Anda di halaman 1dari 8

FELINE CHLAMYDIOSIS CONJUNCTIVITIS

PENULIS
Larasati R. S. Tanjung

ANAMNESA
Seekor kucing ditemukan di lorong Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor pada tanggal 22/09/17 dengan keadaan palpebrae mata kanan meradang dan
sulit terbuka, serta mata kanan mengeluarkan discharge. Tidak diketahui sejak berapa
lama kucing telah menunjukkan gejala klinis. Tidak ditemukan kucing dengan gejala
yang sama di lingkungan FKH IPB.

GEJALA KLINIS
Bola mata kanan kucing tertutup lapisan putih. Palpebrae bengkak, merah, dan
menyembul keluar sehingga kucing sulit membuka mata. Mata mengeluarkan discharge
berwarna kuning kehijauan.

Signalment
Nama : Memed
Nomor pasien :1
Jenis hewan : Kucing
Ras/Breed : Domestic Short Hair (DSH)
Warna rambut : Hitam-oranye-putih (tortie)
Jenis kelamin : Betina
Umur : ±4 bulan
Bobot badan : ±1.5 Kg

Status Present
Keadaan Umum
Perawatan : sedang
Habitus : tegak
Tingkah laku : jinak
Status gizi : baik
Pertumbuhan badan: baik
Sikap berdiri : berdiri dengan 4 kaki
Suhu tubuh : 38 °C
Palpasi
Turgor Kulit : < 2 detik
Kepala dan Leher
Ekspresi wajah : Tenang
Posisi kepala : Tegak melebihi tinggi bahu
Pertulangan kepla : Kompak
Posisi tegak telinga : Tegak
Perototan leher : Simetris

Sistem Integumen dan Catur Indera


Kulit dan Rambut
Aspek rambut : Bersih
Kerontokan : Ringan
Kebotakan : Tidak ada
Turgor kulit : Kurang dari 2 detik
Permukaan kulit : Halus
Bau kulit : Bau khas kucing

Mata dan Orbita Mata Kiri


Palpabrae : Membuka dan menutup sempurna
Cilia : Keluar sempurna
Konjungtiva : Mukosa rose
Membran niktitan : Tidak terlihat

Mata dan Orbita Mata Kanan


Palpabrae : Tidak dapat membuka dan menutup sempurna
Cilia : Keluar sempurna
Konjungtiva : Mukosa merah, meradang, menyembul keluar
Membrana niktitan : Terlihat

Bola Mata Kiri


Sclera : Putih
Cornea : Terang tembus
Iris : Tidak ada perlekatan
Limbus : Rata
Pupil : Tidak ada perubahan
Refleks pupil : Ada
Vasa injeksio : Tidak ada

Bola Mata Kanan


Sclera : Putih
Cornea : Tertutup selaput putih
Iris : Tidak terlihat, tertutup selaput putih
Limbus : Tidak terlihat, tertutup selaput putih
Pupil : Tidak terlihat, tertutup selaput putih
Refleks pupil : Tidak terlihat, tertutup selaput putih
Vasa injeksio : Ada

Telinga
Posisi telinga : Kanan dan kiri tegak
Bau : Khas serumen
Permukaan : Licin, kotor
Krepitasi : Tidak ada
Refleks panggilan : Ada

Leher
Perototan : Kompak
Trakea : Teraba
Esofagus : Teraba tidak ada makanan

Sistem Pertahanan
Ln. Mandibularis : Tidak teraba
Ln. Retropharingealis : Teraba simetris, suhu sama dengan
permukaan kulit
Ln. Axilaris : Tidak teraba
Ln. Praskapularis : Tidak teraba
Ln. Popliteus : Teraba simetris, suhu sama dengan
permukaan kulit

Sistem Peredaran Darah


Inspeksi
Ictus cordis : Tidak ada

Auskultasi
Frekuensi : 128 kali/menit
Lapangan jantung : Tidak ada perluasan
Ritme : Ritmis
Intensitas : Kuat
Sistolik, diastolik : Terdengar
Suara ekstrakardial : Tidak terdengar
Pulsus dan jantung : Sinkron

