Anda di halaman 1dari 69

BDE – 07 = LAPORAN PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN

Merepresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi


Kode : INA.5212.113.01.07.07 Judul : Membuat Laporan Perencanaan
Teknis Jembatan

PELATIHAN
AHLI PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
(BRIDGE DESIGN ENGINEER)

2007

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Bridge Desain Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

KATA PENGANTAR

Pengembangan Sumber Daya Manusia di bidang Jasa Konstruksi bertujuan untuk


meningkatkan kompetensi sesuai bidang kerjanya, agar mereka mampu berkompetisi
dalam memperebutkan pasar kerja. Berbagai upaya dapat ditempuh, baik melalui
pendidikan formal, pelatihan secara berjenjang sampai pada tingkat pemagangan di lokasi
proyek atau kombinasi antara pelatihan dan pemagangan, sehingga tenaga kerja mampu
mewujudkan standar kinerja yang dipersyaratkan di tempat kerja.

Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan


Konstruksi yang merupakan salah satu institusi pemerintah yang ditugasi untuk melakukan
pembinaan kompetensi, secara bertahap menyusun standar-standar kompetensi kerja yang
diperlukan oleh masyarakat jasa konstruksi. Kegiatan penyediaan kompetensi kerja
tersebut dimulai dengan analisa kompetensi dalam rangka menyusun suatu standar
kompetensi kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi tenaga kerja di
bidang Jasa Konstruksi yang bertugas sesuai jabatan kerjanya sebagaimana dituntut dalam
Undang-Undang No. 18 tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi dan peraturan
pelaksanaannya.

Sebagai alat untuk mengukur kompetensi tersebut, disusun dan dibakukan dalam bentuk
SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang unit-unit kompetensinya
dikembangkan berdasarkan pola RMCS (Regional Model Competency Standard). Dari
standar kompetensi tersebut, pengembangan dilanjutkan dengan menyusun Standar Latih
Kompetensi, Materi Uji Kompetensi, serta Materi Pelatihan yang berbasis kompetensi.

Modul / Materi Pelatihan BDE – 07 / Laporan Perencanaan Teknis Jembatan,


merepresentasikan unit kompetensi: “Membuat Laporan Perencanaan Teknis Jembatan”
dengan elemen-elemen kompetensi terdiri dari :
1. Membuat laporan penggunaan data teknis.
2. Membuat laporan nota perencanaan
3. Menyiapkan gambar rencana
4. Menyusun spesifikasi sesuai gambar rencana dan berdasarkan standar spesifikasi
yang berlaku

i
Pelatihan Bridge Desain Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Uraian penjelasan bab per bab dan pencakupan materi latih ini merupakan representasi
dari elemen-elemen kompetensi tersebut, sedangkan setiap elemen kompetensi dianalisis
kriteria unjuk kerjanya sehingga materi latih ini secara keseluruhan merupakan penjelasan
dan penjabaran dari setiap kriteria unjuk kerja untuk menjawab tuntutan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dipersyaratkan pada indikator-indikator kinerja/
keberhasilan yang diinginkan dari setiap KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dari masing-masing
elemen kompetensinya.

Modul ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam pelatihan sebagai
upaya meningkatkan kompetensi seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut diatas,
sehingga masih diperlukan materi-materi lainnya untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan setiap jabatan kerja.

Di sisi lain, modul ini sudah barang tentu masih terdapat kekurangan dan keterbatasan,
sehingga diperlukan adanya perbaikan disana-sini dan kepada semua pihak kiranya kami
mohon sumbangan saran demi penyempurnaan kedepan.

Jakarta, Oktober 2007

KEPALA PUSAT PEMBINAAN


KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Ir. DJOKO SUBARKAH, Dipl.HE


NIP. : 110016435

ii
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

PRAKATA

Modul ini berisi uraian tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang Ahli Perencanaan
Teknis Jembatan (Bridge Design Engineer) dalam penyiapan laporan perencanaan teknis
jembatan. Ada 4 hal yang dicakup dalam modul ini yaitu laporan penggunaan data teknis,
laporan nota perencanaan, penyiapan gambar rencana dan penyiapan spesifikasi.

Data teknis mencakup data lalu lintas, data hidrologi, karakteristik sungai dan perlintasan
lainnya, data topografi, data geologi teknik dan penyelidikan tanah dan kondisi lingkungan
sekitar, diperlukan sebagai masukan untuk penyiapan perencanaan teknis jembatan.

Nota perencanaan mencakup laporan perhitungan perencanaan bangunan atas, bangunan


bawah dan pondasi jembatan, diperlukan jika di kemudian hari Pemilik Proyek mencari
data-data teknis perencanaan jembatan untuk suatu keperluan. Sedangkan penyiapan
gambar rencana dan spesifikasi merupakan bagian dari produk perencanaan teknis, jadi
merupakan ”keharusan” untuk disiapkan.

Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi,
sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka penyempurnaan modul ini.

Demikian modul ini dipersiapkan untuk membekali seorang AHLI PERENCANAAN TEKNIS
JEMBATAN (Bridge Design Engineer) dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang berkaitan dengan perencanaan teknis jembatan; mudah-mudahan modul ini dapat
bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Jakarta, Oktober 2007


Penyusun

iii
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


PRAKATA ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
SPESIFIKASI PELATIHAN ................................................................................... vii
A. Tujuan Pelatihan ............................................................................................. vii
B. Tujuan Pembelajaran ....................................................................................... vii
PANDUAN PEMBELAJARAN .............................................................................. viii
A. Kualifikasi Pengajar/Instruktur ....................................................................... viii
B. Penjelasan Singkat Modul ............................................................................. viii
C. Proses Pembelajaran .................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1-1


1.1. UMUM ............................................................................................... 1-1
1.2. RINGKASAN MODUL ....................................................................... 1-2
1.3. BATASAN / RENTANG VARIABEL .................................................. 1-4
1.3.1. Batasan/Rentang Variabel Unit Kompetensi ..................... 1-4
1.3.2. Batasan Rentang variabel Pelaksanaan Pelatihan ............ 1-4
1.4. PANDUAN PENILAIAN ..................................................................... 1-5
1.4.1. Acuan Penilaian ................................................................. 1-5
1.4.2. Kualifikasi Penilai ............................................................... 1-6
1.4.3. Penilaian Mandiri ............................................................... 1-7
1.5. SUMBER DAYA PEMBELAJARAN ................................................... 1-8

BAB 2 LAPORAN PENGGUNAAN DATA PENDUKUNG


PERENCANAAN TEKNIS ............................................................... 2-1
2.1. Umum ................................................................................................ 2-1
2.2. Laporan Penggunaan Data Lalu Lintas ............................................ 2-1
2.3 Laporan Penggunaan Data Hidrologi, Karakteristik Sungai dan
Perlintasan Lainnya …....................................................................... 2-2
2.4 Laporan Penggunaan Data Topografi ............................................... 2-3
2.5 Laporan Penggunaan Data Kondisi Lingkungan Sekitar .................. 2-4
2.6 Laporan Penggunaan Data Geologi Teknik dan Penyelidikan Tanah 2-5

iv
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

RANGKUMAN ................................................................................... 2-7


LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI ..................................................... 2-8

BAB 3 LAPORAN NOTA PERENCANAAN ................................................ 3-1


3.1 Umum ............................................................................................... 3-1
3.2 Nota Perencanaan Bangunan Atas Jembatan ................................. 3-1
3.2.1 Laporan penetapan lebar lantai kendaraan, jumlah jalur 3-1
dan lajur lalu lintas, dan kelas jembatan
3.2.2 Laporan pemilihan tipe dan jenis bangunan atas 3-2
jembatan, expansion joint dan perletakan jembatan
3.2.3 Laporan perencanaan bangunan atas jembatan mengacu 3-3
pada standar perencanaan
3.3 Nota perencanan bangunan bawah dan pondasi jembatan ……….. 3-4
3.3.1 Laporan penetapan tipe dan jenis bangunan bawah 3-4
jembatan
3.3.2 Laporan perencanaan abutment jembatan 3-4
3.3.3 Laporan perencanaan pilar jembatan 3-5
3.3.4 Laporan analisis data geologi teknik dan penyelidikan 3-6
tanah
3.3.5 Laporan pemilihan jenis pondasi jembatan 3-7
3.3.6 Laporan perencanaan pondasi jembatan sesuai dengan 3-8
jenis yang dipilih
3.4 Nota perencanaan oprit, bangunan pelengkap dan pengaman
jembatan ............................................................................................ 3-9
3.4.1 Laporan perencanaan oprit (jalan pendekat) jembatan ...... 3-9
3.4.2 Laporan perencanaan bangunan pelengkap jembatan …. 3-10
3.4.2 Laporan perencanaan bangunan pengaman jembatan ….. 3-10
RANGKUMAN ................................................................................... 3-12
LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI ..................................................... 3-13

BAB 4 PENYIAPAN GAMBAR RENCANA ................................................. 4-1


4.1 Umum …………………………………………………………………….. 4-1
4.2. Pembuatan dan Pengawasan Penyiapan Gambar Rencana
Jembatan ........................................................................................... 4-1
4.2.1. Pengertian Umum ............................................................. 4-1
4.2.2. Fungsi Gambar ………………………………………………. 4-2
4.2.3. Jenis gambar …………………………………………………. .4-3

v
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

4.2.4 Penyajian Gambar .............................................................. 4-4


4.2.5. Pengawasan Terhadap Pembuatan Gambar Rencana ...... 4-10
4.3 Verifikasi Gambar Rencana ……………………………………………. 4-10
4.4 Pendokumentasian Gambar Rencana ............................................. 4-11
RANGKUMAN ................................................................................... 4-12
LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI ..................................................... 4-13
BAB 5 PENYIAPAN SPESIFIKASI ............................................................. 5-1
5.1 Umum …………………………………………………………………….. 5-1
5.2. Penyiapan Spesifikasi Umum ........................................................... 5-1
5.2.1. Pengertian Spesifikasi ....................................................... 5-1
5.2.2. Jenis-jenis Spesifikasi ………………………………………. 5-2
5.2.3. Penggunaan Spesifikasi …………………………………….. 5-3
5.2.4. Penggunaan Spesifikasi Teknis ……………………………. 5-6
5.2.5. Struktur Spesifikasi …………………………………………... 5-7
5.3 Penyiapan Spesifikasi Khusus 5-10
5.4 Penyiapan Daftar Kuantitas dan Harga Satuan Pekerjaan 5-10
RANGKUMAN ................................................................................... 5-12
LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI ..................................................... 5-13

LAMPIRAN : KUNCI JAWABAN PENILAIAN MANDIRI


DAFTAR PUSTAKA

vi
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

SPESIFIKASI PELATIHAN

A. Tujuan Pelatihan

 Tujuan Umum Pelatihan


Setelah selesai mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu :
Melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis jembatan berdasarkan standar
perencanaan jembatan jalan raya yang berlaku.

 Tujuan Khusus Pelatihan


Setelah selesai mengikuti pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan ketentuan Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK).
2. Melakukan koordinasi untuk pengumpulan dan penggunaan data teknis.
3. Merencanakan dan menerapkan standar-standar perencanaan teknis bangunan
atas jembatan.
4. Merencanakan bangunan bawah jembatan.
5. Merencanakan pondasi jembatan.
6. Merencanakan oprit (jalan pendekat), bangunan pelengkap dan pengaman
jembatan.
7. Membuat laporan perencanaan teknis jembatan.

B. Tujuan Pembelajaran dan Kriteria Penilaian


Seri / Judul Modul : BDE – 07 / Laporan Perencanaan Teknis Jembatan,
merepresentasikan unit kompetensi: “Membuat Laporan Perencanaan Teknis
Jembatan”.

 Tujuan Pembelajaran
Setelah modul ini dibahas diharapkan peserta mampu membuat laporan
perencanaan teknis jembatan.

 Kriteria Penilaian
1. Kemampuan dalam membuat laporan penggunaan data teknis.
2. Kemampuan dalam membuat laporan nota perencanaan.
3. Kemampuan dalam menyiapkan gambar rencana.
4. Kemampuan dalam menyusun spesifikasi sesuai gambar rencana dan
berdasarkan standar spesifikasi yang berlaku.

vi
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

PANDUAN PEMBELAJARAN

A. Kualifikasi Pengajar / Instruktur


 Instruktur harus mampu mengajar, dibuktikan dengan sertifikat TOT (Training of
Trainer) atau sejenisnya.
 Menguasai substansi teknis yang diajarkan secara mendalam.
 Konsisten mengacu SKKNI dan SLK
 Pembelajaran modul-modulnya disertai dengan inovasi dan improvisasi yang
relevan dengan metodologi yang tepat.

