinggi di bandingkan dengan kelompok pertama.
Produk-produknya antara lain mesin pembuat mie/bakso dan sebagainya.
Kelompok dua ini masih terbatas, populasinya tersebar di pulau Jawa dan
sebagian kecil di pulau Sumatera.
Perusahaan kecil dan menengah serta industri logam dapat dibagi, menjadi
tiga kelompok sasaran pasar untuk bank pemberi pinjaman sebagai berikut :
Data dan informasi tentang perusahaan industri logam kecil dan menengah
yang merupakan sasaran laporan Pola Pinjaman Industri Logam ini
dikumpulkan melalui wawancara dengan para pengusaha di Kotamadya
Bandung dan Kecamatan Ceper, Kab Klaten. Jumlah responden adalah 34
pengusaha kecil dan menengah. Data tentang pola PKT-RUBI logam di
peroleh dari satu produsesn bahan bangunan logam di Jakarta Utara.
Informasi tambahan maupun data sekunder di peroleh dari instansi dan
lembaga Pemerintah maupun swasta termasuk bank umum. Semua data
primer dan sekunder diperoleh pada bulan Januari dan Februari 1997.
Pada umumnya untuk mendapatkan bahan baku dan bahan penolong lainnya
tidak menjadi masalah besar, karena tersedia cukup stabil. Masing-masing
responden membeli bahan bahan tersebut dari dua sampai lima pemasok
utama, yang telah mempunyai hubungan bisnis cukup lama dengan para
responden.
Para pengusaha industri logam pada awalnya membeli alat dan mesin
produksi bekas. Sebagian dari alat produksi di buat oleh pemilik sendiri.
Meskipun demikian hasil produksi dan mutu produk cukup tinggi dan
memenuhi ketentuan pasar sasaran atau kebutuhan pembeli.
Semua kegiatan yang dilakukan di atas bersifat dinamis dan luwes misalnya
kegiatan pelatihan di lakukan di lokasi lembaga, MIDC maupun Polman-ITB
atau ditempat industri kecil sesuai dengan kebutuhan masing-masing
perusahaan kecil. Pelatihan dilaksanakan sebagian melalui teori, tetapi porsi
praktek dan memecahkan kasus menjadi bagian terbesar. Kegiatan pelatihan
sering ditindak lanjuti dengan monotoring kemajuan dari perusahaan para
peserta, LSM yang secara aktif membina perusahaan industri logam skala
kecil dan menengah antara lain Yayasan Dharma Bakti Astra, Yayasan
Mandiri, Bandung melalui proyek Probengkel dan Wahana Pengembangan
usaha.
a. Organisasi
1. Petani Plasma
Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas
(a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk
penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil
yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan
dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.
Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan
penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan
dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas
masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek
usaha.
2. Koperasi
Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan
pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan
bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan
oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat
dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.
4. Bank
Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan
mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional
lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian
pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian
kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak
petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil
penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama
untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan
dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit
dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan
memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang
disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya
potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada
waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.
b. Pola Kerjasama
Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma
dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah
pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat
dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab
koperasi.
c. Penyiapan Proyek
Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam
proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal
dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan
mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai
dari :
d. Mekanisme Proyek
Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :
e. Perjanjian Kerjasama
Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu
surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian
kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban
Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga produk
sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu dipotong sejumlah
kewajiban petani melunasi angsuran kredit bank dan pembayaran bunganya.
Analisa pasar untuk industri logam kecil dan menengah agak rumit, karena
data statistik yang disusun BPS baik tentang nilai produksi maupun jumlah
produsen industri tersebut tidak tersedia setiap tahun. Permintaan maupun
hasil produksi barang-barang industri logam perusahaan kecil dan menengah
tidak di proyeksikan dalam laporan ini. Beberapa indikator-indikator data
statistik mempunyai informasi tentang keadaan pasar pada periode 1991-
1995, Disamping itu, kebijaksanaan pemerintah tentang sektor industri pada
PJP II, memprediksi laju pertumbuhan hasil produksi barang-barang industri
logam di masa depan.
a. Perkembangan Produksi
Tabel 2.
