Referat - Sianosis Neonatal
Referat - Sianosis Neonatal
Pembimbing :
dr. Andy Setiawan, Sp. A
Disusun oleh :
Ivana Beatrice Alberta 201706010019
Jovita Stephanie 201706010071
Florencia Irena 201706010105
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat bagi Masyarakat
Referat ini diharapkan dapat berguna membantu masyarakat mendapatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang sianosis pada neonatus.
1.4.2. Manfaat dalam Bidang Kesehatan
Referat ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan atau sumber
informasi mengenai diagnosis dan tatalaksana sianosis neonatus.
1.4.3. Manfaat dalam Bidang Ilmiah
Referat ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti untuk mendapatkan
informasi mengenai diagnosis dan tatalaksana sianosis neonatus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Sianosis berasal dari bahasa Yunani “kuaneos” yang artinya biru tua, merujuk
pada perubahan warna menjadi kebiruan pada jaringan yang muncul ketika kadar
hemoglobin tereduksi pada kapiler turun melebihi 3 g/dL. Sianosis neonatus
adalah perubahan warna menjadi kebiruan yang terjadi pada bayi baru lahir <28
hari.1-4
Oksigen membawa darah dalam 2 bentuk: terbawa hemoglobin dan terlarut
dalam plasma. Sebagian besar kandungan oksigen dalam darah dibawa oleh
hemoglobin. Satu gram hemoglobin dapat membawa 1,34 ml oksigen.
Sedangkan oksigen terlarut plasma hanya 0,003 ml per 100 ml plasma, sehingga
secara klinis tidak signifikan. Hemoglobin yang teroksigenasi berwarna merah
terang sedangkan hemoglobin tereduksi berwarna biru tua atau ungu, sehingga
bila muncul pada membran mukosa atau kulit akan menghasilkan warna
kebiruan. Terjadinya sianosis lebih banyak dipengaruhi oleh kadar hemoglobin.4
Konsep sianosis tergantung pada konsentrasi absolut hemoglobin tereduksi,
bukan pada saturasi oksigen atau rasio hemoglobin tereduksi dibanding
oksihemogobin. Pada kadar hemoglobin normal 15 g/dL, adanya 3-5 g/dL
hemoglobin tereduksi akan mengakibatkan desaturasi 20-30%. Sianosis terlihat
pada saat saturasi oksigen 70-80% yang setara dengan penurunan kadar
hemoglobin >3 g/dL.3,4
Pada pasien polisitemia (kadar Hb > 20 g/dL), adanya 3-5 g/dL hemoglobin
tereduksi setara dengan desaturasi 15-20%, secara klinis terlihat sianosis pada
saturasi oksigen 80-85%. Sebaliknya, pada pasien anemia (misalnya kadar Hb 6
g/dL), dengan 3-5 g/dL hemoglobin tereduksi hanya memberikan sedikit
desaturasi oksigen sehingga membutuhkan >50% penurunan saturasi oksigen
untuk secara klinis dapat terlihat sianosis.2,5
Konsentrasi hemoglobin pada neonatus (HbF) berbeda dengan hemoglobin
pada dewasa. HbF adalah protein pembawa oksigen utama pada fetus selama 7
bulan kehamilan dan bertahan selama 6 bulan pertama setelah bayi lahir. HbF
memiliki substitusi asam amino histidin menjadi serin pada 2,3-BPG sehingga
afinitas terhadap oksigen lebih tinggi dibanding Hb pada orang dewasa.
Neonatus yang memiliki sebagian besar Hb dewasa akan menunjukkan sianosis
sentral bila saturasi arterial 75-85% dimana tekanan parsial oksigen turun di
bawah 50 mmHg. Sedangkan pada neonatus yang memiliki HbF dominan,
sianosis sentral tidak akan muncul sampai tekanan parsial oksigen turun di
bawah 40 mmHg, sehingga setelah penurunan oksigenasi yang besar barulah
sianosis neonatus secara klinis dapat terlihat.3
2.2. Klasifikasi3
· Sianosis sentral : sianosis pada tubuh, ekstremitas, membran mukosa, dan
lidah. Akibat desaturasi arteri, merupakan indikasi gangguan atau
kelainan serius yang potensial mengancam nyawa.
· Sianosis perifer : sianosis hanya pada ekstremitas, akibat vasokonstriksi
perifer, mudah dinilai pada ujung jari tangan dan kaki. Membran mukosa
dan lidah tetap berwarna merah muda dan saturasi arteri normal. Dengan
penghangatan, sianosis perifer dapat membaik.5
· Sianosis diferensial : terjadi ketika ekstremitas atas merah muda dan
ekstremitas bawah biru/sianosis. Biasanya disebabkan karena pelebaran
aorta, gangguan pada arkus aorta seperti pada PDA sehingga aliran yang
mensuplai ekstresmitas bawah menjadi terganggu.
· Reverse sianosis diferensial : terjadi ketika ekstremitas atas sianosis dan
ekstremitas bawah merah muda. Hal ini terjadi pada perubahan arteri
besar dan PDA berat. Ekstremitas atas disuplai darah dari ventrikel kanan
melalui aorta asendens sedangkan ekstremitas bawah disuplai darah dari
ventrikel kiri melalui arteri pulmonar melalui PDA.
2.3. Etiologi
2.3.1. Sistem kardiovaskuler1
· Perubahan arteri besar: aorta yang seharusnya berasal dari
ventrikel kiri menjadi berasal dari ventrikel kanan dan
sebaliknya, arteri pulmonalis yang seharusnya berasal dari
ventrikel kanan menjadi berasal dari ventrikel kiri. Hal ini
menyebabkan darah yang miskin oksigen berada di aorta
sehingga terjadi sianosis. Perubahan ini terjadi pada neonatus
dengan intracardiac shunt seperti Ventricular Septal Defect
(VSD) atau Artrial Septal Defect (ASD).
· Tetralogy of Fallot (TOF): kelainan kongenital pada jantung
yang terdiri dari 4 komponen yaitu: hipertrofi ventrikel kanan,
stenosis pulmoner, posisi aorta yang abnormal (overriding
aorta), dan VSD. Mayoritas neonatus dengan TOF lahir
dengan sianosis.
· Total Anomalous Pulmonary Venous Return (TAPVR): vena
pulmonalis yang seharusnya bermuara ke atrium kiri menjadi
ke atrium kanan sehingga menghasilkan kondisi sianosis dan
kongesti pulmonal. Pada pasien dengan ASD, vena
pulmonalis juga dapat bermuara ke vena kava superior dan
inferior serta vena hepatika.
· Truncus Arteriosus: hanya ada 1 pembuluh darah besar dari
ventrikel kanan dan kiri sehingga mengakibatkan sianosis dan
meningkatnya aliran darah pulmoner. Hal ini berkaitan
dengan VSD.
· Atresia trikuspid: darah dari atrium kanan dipaksa melewati
foramen ovale ke atrium kiri. Hal ini berkaitan dengan
hipoplasti ventrikel kanan.
· Atresia pulmonal: umumnya berkaitan dengan VSD, aliran
darah pulmoner bergantung pada patent ductus arteriosus
(PDA).
· Anomali Ebstein: katup trikuspid dimana 2 katupnya tertarik
ke ventrikel kanan sehingga terjadi atrialisasi ventrikel kanan.
Atrium kanan menjadi membesar, terjadi regurgitasi katup
trikuspid dan perubahan aliran dari atrium kanan melewati
foramen ovale menuju atrium kiri.
· Left-to-right shunt dengan edema pulmoner: umumnya terjadi
bila terdapat VSD atau PDA.
· Ventrikel tunggal: hipoplasti jantung kanan atau kiri.
· Keadaan curah jantung rendah.
2.3.2. Sistem Respirasi1
2.3.2.1. Parenkimal
· Respiratory Distress Syndrome (RDS) akibat defisiensi
surfaktan
· Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) akibat
terlambatnya bersihan cairan pulmonal fetus
· Aspirasi mekonium, darah, susu sehingga mengakibatkan
atelektasis atau pneumonitis kimia
· Pneumonia
· Perdarahan paru pada koagulopati, asfiksia, left-to-right shunt
dengan edema pulmoner
· Edema paru (riwayat oligohidramnion, ketuban pecah dini,
hernia diafragmatika kongential)
· Emfisema lobaris kongenital
· Malformasi jalan napas kongenital
· Limfangiektasi paru
2.3.2.2. Non parenkimal
· Fistula trakeoesofageal
· Atresia esofagus
· Pneumotoraks
· Efusi pleura
· Obstruksi jalan napas atas: atresia khoana, laryngeal web,
laringomalacia, stenosis subglotis, paralisis pita suara.
· Hipertensi pulmonal persisten pada neonatus.