B. Penjelasan Singkat Modul

Modul-modul yang dibahas di dalam program pelatihan ini terdiri dari:

No. Kode Judul Modul


UUJK, Sistem Manajemen K3 dan Sistem Manajemen
1. BDE – 01
Lingkungan
2. BDE – 02 Koordinasi Pengumpulan dan Penggunaan Data Teknis
3. BDE – 03 Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
4. BDE – 04 Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
5. BDE – 05 Perencanaan Pondasi Jembatan
Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
6. BDE – 06
Pelengkap dan Pengamat Jembatan
7. BDE – 07 Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Sedangkan modul yang akan diuraikan adalah:


 Seri / Judul : BDE – 06 / Laporan Perencanaan Teknis Jembatan
 Deksripsi Modul : Laporan Perencanaan Teknis Jembatan merupakan salah
satu modul yang direncanakan untuk membekali Ahli Perencanaan Teknis
Jembatan (Bridge Design Engineer) dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja dalam membuat laporan perencanaan teknis jembatan
mencakup laporan penggunaan data teknis, laporan nota perencanaan,
penyiapan gambar rencana, dan penyiapan spesifikasi.

viii
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

C. Proses Pembelajaran
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah Pembukaan :
 Menjelaskan Tujuan Pembelajaran.  Mengikuti penjelasan
 Merangsang motivasi peserta  Mengajukan pertanyaan
dengan pertanyaan atau pengalaman apabila kurang jelas. OHT – 1
melakukan koordinasi pengumpulan
dan penggunaan data teknis.
Waktu : 5 menit.
2. Penjelasan Bab 1 : Pendahuluan.
 Modul ini merepresentasikan unit  Mengikuti penjelasan
kompetensi. instruktur dengan tekun
 Umum dan aktif.
 Ringkasan Modul  Mencatat hal-hal penting.
OHT – 2
 Koordinasi  Mengajukan pertanyaan
 Batasan/Rentang Variabel bila perlu.
 Panduan Penilaian
 Panduan Pembelajaran
Waktu : 20 menit.
3. Penjelasan Bab 2 : Laporan  Mengikuti penjelasan
penggunaan data pendukung instruktur dengan tekun
perencanaan dan aktif.
 Umum  Mencatat hal-hal penting.
 Laporan penggunaan data lalu lintas  Mengajukan pertanyaan
 Laporan penggunaan data hidrologi, bila perlu.
karekteristik sungai dan perlintasan
lainnya OHT – 3
 Laporan penggunaan data topografi
 Laporan penggunaan data kondisi
lingkungan sekitar
 Laporan penggunaan data geologi
teknik dan penyelidikan tanah
Waktu : 60 menit.

ix
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

4. Penjelasan Bab 3 : Laporan Nota


Perencanaan
 Mengikuti penjelasan
 Umum
instruktur dengan tekun
 Nota perencanaan bangunan atas
dan aktif.
jembatan
 Mencatat hal-hal penting. OHT – 4
 Nota Perencanaan bangunan bawah
 Mengajukan pertanyaan
dan pondasi jembatan
bila perlu.
 Nota perencanaan oprit, bangunan
pelengkap dan pengaman jembatan
Waktu : 70 menit.
5. Penjelasan Bab 4 : Penyiapan gambar  Mengikuti penjelasan
rencana instruktur dengan tekun
 Umum dan aktif.
 Pembuatan dan pengawasan  Mencatat hal-hal penting.
OHT – 5
penyiapan gambar rencana jembatan  Mengajukan pertanyaan
 Verifikasi gambar rencana. bila perlu.
 Pendokumentasian gambar rencana
Waktu : 45 menit.
6. Penyiapan Spesifikasi  Mengikuti penjelasan
 Umum instruktur dengan tekun
 Penyiapan spesifikasi umum. dan aktif. OHT – 8
 Penyiapan spesifikasi khusus  Mencatat hal-hal penting.
 Penyiapan daftar kuantitas dan harga  Mengajukan pertanyaan
satuan. bila perlu.
Waktu : 60 menit.
7. Rangkuman dan Penutup.  Mengikuti penjelasan
 Rangkuman instruktur dengan tekun
 Tanya jawab. dan aktif. OHT – 8
 Penutup.  Mencatat hal-hal penting.
Waktu : 10 menit.  Mengajukan pertanyaan
bila perlu.

x
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Umum
Modul BDE-07 : Laporan Perencanaan Teknis Jembatan merepresentasikan salah
satu unit kompetensi dari program pelatihan Ahli Perencanaan Teknis Jembatan
(Bridge Design Engineer).

Sebagai salah satu unsur, maka pembahasannya selalu memperhatikan unsur-


unsur lainnya, sehingga terjamin keterpaduan dan saling mengisi tetapi tidak terjadi
tumpang tindih (overlaping) terhadap unit-unit kompetensi lainnya yang
direpresentasikan sebagai modul-modul yang relevan.

Adapun unit kompetensi untuk mendukung kinerja efektif yang diperlukan dalam
Perencanaan Teknis Jembatan adalah :

No. Kode Unit Judul Unit Kompetensi


I. Kompetensi Umum
1. INA.5212.113.01.01.07 Menerapkan ketentuan Undang-undang Jasa
Konstruksi (UUJK).
II. Kompetensi Inti
1. INA.5212.113.01.02.07 Melakukan koordinasi untuk pengumpulan dan
penggunaan data teknis.
2. INA.5212.113.01.03.07 Merencanakan bangunan atas jembatan dan/atau
menerapkan standar-standar perencanaan teknis
jembatan.
3. INA.5212.113.01.04.07 Merencanakan bangunan bawah jembatan.
4. INA.5212.113.01.05.07 Merencanakan pondasi jembatan.
5. INA.5212.113.01.06.07 Merencanakan oprit (jalan pendekat), bangunan
pelengkap dan pengaman jembatan.
6. INA.5212.113.01.07.07 Membuat laporan perencanaan teknis jembatan.
III. Kompetensi Pilihan -

1-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

1.2. Ringkasan Modul


Ringkasan modul ini disusun konsisten dengan tuntutan atau isi unit kompetensi,
ada judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi dan KUK (Kriteria Unjuk Kerja)
dengan uraian sebagai berikut :

a. Adapun unit kompetensi yang akan disusun modulnya:

KODE UNIT : INA.5212.113.01.07.07


JUDUL UNIT : Membuat Laporan Perencanaan Teknis Jembatan.
DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan,
keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk
membuat laporan perencanaan teknis jembatan.

Direpresentasikan dalam modul seri/judul: BDE-07 Laporan Perencanaan Teknis


Jembatan.

b. Elemen Kompetensi dan KUK (Kriteria Unjuk Kerja) terdiri dari:

1. Membuat laporan penggunaan data teknis, direpresentasikan sebagai bab


modul berjudul : Bab 2 Laporan Penggunaan Data Pendukung
Perencanaan Teknis.

Uraian detailnya mengacu KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dapat menjadi sub bab
yang terdiri dari:
1.1 Laporan penggunaan data lalu lintas dibuat sesuai dengan format
laporan yang digunakan.
1.2 Laporan penggunaan data hidrologi dan karakteristik sungai dan
perlintasan dengan prasarana transportasi lainnya dibuat sesuai
dengan format laporan yang digunakan.
1.3 Laporan penggunaan data topografi dan kondisi lingkungan sekitar
dibuat sesuai dengan format laporan yang digunakan.
1.4 Laporan penggunaan data geologi teknik dan penyelidikan tanah
dibuat sesuai dengan format laporan yang digunakan.

2. Membuat laporan nota perencanaan, direpresentasikan sebagai bab modul


berjudul : Bab 3 Laporan Nota Perencanaan.

1-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Uraian detailnya mengacu KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dapat menjadi sub bab
yang terdiri dari:
2.1 Laporan nota perencanaan bangunan atas dibuat sesuai dengan
format laporan yang digunakan.
2.2 Laporan nota perencanan bangunan bawah dan pondasi jembatan
dibuat sesuai dengan format laporan yang digunakan.
2.3 Laporan nota perencanaan oprit, bangunan pelengkap dan
pengaman jembatan dibuat sesuai dengan format laporan yang
digunakan.

3. Menyiapkan gambar rencana, direpresentasikan sebagai bab modul berjudul:


Bab 4 Penyiapan Gambar Rencana.

Uraian detailnya mengacu KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dapat menjadi sub bab
yang terdiri dari:
3.1 Pembuatan gambar rencana jembatan diawasi untuk mendapatkan
gambar rencana sesuai dengan nota perencanaan.
3.2 Verifikasi gambar rencana dilakukan untuk mendapat kepastian
pemenuhannya terhadap persyaratan teknis.
3.3 Gambar rencana didokumentasikan sesuai dengan sistem file yang
digunakan.

4. Menyusun spesifikasi sesuai gambar rencana berdasarkan standar


spesifikasi yang berlaku, direpresentasikan sebagai bab modul berjudul: Bab
4 Penyusunan Spesifikasi.

Uraian detailnya mengacu KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dapat menjadi sub bab
yang terdiri dari:
4.1 Spesifikasi umum disusun sesuai dengan standar yang berlaku
4.2 Spesifikasi khusus disiapkan sesuai dengan persyaratan teknis yang
diperlukan.
4.3 Daftar kuantitas dan harga satuan pekerjaan disiapkan sesuai dengan
format yang telah ditentukan.

Penulisan dan uraian isi modul secara detail betul-betul konsisten mengacu tuntutan
elemen kompetensi dan masing-masing KUK (Kriteria Unjuk Kerja) yang sudah
dianalisis indikator kinerja/keberhasilannya (IUK).

1-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Berdasarkan IUK (Indikator Unjuk Kerja/Keberhasilan) sebagai dasar alat penilaian,


diharapkan uraian detail setiap modul pelatihan berbasis kompetensi betul-betul
mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang mendukung
terwujudnya IUK, sehingga dapat dipergunakan untuk melatih tenaga kerja yang
hasilnya jelas, lugas dan terukur.

1.3. Batasan/Rentang Variabel

Batasan/rentang variabel adalah ruang lingkup, situasi dimana unjuk kerja


diterapkan. Mendefinisikan situasi dari unit kompetensi dan memberikan informasi
lebih jauh tentang tingkat otonomi perlengkapan dan materi yang mungkin
digunakan dan mengacu pada syarat-syarat yang ditetapkan termasuk peraturan
dan produk jasa yang dihasilkan.

1.3.1 Batasan/Rentang Variabel Unit Kompetensi

Adapun batasan / rentang variabel untuk unit kompetensi ini adalah :


1. Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja berkelompok;
2. Tersedia tenaga ahli dan tenaga terampil yang dapat menyusun laporan
penggunaan data teknis, menyusun laporan nota perencanaan,
menyiapkan gambar rencana, dan menyusun spesifikasi sesuai gambar
rencana berdasarkan standar spesifikasi yang berlaku;
3. Tersedia peralatan dan alat tulis kantor yang diperlukan untuk penyiapan
laporan.

1.3.2 Batasan/Rentang Variabel Pelaksanaan Pelatihan

Adapun batasan / rentang variabel untuk pelaksanaan pelatihan adalah:


1. Seleksi calon peserta dievaluasi dengan kompetensi prasyarat yang
tertuang dalam SLK (Standar Latih Kompetensi) dan apabila terjadi
kondisi peserta kurang memenuhi syarat, maka proses dan waktu
pelaksanaan pelatihan disesuaikan dengan kondisi peserta, namun tetap
mengacu tercapainya tujuan pelatihan dan tujuan pembelajaran.
2. Persiapan pelaksanaan pelatihan termasuk prasarana dan sarana sudah
mantap.
3. Proses pembelajaran teori dan praktek dilaksanakan sampai tercapainya
kompetensi minimal yang dipersyaratkan.

1-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

4. Penilaian dan evaluasi hasil pembelajaran didukung juga dengan


batasan/rentang variable yang dipersyaratkan dalam unit kompetensi.

1.4. Panduan Penilaian


Untuk membantu menginterpretasikan dan menilai unit kompetensi dengan
mengkhususkan petunjuk nyata yang perlu dikumpulkan untuk memperagakan
kompetensi sesuai tingkat kecakapan yang digambarkan dalam setiap kriteria unjuk
kerja yang meliputi :
 Pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk seseorang
dinyatakan kompeten pada tingkatan tertentu.
 Ruang lingkup pengujian menyatakan dimana, bagaimana dan dengan metode
apa pengujian seharusnya dilakukan.
 Aspek penting dari pengujian menjelaskan hal-hal pokok dari pengujian dan
kunci pokok yang perlu dilihat pada waktu pengujian.