Sistem Pernapasan
Hidung dan Sinus Hidung
Bentuk : Simetris
Lubang : Kering
Aliran udara : Lancar

Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : Simetris
Tipe pernapasan : Thorakalis
Ritme : Teratur
Intensitas : Dangkal
Frekuensi : 29 kali/menit

Palpasi
Trakea : Teraba
Penekanan trakea : Tidak ada batuk
Penekanan thoraks : Tidak ada sakit
Palpasi interkostal : Tidak ada sakit

Perkusi
Lapangan paru-paru : Tidak ada perluasan dan penyempitan
Gema perkusi : Nyaring

Auskultasi
Suara penapasan : Suara vesikular terdengar jelas
Suara ikutan : Tidak ada

Sistem Pencernaan
Mulut dan Rongga Mulut
Rusak/ luka bibir : Tidak ada
Mukosa : Rose, basah, licin
Gigi : Lengkap
Lidah : Rose, kasar, basah

Rongga Abdomen
Inspeksi
Ukuran : Tidak ada perubahan
Bentuk : Simetris

Palpasi
Epigastrikus : Ginjal kanan lebih cranial;
kiri lebih caudal,
tidak ada rasa sakit
Mesogastrikus : Usus teraba, tidak ada rasa sakit
Hipogastrikus : Colon dan VU tidak teraba (kosong),
tidak ada rasa sakit

Auskultasi
Suara peristaltik usus : Terdengar

Anus
Sekitar anus : Bersih
Refleks spinkter : Ada
Kebersihan perianal : Bersih

Sistem Urogenital
Mukosa vulva : Berwarna rose
Bentuk vulva : Tidak ada perubahan
Ukuran vulva : Tidak ada perubahan
Permukaan vulva : Bersih, tidak ada perlukaan
Discharge : Tidak ada

Sistem Syaraf
Tengkorak : Tidak ada perubahan
Columna vertebralis : Tidak ada perubahan
Gangguan sensorik : Tidak ada
Gangguan otonom : Tidak ada
Refleks sensoris : Ada
Gangguan kesadaran : Tidak ada

Alat Gerak dan Ekstremitas


Inspeksi
Perototan kaki depan : Simetris, kokoh
Perototan kaki belakang : Simetris, kokoh
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Sudut persendian : Tidak ada perubahan
Cara bergerak : Koordinatif
Cara berlari : Koordinatif
Struktur Pertulangan
Kaki kiri depan : Simetris, kokoh, kompak
Kaki kanan depan : Simetris, kokoh, kompak
Kaki kiri belakang : Simetris, kokoh, kompak
Kaki kanan belakang : Simetris, kokoh, kompak
Konsistensi pertulangan : Keras
Reaksi saat palpasi : Tidak ada respon sakit
Panjang kaki depan : Simetris
Panjang kaki belakang : Simetris

Kestabilan Pelvis
Konformasi : Kokoh
Kesimetrisan : Simetris
Tuber ischii : Teraba
Tuber coxae : Teraba

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada

DIAGNOSA
Kucing didiagnosa terinfeksi bakteri Chlamydia felis.

DIFERENSIAL DIAGNOSA
Herpes virus, alergi.