Anamnesa1,3
Penilaian faktor risiko
o Komplikasi selama kehamilan
Riwayat diabetes gestasional meningkatkan risiko
terjaidnya penyakit jantung bawaan, polisitemia, hipoglikemia
Oligohidroamnion kecurigaan terhadap gangguan ginjal
dan hipoplasia paru
Polihidroamnion kecurigaan abnormalitas jalan nafas,
esofagus, dan neurologis
Ketuban pecah dini (KPD) meningkatkan risiko infeksi
Aspirasi mekonium kecurigaan pneumonia aspirasi
o Komplikasi persalinan
Persalinan prematur meningkatkan risiko terjadinya hyaline
membrane disease (HMD)
Persalinan secara SC meningkatkan risiko terjadinya
transient tachypea of new born (TTN)
Pengunaan narcotic analgesia dapat menimbulkan efek
depresi nafas yang bermanifestasi sianosis
Persalinan sulit meningkatkan risiko perdarahan
intrakranial ataupun paralisis nervus frenikus
Perjalanan penyakit
o Perubahan pola nafas:
Kecurigaan ke masalah repirasi
Anak tempak sesak, anak tampak membutuhkan usaha
lebih untuk bernafas
Kecurigaan masalah kardiovaskular
Anak tidak tampak sesak, tampak tenang / tidak ada
usaha lebih untuk bernapas
Kecurigaan masalah sistem saraf pusat
Nafasnya tampak lemah, seperti melambat
o Onset terjadinya sianosis:
Sianosis muncul segera setelah lahir: kecurigaan mengarah
pada TTN, HMD, pneumotoraks, sindroma aspirasi
mekonium, dan congenital diaphragmatic hernia (CDH)
Sianosis muncul pada saat makan: kecurigaan mengarah pada
gangguan kordinasi penghisapan dan penelanan, vocal cord
palsy, atau laryngeal cleft
Sianosis dan distress nafas muncul beberapa jam pasca
kelahiran: kecurigaan mengarah pada PJB sianotik, post natal
aspiration syndrome, atau fistula trakeo-esofageal
Late onset cyanosis: ditemukan pada pasien dengan Tetralogy
of Fallot (TOF)
Pemeriksaan Fisik3,9
Test hiperoksia
Penegakan etiologi dari sianosis akan menjadi lebih mudah jika data klinis
dilengkapi dengan hasil elektrocardiogram (EKG) dan foto rontgen paru. Test
hiperoksia menjadi pilihan alternatif untuk menegakan etiologi dari sianosis yang
terjadi.
Disarankan untuk mengunakan analisa gas darah atau transcutaneous oxygen
tension monitor dibandingkan pulse oxymetry dalam test ini. Pengambilan sampel
analisa gas darah berasal dari arteri radial kanan dalam kondisi udara ruangan.
Pengambilan sampel diulang kembali pasca suplementasi oksigen 100% selama 10
menit. Diharapkan temuan peningkatan PaO2 jika tidak ditemukan right to left shunt.
Jika PaO2 mencapai lebih dari 250mmHg pasca suplementasi oksigen 100%,
kecurigaan terhadap masalah kardiak dapat disingkirkan. Jika PaO2 arteri kurang
dari 100 mmHg (failed hyperoxia test), dan/atau peningkatan kurang dari 30 mmHg
ditambah tidak adanya temuan patologis pulmoner, diagnosa dapat diarahkan pada
penyakit jantung bawaan sianotik.
Neonatus dengan persistent pulmonary hypertension of the newborn (PPHN)
dapat ditemukan respon yang menyerupai penyakit jantung bawaan sianosis
meskipun tidak ditemukannya PJB. Temuan differential cyanosis dan respon
terhadap terapi untuk menurunkan PAH, mengarahkan ke diagnosis PPHN. Pada
beberapa kasus penyakit jantung bawaan sianosis dengan peningkatan aliran darah
pulmoner, seperti TAPVC dan trunkus arteriosus, PaO2 arterial dapat meningkat
melebihi 100mmHg akibat vasodilatasipulmoner dan peningkatan aliran darah
pulmoner. Bayi dengan massive intrapulmonary right to left shunt, seperti yang
ditemukan pada pneumonia berat, atau fistula arterio-venous, dapat menunjukan
peningkatan PaO2 yang tidak signifikan meskipun tidak ditemukan kelainan jantung
struktural. Oleh karena itu, interpretasi hasil dari test hiperoksia harus dilakukan
secara hati-hati.
Elektrokardiogram (EKG)10
Pada neonatus normal, dapat ditemukan dominansi ventrikel kanan sehingga
dapat ditemykan gambaran EKG right axis deviation dan right ventricle hypertrophy.
Gambaran EKG pada penyakit jantung bawaan sianotik akan memiliki kesamaan.
Dibutuhkan EKG serial untuk melihat aksis QRS dan perbesaran chamber sehingga
memiliki nilai diagnostic yang lebih tinggi.
Meskipun memiliki nilai sensitivitas yang terbatas, beberapa pola EKG memiliki
tingkat spesifitas yang cukup tinggi untuk mendeteksi kelainan anatomi; EKG
hendaknya dilakukan pada semua anak yang dicurigai PJB. Penemuan inverted
ventricular chamber pada congenital corrected transposition of great arteries
(ccTGA) akan menunjukkan gambaran hilangnya gelombang septal O pada lead V5-
6. Deviasi aksis kiri pada neonatus memiliki spesivitas tinggi pada atresia triskupid
jika ditemukan hipertrofi ventrikel kiri atau AVSD jika didapatkan hipertrofi
ventrikel kanan. Gambaran EKG dengan kompleks QRS polifasik dengan
“Himalayan” gelombang P tinggi mengindikasikan anomali Ebstein’s
Echokardiogram9
Echokardiogram merupakan gold standart dalam menegakan diagnosa PJB.