1.4.1. Acuan Penilaian

Adapun acuan untuk melakukan penilaian yang tertuang dalam SKKNI


adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku untuk


mendemonstrasikan kompetensi ini, terdiri dari:
1. Pemahaman terhadap: proses penyusunan laporan penggunaan data
teknis, penyusunan laporan nota perencanaan, penyiapan gambar
rencana, dan penyusunan spesifikasi sesuai gambar rencana
berdasarkan standar spesifikasi yang berlaku;
2. Penerapan penggunaan data untuk penyiapan perencanaan teknis
bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi jembatan, serta oprit,
bangunan pelengkap dan pengaman jembatan sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan teknis yang berlaku.
3. Cermat, teliti, tekun, obyektif, dan berfikir komprehensif dalam
menerima data lapangan sebelum digunakan untuk melakukan
perencanaan teknis jembatan

b. Konteks Penilaian
1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja yang
menyangkut pengetahuan teori.

1-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

2. Penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan


sikap kerja/ perilaku.
3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai
pengetahuan dan keterampilan yang ditetapkan dalam Materi Uji
Kompetensi (MUK).

c. Aspek Penting Penilaian


1. Ketelitian dan kecermatan dalam memahami dan menggunakan data-
data utama yang diperlukan untuk penyiapan perencanaan teknis
jembatan;
2. Kemampuan melakukan validasi terhadap data-data yang telah
dikumpulkan oleh para petugas lapangan untuk digunakan dalam
perencanaan teknis jembatan;

1.4.2. Kualifikasi Penilai

a. Penilai harus kompeten paling tidak tentang unit-unit kompetensi sebagai


assesor (penilai) antara lain: mrencanakan penilaian, meaksanakan
penilaian dan mreview penilaian yang dibuktikan dengan sertifikat
assesor.

b. Penilai juga harus kompeten tentang teknis substansi dari unit-unit yang
akan didemonstrasikan dan bila ada syarat-syarat industri perusahaan
lainnya muncul, penilai bisa disyaratkan untuk :
1. Mengetahui praktek-praktek / kebiasaan industri /perusahaan yang
ada sekarang dalam pekerjaan atau peranan yang kinerjanya sedang
dinilai.
2. Mempraktekkan kecakapan inter-personal seperlunya yang
diperlukan dalam proses penilaian.

c. Apabila terjadi kondisi Penilai (assesor) kurang menguasai teknis


substansi, dapat mengambil langkah menggunakan penilai yang
memenuhi syarat dalam berbagai konteks tempat kerja dan lembaga,
industri/perusahaan. Opsi-opsi tersebut termasuk :
1. Penilai di tempat kerja yang kompeten, teknis substansial yang
relevan dan dituntut memiliki pengetahuan tentang praktek-praktek/
kebiasaan industri/ perusahaan yang ada sekarang.

1-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

2. Suatu panel penilai yang didalamnya termasuk paling sedikit satu


orang yang kompeten dalam kompetensi subtansial yang relevan.
3. Pengawas tempat kerja dengan kompetensi dan pengalaman
subtansial yang relevan yang disarankan oleh penilai eksternal yang
kompeten menurut standar penilai.
4. Opsi-opsi ini memang memerlukan sumber daya, khususnya
penyediaan dana lebih besar (mahal).

Ikhtisar (gambaran umum) tentang proses untuk mengembangkan


sumber daya penilaian berdasar pada Standar Kompetensi Kerja (SKK)
perlu dipertimbangkan untuk memasukan sebuah flowchart pada proses
tersebut.
Sumber daya penilaian harus divalidasi untuk menjamin bahwa penilai
dapat mengumpulkan informasi yang cukup, valid dan terpercaya untuk
membuat keputusan penilaian yang betul-betul handal berdasar standar
kompetensi.

KOMPETENSI ASESOR

Kompeten ?
Memiliki
Kompetensi
Assessment

Memiliki
Kompetensi
bidang
Substansi

1.4.3. Penilaian Mandiri

Penilaian mandiri merupakan suatu upaya untuk mengukur kapasitas


kemampuan peserta pelatihan terhadap pengasaan substansi materi
pelatihan yang sudah dibahas dalam proses pembelajaran teori maupun
praktek.
Penguasaan substansi materi diukur dengan IUK (Indikator Unjuk Kerja/
Indikator Kinerja/Keberhasilan) dari masing-masing KUK (Kriteri Unjuk Kerja),
dimana IUK merupakan hasil analisis setiap KUK yang dipergunakan untuk
mendesain/menyusun kurikulum silabus pelatihan.

1-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Bentuk pelatihan mandiri antara lain:

a. Pertanyaan dan Kunci Jawaban, yaitu:

Menanyakan kemampuan apa saja yang telah dikuasai untuk


mewujudkan KUK (Kriteria Unjuk Kerja), kemudian dilengkapi dengan
”Kunci Jawaban” dimana kunci jawaban dimaksud adalah IUK (Indikator
Unjuk Kerja/ Indikator Kinerja/Keberhasilan) dari masing-masing KUK
(Kriteria Unjuk Kerja)

b. Tingkat Keberhasilan Pelatihan

Dari penilaian mandiri akan terungkap tingkat keberhasilan peserta


pelatihan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Apabila tingkat keberhasilan rendah, perlu evaluasi terhadap:
1. Peserta pelatihan terutama tentang pemenuhan kompetensi prasyarat
dan ketekunan serta kemampuan mengikuti proses pembelajaran.
2. Materi/modul pelatihannya apakah sudah mengikuti dan konsisten
mengacu tuntutan unit kompetensi, elemen kompetensi, KUK (Kriteria
Unjuk Kerja), maupun IUK IUK (Indikator Unjuk Kerja/ Indikator
Kinerja/Keberhasilan).
3. Instruktur/fasilitatornya, apakah konsisten dengan materi/modul yang
sudah valid mengacu tuntutan unit kompetensi beserta unsurnya
yang diwajibkan untuk dibahas dengan metodologi yang tepat.
4. Mungkin juga karena penyelenggaraan pelatihannya atau sebab lain.

1.5. Sumber Daya Pembelajaran

Sumber daya pembelajaran dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu :


a. Sumber daya pembelajaran teori :
- OHT dan OHP (Over Head Projector) atau LCD dan Laptop.
- Ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya.
- Materi pembelajaran.
b. Sumber daya pembelajaran praktek :
- PC, lap top bagi yang familiar dengan komputer atau kalkulator bagi yang
tidak familiar dengan komputer.
- Alat tulis, kertas dan lain-lain yang diperlukan untuk membantu peserta
pelatihan dalam menghitung dan merencanakan bangunan atas jembatan.

1-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

c. Tenaga kepelatihan, instruktur/assesor dan tenaga pendukung penyelenggaraan


betul-betul kompeten.

1-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

BAB 2
LAPORAN PENGGUNAAN DATA PENDUKUNG
PERENCANAAN TEKNIS

2.1. Umum

Bab ini menjelaskan substansi laporan penggunaan data pendukung perencanaan


teknis yang disiapkan oleh tim terkait untuk keperluan perencanaan teknis jembatan.

Jenis data pendukung yang dicakup dalam laporan ini adalah data lalu lintas, data
hidrologi, karakteristik sungai dan perlintasan lainnya, data topografi, data geologi
teknik dan penyelidikan tanah dan kondisi lingkungan sekitar.

Laporan ini mengetengahkan penggunaan data-data pendukung tersebut sebagai


bahan masukan untuk penhyiapan perencanaan teknis jembatan.

2.2. Laporan Penggunaan Data Lalu Lintas

Laporan penggunaan data lalu lintas didasarkan atas hasil analisis data lalu lintas
hasil survai, prediksi lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) dan koordinasi
pencacahan jumlah kendaraan berat.

Analisis data lalu lintas hasil survai menguraikan pengertian tentang survai lalu lintas
rutin secara manual dan merupakan pengembangan terhadap sistem yang telah
ada; pemilihan lokasi survai berdasarkan Pos-pos Perhitungan Lalu Lintas yang
lazim digunakan (Pos Kelas A, Pos Kelas B, Pos Kelas C), periode perhitungan
survai (40 jam selama 2 hari untuk Pos Kelas A atau B, 16 jam untuk Pos Kelas C),
pengelompokan jenis kendaraan, pelaksanaan survai versi IIRMS, dan evaluasi
hasil survai lalu lintas.

Prediksi lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) menguraikan bagaimana


menganalisis hasil survai lalu lintas menjadi LHRT untuk keperluan bahan masukan
bagi perencanaan teknis sebuah jembatan yang terletak pada suatu ruas jalan.

Koordinasi pencacahan kendaraan berat dimaksudkan untuk mendapatkan informasi


yang akurat tentang jumlah ekivalen sumbu terberat dari masing-masing jenis
kendaraan berat yang melewati suatu jembatan, dimaksudkan ujntuk mengetahui
apakah kendaraan berat yang akan melewati jembatan dimaksud selama umur

2-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

pelayanan mempunyai beban roda ganda (dual wheel load) yang masih dapat
dicakup dalam MST 10 ton.

Laporan disusun dengan maksud memastikan bahwa pengumpulan data lalu lintas,
setelah dievaluasi, hasilnya digunakan untuk penetapan kebutuhan lebar jembatan
(lebar lantai kendaraan dan trotoir kiri-kanan), termasuk di dalamnya menetapkan
kelas jembatan, apakah jembatan kelas A, jembatan kelas B, ataukah jembatan
kelas C.

2.3. Laporan Penggunaan Data Hidrologi, Karakteristik Sungai dan Perlintasan


Lainnya

Laporan penggunaan data hidrologi dan karakteristik sungai dan perlintasan lainnya
menguraikan penggunaan hasil analisis karakteristik sungai, prediksi debit banjir
sungai, penetapan panjang dan tinggi clearance (ruang bebas) jembatan yang
melintasi sungai serta penetapan panjang dan tinggi clearance (ruang bebas)
jembatan yang melintasi prasarana transportasi lainnya.

Analisis karakteristik sungai menguraikan tipe sungai di daerah aliran (river basin),
sungai aluvial dan non aluvial, dan gerusan sungai.

Prediksi debit banjir sungai menguraikan perhitungan debit banjir rencana


berdasarkan data yang tersedia, dilakukan dengan menggunakan prosedur
perhitungan hidrologi. Tergantung pada ketersediaan data, perhitungan debit banjir
rencana dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan cara-cara statistik,
atau secara tidak langsung dengan cara Rational, cara Melchior, cara Weduwen,
cara Haspers, atau diprediksi dengan cara perhitungan regional analyses.

Penetapan panjang dan tinggi clearance (ruang bebas) jembatan yang melintasi
sungai menguraikan cara menghitung penampang basah sungai berdasarkan
periode ulang tertentu misalnya 50 tahun dan kegunaannya untuk menetapkan tinggi
muka air banjir serta penetapan ruang bebas jembatan sesuai ketentuan. Dengan
diketahuinya posisi tinggi muka air banjir dan clearance, maka tepi bawah bangunan
atas jembatan dapat ditentukan, selanjutnya panjang jembatan dapat dihitung
dengan diketahuinya titik-titik potong antara garis tepi bawah bangunan atas
jembatan dengan profil sungai.

Penetapan panjang dan tinggi clearance (ruang bebas) jembatan yang melintasi
sungai menguraikan cara menghitung penampang basah sungai berdasarkan

2-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

periode ulang tertentu misalnya 50 tahun dan kegunaannya untuk menetapkan tinggi
muka air banjir serta penetapan ruang bebas jembatan sesuai ketentuan. Dengan
diketahuinya posisi tinggi muka air banjir dan clearance, maka tepi bawah bangunan
atas jembatan dapat ditentukan, selanjutnya panjang jembatan dapat dihitung
dengan diketahuinya titik-titik potong antara garis tepi bawah bangunan atas
jembatan dengan profil sungai.

Penetapan panjang dan tinggi clearance (ruang bebas) jembatan yang melintasi
prasarana transportasi lainnya menguraikan bagaimana menetapkan panjang
jembatan berdasarkan profil ruang bebas jembatan yang melintasi jalan raya atau
melintasi jalan kereta api.

Laporan disusun dengan maksud memastikan bahwa untuk menetapkan elevasi tepi
bawah jembatan sudah mempertimbangkan panjang dan tinggi ruang bebas
jembatan yang melintasi sungai, jalan raya lainnya ataupun jalan kereta api,
sehingga keberadaan jembatan tidak terganggu oleh fasilitas transportasi lainnya.

2.4. Laporan Penggunaan Data Topografi

Laporan penggunaan data topografi menguraikan penggunaan hasil survai


pendahuluan, survai pengukuran topografi jembatan, pemetaan kondisi eksisting
dan penetapan lokasi dan geometrik jembatan.

Survai pendahuluan menguraikan penetapan alternatif-alternatif pemilihan lokasi


jembatan dengan urutan kegiatan pra Survai dan kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan Survai Pendahuluan. Cakupan kegiatan pra Survai adalah mempelajari
gambar proyek, penyiapan peta-peta topografi, geologi dan foto udara (kalau ada),
persiapan kriteria desain, dan persiapan fungsi jembatan. Sedangkan cakupan
Survai Pendahuluan adalah pengumpulan data primer dan data sekunder jembatan.