PROGNOSA
Fausta

TERAPI
Terapi dilakukan secara simptomatis untuk pengembalian fungsi dan kondisi mata,
serta pemberian terapi suportif untuk mendukung penyembuhan. Terapi yang diberikan
adalah :
● Chloramphenicol topikal pada mata 2x sehari
● Amoxicillin 0.8ml/kgBB 2x sehari
● Biolysin 1 ml/ekor perhari
Terapi berlangsung selama 2 minggu. Pada akhir terapi, mata kucing telah kembali
seperti semula, namun menyisakan sedikit jaringan parut putih pada permukaan
kornea.
PEMBAHASAN
Kucing dengan ras Domestic Short Hair (DSH) ditemukan di lorong FKH IPB
pada 22 September 2017 dalam keadaan mata kanan membengkak, palpebrae
meradang hingga menyembul keluar, kornea terlapisi selaput putih yang menutupi
sebagian besar permukaan kornea, serta adanya discharge kuning kehijauan dari mata.
Pemeriksaan dengan physical examination menghasilkan dugaan infeksi oleh bakteri
Chlamydia.
Chlamydia adalah bakteri yang dapat menginfeksi sel-sel epitel okular, saluran
respirasi, dan saluran pencernaan secara persisten. Diketahui bahwa jenis Chlamydia
yang paling sering menginfeksi mata kucing adalah C. felis. Jenis ini dapat
menyebabkan conjunctivitis akut maupun kronis pada kucing di seluruh dunia. Hasil
analisis genetik menunjukkan bahwa setidaknya ada 25 genotipe bakteri yang telah
ditemukan, dan infeksi oleh banyak jenis genotipe sekaligus sangat mungkin terjadi.
Infeksi paling sering terjadi pada rumah-rumah dimana banyak kucing tinggal bersama
(Sykes 2013). Hal ini sesuai dengan keadaan di FKH IPB yang terdapat banyak kucing
tinggal bersama dalam satu wilayah.
Terapi simptomatik yang diberikan adalah antibiotik Chloramphenicol topikal dan
antibiotik Amoxicillin per oral. Chloramphenicol adalah antibiotik spektrum luas yang
biasa digunakan untuk pengobatan pada hewan kecil serta kuda. Antibiotik ini biasa
digunakan untuk infeksi bakteri anaerobik. Chloramphenicol biasa bertindak sebagai
bakteriostatik, namun dapat berubah sifat menjadi bakterisidal dalam konsentrasi tinggi
atau bila digunakan untuk jenis infeksi tertentu. Cara kerja antibiotik ini adalah dengan
mengikat subunit ribosom 50S dari bakteri. Hal ini akan menghentikan sintesis protein
pada bakteri, dan mencegah bakteri berkembang biak. Chloramphenicol diketahui
memiliki aktivitas terhadap Nocardia, Chlamydia, Mycoplasma, dan Rickettsia.
Amoxicillin adalah antibiotik spektrum luas yang bersifat bakterisidal. Antibiotik ini
bekerja dengan mengganggu sintesis mukopeptida dinding sel bakteri. Terganggunya
konsistensi dinding sel bakteri akan mengakibatkan bakteri lisis (Plumb 2008).
Pemberian Chloramphenicol topikal bertujuan untuk menghentikan perkembangan
bakteri secara langsung di mata, sementara pemberian Amoxicillin bertujuan untuk
membunuh bakteri yang kemungkinan telah beredar di dalam darah.
Terapi suportif yang diberikan adalah multivitamin Biolysin. Biolysin mengandung
L-Lysine HCl, Vitamin A, Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Vitamin B12, Vitamin C,
Vitamin D3, d-Panthenol, dan Niacinamide. Menurut Little (2016) hasil penelitian
menunjukkan adanya penurunan tingkat keparahan conjunctivitis pada kucing yang
diberi L-lysine bolus. Vitamin A diketahui penting untuk menjaga kesehatan sel-sel
epitelial di seluruh tubuh, termasuk pada mata (Holland et al. 2013).
Kucing Memed dirawat selama 14 hari dengan kondisi yang terus mengalami
perkembangan, dengan palpebrae yang perlahan mengecil dan discharge mata yang
terus berkurang hingga berhenti keluar. Selaput putih yang menyelubungi kornea
perlahan memudar dan semakin sempit luasanya, namun tidak pernah benar-benar
hilang meski kucing sudah berhenti menunjukkan gejala klinis lainnya. Kucing diduga
tetap dapat melihat dengan mata kanannya, namun penglihatan kurang sempurna
karena sebagian pandangan kucing tertutup selaput putih.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinik, kucing Memed didiagnosa terinfeksi
bakteri Chlamydia felis. Terapi yang diberikan merupakan terapi suportif dan
simptomatis.

DAFTAR PUSTAKA
Little SE. 2016. August’s Consultations in Feline Internal Medicine, Volume 7. Missouri
(US): Elsevier.
Plumb DC. 2008. Plumb’s Veterinary Drug Handbook, 6th Edition. Iowa (US): Blackwell
Publishing.
Sykes JE. 2013. Canine and Feline Infectious Diseases. Missouri (US): Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai