Anda di halaman 1dari 9

MODUL 8

ALIRAN MELALUI PELUAP

1.1 Maksud & Tujuan

 Mempelajari aliran melalui peluap ambang tipis.


 Mengukur debit yang melalui ambang Thompson dan menghitung koefisien
debitnya.
 Mengetahui hubungan antara kedalaman aliran dengan debit.
 Mampu menggambarkan kurva lengkuk debit.

1.2 Alat & Bahan

 Bak air (flume)


 Peluap ambang Thompson
 Alat ukur kedalaman aliran (point gauge meter)
 Alat tulis

1.3 Dasar Teori


Peluap merupakan suatu bukaan pada salah satu sisi kolam atau tangki yang berfungsi
untuk mengukur debit yang dari hulu. Debit diukur berdasarkan tinggi energi (head
H), yaitu muka air yang diukur dari puncak peluap (tinggi peluapan). Berdasarkan
ketebalannya, peluap ada dua macam, peluap ambang tipis ( t < 0,5 H ) dan peluap
ambang tebal ( t > 0,66 H ). Berdasarkan muka air dihilir, peluap ada dua macam,
yaitu peluap terendam dan peluap terjunan. Peluap disebut terendam jika muka air di
hilir melebihi puncak peluap sedangkan pada peluap terjunan, muka air di hilir lebih
rendah dari puncak peluap. Merupakan bentuknya peluap dibedakan menjadi peluap
segitiga, segi empat, dan trapesium.

Ambang Thompson merupakan peluap ambang tipis berbentuk segitiga. Debit yang
mengalir mealui peluap segitiga dihitung dengan rumus ;

Thompson memberikan rumus debit sebagai berikut ;

Kedua rumus disederhanakan menjadi ;

Dengan Q = debit aliran; C = koefisien debit ;  ;


H = kedalaman air pada ambang peluap (m).
Kurva lengkung debit sangat berguna untuk perencanaan bangunan air, terutama jika
harus merencanakan suatu bangunan air pada daerah tertentu yang belum ada
bangunan air disekitarnya. Debit yang diketahui, diperlukan untuk mendinensi
saluran, tampungan dan menentukan muka air maksimal suatu bangunan air.

1.4 Prosedur Pelaksanaan


1. Baca tinggi muka air awal pada ambang Thompson dan hulu bendung
2. Alirkan ke dalam flume, atur bukaan pintu di hulu untuk mendapatkan variasi
nilai debitnya.
3. Baca tinggi muka air awal pada ambang Thompson dan hulu bending setiap
perubahan nulai debit di hulu.
4. Lakukan pengukuran secara berulang dengan debit yang bervariasi agar
diperoleh data lengkung debit.

1.5 Data Praktikum


Tabel 1. Data perhitungan Ambang Thompson

Thompson
NO H awal H akhir H (m) QT (m3/s) C
(m) (m)

1 0,1433 0,1805 0,0372 0,000371 1,39


2 0,1433 0,1871 0,0438 0,000558
3 0,1433 0,1928 0,0495 0,000758
4 0,1433 0,2338 0,0905 0,003425
5 0,1433 0,2448 0,1015 0,004562
6 0,1433 0,2546 0,1113 0,005745
7 0,1433 0,2655 0,1222 0,007256
8 0,1433 0,2846 0,1413 0,010432
9 0,1433 0,2933 0,15 0,012113
10 0,1433 0,3034 0,1601 0,014256
11 0,1433 0,3091 0,1658 0,015559
12 0,1433 0,3192 0,1759 0,018038
13 0,1433 0,3398 0,1965 0,023791
14 0,1433 0,3521 0,2088 0,027691
15 0,1433 0,2225 0,0792 0,002454
Tabel 2. Data perhitungan Udik Bendung