Survai pengukuran topografi jembatan menguraikan pemasangan patok BM (Bench


Mark) / CP (Control Point) dan patok kayu yang dipasang disekitar rencana
jembatan, pengukuran kerangka kontrol vertikal, pengukuran kerangka kontrol
horizontal, pengukuran penampang memanjang jalan, pengukuran penampang
memanjang jalan di kiri kanan jembatan, pengukuran penampang melintang sungai,
dan pengukuran situasi.

2-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

 Pemetaan kondisi eksisting menguraikan penggambaran peta situasi, pemilihan


skala peta, ploting grid dan koordinat poligon, ploting data situasi,
penggambaran garis kontour dan penggambaran arah utara peta dan legenda.

Penetapan lokasi dan geometrik jembatan menguraikan batasan-batasan aspek


geometrik yang harus dijadikan pertimbangan dalam perencanaan jembatan baik
ditinjau dari segi alinyemen horizontal maupun alinyemen vertikal agar trase
jembatan dapat menjamin keamanan dan kenyaman bagi pengemudi.

Laporan disusun dengan maksud memastikan bahwa untuk menetapkan as


jembatan harus digunakan hasil pengukuran topografi yang didasarkan atas tata
cara pengukuran yang berlaku untuk pengukuran situasi, pengukuran potongan
memanjang dan pengukuran potongan melintang dalam rangka perencanaan
jembatan. Jika trase dan as jembatan telah ditentukan, hasil pengukuran topografi
juga digunakan untuk menyiapkan perencanaan geometrik di sekitar jembatan,
dimulai dari titik awal oprit sampai titik akhir oprit jembatan.

2.5. Laporan Penggunaan Data Kondisi Lingkungan Sekitar

Laporan penggunaan data kondisi lingkungan sekitar menguraikan rencana


pemantauan kondisi lingkungan sekitar, pengaruh kondisi lingkungan sekitar
terhadap jembatan yang akan dibangun dan koreksi terhadap pemilihan rencana
lokasi jembatan jika dianggap perlu.

Rencana pemantauan kondisi lingkungan sekitar menjelaskan tata cara teknologi


yang dapat dipergunakan untuk melakukan pemantauan lingkungan, pendekatan
ekonomi yang dapat dipakai untuk pengelolaan lingkungan dan pendekatan
kelembagaan yang dipakai dalam pemantauan lingkungan.

Pengaruh kondisi lingkungan sekitar terhadap jembatan yang akan dibangun


menjelaskan kemungkinan-kemungkinan rusaknya jembatan yang dibangun jika
ternyata jembatan dibuat melintasi sungai yang di wilayah hulunya sudah rusak
karena penggundulan hutan. Dalam hal ini perlu dibuat bangunan pengaman untuk
mencegah runtuhnya pilar-pilar atau abutment jembatan karena dihantam oleh log-
log kayu yang hanyut mengikuti aliran air sungai.

Koreksi terhadap pemilihan rencana lokasi jembatan menjelaskan dalam kondisi apa
kita dapat mempertahankan rencana lokasi jembatan dan dalam kondisi apa kita
harus merelokasi jembatan.

2-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Laporan disusun dengan maksud memastikan bahwa pengaruh lingkungan sekitar


sudah diperhitungkan dalam perencanaan jembatan. Pengaruh lingkungan sekitar
dapat mengakibatkan jembatan perlu direlokasi atau tetap pada lokasi semula.

2.6. Laporan Penggunaan Data Geologi Teknik dan Penyelidikan Tanah

Laporan penggunaan data geologi teknik dan data penyelidikan tanah menguraikan
penggunaan hasil pemetaan permukaan detail, penentuan lokasi dan jumlah titik
explorasi, survai sumber material (quarry), koordinasi pelaksanaan penyelidikan
tanah dan pengambilan contoh tanah untuk pengujian laboratorium.

Pemetaan permukaan detail menjelaskan pengertian tentang batuan, klasifikasi


batuan dasar dan pemetaan geologi

Penentuan lokasi dan jumlah titik explorasi menjelaskan dasar-dasar penentuan titik
explorasi yang mencakup survai pendahuluan, jenis peralatan dan perlengkapan
penyelidikan lapangan, titik ikat pengukuran, pengumpulan data dan informasi
tentang bangunan utilitas yang ada di bawah tanah di sekitar lokasi rencana
jembatan, penyelidikan geofisika, penyiapan laporan survai pendahuluan dan
penentuan rencana letak titik sondir dan titik bor.

Survai sumber material (quarry) menjelaskan kegiatan untuk memberikan informasi


tentang lokasi sumber material yang ada disekitar lokasi rencana pembangunan
jembatan, menyangkut jenis, komposisi, kondisi beserta perkiraan jumlah dan lain-
lainnya, yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi yang proporsional untuk
pekerjaan struktur dan oprit jembatan dan akan dibuat petanya untuk dimasukkan ke
dalam gambar rencana.

Koordinasi pelaksanaan penyelidikan tanah menjelaskan kepastian tentang


ketepatan lokasi titik-titik explorasi yang akan diambil data tanahnya, peralatan yang
digunakan maupun pengujian laboratorium yang akan dilakukan terhadap sampling
tanah yang diambil dari lapangan.

Pengambilan contoh tanah untuk pengujian laboratorium menjelaskan bahwa dalam


penyelidikan geoteknik untuk perencanaan jembatan diperlukan contoh-contoh
tanah/batuan guna identifikasi, klasifikasi, pemeriksaan lapangan atau laboratorium.
Contoh-contoh yang diambil harus benar-benar mewakili lapisan tanah/batuan yang
dijumpai, karena contoh yang tidak mewakili dapat menghasilkan kesimpulan-
kesimpulan yang salah.

2-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Laporan disusun dengan maksud memastikan bahwa dari data geologi teknik dan
hasil penyelidikan tanah dapat ditentukan apakah lokasi jembatan yang akan
direncanakan terletak pada daerah stabil atau tidak. Jika sudah dapat dipastikan
bahwa jembatan yang direncanakan lokasinya berada di daerah yang stabil, maka
pada tahap penyelidikan tanah dapat ditentukan letak dan jumlah titik sondir dan titik
bor.

2-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

RANGKUMAN

a. Laporan ini mengetengahkan penggunaan data lalu lintas, data hidrologi, karakteristik
sungai dan perlintasan lainnya, data topografi, data geologi teknik dan penyelidikan
tanah dan data kondisi lingkungan sekitar untuk keperluan perencanaan teknis
jembatan.

b. Pengumpulan data lalu lintas, setelah dievaluasi, hasilnya digunakan untuk menetapkan
kebutuhan lebar jembatan (lebar lantai kendaraan dan trotoir kiri-kanan), termasuk di
dalamnya penetapan kelas jembatan, apakah jembatan kelas A, jembatan kelas B,
ataukah jembatan kelas C.

c. Penggunaan data hidrologi dan karakteristik sungai dan perlintasan lainnya dalam
perencanaan teknis jembatan adalah untuk penetapan elevasi tepi bawah jembatan,
setelah mempertimbangkan panjang dan tinggi ruang bebas jembatan yang melintasi
sungai, jalan raya lainnya ataupun jalan kereta api, sehingga keberadaan jembatan
aman tidak terganggu oleh transportasi lainnya.

d. Penggunaan hasil pengukuran topografi adalah untuk menetapkan as jembatan,


pembuatan peta situasi, penmbuatan potongan memanjang dan potongan melintang
dalam rangka perencanaan jembatan. Jika trase dan as jembatan telah ditentukan, hasil
pengukuran topografi juga digunakan untuk menyiapkan perencanaan geometrik di
sekitar jembatan, dimulai dari titik awal oprit sampai titik akhir oprit jembatan.

e. Penggunaan data geologi teknik dan hasil penyelidikan tanah adalah untuk memastikan
apakah lokasi jembatan yang akan direncanakan terletak pada daerah stabil atau tidak.
Jika sudah dapat dipastikan bahwa jembatan yang direncanakan lokasinya berada di
daerah yang stabil, maka pada tahap penyelidikan tanah dapat ditentukan letak dan
jumlah titik sondir dan titik bor.

f. Penggunaan data pengaruh lingkungan sekitar rencana lokasi penempatan jembatan


adalah untuk memastikan apakah jembatan perlu direlokasi atau tetap pada lokasi
semula. Seluruh proses desain baru dilakukan secara rinci apabila lokasi penempatan
jembatan sudah ditentukan secara pasti.

2-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI

Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.

Kode/ Judul Unit Kompetensi :


INA.5212.113.01.07.07 : Membuat laporan perencanaan teknis jembatan

Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Membuat laporan
penggunaan data teknis
1.1. Laporan penggunaan 1.1. Apakah anda mampu a. .........................
data lalu lintas dibuat membuat laporan
b. .........................
sesuai dengan penggunaan data lalu
format laporan yang lintas? c. .........................
digunakan dst.
1.2. Laporan penggunaan 1.2. Apakah anda mampu a. .........................
data hidrologi dan membuat laporan
b. .........................
karakteristik sungai penggunaan data
dan perlintasan hidrologi dan c. .........................
dengan prasarana karakteristik sungai dst.
transportasi lainnya dan perlintasan
dibuat sesuai dengan dengan prasarana
format laporan yang transportasi lainnya?
digunakan
1.3. Laporan penggunaan 1.3. Apakah anda mampu a. .........................
data topografi dan membuat laporan
b. .........................
kondisi lingkungan penggunaan data
sekitar dibuat sesuai topografi dan kondisi c. .........................
dengan format lingkungan untuk dst.
laporan yang keperluan
digunakan perencanaan teknis
jembatan
1.4. Laporan penggunaan 1.4. Apakah anda mampu a. .........................
data geologi teknik membuat laporan b. .........................
dan penyelidikan penggunaan data c. .........................
tanah dibuat sesuai geologi teknik dan dst.
dengan format penyelidikan tanah
laporan yang dalam rangka
digunakan penyiapan rencana
teknis jembatan?

2-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

2-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

BAB 3
LAPORAN NOTA PERENCANAAN

3.1. Umum

Bab ini menjelaskan substansi laporan nota perencanaan, mencakup nota


perencanaan bangunan atas jembatan, nota perencanan bangunan bawah dan
pondasi jembatan, nota perencanaan oprit, bangunan pelengkap dan pengaman
jembatan.
Nota perencanan bangunan atas jembatan berisi laporan penetapan lebar lantai
kendaraan, jumlah jalur dan lajur lalu lintas, dan kelas jembatan, laporan pemilihan
tipe dan jenis bangunan atas jembatan, expansion joint dan perletakan jembatan,
dan laporan perencanaan bangunan atas jembatan mengacu pada standar
perencanaan.
Nota perencanan bangunan bawah dan pondasi jembatan berisi laporan penetapan
tipe dan jenis bangunan bawah jembatan, laporan perencanaan abutment
jembatan, laporan perencanaan pilar jembatan, laporan analisis data geologi teknik
dan penyelidikan tanah, laporan pemilihan jenis pondasi jembatan dan laporan
perencanaan pondasi jembatan sesuai dengan jenis yang dipilih.
Nota perencanaan oprit, bangunan pelengkap dan pengaman jembatan berisi
laporan perencanaan oprit (jalan pendekat) jembatan, laporan perencanaan
bangunan npelengkap jembatan dan laporan perencanaan bangunan pengaman
jembatan.

3.2. Nota perencanaan bangunan atas jembatan

3.2.1. Laporan penetapan lebar lantai kendaraan, jumlah jalur dan lajur lalu
lintas, dan kelas jembatan

Laporan mencakup:

A. Besaran-besaran yang menyangkut lebar lantai kendaraan, jumlah jalur


dan lajur lalu lintas dan kelas jembatan yang harus ditentukan terlebih
dahulu sebelum perencanaan jembatan dibuat, agar perencanaan
jembatan tersebut dapat memenuhi persyaratan kapasitas maupun
kemampuannya di dalam memikul beban hidup dan beban mati.

3-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

B. Penetapan lebar lantai kendaraan pada jembatan dengan mengikuti lebar


perkerasan jalan, namun lebar trotoir jembatan tidak harus selalu sama
dengan lebar bahu jalan. Berdasarkan standar yang berlaku di Indonesia,
lebar trotoir jembatan ditentukan mengikuti Kelas Jembatan, untuk
jembatan Kelas A lebar trotoir diambil = 1.00 m, untuk jembatan Kelas B
lebar trotoir = 0.50 m, dan untuk jembatan Kelas C lebar trotoir = 0.50 m.

C. Penetapan jumlah jalur lalu lintas (yaitu jumlah arah lalu lintas) dan lajur
lalu lintas (yaitu bagian dari lantai kendaran yang digunakan oleh suatu
rangkaian kendaraan) sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.
Penetapan lajur lalu lintas, dimaksudkan untuk menentukan ”beban hidup
D” dalam perhitungan perencanaan. Lajur lalu lintas mempunyai lebar
minimum 2.75 meter dan lebar maksimum 3.75 meter. Lebar lajur
minimum ini harus digunakan untuk menentukan beban „D“ per jalur.

D. Penetapan Kelas Jembatan dalam perencanaan jembatan dengan


mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Kelas A digunakan untuk jembatan yang terletak pada jalan Nasional


atau jalan Propinsi,

2. Kelas B digunakan untuk jembatan yang terletak pada jalan


Kabupaten, sedangkan.

3. Kelas C digunakan untuk jembatan yang terletak pada ruas jalan


kabupaten atau pada ruas jalan yang lebih rendah dari pada jalan
Kabupaten.

3.2.2. Laporan pemilihan tipe dan jenis bangunan atas jembatan, expansion
joint dan perletakan jembatan

Laporan mencakup:

A. Pemilihan tipe dan jenis jembatan dengan bentang-bentang 5 – 30 m dari


jenis beton bertulang dengan tipe bervariasi mulai dari tipe pelat, pelat
berongga, kanal pracetak, gelagar T atau gelagar box, tergantung dari
panjang bentang yang akan digunakan.

B. Pemilihan tipe dan jenis jembatan dengan bentang 16 – 50 m dari jenis


beton prategang dengan tipe bervariasi mulai dari gelagar I dengan lantai
komposit, gelagar I pra peregangan dengan lantai komposit, gelagar T
pasca peregangan, gelagar box pasca para peregangan dengan lantai

3-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

komposit, atau gelagar box monolitik dalam bentang sederhana,


tergantung dari panjang bentang yang akan digunakan

C. Pemilihan tipe dan jenis jembatan-jembatan bentang panjang 35 s/d 100


m, dapat digunakan jembatan rangka baja, dalam modul ini perencanaan
jembatan rangka baja tidak dibahas karena berada di luar cakupan ahli
muda perencana jembatan.

D. Penentuan jumlah dan panjang bentang jembatan apabila jembatan


dibuat melintasi sungai, melintasi jalan raya atau melintasi jalan kereta
api.

E. Pemilihan tipe dan jenis expansion joint dan perletakan jembatan dalam
rangka melengkapi elemen-elemen perencanaan bangunan atas
jembatan.

3.2.3. Laporan perencanaan bangunan atas jembatan mengacu pada standar


perencanaan.

Laporan mencakup:

A. Penjelasan tentang standar perencanaan yang berlaku untuk membuat


perencanaan teknis bangunan atas, konsep dasar perencanaan
bangunan atas dengan konstruksi beton bertulang, konsep dasar
perencanaan bangunan atas dengan konstruksi beton prategang dan
prinsip-prinsip perencanaan bangunan atas jembatan dengan konstruksi
tipe gelagar komposit.

B. Metode perencanaan bangunan atas jembatan dengan konstruksi beton


bertulang, dengan penjelasan tentang prinsip-prinsip dasar perhitungan
bangunan atas jembatan dengan konstruksi beton bertulang sesuai
dengan kriteria perencanaan yang berlaku dan memperkenalkan standar
yang telah tersedia versi 2003 dan versi sebelumnya.

C. Metode perencanaan bangunan atas jembatan dengan konstruksi beton


prategang, dengan penjelasan tentang konsep dasar perhitungan
bangunan atas jembatan dengan konstruksi beton prategang,
mengetengahkan tegangan yang bekerja pada penampang akibat beban
luar, profil kabel pada balok prategang dan analisis balok prategang.

D. Metode perencanaan bangunan atas jembatan dengan konstruksi tipe


gelagar komposit, dengan penjelasan tentang kriteria perencanaan dan

3-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

persyaratan teknis material dalam perencanaan konstruksi tipe gelagar


komposit.

3.3. Nota perencanan bangunan bawah dan pondasi jembatan

3.3.1. Laporan penetapan tipe dan jenis bangunan bawah jembatan

Laporan mencakup:

A. Penjelasan tentang jenis-jenis beban dan gaya yang bekerja pada


abutment maupun pilar jembatan dengan mengambil acuan dari
Pedoman Perencanaan Pembebanan Jalan Raya - SKBI 1.3.28.1987
maupun BMS7-C2-Bridge Design Code 1992. Prinsip-prinsip dasar dari
dari kedua pedoman/tatacara diuraikan dalam garis untuk memberikan
gambaran apabila perencana akan menggunakannya.

B. Pemilihan tipe dan jenis abutment jembatan, dan penjelasan tentang apa
yang menjadi dasar dalam memilih tipe-tipe abutment jembatan, apa
hubungan antara tipe dengan tinggi abutment, apa keuntungan memilih
pile cap dibanding tipe yang lainnya.

C. Pemilihan tipe dan jenis pilar jembatan, dan penjelasan tentang apa yang
menjadi dasar dalam memilih tipe-tipe pilar jembatan, apa hubungan
antara tipe dengan tinggi pilar, apa bedanya tipe pilar di sungai dengan
tipe pilar yang dibangun di darat. Kemudian juga diberikan contoh
bagaimana air banjir dapat menggerus dasar pilar, yang jika dibiarkan
akan mengancam stabilitas pilar.

3.3.2. Laporan perencanaan abutment jembatan

Laporan mencakup:

A. Kriteria perencanaan abutment jembatan yang menjelaskan bahwa


penentuan kriteria perencanaan untuk abutment pada dasarnya
tergantung pada tipe dan jenis abutment yang dipilih. Modul ini
membatasi diri pada abutment yang dibuat dari beton bertulang,
sehingga seluruh aspek perencanaan didasarkan atas perilaku beton
bertulang. Untuk abutment jembatan, disarankan menggunakan beton K-
350, perencana harus mempelajari Spesifikasi terlebih dahulu untuk
mengetahui persyaratan-persyaratan bahan penyusun beton K-350 yaitu
semen, air, agregat dan mungkin juga bahan tambah. Selain itu

3-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

persyaratan baja yang akan digunakan untuk penulangan beton juga


harus dicermati oleh perencana.

B. Penerapan ketentuan pembebanan, yang menjelaskan ada 2 pilihan


yang dapat digunakan untuk menghitung perencanaan abutment, yaitu
Pedoman Pembebanan Jalan Raya SKBI – 1.3.28.1987 – UDC 624.042 :
62421 atau BMS7-C2-Bridge Design Code 1992. Modul ini
mengetengahkan penggunaan BMS7-C2-Bridge Design Code 1992
untuk perencanaan abutment.

C. Perhitungan dan perencanaan dimensi abutment jembatan, yang


memberikan contoh perhitungan abutment jembatan dengan
menguraikan beban/gaya-gaya dari bangunan atas, beban-beban
bangunan bawah, summary: beban-beban yang bekerja pada abutment
dan gaya/momen yang bekerja didasar footing ditinjau pada kondisi
normal maupun kondisi gempa.

3.3.3. Laporan perencanaan pilar jembatan

Laporan mencakup:

A. Kriteria perencanaan pilar jembatan, yang menjelaskan bahwa


penentuan kriteria perencanaan untuk pilar pada dasarnya tergantung
pada tipe dan jenis pilar yang dipilih. Modul ini membatasi diri pada pilar
yang dibuat dari beton bertulang, sehingga seluruh aspek perencanaan
didasarkan atas perilaku beton bertulang. Untuk pilar jembatan,
disarankan menggunakan beton K-350, perencana harus mempelajari
Spesifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui persyaratan-persyaratan
bahan penyusun beton K-350 yaitu semen, air, agregat dan mungkin juga
bahan tambah. Selain itu persyaratan baja yang akan digunakan untuk
penulangan beton juga harus dicermati oleh perencana.

B. Penerapan ketentuan pembebanan, yang menjelaskan ada 2 pilihan


yang dapat digunakan untuk menghitung perencanaan pilar, yaitu
Pedoman Pembebanan Jalan Raya SKBI – 1.3.28.1987 – UDC 624.042 :
62421 atau BMS7-C2-Bridge Design Code 1992. Modul ini
mengetengahkan penggunaan BMS7-C2-Bridge Design Code 1992
untuk perencanaan pilar.

C. Perhitungan beban-beban yang bekerja pada pilar jembatan, yang


memberikan contoh perhitungan pilar jembatan dengan menguraikan

3-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

perhitungan beban mati yang berasal dari girder dan beban mati
tambahan lainnya, perhitungan beban hidup UDL, perhitungan beban
hidup KEL, reaksi perletakan, gaya rem, gaya gesek perletakan, gaya
gempa, gaya seret aliran air, gaya-gaya pada pier head dan lain-lain
sampai kombinasi pembebanan.

3.3.4. Laporan analisis data geologi teknik dan penyelidikan tanah

Laporan mencakup:

A. Analisis kestabilan tanah di lokasi rencana pembuatan jembatan,


dimaksudkan untuk melakukan pengecekan apakah penempatan trase
jembatan, abutment dan pilar jembatan akan berada di atas tanah dasar
yang stabil ditinjau dari aspek geologi teknik sebelum diputuskan bahwa
lokasi jembatan sudah tepat. Aspek geologi teknik dipelajari dari hasil
laporan pemetaan geologi teknik yang dibuat oleh ahli geologi teknik.
Laporan geologi teknik ini menguraikan:

1. Kondisi geologi regional dan geologi lokal dari daerah pemetaan;

2. Kondisi geologi teknik dari daerah pemetaan yang meliputi sifat fisik
tanah atau batuan setempat dan masalah yang mungkin timbul
sehubungan pekerjaan teknik sipil di daerah tersebut;

3. Penampang geologi teknik pada rencana bangunan;

4. Saran teknis berupa penanganan dan penanggulangan masalah yang


timbul oleh sebab kondisi geologi teknik.

B. Analisis daya dukung tanah di bawah rencana pembuatan abutment dan


pilar menguraikan garis besar teori mekanika tanah yang pada umumnya
digunakan untuk membuat analisis daya dukung tanah. Ada 2 metode
yang diketengahkan dalam uraian dimaksud yaitu kapasitas dukung
tanah menurut Terzaghi yang pada umumnya digunakan untuk pondasi
dangkal dan kapasitas dukung tanah menurut Meyerhof yang pada
umumnya digunakan untuk pondasi dangkal maupun pondasi dalam.

C. Analisis penurunan pondasi menjelaskan bahwa penurunan pondasi


mencakup 2 jenis penurunan yaitu penurunan segera (immediate
settlement) dan penurunan konsolidasi (consolidation settlement):

1. Immediate settlement yaitu penurunan yang terjadi pada saat “beban


kerja” mulai bekerja, dalam rentang waktu kurang lebih 7 hari.

3-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Analisis immediate settlement digunakan untuk tanah berbutir halus


termasuk “silts” dan “clays” dengan derajat kejenuhan (perbandingan
antara isi air pori dengan isi pori)  90% dan tanah berbutir kasar
dengan koefisien permeabilitas yang tinggi (> 10-3 m/sec).

2. Consolidation settlement, yaitu penurunan yang terjadi dengan


berjalannya waktu, bisa dalam kurun waktu bulanan maupun tahunan.
Sebagai gambaran umum, consolidation settlement pada kebanyakan
proyek terjadi dalam kurun waktu 3 – 10 tahun. Analisis consolidation
settlement digunakan untuk tanah berbutir halus baik yang dalam
kondisi jenuh (saturated) maupun yang hampir jenuh.

3.3.5. Laporan pemilihan jenis pondasi jembatan

Laporan mencakup:

A. Penentuan kedalaman tanah keras dimaksudkan untuk memilih jenis


pondasi jembatan, apakah harus membuat pondasi dangkal atau pondasi
dalam. Untuk dapat mengetahui kedalaman tanah keras, diperlukan data
sondir dan data bor di lokasi rencana penempatan abutment dan pilar
jembatan. Di lokasi abutment, disarankan untuk diambil 2 titik sondir dan
1 titik bor, sedangkan di lokasi pilar di sungai diambil 4 titik sondir dan 1
titik bor. Dari data sondir, indikasi tanah keras dapat dilihat pada data
tekanan konus yang menunjukkan angka 150 kg/cm2.

