PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
penduduk perempuan adalah 72,6 tahun dan laki-laki adalah 68,7 tahun.
meningkatkan UHH dari 70,7 menjadi 72 tahun. Menurut hasil Susenas tahun
2000, jumlah lansia 14,4 juta jiwa atau 7,18 % dari total penduduk, sedangkan
pada tahun 2010 jumlah lanjut usia sudah mencapai 19 juta jiwa atau sekitar
pada tahun 2020 akan menjadi 28,8 juta jiwa (Kemenkes RI, 2012).
penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif dan produktif. Di sisi lain,
besarnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) menjadi beban, jika lanjut usia
meliputi aspek fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi. Seiring dengan
1
permasalahan tersebut, akan mempengaruhi asupan makannya yang pada
kesehatan adalah penduduk lanjut usia. Penduduk lanjut usia secara biologis
menurunnya daya tahan fisik sehingga rentan terhadap serangan penyakit yang
lain-lain. Selain itu juga gigi geligi yang tanggal, menyebabkan gangguan
mulut, terutama karies dan penyakit periodontal (Depkes RI, 2003). Lanjut usia
diharapkan minimal mempunyai 20 gigi berfungsi, hal ini berarti bahwa fungsi
fungsi estetika serta fungsi bicara masih dapat dianggap normal dengan jumlah
didapatkan dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh (Iqbal, 2018).
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
2
masuk kedalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi (Supariasa, 2002).
baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat – zat gizi
pertumbuhan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan oleh kuantitas dan kualitas
kelompok umur. Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang
buruk, yaitu yang memiliki faktor risiko penyakit tidak menular seperti
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana hubungan kondisi gigi lengkap dan pola makan dengan status
C. TUJUAN PENELITIAN
1. TUJUAN UMUM
3
2. TUJUAN KHUSUS
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi masyarakat
dan pola makan dengan status gizi manula di Panti Werda Limboto
Kabupaten Gorontalo.
3. Bagi peneliti
Gizi masyarakat yang memberi latihan cara dan proses berfikir secara
ilmiah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian teori
1. Definisi Manula (Manusia Usia Lanjut)
yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga
manusia usia lanjut (manula) yang masih produktif dan mampu berperan
(Kholifah, 2016).
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
5
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak. dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).
tahun 1998, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas.
sebagai berikut : usia lanjut (elderly) antara usia 60 – 74 tahun, usia tua
(old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
lanjut usia (lansia) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : Usia lanjut
presenilis yaitu antara usia 45 – 59 tahun, usia lanjut yaitu usia 60 tahun
keatas, usia lanjut berisiko yaitu 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
6
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
tubuh.
7
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
2). Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
a. Kehilangan kontak
8
menua adalah asupan makanan, pendidikan, sosial budaya, penyakit
terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta
organ tersebut. Ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua, antara
lain :
kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-
garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali terlihat kurus.
9
d. Penurunan mobilitas usus, menyebakan gangguan pada saluran
f. Pada usia lanjut, terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan
ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti sosial
lainnya.
lelah.
10
mengalami IU sering mengurangi minum yang dapat menyebabkan
dehidrasi.
berkepanjangan.
Produksi air liur dengan berbagai enzim yang dikandungnya juga mengalami
kesehatan gigi pada lansia di antaranya adalah kurangnya produksi saliva serta
kebiasaan membersihkan gigi dan mulut. Karies gigi dan penyakit periodontal
merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada lansia (Depkes RI, 2001).
bagian tubuh dan merasa tua. Dampak sistemik yaitu berupa penyakit
11
kehilangan gigi yaitu gangguan bicara dan gangguan pengunyahan (Hendra,
2009).
geligi pada manula mungkin sudah banyak yang rusak, bahkan copot sehingga
mencerna makanan akibat kerusakan gigi merupakan salah satu faktor yang
diharapkan minimal mempunyai 20 gigi berfungsi, hal ini berarti bahwa fungsi
fungsi estetika serta fungsi bicara masih dianggap normal dengan jumlah gigi
minimal seseorang yang memiliki ≥ 20 buah gigi geligi asli yang masih
C. POLA MAKAN
pola makan sudah menjadi rutinitas sehari-hari, namun banyak orang yang
12
masih belum memperhatikan pola makan yang baik dan benar serta
banyak orang yang belum mengetahui bahwa pola makan dapat menjadi obat
atau racun bagi tubuh. Pola makan yang dilakukan dengan baik dan benar akan
menjadikan tubuh bugar dan sehat, sedangkan pola makan yang salah akan
menjadikan tubuh lesu, tidak bersemangat akan menjadi akar dari banyak
penyakit kronis. Efek atau manfaat dari pola makan ini adalah meminimalkan
pencernaan dan penyerapan zat makanan menjadi lancar dan pemakaian energi
atau kelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi keinginan makan (rasa
lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan
dan masyarakat.
dapat memperbaiki mutu gizi makanan seseorang. Menurut Pelto (1981) dalam
Suharjo (1989), pola makan merupakan sebagai cara individu memilih pangan
sosial dan budaya. Pola makan seseorang dapat dipengaruhi beberapa hal
13
agama/kepercayaan, pengetahuan gizi dan karakteristik fisiologis yang
Pola makan merupakan suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
kesembuhan penyakit.
a. Jenis makan yakni sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari
b. frekuensi makan yakni beberapa kali makan dalam sehari meliputi makan
c. jumlah makan yakni banyaknya makanan yang di makan setiap orang atau
1. Faktor ekonomi
14
3. Agama
Dalam agama, pola makan ialah suatu cara makan dengan diawali
kanan.
4. Pendidikan
5. Lingkungan
6. Kebiasaan makan
keterbiasaan makan dalam jumlah tiga kali makan dengan frekuensi dan
D. STATUS GIZI
bebas dari penyakit atau cacat, keadaan sosial ekonomi yang baik, keadaan
lingkungan yang baik dan status gizi juga baik. Orang yang mempunyai status
gizi baik tidak mudah terkena penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit
degenerative. Status gizi merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai
15
Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang
baik, apabila asupan gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang
yang asupan gizinya berlebih akan menderita gizi lebih. Jadi status gizi adalah
dkk, 2017).
asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
berbeda antar individu, hal ini tergantung pada usia orang tersebut, jenis
kelamin, aktivitas tubuh dalam sehari, berat badan, dan lainnya (Harjatmo.T,
dkk, 2017).
Status Gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di
dalam tubuh. Status gizi di bagi menjadi 3 kategori, yaitu status gizi kurang,
rujukan. Peran penilaian status gizi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
status gizi yang salah. Penilaian status gizi menjadi penting karena dapat
Oleh karena itu dengan diketahuinya status gizi, dapat dilakukan upaya untuk
16
Perubahan status gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan
maupun faali dan status kesehatan mereka. Faktor kesehatan yang berperan
dalam perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insiden penyakit
asupan makanan, perubahan dalam absorbsi dan utilitas zat-zat gizi ditingkat
17
Tabel 1. Kondisi Lanjut Usia Yang Dapat Mempengaruhi status Gizi
KONDISI PERUBAHAN
NO STATUS GIZI
LANJUT USIA POLA MAKAN
1 Metabolisme basal Kebutuhan energi Cenderung
menurun menurun kegemukan/obesitas
2 Aktivitas/kegiatan Energi yang dipakai Cenderung
fisik berkurang sedikit kegemukan/obesitas
3 Ekonomi meningkat Konsumsi berlebih Cenderung
kegemukan/obesitas
4 Fungsi indera Makan tidak enak/nafsu Dapat terjadi
menurun makan menurun kurang gizi
5 Penyakit periodontal Kesulitan makan Dapat terjadi
atau gigi tanggal makanan berserat kurang gizi dan
(sayur, daging), kegemukan/obesitas
cenderung makan
makanan lunak
6 Penurunan sekresi Mengganggu Defisiensi zat gizi
asam lambung dan penyerapan vitamin dan mikro
enzim pencernaan mineral
makanan
7 Mobilitas usus Susah buang air besar Wasir (perdarahan)
menurun & anemia
8 Sering menggunakan Menurunkan nafsu Dapat terjadi
obat-obatan/alkohol makan kurang gizi
9 Gangguan Kesulitan untuk Dapat terjadi
kemampuan motorik menyiapkan makanan kurang gizi
sendiri
10 Kurang bersosialisasi, Nafsu makan menurun Dapat terjadi
kesepian (perubahan kurang gizi
psikologis)
11 Pendapatan menurun Asupan makanan Dapat teradi kurang
menurun gizi
12 Demensia (pikun) Sering makan/lupa Dapat terjadi
makan kurang gizi dan
kegemukan/obesitas
18
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat
Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari
kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan
a. Kalori
9,4 kal, karbohidrat 4 kal dan protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia
sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita sebanyak 1700 kal. Bila
19
b. Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa
per hari adalah 1 gram/kg BB. Pada lansia, massa ototnya berkurang.
harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia efisiensi
c. Lemak
kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau
mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap
kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai energi dan sumber serat.
mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D dan
20
E. Umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi
paling banyak diderita oleh lansia adalah kurang mineral kalsium yang
anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting utnuk
f. Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan
21
Tabel 2. Angka Kecukupan Energi dan Zat Gizi Yang Dianjurkan Untuk Manula
Dalam Sehari
Protein (gram) 50 44
Vitamin C (mg) 40 30
Besi (mg) 13 16
Seng (mg) 15 15
22
e. Gerakan usus melemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
a. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota
besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan
aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit di ubah walaupun disadari untuk
b. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
c. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
23
F. PENILAIAN STATUS GIZI
Menurut Iqbal M, (2018), bahwa Penilaian status gizi pada dewasa usia >
Interpretasi status gizi menggunakan IMT dapat merujuk kepada standar IMT
tubuh yang terdiri tulang, otot dan lemak. IMT merupakan cara sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa (usia 18 tahun ke atas), khususnya yang
24
Tabel 4. Klasifikasi IMT untuk Indonesia
IMT
Kategori Klasifikasi
(kg/m2)
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 - < 18,5
1). Antropometri
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi. Secara umum,
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan
2). Klinis
25
yang terjadi dihubungkan dengan tidak cukupnya zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral
atau pada organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid. Survey ini untuk mendeteksi secara cepat tanda klinis umum dari
kekurangan gizi, selain itu juga merupakan cara untuk mengetahui gejala
3). Biokimia
dan intervensi atau penanganan yang tepat (WHO, 2012). Penilaian status
yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan
gizi yang dilakukan dengan mengamati jumlah dan jenis zat gizi yang
defisiensi zat gizi dapat terjadi karena penyebab primer (asupan makan
26
ekskresi zat gizi). Selain dapat mengidentifikasi risiko kekurangan zat
Gigi merupakan unsur penting untuk mencapai derajat kesehatan dan gizi
yang baik. Perubahan fisiologis yang terjadi pada jaringan keras gigi sesuai
perubahan pada gigi. Setelah gigi erupsi, morfologi gigi berubah karena
pemakaian kemudin tanggal digantikan gigi permanen. Pada usia lanjut, gigi
permanen menjadi kering, lebih gelap dan bahkan sebagian gigi telah tanggal
oklusi gigi atas dan bawah, akan mengakibatkan daya kunyah menurun. Pada
27
lansia, saluran pencernaan tidak dapat mengimbangi ketidaksempurnaan fungsi
memberikan dampak pada status gizinya yang meliputi berbagai kondisi seperti
Pola makan merupakan suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
kesembuhan penyakit. Waktu makan utama bagi lansia seperti pagi, siang dan
malam. Sedangkan untuk makan selingan dapat disisipkan dalam waktu makan
utama. Seperti contoh, lansia sarapan pukul 06.00, kemudian pukul 08.30
makan selingan, selanjutnya pukul 11.00 atau 12.00 makan siang, kemudian
untuk memberikan asupan yang adekuat bagi lansia (Maryam, SR,dkk, 2008).
yang akan masuk ke dalam tubuh dan memperbaiki mutu status nutrisi
dibutuhkan tubuh akan berdampak pada status gizi seseorang tergolong baik.
Susunan hidangan atau menu makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai
macam bahan makanan dan berkualitas dalam jumlah dan proporsi yang tepat
28
dapat dijadikan seseorang untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran
tubuhnya, sehingga diperlukannya pola makan dan kebiasaan makan yang baik,
I. Kerangka Konsep
Life style/Gaya
Hidup
Status Gizi
Manula
Penyakit Infeksi
Asupan Gizi
J. Hipotesis Penelitian
lengkap dan pola makan dengan status gizi manula di Panti Werda Limboto
Kabupaten Gorontalo.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Kabupaten Gorontalo
2. Waktu Penelitian
2018 sampai dengan bulan Januari tahun 2019 di Panti Werda Limboto
Kabupaten Gorontalo
C. VARIABEL PENELITIAN
30
D. DEFINISI OPERASIONAL
31
E. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
a. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah 120 orang manula yang ada
b. Sampel Penelitian
1). Inklusi
2). Ekslusi
c. Responden
32
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
yang lalu (selama 2 hari) untuk mengetahui data mengenai asupan manula.
Berat Badan.
salah satu uji statistik non parametris yang dilakukan pada dua variabel,
dimana skala data kedua variabel adalah nominal atau untuk menguji
perbedaan dua atau lebih proporsi sampel. Uji ini sangat bermanfaat dalam
populasi.
yang dilakukan menganalisa tiap variabel dari hasil penelitian, yang bertujuan
33
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Nasir, dkk, 2011, Buku Ajar : Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit
Aditama, Jakarta
Cascarini L, dkk, 2013, Buku Saku Bedah Mulut & maksilofasial, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta
Gandy-JW, dkk, 2014, Gizi & Dietetika edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta
Gibney M.J et all, 2008, Gizi Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran,
2008)
Hasdianah. H.R, dkk, 2014, Gizi Pemanfaatan Gizi, Diet dan Obesitas, Penerbit
Nusa Medika, Yogyakarta
Iqbal M & Puspaningtyas DE, 2018, Penilaian Status Gizi ABCD, Penerbit
Salemba Medika, Jakarta
Jauhari A, 2015, Dasar – dasar Ilmu Gizi, Penerbit jaya Ilmu, Yogyakarta
Kementerian Kesehatan RI, 2017, Analisis Lansia Di Indonesia, Pusat Data dan
Informasi, Jakarta (Di akses tanggal 20 Oktober 2018)
____________, 2012, Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia, Jakarta (Di akses
tanggal 19 Oktober 2018)
34
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2014, Situasi dan Analisis Lanjut Usia,
Jakarta (Di akses tanggal 20 Oktober 2018)
Raditya, BK, dkk, Perancang Buku Visual Grafis Tentang Pola Makan Food
Cobining, Yogyakarta (Di akses tanggal 18 Oktober 2018)
35
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KONDISI GIGI LENGKAP DAN POLA MAKAN
DENGAN STATUS GIZI MANULA DI PANTI WERDA
LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO
No Sampel : ………………
Tanggal : ………………
A. Identitas Lansia
1. Nama : …………………
2. Alamat : …………………
3. Umur : …… …. tahun
4. Pekerjaan : ………………….
5. Jenis kelamin :
1. Laki-laki
2. Perempuan
B. Pola Konsumsi Lansia
1). Jenis konsumsi
1. Apa saja jenis makanan yang bapak/ibu konsumsi setiap hari ?
a. Nasi, lauk-pauk
b. Nasi, lauk-pauk dan sayur
c. Nasi, lauk-pauk, sayur dan buah
d. Nasi, lauk-pauk, sayur, buah dan susu
36
4. Bagaimana bentuk olahan nasi yang bapak/ibu konsumsi ?
a. Nasi biasa
b. Nasi tim
c. Bubur
d. Di saring
37
3). Frekuensi makanan
1. Berapa kali bapak/ibu makan dalam satu hari ?
a. 2 kali
b. 3 kali
c. > 3 kali
2. Apakah bapak/ibu selalu makan pagi ?
a. Ya
b. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
38
Lampiran 2
2 Selingan Pagi
3 Makan Siang
4 Selingan sore
5 Makan Malam
6 Selingan Malam
Pewawancara
(…………………..)
39
Lampiran 3
FORMULIR QUALITATIVE FOOD FRQUENCY
Nama Responden :
Tanggal Pelaksanaan :
Pertanyaan : Berapa sering anda mengonsumsi makanan dibawah ini?
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia
Frekuensi
Daftar BM Makanan Hari Mingguan Bul
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2
Makanan Pokok
a. Nasi
b. Jagung
c. Mie
d. Bihun
e. Singkong
f.………..
Lauk Hewani
a. ayam
b. Ikan
c. Telur
d. Daging
e. . ………..
Lauk nabati
a. Tahu
b. Tempe
c. Kacang tanah
d. Kacang hijau
e. …………
Sayur
a. Bayam
b. Kangkung
c. Terong
d. Campur
e. ………..
Buah
a. Pisang
40
b. Pepaya
c. Semangka
d. Mangga
e. Alpokat
f.………..
Lain – lain
a. Gula pasir
b. Gula merah
c. Sirup
d. ………..
Pewawancara
(……………………………)
41
Lampiran 4.
FORMULIR SEMI-QUANTITATIVE FOOD FREQUENSI
Nama Responden :
Tanggal Pelaksanaan :
Pertanyaan : Berapa sering anda mengonsumsi makanan di
bawah ini ?
Daftar Bahan Ukuran Porsi Frekuensi Ket
Makanan/Makanan URT Gram Hari Minggu Bulan Tahun Porsi
Makanan Pokok
a. Nasi ¾ gls 100
b. Mi basah ½ gls 100
c. Bihun ½ gls 100
d. Singkong 1 ptg 100
e. Ubi 2 bh sdg 150
f. ………
Lauk Hewani
a. Ayam 1 ptg 50
b. Ikan 1 ptg 50
c. Telur 1 btr 60
d. Bakso 10 bj 100
e. Daging 1 ptg
50
f. ………
Lauk Nabati
a. Tahu 1 bj bsr 100
b. Tempe 2 ptg sdg 50
c. Kacang tanah 5 sdm 25
d. Kacang hijau 5 sdm
25
e. ………
Sayur
a. Bayam 1 gls 100
b. Kangkung 1 gls 100
c. Kol 1 gls 100
d. Sawi 1 gls 100
e. Wortel 1 gls 100
f. Kentang 1 gls 100
g. ………
Buah
a. Mangga 1 ptg 50
b. Jeruk 1 ptg 100
c. Semangka 1 ptg 100
d. Pepaya 1 ptg 100
e. Pisang 1 ptg 100
f. ………
Lain-lain
a. Gula 1 sdm 10
b. Minyak kelapa ½ sdm 5
c. ………
Pewawancara
(…………………..)
42
43