Udik Bendung
H H
awal akhir H B A (m2)
Qu=Qt
V (m/s) V2 H (m3/s) H3/2 C
(m) m3/s
NO (m) (m)
1 0,2684 0,2767 0,0083 0,5 0,00415 0.000371 8,94E-02 7,99E-03 0,008707 0,000813 0,913217
2 0,2684 0,2774 0,009 0,5 0,0045 0,000558 1,24E-01 1,54E-02 0,009784 0,000968 1,153348
3 0,2684 0,2799 0,0115 0,5 0,00575 0,000758 1,32E-01 1,74E-02 0,012385 0,001378 1,099526
4 0,2684 0,2846 0,0162 0,5 0,0081 0,003425 4,23E-01 1,79E-01 0,025312 0,004027 1,700913
5 0,2684 0,2992 0,0308 0,5 0,0154 0,004562 2,96E-01 8,78E-02 0,035273 0,006625 1,377344
6 0,2684 0,3086 0,0402 0,5 0,0201 0,005745 2,86E-01 8,17E-02 0,044363 0,009344 1,229561
7 0,2684 0,3083 0,0399 0,5 0,01995 0,007256 3,64E-01 1,32E-01 0,046642 0,010073 1,440637
8 0,2684 0,3171 0,0487 0,5 0,02435 0,010432 4,28E-01 1,84E-01 0,058055 0,013988 1,49156
9 0,2684 0,32 0,0516 0,5 0,0258 0,012113 4,69E-01 2,20E-01 0,062834 0,015751 1,538075
10 0,2684 0,3429 0,0745 0,5 0,03725 0,014256 3,83E-01 1,46E-01 0,081965 0,023466 1,21501
11 0,2684 0,3454 0,077 0,5 0,0385 0,015559 4,04E-01 1,63E-01 0,085324 0,024923 1,248531
12 0,2684 0,3476 0,0792 0,5 0,0396 0,018038 4,55E-01 2,07E-01 0,089775 0,026899 1,341153
13 0,2684 0,3586 0,0902 0,5 0,0451 0,023791 5,28E-01 2,78E-01 0,104384 0,033725 1,410919
14 0,2684 0,3637 0,0953 0,5 0,04765 0,027691 5,81E-01 3,38E-01 0,112513 0,03774 1,467462
15 0,2684 0,3804 0,112 0,5 0,056 0,002454 4,38E-02 1,92E-03 0,112098 0,037532 0,130756

1.6 Pengolahan Data


Rumus ;

Ambang Thompson ; H = Hakhir - Hawal

Qt = C . H5/2

C = 1,39
Udik Bendung ;
Qu=Qt

V=Q/A A = B.H B = 0.5m

H = H + V2/2g

C = Q / (B.H3/2)
1. Contoh perhitungan Thompson ;
Perhitungan ke-1

 H = Hakhir - Hawal
= 0.1805 m – 0.1433 m
= 0.0083 m
 Qt = C . H5/2
= 1.39 . 0,03725/2
= 0,000371 m3/s

Perhitungan ke 10
 H = Hakhir - Hawal
= 0.3034 m – 0.1433 m
= 0.1601 m
 Qt = C . H5/2
= 1.39 . 0.16015/2
= 0,014256 m3/s

2. Contoh Perhitungan Udik Bendung

Perhitungan ke- 1

 H = Hakhir - Hawal
= 0.2767 m – 0.2684 m
= 0.0083 m

 A = B.H B = 0.5m
= 0.5 m . 0.0083 m
= 0,00415 m

 V = Q / A ; Qu=Qt
0.000371 m3/s
= 0.00415 𝑚
= 8,94E-02 m2/s

 H = H + V2/2g
7,99E−03 m4/s2
= 0.0083m + 2 .9.81 𝑚/𝑠2
3
= 0,008707 m /s

 C = Q / (B.H3/2)
0.000371 m3/s
= (0.5𝑚 . = = 0,913217
( 0.008707m3/s3/2 )
Kurva H dan Q pada ambang Thompson

Grafik DH terhadap Q Pada Ambang Thompson

0.25

0.2088
0.1965
0.2 0.1759
0.1658
0.1601
0.15
0.1413
DH di Thompson

0.15
0.1222
0.1113
0.1015
0.0905
0.1 0.0792

0.0495
0.0438
0.0372
0.05

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Q Thompson

Kurva H dan Q pada Udik Bendung

Grafik H terhadap Q pada Udik Bendung

0.12 0.112

0.0953
0.1 0.0902

0.0745 0.077 0.0792


H di Udik Bendung

0.08

0.06 0.04870.0516
0.04020.0399
0.04 0.0308
0.0162
0.02 0.0083 0.009 0.0115

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
-0.02
Q Udik Bendung
Kurva H dan C pada Udik Bendung

GRAFIK C DENGAN H PADA UDIK BENDUNG


1.8 1.700913
1.538075
1.49156
1.6 1.440637 1.467462
1.377344 1.410919
1.341153
1.4 1.229561 1.248531
1.21501
1.153348
1.2 1.099526
Axis Title