B. Penggunaan data daya dukung tanah dan geologi teknik, menjelaskan


bagaimana menggunakan data sondir (tekanan konus dan jumlah
hambatan pelekat) dan data bor (pengujian laboratorium dari data
lapangan) untuk memperhitungkan daya dukung tanah pondasi. Untuk
perhitungan daya dukung tanah pada pondasi dangkal, pada umumnya
digunakan persamaan-persamaan Terzaghi (catatan: dapat juga
menggunakan persamaan Meyerhof yang dapat digunakan untuk
perhitungan daya dukung pondasi dangkal maupun pondasi dalam).
Untuk memberikan gambaran perbandingan yang lebih konkrit, daya
dukung tanah untuk pondasi langsung (kedalaman  4.00 m) minimal
sekitar 200 kPa, untuk pondasi sumuran (kedalaman < 8.00 m) minimal
sekitar 1000 kPa, sedangkan untuk pondasi tiang pancang daya dukung
tanah pada point bearing piles = 150 kg/cm2 = 15000 kPa = 15 Mpa.
Penggunaan data konus yang diperoleh dari data sondir biasanya

3-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

dikoreksi dengan faktor keamanan = 3, sedangkan data jumlah hambatan


pelekat dikoreksi dengan faktor keamanan = 5.

C. Penetapan jenis pondasi jembatan, yang menjelaskan batasan-batasan


yang berkaitan dengan pertimbangan, bagaimana kita sampai pada
keputusan memilih pondasi langsung, pondasi sumuran, pondasi tiang
pancang beton bertulang pracetak / tiang pancang beton prategang
pracetak, pondasi tiang pancang baja struktur / tiang pancang pipa baja,
atau pondasi tiang bor beton. Pemilihan jenis pondasi berkaitan dengan
bahan yang digunakan, oleh karena itu persyaratan tentang bahan untuk
pondasi harus terlebih dahulu dipahami oleh perencana sebelum
membuat perencanaan teknis.

3.3.6. Laporan perencanaan pondasi jembatan sesuai dengan jenis yang


dipilih

Laporan mencakup:

A. Penerapan kriteria desain pondasi jembatan, yang menguraikan kriteria


desain pondasi sumuran, kriteria desain pondasi tiang pancang beton
bertulang pracetak / tiang pancang beton prategang pracetak, kriteria
desain pondasi tiang pancang baja struktur / tiang pancang pipa baja,
dan kriteria desain pondasi tiang bor beton.

B. Penerapan ketentuan pembebanan jembatan, ada 2 pilihan yang dapat


digunakan untuk menghitung perencanaan pondasi jembatan, yaitu
Pedoman Pembebanan Jalan Raya SKBI – 1.3.28.1987 – UDC 624.042 :
62421 atau BMS7-C2-Bridge Design Code 1992. Perencanaan pondasi
jembatan merupakan proses lanjut perencanaan teknis jembatan setelah
perencanaan bangunan atas dan bangunan bawah diselesaikan. Oleh
karena itu ketentuan pembebanan jembatan yang digunakan dalam
perencanaan pondasi jembatan harus mengikuti ketentuan pembebanan
jembatan yang telah digunakan dalam proses-proses sebelumnya yaitu
proses perencanaan bangunan atas dan proses perencanaan bangunan
bawah. Selanjutnya gaya-gaya horizontal, gaya vertikal dan momen
lentur yang diperoleh dari perhitungan beban-beban kerja pada jembatan,
digunakan untuk perhitungan pondasi jembatan.

C. Perhitungan pondasi jembatan, dengan memberikan contoh perhitungan


pondasi tiang pancang kelompok dan pondasi sumuran. Untuk pondasi

3-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

tiang pancang, diberikan contoh perhitungan tiang pancang kelompok


dengan material tiang pancang beton prategang pracetak, sedangkan
untuk pondasi sumuran diberikan contoh pondasi sumuran di bawah pile
cap, diletakkan di atas tanah dengan daya dukung ijin 1000 kN/m2 pada
kedalaman 8 m dari permukaan tanah asli.

3.4. Nota perencanaan oprit, bangunan pelengkap dan pengaman jembatan

3.4.1. Laporan perencanaan oprit (jalan pendekat) jembatan

Laporan mencakup:

A. Perencanaan geometri oprit jembatan, yang memberikan uraian tentang


penetapan alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal oprit jembatan.
Dalam hal alinyemen horizontal jembatan, ada 3 kemungkinan yang
dapat terjadi yaitu kemungkinan pertama oprit sepenuhnya berada pada
alinyemen lurus, kemungkinan kedua oprit berada pada alinyemen
tikungan gabungan searah, dan kemungkinan ketiga oprit berada pada
alinyemen tikungan gabungan balik. Kemungkinan kedua dan ketiga
mempersyaratkan bahwa harus ada segmen alinyemen horizontal yang
sama sekali lurus dengan panjang  20 meter agar tikungan gabungan
searah atau tikungan gabungan balik memenuhi persyaratan geometri.
Persyaratan ini dijadikan pertimbangan untuk titik awal dan tik akhir
alinyemen oprit baik pada sisi sebelah kiri maupun sisi sebelah kanan
dari oprit jembatan.

B. Perencanaan timbunan oprit, yang memberikan uraian tentang fungsi


tanah dasar dalam memikul timbunan di atasnya, bagaimana memilih
material timbunan yang memenuhi persyaratan teknis, jenis-jenis
longsoran yang mungkin terjadi pada timbunan oprit, dan prinsip-prinsip
perhitungan penurunan oprit jembatan.

C. Perencanaan perkerasan untuk oprit jembatan, yang memberikan


gambaran parameter-parameter untuk menyiapkan perhitungan
perkerasan lentur ataupun perkerasan kaku tergantung kebijakan teknis
yang ditetapkan oleh pemilik pekerjaan.

D. Perencanaan dinding penahan tanah pada oprit jembatan, yang


memberikan uraian tentang prinsip-prinsip perencanaan dinding penahan

3-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

tanah, pemilihan tipe dinding penahan tanah dikaitkan dengan tinggi


dinding penahan, dan kemantapan dinding penahan tanah dikaitkan
dengan beban-beban yang bekerja.

3.4.2. Laporan perencanaan bangunan pelengkap jembatan

Laporan mencakup:

A. Perencanaan sandaran bagunan atas jembatan, yang memberikan


gambaran tentang persyaratan bahan sandaran, ketentuan-ketentuan
yang berkaitan dengan penyediaan sandaran, serta rencana
pengendalian mutu agar sandaran terpasang memenuhi fungsinya
secara optimal.

B. Perencanaan guard rail pada oprit jembatan, yang memberikan


gambaran tentang persyaratan bahan guard rail, ketentuan-ketentuan
yang berkaitan dengan penyediaan guard rail, serta rencana
pengendalian mutu agar guard rail terpasang memenuhi fungsinya
secara optimal.

C. Perencanaan parapet, yang memberikan gambaran tentang persyaratan


bahan parapet, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan penyediaan
parapet, serta rencana pengendalian mutu agar parapet terpasang
memenuhi fungsinya secara optimal.

D. Perencanaan pipa cucuran drainase lantai jembatan, yang memberikan


gambaran tentang persyaratan bahan pipa cucuran drainase lantai
jembatan, ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan penyediaan pipa
cucuran, serta rencana pengendalian mutu agar pipa cucuran terpasang
memenuhi fungsinya secara optimal.

3.4.3. Laporan perencanaan bangunan pengaman jembatan

Laporan mencakup:

A. Perencanaan pengamanan pilar untuk suatu jembatan yang melintasi


sungai yang juga berfungsi melayani lalu lintas kapal, dimaksudkan untuk
menghindari tumbukan kapal langsung ke pilar jembatan yang dapat
membahayakan jembatan (bisa menyebabkan keruntuhan pilar). Oleh
karena itu perlu dibuat fender yang mempunyai fungsi meredam energi

3-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

tumbukan kapal sekaligus melindungi pilar jembatan dari kemungkinan


tumbukan langsung oleh kapal yang melintasi sungai.

B. Perencanaan pengamanan abutment dengan memasang bronjong pada


tebing sungai di sekitar abutment, yang diperlukan apabila ternyata
terjadi erosi pada tebing sungai tersebut. Memilih bronjong untuk
mengatasi erosi tebing sungai dimaksud sebenarnya hanya salah satu
alternatif saja dari beberapa alternatif lain yang dapat diambil. Namun
yang penting adalah jangan dibiarkan abutment jembatan terancam
runtuh karena erosi tebing sungai di sekitar abutment jembatan.

C. Perencanaan rambu pengaman jembatan yang diperlukan terutama


untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas di
sekitar jembatan. Rambu lalu lintas pada umumnya dilengkapi dengan
marka jalan, untuk memberikan arahan bagi pengguna jalan agar dapat
menggunakan lajur lalu lintas dengan sebaik-baiknya.

3-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

RANGKUMAN

a. Laporan nota perencanaan mencakup 3 kelompok substansi yaitu pertama nota


perencanaan bangunan atas jembatan, kedua nota perencanan bangunan bawah dan
pondasi jembatan, dan ketiga nota perencanaan oprit, bangunan pelengkap dan
pengaman jembatan.

b. Substansi yang dicakup dalam nota perencanan bangunan atas jembatan adalah:

 penetapan lebar lantai kendaraan, jumlah jalur dan lajur lalu lintas, dan kelas
jembatan,

 pemilihan tipe dan jenis bangunan atas jembatan, expansion joint dan perletakan
jembatan, dan

 perencanaan bangunan atas jembatan mengacu pada standar perencanaan.

c. Substansi yang dicakup dalam nota perencanan bangunan bawah dan pondasi
jembatan adalah:

 penetapan tipe dan jenis bangunan bawah jembatan,

 perencanaan abutment jembatan,

 perencanaan pilar jembatan,

 analisis data geologi teknik dan penyelidikan tanah,

 pemilihan jenis pondasi jembatan dan

 perencanaan pondasi jembatan sesuai dengan jenis yang dipilih.

d. Substansi yang dicakup dalam nota perencanaan oprit, bangunan pelengkap dan
pengaman jembatan adalah:

 perencanaan oprit (jalan pendekat) jembatan,

 perencanaan bangunan npelengkap jembatan dan

 perencanaan bangunan pengaman jembatan.

3-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI

Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.

Kode/ Judul Unit Kompetensi :


INA.5212.113.01.07.07 : Membuat laporan perencanaan teknis jembatan

Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Membuat laporan Sudah dibuat soalnya di
penggunaan data teknis Bab 2

2. Membuat laporan nota


perencanaan

2.1. Laporan nota 2.1. Apakah anda mampu a. .........................


perencanaan membuat laporan
b. .........................
bangunan atas nota perencanaan
dibuat sesuai dengan bangunan atas c. .........................
format laporan yang jembatan? dst.
digunakan

2.2. Laporan nota 2.2. Apakah anda mampu a. .........................


perencanan membuat laporan
b. .........................
bangunan bawah nota perencanan
dan pondasi bangunan bawah dan c. .........................
jembatan dibuat pondasi jembatan? dst.
sesuai dengan
format laporan yang
digunakan
2.3. Laporan nota 2.3. Apakah anda mampu a. .........................
perencanaan oprit, membuat laporan
b. .........................
bangunan nota perencanaan
pelengkap dan oprit, bangunan c. .........................
pengaman jembatan pelengkap dan dst.
dibuat sesuai dengan pengaman jembatan?
format laporan yang
digunakan

3-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

BAB 4
PENYIAPAN GAMBAR RENCANA

4.1. Umum
Bab ini menjelaskan substansi penyiapan gambar rencana yang mencakup
pembuatan dan pengawasan penyiapan gambar rencana, verifikasi gambar rencana
dan pendokumentasian gambar rencana.
Pembuatan dan pengawasan penyiapan gambar rencana menjelaskan pengertian
umum, fungsi gambar, jenis gambar, penyajian gambar, dan pengawasan terhadap
pembuatan gambar rencana. Penggambaran dapat dilakukan secara manual
dengan menggunakan meja gambar dan alat-alat gambar atau menggunakan
software computer misalnya AutoCad. Namun yang penting Gambar Rencana harus
mencerminkan hasil perhitungan perencanaan yang kemudian dituangkan ke dalam
gambar.
Verifikasi gambar rencana diperlukan untuk memastikan bahwa yang digambar
adalah ”perintah” hasil perhitungan perencanaan.
Pendokumentasian gambar rencana merupakan bentuk filing system yang menjamin
kemudahan mencari kembali produk-produk perencanaan teknis pada saat
dibutuhkan oleh pemilik proyek.

4.2. Pembuatan dan Pengawasan Penyiapan Gambar Rencana Jembatan

Gambar Rencana dibuat oleh juru gambar setelah perhitungan perencanaan


bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi jembatan diselesaikan oleh Ahli
Perencanaan Teknis Jembatan. Memindahkan hasil perhitungan perencanaan ke
dalam gambar rencana memerlukan keterampilan sendiri dan bukan menjadi tugas
Ahli Perencanaan Teknis Jembatan, akan tetapi memang menjadi tugas juru
gambar. Ada 2 pilihan yang dapat dilakukan oleh juru gambar, yaitu membuat
Gambar Rencana dengan cara manual, dalam hal ini yang diperlukan adalah meja
gambar dan alat-alat gambar atau dengan menggunakan software misalnya
AutoCad, dalam hal ini yang diperlukan komputer dan printer atau plotter.