Nilai Produksi Produk Logam dalam jutaan rupiah
Industri besi dan baja dasar Industri barang-barang
Tahun
pengecoran dan penggilingan dari logam
1991 5.646.862 14.622.851
1992 6.089.265 17.429.565
1993 7.735.450 22.819.102
1994 9.946.300 29.302.427
Sumber : BPS 1994
Sesuai dengan sasaran Pemerintah, sektor industri pada akhir PJP II akan
memberikan sumbangan sekitar 32,5% kepada produk domestik bruto (PDB)
dan akan mampu menyerap sekitar 19 juta tenaga kerja baru atau 27,6%
dari keseluruhan tambahan tenaga kerja pada periode PJP II. Selanjutnya
industri logam dasar dan industri barang dari logam akan berkembang
dengan laju pertumbuhan 12,6% per tahun selama Repelita VI. Sektor-
sektor industri logam, yang termasuk dalam kelompok industri logam
tersebut antara lain industri logam dasar, industri-industri yang
menghasilkan mesin dan peralatan, serta industri pembuatan alat
transportasi.
Tabel 3.
Angka Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang dari Beberapa Sub-sektor
Industri logam
Nama Sub sektor Industri
1990 1991 1992 1993 1994
Logam
Industri dasar besi dan baja 100 158 165 213 235
Industri paku, engsel dan lain-lain 100 108 103 152 155
Data indeks tersebut memberikan indikasi yang cukup jelas, bahwa beberapa
sektor industri logam sangat sensitif terhadap perubahan siklus bisnis serta
kebijaksanaan moneter. Industri logam kecil seperti perusahaan industri
yang produksi terlalu besar, permintaan dari para konsumen rumah tangga
pendapatan menengah ke bawah kepada industri logam, harus selalu
memperhatikan keadaan siklus bisnis dan keadaan ekonomi makro,
pertumbuhan industri logam cukup kuat secara keseluruhan dan
pertumbuhan volume produksi di proyeksikan akan naik sekitar 12%
setahun.
Perusahaan industri logam kecil dan menengah terdiri dari lima golongan
yaitu perusahaan pengecoran, perusahaan permesinan, perusahaan
pengolahan pelat, perusahaan las, dan konstruksi serta perusahaan jasa
logam, seperti jasa pemanasan (heat-treatmant) maupun pelapisan logam
(elektro-plating)
A. Kemampuan Produksi
Sebagian dari responden, pengusaha industri logam telah dibina oleh instansi
Deperindag, Polyteknik maupun perusahaan besar melalui pola Kemitraan.
Para pengusaha sedikit demi sedikit mampu meningkatkan kualitas produksi
dengan menerapkan teknologi yang semi modern maupun melalui perbaikan
proses produksinya, menjadi lebih tepat guna.
Investasi baru yang telah di laksanakan oleh para responden cukup berhasil
dan dapat dibuktikan melalui kenaikan hasil produksi dan penjualan dari
tahun ke tahun. Hampir semua perusahaan responden maju agak cepat,
peluang bisnis di nilai relatif baik. Bank-bank yang telah membiayai
perusahaan industri logam menurut informasi karyawan cabang bank di
daerah, jarang mengalami kesulitan berkaitan dengan kolektibilitas para
nasabah tersebut.
B. Permintaan Pasar
Para pemilik industri logam biasanya tidak mencari pasar maupun langganan
sendiri. Mereka bersifat produsen saja, bukan pengusaha yang kuat di bidang
pemasaran. Suatu hal yang muncul karena ketergantungan mereka kepada
broker dan grosir, harga produknya secara umum kurang menguntungkan
karena di atur oleh para broker dan grosir. Persaingan antara produsen-
konsumen kecil atau industri rumah tangga, selalu tajam dan harga jualnya
yang relatif rendah, sering tidak menutupi biaya tetap tingkat laba kotor
Secara umum daerah pasar industri logam skala kecil terbatas di wilayah
Kabupaten, Kodya dan daerah Propinsi, dimana masing-masing unit usaha
ditempatkan. Meskipun perusahaan industri tersebut menjual produksinya
melalui grosir dan broker, para perantara tersebut biasanya mencari
langganannya di wilayah Tingkat I.
Faktor-faktor di atas di bahas secara singkat dalam bab ini. Sebagian dari
hal-hal tersebut di jelaskan dalam beberapa lampiran antara lain tentang
bahan baku yaitu : jenis-jenis logam ferro maupun non ferro, proses
produksi dan alat-alat perkakas yang di pakai oleh anekan industri logam
seperti pengecoran, permesinan, bahan bangunan maupun pengerjaan pelat
dan konstruksi.
a. Lokasi Usaha
Lokasi perusahaan industri logam kecil dan menengah pada tahap awal
merupakan sebagian dari rumah pemilik usaha. Sesudah perusahaan cukup
berkembang usaha tersebut menjadi suatu masalah besar yang menghambat
pengembangan perusahaan. Sesuai dengan sejarah industri logam,
mayoritas dari perusahaan-perusahaan logam terletak di dalam atau dekat
kota-kota besar di seluruh Indonesia, karena peluang pasar atau pasar yang
di tuju perusahaan adalah "bobot" faktor atau faktor utama berkenaan
dengan pemilihan lokasi. Faktor-faktor lainnya seperti tersedianya bahan
baku, tenaga kerja, prasarana seperti listrik, fasilitas transportasi dan lain-
lain, bukan faktor utama, akan tetapi faktor yang mempengaruhi pemilihan
lokasi, bilamana salah satu dari faktor-faktor tersebut menjadi masalah.