1 0.913217

0.8

0.6

0.4
0.130756
0.2

0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
H

1.7 Kesimpulan
 Hardika (25-2016-062)
o Hubungan antara H Thompson dan Q Thompson adalah semakin besar
nilai H Thompson maka Nilai Q Thompson semakin tinggi dan semakin
kecil H Thompson maka Q Thompson nya kecil.
o Hubungan antara H udik bendung dan Q udik bendung adalah semakin
besar nilai H udik bendung maka Nilai Q udik bendung semakin tinggi
dan semakin kecil H udik bendung maka Q udik bendung nya kecil.
 Zulfah Ananda S (25-2017-027)
o Semakin tinggi tingkat kedalaman air (H) maka semakin besar debit (Q)
yang diperoleh (H berbanding lurus dengan Q)
o Peluap ini juga berfungsi sebagai alat ukur debit aliran, dan banyak
digunakan pada jaringan irigasi.
o Pada aliran melalui lubang atau peluap, tinggi energi bisa konstan atau
berubah karena adanya aliran keluar. Apabila tinggi energi konstan maka
aliran adalah mantap (steady), sedangkan jika tinggi energi berubah maka
aliran adalah tak mantap (unsteady).
 Bintang anugerah p (25-2017-031)
o Semakin besar bukaan pada peluap, semakin besar debit yang dihasilkan
o Praktikum ini bertujuan untuk menentukan koefisien udik bending
o Semakin besar H pada ambang Thompson maka semakin besar nilai Q
pada ambang Thompson
o Semakin besar H pada udik bending maka semakin besar nilai Q pada
Udik Bendung

 Karel PJP (25-2017-005)


o Dalam melakukan percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa semakintinggi
tingkat kedalaman air maka semakin besar debit yang diperoleh.
o Debit diukur berdasarkan tinggi energi (head H), yaitu muka air yang
diukur dari puncak peluap (tinggi peluapan). Berdasarkan ketebalannya,
peluap ada dua macam, peluap ambang tipis ( t < 0,5 H) dan peluap
ambang tebal ( t > 0,66 H ).

 Annisa Zaqiya Fitri (25-2017-042)


o Aliran melaui peluap ambang tipis yang diukur berdasarka tinggi energi
(H). semakin besar debit air yang diberikan maka semakin tinggi muka air
yang terukur.
o Debit yang melalui ambang Thompson lebih besar daripada debit di udik
bendung.
o Koefisien debit untuk di udik bending berbeda-beda untuk setiap debit
aliran yang diberikannya. Sedangkan koefisien Thompson sudah di
ketahui besarannya yaitu 1,39.
o Kurva lengkung debit berguna untuk perencanaan bangunan air
 Cenzia Zhafia (252017044)
o Peluap ambang tipis adalah bukaan pada salah satu sisi tangki sehingga zat
cair yang melimpas di atas peluap dengan tinggi < 0,5H.
o Fungsi hidraulik peluap adalah sebagai alat mengukur debit.
o Hubungan antara H thompson terhadap Q thompson yaitu semakin besar Ht
maka nilai Qt semakin tinggi dan semakin kecil nilai Ht maka nilai Qt akan
turun.
o Hubungan H udik bendung terhadap Q udik bendung yaitu Semakin besar
nilai Hu maka nilai Qu semakin tinggi dan sebaliknya.
o Hubungan grafik Hu terhadap koefisien (C) yaitu semakin besar nilai Hu
semakin tinggi nilai C.
 Tanty Kurniasari (252017036)
o Nilai H berbanding lurus dengan nilai QT, semakin besar nilai H
semakin besar nilai QT
o Nilai C terbesar bernilai 1,700913
o Kurva lengkung debit sangat berguna untuk perencanaan bangunan air,
seperti bendungan air.

 Aulia Shabirah (252017030)


o Waktu pengaliran berbanding terbalik dengan debit air, jika waktu
pengaliran semaki kecil maka debit air yang dihasilkan akan semakin besar.
o Jika semakin rendah luapan air maka waktu yang dibutuhkan untuk
mengalirkan air akan semakin lama, maka Tinggi luapan air berbading
terbalik dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air.
o Waktu pengaliran berbanding lurus dengan koefisien debit, jika waktu
pengaliran semakin kecil maka koefisien debit semakin kecil.
o Semakin besar nilai ∆H yang didapat, semakin kecil koefisien debit air
yang terhitung, besarnya nilai ∆H berbanding terbalik dengan nilai
koefisien debit air.

 Riki Bahari (252018110)


o Nilai Koefisien C udik bendung dapat diketahui melalui hubungan
persamaan kontinuitas Q di ambang thompson dan udik bendung.
o Debit yang dihasilkan bergantung pada besarnya bukaan peluap.

1.8 Dokumentasi

Membaca ketinggian Ambang Thompson penunjuk ketinggian menyentuh permukaan air

Membaca ketinggian Udik Bendung Aliran air melalui Ambang Thompson

Anda mungkin juga menyukai