4.2.1. Pengertian Umum

Dalam bidang pembangunan konstruksi diperlukan pengetahuan tentang


gambar-gambar konstruksi. Juru gambar dianggap memahami gambar
konstruksi atau gambar rencana jika:

4-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

 Mengenal kodefikasi dan normalisasi gambar, misalnya:

 Gambar pasangan batu

 Gambar pekerjaan beton

 Garis-garis yang kelihatan

 Garis-garis yang tak kelihatan

 Dapat mengerti / membaca dan menerjemahkan gambar, misalnya


gambar konstruksi, gambar detail dan sebagainya.

 Dapat mengenal pengetahuan konstruksi.

4.2.2. Fungsi Gambar

Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :

 Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.

 Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.

A. Alat untuk menyampaikan informasi

Sebagai contoh ada satu bundel gambar perencanaan jalan yang dibuat
oleh seorang perencana. Dalam gambar tersebut seorang perencana
menyampaikan ide pikirannya melalui gambar dan selanjutnya informasi
tersebut diterima oleh orang lain misalnya kontraktor untuk dilaksanakan.
Setelah proyek tersebut selesai dibangun katakan hasilnya sama seperti
yang diinginkan oleh perencananya. Ini artinya melalui gambar tersebut
terjadilah transformasi informasi secara tepat dan benar.

B. Alat untuk menyimpan data

Gambar merupakan data teknis yang paling ampuh untuk mengarsipkan


data. Informasi tentang suatu proyek atau konstruksi yang telah dibuat
beberapa tahun yang silam dapat dilihat kembali dan diperoleh
keterangannya melalui sebuah gambar yang diarsipkan. Sebagai contoh
suatu jembatan beton bertulang setelah jembatan tersebut jadi, tidak
dapat diketahui berapa jumlah penulangan baja yang digunakan untuk
memperkuat jembatan beton bertulang tersebut. Tetapi 50 tahun
kemudian, dengan pengarsipan gambar yang baik maka penulangan
jembatan tersebut masih dapat diketahui sehingga kekuatan jembatan

4-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

dapat dihitung ulang untuk menahan perkembangan beban kendaraan


yang melewatinya. Sekarang gambar-gambar dapat disimpan dengan
menggunakan micro-film, atau di dalam file komputer dimana
penyimpanannya lebih menghemat tempat dan lebih tahan lama.

4.2.3. Jenis gambar

Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :

 Gambar rencana
 Gambar kerja (shop drawing)
 Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing)

Termasuk didalamnya terdapat gambar detail. Gambar detail yaitu suatu


gambar dengan skala besar untuk menggambarkan lebih jelas tentang hal-
hal yang perlu dijelaskan lebih rinci, biasanya dilengkapi dengan beberapa
gambar potongan dan gambar tampak.

Gambar desain (design drawing) adalah gambar yang dibuat untuk


mempersiapkan suatu proyek sampai dengan tahap pelelangan. Gambar
desain juga disebut gambar perencanaan. Adapula gambar desain yang
disebut gambar prarencana. Gambar ini belum merupakan gambar lengkap
karena hanya terdiri dari gambar yang pokok-pokok saja, misalnya gambar
denah. Biasanya gambar prarencana diperlukan hanya untuk kebutuhan
negosiasi atau konsultasi. Setelah rencana proyek tersebut disepakati /
disetujui oleh Pengguna Jasa dan pihak-pihak yang terkait, maka dibuatlah
gambar rencana yang dilengkapi dengan gambar konstruksi dan gambar
pelengkap lainnya untuk keperluan tender atau pelelangan.

Gambar kerja (shop drawing) adalah gambar rencana yang dilengkapi


dengan gambar-gambar detail dan gambar tambahan agar pelaksanaan
pembangunannya sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam
dokumen tender. Gambar kerja harus mendapat persetujuan Pengawas /
Direksi Pekerjaan terlebih dahulu tentang persyaratan yang harus dipenuhi
sesuai spesifikasi.

Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing) adalah perubahan gambar


yang terjadi apabila terdapat perbedaan dalam pelaksanaan yang
disebabkan oleh koreksi di lapangan dan telah mendapat persetujuan dari

4-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Pengguna Jasa, dan merupakan gambar akhir yang harus diserahkan


kepada Pemilik / Pengguna Jasa untuk kepentingan operasi dan perawatan
dan dokumentasi proyek. As-built drawing kadang-kadang disebut juga
record drawing.

4.2.4. Penyajian Gambar

A. Ukuran kertas gambar

Gambar disajikan dalam kertas dengan ukuran yang berbeda-beda.


Ukuran kertas gambar mempunyai standard ukuran tertentu. Ukuran
yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan seri A yang
diikuti huruf mulai dari 0 sampai 4.

Ukuran standard yaitu A0 mempunyai luas 1 m2, dengan perbandingan


ukuran panjang kertas terhadap lebar kertas adalah √2 : 1. Ukuran-
ukuran berikutnya diperoleh dengan membagi 2 ukuran yang
mendahuluinya. Misalnya A1 mempunyai ukuran setengah A0, ukuran A2
mempunyai ukuran setengah A1, ukuran A3 mempunyai ukuran
setengah A2, ukuran A4 mempunyai ukuran setengah A3. Ukuran kertas
gambar dapat dilihat seperti pada Tabel 4.1. berikut.

Tabel 4.1. : Ukuran kertas.

Lambang Panjang (mm) Lebar (mm)

A0 1.189 841
A1 841 594
A2 594 420
A3 420 297
A4 297 210

B. Garis batas atau garis tepi

Kertas gambar harus diberi garis batas pada tepinya. Jarak garis batas /
tepi pada kertas gambar sekurang-kurangnya mempunyai lebar 20 mm
untuk kertas ukuran A0 dan A1. Sedangkan untuk ukuran kertas A2, A3
dan A4 biasanya diambil sekurang-kurangnya 10 mm. Untuk keperluan
pengarsipan bagian tepi kertas sebelah kiri diberi lubang untuk menjepit

4-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

kertas-kertas gambar tersebut dalam suatu bundel arsip. Demikian juga


bila sekelompok kertas gambar harus dijilid, maka bagian kiri kertas
gambar perlu disiapkan tempat untuk menjilid bundel kertas gambar
tersebut. Oleh karena itu pada bagian kiri kertas gambar biasanya jarak
garis tepinya lebih lebar dari sisi yang lain, misalnya diambil 30 sampai
40 mm, seperti tampak pada gambar dibawah ini. Sedangkan garis tepi
ini biasanya dipakai ketebalan garis minimum 0,5 mm.

Garis tepi

C. Kepala Gambar

Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada


ruang kepala gambar tercantum hal-hal penting antara lain sebagai
berikut :

 Nomor gambar
 Judul gambar
 Nama perusahaan
 Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab
 Keterangan gambar, seperti skala gambar
 Tempat untuk menulis catatan penting dan lain-lain.

Letak kepala gambar yang baku adalah disebelah kanan bawah. Namun
untuk kepentingan tertentu maka kepala gambar dapat diperpanjang
kekiri atau keatas sehingga sering terjadi kepala gambar terletak pada
sisi bawah gambar sepanjang ukuran kertas gambar atau pada sisi
kanan kertas gambar selebar ukuran kertas gambar, ada pula pada sisi
atas gambar sepanjang ukuran kertas gambar.

Bentuk / format kepala gambar bisa berbeda, sesuai dengan yang


ditentukan oleh Pengguna Jasa.

4-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Contoh bentuk kepala gambar dan letaknya dapat dilihat seperti


Gambar 4.2.

PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN ..........................................

CATATAN DENAH JEMBATAN No. 2/8

NAMA TANDA-TANGAN

DIGAMBAR

DIPERIKSA

DISETUJUI

Skala 1 : 100

Kepala gambar

Gambar 4.1. : Contoh kepala gambar dan letaknya

D. Skala Gambar

Untuk ilmu bangunan, dapat digunakan gambar dengan skala :

 1:5
 1 : 10
 1 : 20
 1 : 50
 1 : 100

4-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

 1 : 200
 1 : 500
 1 : 1.000

Untuk pembuatan peta, skala gambar yang digunakan adalah 1 : 500 dan
seterusnya hingga 1 : 50.000

Sedangkan penggunaan skala untuk masing-masing jenis dan fungsi


gambar adalah :

 Gambar situasi menggunakan skala 1 : 500, 1 : 1.000


 Gambar konstruksi menggunakan skala 1 : 200, 1 : 100, 1 : 50
 Gambar detail menggunakan skala 1 : 20, 1 : 10, 1 : 5

E. Kodefikasi dan simbol gambar

Garis

Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya


maupun ukurannya. Karena gambar adalah alat untuk komunikasi maka
penggunaan garis tersebut harus sesuai dengan maksud dan tujuannya.

Jenis-jenis garis yang dipergunakan untuk gambar teknik sipil biasanya


terdiri dari 3 jenis, yaitu :

Garis nyata atau garis penuh

Garis putus-putus

Garis putus titik

Jenis garis yang lain misalnya :

Garis titik-titik

Garis putus dengan dua titik

Garis-garis tersebut diatas mempunyai ketebalan. Jenis garis menurut


tebalnya, dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

4-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

 Garis tebal
 Garis sedang
 Garis tipis

Perbandingan ketebalan garis tersebut diatas lebih kurang adalah 1 : 0,7


: 0,5. Perbandingan tersebut tidak terlalu mengikat karena ketebalan
garis sebenarnya juga tergantung dari besarnya gambar.

Penggunaan garis untuk gambar teknik sipil biasanya sebagai berikut :

 Garis tebal biasanya digunakan untuk garis tepi, garis kepala gambar.
Selain itu garis tebal juga digunakan untuk membuat garis benda.
Tetapi garis benda biasanya dibuat dengan ukuran sedang.
 Garis titpis dipakai untuk keperluan garis pembantu atau garis ukuran,
garis penunjuk dan garis arsir.
 Garis putus-putus biasanya digunakan untuk membuat garis benda
yang mana dari arah kita memandang garis tersebut sebenarnya
tidak terlihat.
 Garis putus-titik biasanya digunakan untuk menggambar garis sumbu
(garis simetri), garis potong bidang benda, garis pada benda yang
berada dibelakang kita. Bisa saja garis putus maupun garis putus-titik
dipakai untuk keperluan lain, tetapi harus diberi keterangan.

Huruf dan angka

Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan,


judul dan sebagainya. Sedangkan angka biasanya digunakan untuk
penomoran, menulis ukuran, peng-kode-an dan lain-lain. Huruf maupun
angka tidak boleh menimbulkan keragu-raguan bagi yang membaca.
Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam membuat huruf maupun
angka, ialah :

 Dapat terbaca dengan jelas


 Bentuknya seragam, konsisten

Berikut diberikan contoh standard membuat huruf dan angka yang


dipakai oleh ISO 3098/1-1974 dan JIS seperti pada Gambar 4-2. dan 4-3.
Ukuran huruf secara umum dapat diambil perbandingan tinggi huruf
terhadap lebarnya adalah 3 : 2

4-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

[(!?.,”-=+x√%&)]Ø

0123456789IVX

Gambar 4-2 : Bentuk huruf sesuai standard ISO

10 mm 1234567890
8 mm 1234567890
6,3 mm ABCDEFGHIJ
5 mm KLMNOPQRST
4 mm UVWXYZ
3,2 mm abcdefghij
2,5 mm klmnopqrst
2 mm uvwxyz

Gambar 4-3 : Bentuk huruf sesuai standard JIS

F. Gambar beton bertulang

Ukuran ketebalan plat beton dengan simbol t = thickness = tebal. Contoh:


t = 20 cm.

Untuk balok, lebar disebut lebih dahulu dari pada tinggi, misalnya 25 x
60. Tinggi balok adalah jarak antara tepi bawah balok dan tepi atas lantai.
Bila balok terletak diatas lantai, maka tingginya diukur dari tepi bawah
balok sampai tepi atas balok.

 Ukuran tinggi dipakai simbol H atau h = high = tinggi. Contoh : h = 40


cm.
 Ukuran diameter = d atau D atau Ø. Contoh : d = 8 mm, D = 40 cm.

4-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

 Ukuran diameter dan jumlah penulangan pada beton. Misalnya 4 Ø


20 artinya dipakai tulangan baja d = 20 mm jumlahnya 4 buah.
 Ukuran diameter dan jarak tulangan. Misalnya Ø 8 – 20 artinya pelat
beton tersebut menggunakan tulangan baja dengan diameter 8 mm
dipasang pada jarak 20 cm.
 Kemiringan digunakan simbol I yang artinya inclination. Contoh : I = 1
% = 1 : 100

Gambar beton biasanya dibuat dalam skala 1 : 20, kecuali bila perlu lebih
jelas dipakai skala lebih besar. Penampang biasanya ditengah-tengah
antara 2 tumpuan dan ditepi balok dekat tumpuan. Gambar-gambar
tulangan dan jarak antara tulangan harus jelas.