Selain memberikan gambaran anatomi, echocardiogram dapat menunjukan alterasi
fisiologi yang terjadi. Kombinasi penilaian anatomi dan fisiologi menjadi dasar
dalam tatalaksana definitif.
2.2. Skrining Critical Congenital Heart Disease11,12
Diperkirakan 18 dari 10.000 bayi lahir dengan critical congenital heart defect
(CCHD); kondisi yang mengancam nyawa dan membutuhkan intervensi segera.
Namun CCHD seringkali tidak terdeteksi secara dini.
Gambar 4 Algoritma skrining CCHD
Skrining CCHD hendaknya dilakukan setelah usia 24 jam atau sebelum bayi
dipulangkan jika usia belum mencapai 24 jam. Pemeriksaan dilakukan menggunakan
pulse oxymetry yang diposisikan pada tangan kanan dan kaki. Bayi dinyatakan lolos
skrining apabila saturasi oksigen melebihi 95% pada tangan kanan dan kaki serta
perbedaan diantara keduanya kurang dari 3%. Skrining dianggap gagal / tidak lolos
jika didapatkan saturasi oksigen pada tangan kanan dan kaki kurang dari 90%. Jika
saturasi oksigen lebih dari 90% namun kurang dari 95% pada tangan kanan dan kaki,
atau ditemukan perbedaan yang melebih 3% maka akan dilakukan pemeriksaan
ulang dalam satu jam dengan prosedur yang sama; jika pemeriksaan diulang hingga
3x dan hasilnya tetap sama maka dinyatakan gagal / tidak lolos skrining.
Skrining CCHD dinilai efektif untuk mengidentifikasi
Hypoplastic left heart syndrome
Atresia pulmoner dengan septum intak
Tetralogy of Fallot
Total anomalous pulmonary venous connection
Transposisi arteri besar
Atresia triskupid
Trunkus arteriosus
Bayi yang tidak lolos dari skrining hendaknya melalui evaluasi untuk dianalisa
penyebab dari hipoksemia yang terjadi.
2.7.4. Lain-lain
i. Polisitemia
Polisitemia sering ditemukan pada kasus insulin dependent diabetes
mellitus, bayi yang kecil menurut usia gestasi, twin-to-twin transfusion (TTF),
dan riwayat ibu hipertensi atau diabetes selama hamil. Sebagian bayi dapat
memiliki gejala TTN atau hipertensi pulmoner persisten ringan. Bayi berwarna
kemerahan dengan akrosianosis. Secara klinis bayi dapat tampak normal atau
muncul dengan gejala TTN. 1
Pemeriksaan analisa gas darah menunjukkan hasil normal, X-ray toraks
dapat normal atau sugestif TTN. Hasil pemeriksaan darah lengkap menunjukkan
ht >70%.1
j. Methemoglobinemia (met-Hb)
Biasanya klinis baik terlepas dari perubahan warna kulit yang khas, disebut
pseudosianosis. Kondisi dapat memburuk dengan sesak napas dan gangguan
sistem saraf pusat termasuk kejang. Klinis yang diperoleh dapat disebabkan dari
paparan obat atau racun yang diketahui menyebabkan met-Hb.
Methemoglobinemia ditandai dengan sianosis, sesak, perubahan status mental,
peningkatan kadar methemoglobin pada darah arteri dengan karakteristik
berwarna coklat. Pulse oxymetri tidak dapat digunakan sebagai alat diagnostik.1
Analisa gas darah didapatkan PaO2 normal. Pemeriksaan diagnostik
definitif adalah dengan multiple wavelength cooximeter. 1
k. Hipoglikemia
Umumnya bayi yang lahir dari ibu dengan riwayat diabetes mellitus atau
hipertensi. Klinis bayi dapat ditemukan jittery atau kejang. Pemeriksaan fisik
dapat normal, sianosis ditemukan akibat apnea atau hipertensi pulmonal persisten
pada bayi baru lahir.
Di Amerika dan eropa definisi hipoglikemia adalah ketika glukosa darah
<40 mg/dL. Glukosa darah <25 mg/dL menunjukkan hipoglikemia berat yang
sering ditandai dengan apnea, sianosis, dan perfusi yang buruk. Hipoglikemia
pada neonates juga mempengaruhi miokard dengan menurunkan cardiac output.