Berdasarkan hal tersebut sebagian besar dari perusahaan industri logam
skala kecil maupun menengah di tempatkan di dalam dan dekat kota-kota di
mana peluang pasar cukup cerah.
Sesuai dengan kebijakan kredit yang berlaku, bank tidak dapat memberikan
dana untuk biaya investasi keterkaitan dengan pembelian tanah lokasi usaha
industri logam. Bantuan dana selain modal sendiri untuk membeli tanah
dapat dibiayai oleh perusahaan modal ventura bila proyek perluasan usaha di
nilai layak dari segala aspek.
Jenis dan besarnya ruangan produksi atau bangunan pabrik industri logam
berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya dan juga antara
satu subsektor industri logam dengan sub sektor lainnya. Besarnya
bangunan produksi ditentukan oleh kebutuhan alat produksi, jenis-jenis
produk yang di hasilkan serta kemampuan pelaksanaan investasi secara
finansial. Biasanya para pengusaha yang telah cukup berhasil melaksanakan
perluasan usahanya dalam tahap berdasarkan rencana jangka panjang.
Tata letak atau "layout" merupakan seluruh proses menentukan bentuk dan
penempatan aktiva produksi yang dimiliki suatu perusahaan, termasuk tata
letak lahan perusahaan, tata letak bangunan atas lahan maupun tata letak
mesin dan alat produksi dalam bangunan. Tata letak semua hal tersebut di
tentukan sesudah perusahaan mengetahui apakah jenis teknologi dan alat-
alat produksi yang dipilih untuk investasi baru. Biasanya suatu produk atau
lini produk dapat dibuat dengan lebih dari satu jenis teknologi berdasarkan
kemampuan finansial pemilik, pengetahuan dan keahlian tenaga kerja dan
kualitas produk maupun segmen pasar yang membutuhkan hasil
produksinya. Tujuan utama penentuan tata letak ruangan produksi antara
lain :
Para pengusaha industri logam kecil dan menengah tidak selalu memenuhi
tujuan tersebut, bila menentukan tata letak mesin maupun alat produksi
dalam ruangan produksinya. Proses produksinya sering kurang efisien antara
lain karena jarak angkat bahan baku dan barang jadi rumit dan memerlukan
tenaga maupun waktu terlalu banyak. Ruangan produksi mereka sering tidak
hanya satu tempat. Beberapa perusahaan responden beroperasi di dua atau
tiga ruangan dengan jarak cukup jauh antara satu dengan lainnya. Seringkali
mobil truk tidak bisa masuk sampai kepada tempat usaha. Karena itu biaya
"material handling" menjadi tinggi dan proses produksi terganggu karena
sebagian besar tenaga kerjanya mengangkat bahan baku maupun hasil
produksinya. Penggunaan ruangan produksi sering kurang efektif, alat dan
mesin produksi di tempatkan terlalu padat, karena ruangan sering jauh lebih
kecil daripada kebutuhannnya.
Ada tiga macam tata letak mesin dan alat produksi dalam industri logam tata
letak proses atau fungsional (process or functional layout), tata letak garis
atau produk (line or product layout) dan tata letak kelompok (group layout).
Tata letak proses atau fungsional menempatkan kelompok mesin dan alat
produksi yang mempunyai fungsi yang sama di dalam satu tempat atau
bagian ruang. Tata letak ini sering di gunakan oleh industri logam
permesinan, pengerjaan pelat dan bahan konstruksi dimana banyak terdapat
pesanan-pesanan yang berbeda baik dalam bentuk, kualitas maupun
jumlahnya. Pada tata letak ini di mungkinkan terjadinya arus balik.
Tata letak garis di pakai oleh industri pengecoran logam dan perusahaan
industri logam yang memproduksi produk yang bersifat sama dengan jumlah
besar. Pada layout garis, mesin dan peralatan produksi di susun berdasarkan
urutan dari proses pembuatan satu macam produk secara terus menerus
dengan jumlah yang besar (mass production). Dalam tata letak garis tidak
terdapat arus balik satu aliran pembuatan barang telah sampai pada tahapan
tertentu.
c. Proses Produksi
Arus produksi yang efisien berdasarkan suatu tata letak mesin dan alat
produksi yang luwes merupakan awal dari proses produksi. Hal lain yang
harus di perhatikan oleh perusahaan industri logam adalah kriteria atau
standard tentang kualitas produk kinerja tenaga kerja dan lain-lain. Petunjuk
tentang penetapan standar-standar dan kinerja tenaga kerja dan lain-lain.
