Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FARMASI KOMUNITAS

SWAMEDIKASI DISMENORE PADA REMAJA

Oleh :

Lelyta Septiandini
152210101151
Kelas C

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2019
SWAMEDIKASI DISMENORE PADA REMAJA

Masa remaja merupakan masa peralihan dari pubertas ke dewasa, dimana pada masa
tersebut individu matang secara fisiologik, psikologik, mental, emosional, dan sosial. Masa
remaja ditandai dengan munculnya karakteristik seks primer, hal tersebut dipengaruhi oleh mulai
bekerjanya kelenjar reproduksi. Pada wanita, pubertas ditandai dengan terjadinya haid atau
menstruasi. Haid merupakan proses keluarnya darah dari rahim melalui vagina setiap bulan
selama masa usia subur. Haid yang dialami para wanita remaja dapat menimbulkan masalah,
salah satunya adalah dismenore atau nyeri haid.

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang terjadi selama haid.
Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam hingga
beberapa hari hingga mencapai puncak nyeri. Dismenore terbagi menjadi dismenore primer dan
sekunder. Dismenore primer terjadi karena peningkatan sekresi prostaglandin (PG) F2-alfa yang
merupakan suatu siklooksigenase (COX-2) yang mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi
pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri pada bagian bawah perut. Adanya kontraksi
yang kuat dan lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin yang tinggi dan pelebaran dinding
rahim saat mengeluarkan darah haid sehingga terjadilah nyeri saat haid. Sedangkan dismenore
sekunder merupakan nyeri haid yang didasari dengan kondisi patologis seperti ditemukannya
endometriosis atau kista ovarium atau adanya masalah patologis di rongga panggul.

Gejala dismenore yang banyak dialami oleh remaja adalah kekakuan atau kejang di
bagian bawah perut. Rasanya sangat tidak nyaman sehingga menyebabkan mudah marah,
gampang tersinggung, mual, muntah, kenaikan berat badan, perut kembung, punggung terasa
nyeri, sakit kepala, timbul jerawat, tegang, lesu, dan depresi.

Berdasarkan intensitas relatif nyeri, dismenore diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :


1) Dismenore ringan : nyeri haid tanpa adanya pembatasan aktifitas, tidak diperlukan penggunaan
analgetik dan tidak ada keluhan sistemik. 2) Dismenore sedang : nyeri haid yang memengaruhi
aktifitas sehari-hari, dengan kebutuhan analgetik untuk menghilangkan rasa sakit dan terdapat
beberapa keluhan sistemik. 3) Dismenore berat : nyeri haid dengan keterbatasan parah pada
aktifitas sehari-hari, respon analgetik untuk menghilangkan rasa sakit minimal, dan adanya
keluhan sistemik seperti muntah, pingsan dan lain sebagainya.

Faktor risiko dismenore primer antara lain : 1) Menarke usia dini. 2) Riwayat keluarga
dengan keluhan dismenore. 3) Indeks Masa Tubuh yang tidak normal. 4) Kebiasaan memakan
makanan cepat saji. 5) Durasi perdarahan saat haid. 6) Terpapar asap rokok. 7) Konsumsi kopi. 8)
Alexythimia.

Untuk mengatasi terjadinya dismenore dapat dilakukan dengan terapi non-farmakologi


dan terapi farmakologi. Untuk terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu dengan kompres air hangat, olahraga teratur, perubahan gaya hidup misalnya menghindari
paparan rokok dan meningkatkan konsumsi makanan yang kaya omega-3 dan istirahat yang
cukup. Sedangkan untuk terapi farmakologisnya dapat menggunakan obat-obatan seperti:
golongan NSAID yang bekerja dengan menghilangkan rasa sakit dengan memblokir jalur COX
dan mengurangi pelepasan prostaglandin perifer, khususnya PGE2, misalnya ibuprofen dan
naproxen sodium. Biss juga dengan golongan obat analgetik misalnya aspirin, asam mefenamat,
paracetamol dan feminax. Yang kedua bisa digunakan perawatan hormonal yaitu dengan Pil
kontrasepsi oral kombinasi (COCs) terdiri estrogen dan progestin menipiskan miometrium
hiperaktif aktivitas dengan menghambat ovulasi, mengurangi volume cairan menstruasi, kadar
COX-2 endometrium selama menstruasi, dan produksi prostaglandin. Dan yang terakhir bisa
dengan terapi alternatif yaitu mengkonsumsi vitamin dan suplemen mineral (magnesium dan
vitamin B1) dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung asam lemak omega-3 dari
minyak ikan yang dapat mengurangi intensitas nyeri haid, meskipun efek samping dari minyak
ikan mungkin termasuk mual dan menimbulkan jerawat.

Daftar Pustaka
1. Larasati, Faridah Alatas. 2016. Primary Dysmenorrhea and Risk Factor of Primary
Dysmenorrhea in Adolescent. Lampung: University Lampung. DOI :
https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2015.08.010.
2. Madhubala C, Jyoti K. Relation Between Dismenorrhea and Body Index in Adolescents with
Rural versus Urban Variation. The Journal of Obstetrics and Gynecology of India.
2012; 62(4):442-5.
3. Noerpramana NP. Wanita Dalam Berbagai Masa Kehidupan. Dalam: Anwar M, Baziad A,
Prabowo RP, editor. Ilmu Kandungan. Edisi Ke-3. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo; 2011. hlm 92-109.S.
4. Tu F. Dysmenorrhea: Contemporary Perspectives. International Association fot the Study of
Pain. 2007; 15(8):1-4.
Di media sosial : LINE, Whatsapp, Twitter, Instagram

Anda mungkin juga menyukai