Petunjuk tentang penetapan standar-standar produk dan bantuan
pelaksanaan seperti standar ISO 9003, bagi perusahaan secara individu
maupun suatu kelompok usaha dapat di terima oleh badan dan konsultan
yang komponen di bidang manajemen kualitas (quality management).
Sistem dan cara pemeliharaan mesin dan alat produksi merupakan faktor
yang penting berkenaan dengan penjagaan kelancaran proses produksi. Hal
yang perlu perhatian adalah persediaan suku cadang, tersedianya
Pemilihan calon nasabah di bidang industri logam harus dilakukan antara lain
berdasarkan rekomendasi dari lembaga pembina maupun atas dasar
informasi dari pihak yang mempunyai hubungan bisnis dengan perusahaan
industri logam di wilayah cabang bank.
Sebelum bank menganalisa aspek keuangan, staf bank harus menilai aspek
komersial atau peluang bisnis saat ini maupun pada periode yang akan
datang. Para analis kredit harus menilai dengan cara benar struktur biaya
produksi, kelancaran proses produksi, hubungan dengan para pelanggan dan
pemasok serta kemampuan perusahaan logam memasarkan hasil
produksinya dengan harga maupun persyaratan penjualan yang
menguntungkan. Penilaian keadaan sekarang serta peluang pada masa
depan memberikan masukan yang cukup penting kepada komite kredit
maupun pemimpin bank tentang hal-hal yang kritis dan memerlukan
perhatian dari bank sebelum perusahaan menjadi nasabah bank. Penilaian ini
yang dilakukan sebelum pengusaha menjadi nasabah bank memerlukan
waktu antara satu sampai tiga bulan, dan nasabah pada periode ini mutlak
Rencana skala menengah sering di bantu oleh konsultan atau para pembina
usaha kecil untuk menyusun usulan proyek dalam bentuk studi kelayakan.
Perusahaan kecil maupun industri rumah tangga sering dibantu langsung
oleh analis kredit bank dalam penyusunan informasi tersebut.
Aktiva tetap maupun biaya investasi untuk industri logam dapat dibagi dalam
beberapa kategori sebagai berikut :
Mesin dan alat produksi serta invetaris akan berkurang nilainya pada periode
selama di pakai oleh perusahaan industri logam. Dalam perhitungan biaya
ini, aktiva tetap di susut dan aktiva tetap tidak terwujud di amortisir selama
umur ekonomisnya. Tanah merupakan salah satu jenis aktiva yang tidak di
susut karena nilai tahun naik (appreciate) selama periode produksi.
Modal kerja adalah pengeluaran biaya yang habis pada satu siklus usaha.
Pengertian siklus usaha meliputi jangka waktu pembuatan dan penjualan
sejumlah produk, yaitu jumlah biaya yang keluarkan perusahaan industri
pada periode ini, sampai perusahaan menerima pendapatan secara tunai dari
penjualan barang tersebut. Modal kerja disebut modal kerja kotor, yaitu
seluruh pos-pos aktiva lancar dalam neraca kerja disebut modal kerja kotor,
yaitu seluruh pos-pos aktiva lancar dalam neraca perusahaan industri logam
(kas, giro, piutang,persedian bahan baku, barang jadi dan 1/2 jadi) di
tambah biaya produksi satu siklus usaha, misalnya satu bulan, atau modal
kerja bersih, yaitu modal kerja kotor di kurangi pos-pos pasiva lancar (antara
lain hutang dangang, kewajiban pajak, biaya bunga, telpon, listrik, dan lain-
lain yang belum jatuh tempo). Cara menghitung modal kerja berdasarkan
asumsi-asumsi tentang siklus usaha (periode perputaran) masing-masing
jenis aktiva maupun pasiva lancar di samping proyeksi kenaikan penjualan
maupun biaya produksi pada satu tahun sesudah investasi.
Internal rate of return (IRR) maupun net present value (NPV) dari investasi
baru dihitung secar "incremental" untuk perusahaan lama yang memperluas
kapasitas produksinya, yaitu hanya kenaikan (perubahan) penerimaan hasil
produksi maupun biaya produksi yang timbul dari biaya investasi baru yang
diukur.
Pengertian nilai residu investasi baru, IRR dan NPV tidak di bahas dalam bab
ini. Bank pemberi kredit mempunyai bahan yang menjelaskan teori investasi
termasuk kriteria penilaian investasi.