Jika letak batang tak jelas, maka tempatkanlah di tempat batang itu suatu
segitiga, dengan puncaknya menunjuk ke sebelah dalam pelat, misalnya
seperti tersebut di bawah:

Tulangan bawah :

Tulangan atas :

4.2.5. Pengawasan Terhadap Pembuatan Gambar Rencana

Dalam proses pembuatan gambar rencana, yang diperlukan adalah


kepastian bahwa gambar rencana yang dibuat menggambarkan
perencanaan konstruksi sesuai dengan yang dimaksudkan dalam hasil
perhitungan perencanaan. Kepastian ini memerlukan pengawasan agar apa
yang dituangkan dalam Gambar Rencana mencerminkan apa yang
dikehendaki menurut hasil perhitungan perencanaan, serta mengikuti format-
format yang lazim digunakan dalam Gambar Rencana.

4.3. Verifikasi Gambar Rencana

Verifikasi gambar rencana diperlukan untuk memastikan bahwa tidak terjadi


kesalahan dalam menuangkan hasil perhitungan perencanaan teknis jembatan ke
dalam gambar rencana.

Verifikasi ini harus dilakukan oleh perencana sendiri yaitu Ahli Perencanaan Teknis
Jembatan, karena seluruh produk gambar rencana, mulai dari denah, tampak depan,
potongan melintang, dan gambar-gambar detail baik menyangkut bangunan atas,
bangunan bawah maupun pondasi, seluruhnya didasarkan atas perhitungan

4-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

perencanaan yang dilakukan oleh Ahli Perencanaan Teknis Jembatan. Hal ini juga
dimaksudkan untuk memposisikan perencana sebagai pemegang tanggung jawab
teknis terhadap hasil pekerjaannya. Oleh karena itu, sebelum Gambar Rencana
diketahui atau disetujui oleh Pemilik Proyek, maka orang pertama yang
menandatangani Gambar Rencana adalah Ahli Perencanaan Teknis Jembatan.
Pemilik Proyek atau yang mewakili bisa saja tidak menyetujui Gambar Rencana
yang telah ditandatangani oleh Ahli Perencanaan Teknis Jembatan, namun
perencana harus bisa menjelaskan dan meyakini bahwa Gambar Rencana yang
telah ditandatanganinya tersebut sudah benar secara teknis dan telah mengikuti
rujukan-rujukan berupa kriteria perencanaan dan ketentuan-ketentuan tentang
pembebanan jembatan.

Dengan demikian maksud dari verifikasi ini adalah memposisikan perencana ke


dalam tanggung jawab profesi, Gambar Rencana ditandatangani jika ia berpendapat
bahwa Gambar Rencana tersebut sudah benar dan dapat dipertanggungjawabkan
ditinjau dari segi profesi. Ia boleh tidak menandatangani Gambar Rencana jika
ternyata menurut pendapatnya saran dari Pemilik Proyek atau yang mewakilinya
secara teknis menyimpang dari ketentuan-ketentuan teknis yang berlaku.

4.4. Pendokumentasian Gambar Rencana

Pendokumentasian Gambar Rencana merupakan hal yang sangat penting agar di


kemudian hari jika diperlukan untuk memeriksa kembali gambar rencana dimaksud
dapat dilakukan dengan cepat. Jika pada suatu saat diperlukan perkuatan jembatan
dimaksud, dengan mudah akan dapat dicari dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan perencanaan jembatan tersebut.

Gambar Rencana dapat didokumentasikan ke dalam beberapa versi, dapat dalam


bentuk gambar kalkir, gambar cetak dalam berbagai ukuran, dengan mikro film jika
gambar aslinya dibuat secara manual, atau file di dalam komputer atau CD jika
penggambarannya dilakukan dengan software seperti AutoCad.

Pemilik Proyek dapat memilih pendokumentasian sesuai dengan kondisi setempat,


namun sebenarnya yang harus dipertimbangkan adalah kemudahan dalam mencari
kembali file yang diperlukan, dan diupayakan mengikuti perkembangan teknologi
dalam proses penggambaran dan penyimpanan file. Yang tidak kalah penting adalah
selain dokumentasi Gambara Rencana, juga dokumentasi Nota Perencanaan,
karena seluruh proses penggambaran dimulai dari hasil-hasil perhitungan yang
dituangkan di dalam Nota Perencanaan.

4-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

RANGKUMAN

a. Peyiapan gambar rencana yang mencakup 3 hal yaitu:


 pembuatan dan pengawasan penyiapan gambar rencana,
 verifikasi gambar rencana dan
 pendokumentasian gambar rencana.

b. Pembuatan dan pengawasan penyiapan gambar rencana menjelaskan pengertian


umum, fungsi gambar, jenis gambar, penyajian gambar, dan pengawasan terhadap
pembuatan gambar rencana. Penggambaran dapat dilakukan secara manual dengan
menggunakan meja gambar dan alat-alat gambar atau menggunakan software
computer misalnya AutoCad. Namun yang penting Gambar Rencana harus
mencerminkan hasil perhitungan perencanaan yang kemudian dituangkan ke dalam
gambar.

c. Verifikasi gambar rencana diperlukan untuk memastikan bahwa tidak terjadi kesalahan
dalam menuangkan hasil perhitungan perencanaan teknis jembatan ke dalam gambar
rencana. Verifikasi ini harus dilakukan oleh perencana sendiri yaitu Ahli Perencanaan
Teknis Jembatan, karena seluruh produk gambar rencana, mulai dari denah, tampak
depan, potongan melintang, dan gambar-gambar detail baik menyangkut bangunan
atas, bangunan bawah maupun pondasi, seluruhnya didasarkan atas perhitungan
perencanaan yang dilakukan oleh Ahli Perencanaan Teknis Jembatan

d. Pendokumentasian gambar rencana merupakan bentuk filing system yang menjamin


kemudahan mencari kembali produk-produk perencanaan teknis pada saat dibutuhkan
oleh pemilik proyek. Gambar Rencana dapat didokumentasikan ke dalam beberapa
versi, dapat dalam bentuk gambar kalkir, gambar cetak dalam berbagai ukuran, dengan
mikro film jika gambar aslinya dibuat secara manual, atau file di dalam komputer atau
CD jika penggambarannya dilakukan dengan software seperti AutoCad.

4-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI

Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.

Kode/ Judul Unit Kompetensi :


INA.5212.113.01.07.07 : Membuat laporan perencanaan teknis jembatan

Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Membuat laporan Sudah dibuat soalnya di
penggunaan data teknis Bab 2

2. Membuat laporan nota Sudah dibuat soalnya di


perencanaan Bab 3

3. Menyiapkan gambar
rencana

3.1. Pembuatan gambar 3.1. Apakah anda mampu a. .........................


rencana jembatan mengawasi
b. .........................
diawasi untuk pembuatan gambar
mendapatkan rencana jembatan c. .........................
gambar rencana untuk mendapatkan dst.
sesuai dengan nota gambar rencana
perencanaan. sesuai dengan nota
perencanaan?

3.2. Verifikasi gambar 3.2. Apakah anda mampu a. ..........................


rencana dilakukan melakukan verifikasi
b. ..........................
untuk mendapat gambar rencana
kepastian untuk mendapat c. ..........................
pemenuhannya kepastian dst.
terhadap persyaratan pemenuhannya
teknis. terhadap persyaratan
teknis?

3.3. Gambar rencana 3.3. Apakah anda mampu a. ..........................


didokumentasikan mendokumentasikan
b. ..........................
sesuai dengan gambar rencana
sistem file yang sesuai dengan c. ..........................
berlaku. sistem file yang dst.
berlaku?

4-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

4-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

BAB 5
PENYIAPAN SPESIFIKASI

5.1. Umum

Bab ini menjelaskan penyiapan Spesifikasi Umum, penyiapan Spesifikasi Khusus


dan penyiapan Daftar Kuantitas dan Harga Satuan Pekerjaan.

Di dalam Spesifikasi Umum dijelaskan dalam garis besar pengertian spesifikasi,


jenis spesifikasi, penggunaan spesifikasi, penggunaan Spesifikasi Teknis, dan
struktur spesifikasi. Dari uraian yang diketengahkan dalam Spesifikasi Umum dapat
digarisbawahi bahwa jenis spesifikasi yang kita gunakan adalah ”Multi Step and
Method Specification”, yaitu spesifikasi yang mengatur ketentuan tentang semua
langkah, material yang harus digunakan dan metode kerja, serta hasil kerja yang
diharapkan. Agak berbeda dengan Spesifikasi yang digunakan sebelumnya,
Spesifikasi yang disarankan untuk digunakan adalah Spesifikasi Bidang Jalan dan
Jembatan versi Tahun 2007.

Selain Spesifikasi Umum, tergantung dari desain jembatan yang dibuat, ada
kemungkinan Ahli Perencana Teknis Jembatan perlu menyiapkan Spesifikasi
Khusus karena tuntutan produk desain yang dibuat, misalnya karena persyaratan
bahan yang diperlukan tidak dicakup di dalam Spesifikasi Umum.

Penyiapan Daftar Kuantitas dan Harga Satuan Pekerjaan merupakan salah satu
tugas perencanaan teknis, hanya merupakan perkiraan dan digunakan sebagai
dasar perhitungan penawaran. Kuantiítas yang pasti dari setiap item pekerjaan
ditentukan dari hasil pengukuran volume hasil pelaksanaan pekerjaan oleh
kontraktor yang disetujui pengguna jasa.

5.2. Penyiapan Spesifikasi Umum

5.2.1. Pengertian Spesifikasi

Spesifikasi adalah suatu uraian atau ketentuan-ketentuan yang disusun


secara lengkap dan jelas mengenai suatu barang, metode atau hasil akhir
pekerjaan yang dapat dibeli, dibangun atau dikembangkan oleh pihak lain
sedemikian sehingga dapat memenuhi keinginan semua pihak yang terkait.

5-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Spesifikasi adalah suatu tatanan teknik yang dapat membantu semua pihak
yang terkait dengan proyek untuk sependapat dalam pemahaman sesuatu
hal teknis tertentu yang terjadi dalam suatu pekerjaan. Dengan demikian
Spesifikasi diharapkan dapat :

 Mengurangi beda pendapat atau pertentangan yang tidak perlu;


 Mendorong efisiensi penyelenggaraan proyek, tertib proyek dan
kerjasama dalam penyelenggaraan proyek;
 Mengurangi kerancuan teknis pelaksanaan pekerjaan;

Spesifikasi, yang semula merupakan bagian dari Dokumen Proyek, setelah


kontrak ditandatangani oleh penyedia jasa dan pengguna jasa, menjadi
bagian dari Dokumen Kontrak. Sebagai bagian dari Dokumen Kontrak, untuk
menghindari terjadinya kesalahpahaman tentang lembar-lembar spesifikasi
yang telah menjadi acuan untuk pelaksanaan di lapangan, baik penyedia
jasa (kontraktor) maupun pengguna jasa (pemilik proyek) perlu memberikan
paraf pada setiap halaman spesifikasi.

Spesifikasi adalah salah satu elemen dari Dokumen Proyek yang


menguraikan secara rinci ketentuan-ketentuan teknis dari Proyek dimaksud.

5.2.2. Jenis-jenis spesifikasi

A. Spesifikasi Hasil Akhir (End Result Specification)

Merupakan jenis spesifikasi yang mensyaratkan pencapaian dimensi dan


kualitas akhir suatu pekerjaan, tanpa mempersoalkan metode kerja yang
digunakan untuk mencapai produk akhir tersebut.

Produk
Akhir
Proses Kerja,
Metode Kerja tidak dipersoalkan

Dimensi dan kualitas, ini yang harus


dicapai, tanpa melihat metode kerja

Masih perlu penjabaran lebih lanjut, apa yang dimaksud dengan hasil
akhir suatu pekerjaan, apakah hasil akhir dari suatu item pekerjaan
ataukah hasil akhir dari suatu Seksi Pekerjaan, ataukah hasil akhir dari
suatu Divisi Pekerjaan ataukah hasil akhir dari total proyek ?

5-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

B. Spesifikasi Proses Kerja (Specification By Process)

Merupakan spesifikasi dimana yang diatur adalah semua ketentuan yang


harus dilaksananakan selama proses pelaksanaan pekerjaan, dengan
harapan hasil kerja yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan.

Produk
Mulai Masukan Proses Stop
Akhir

Mengatur semua Harapan :


ketentuan yang harus Hasil kerja sesuai
dilaksanakan dengan yang diinginkan

Yang dimaksud dengan proses adalah upaya mencapai produk akhir


yang diatur sesuai dengan ketentuan yang ada pada setiap pay item.

C. Multi Step And Method Specification

Merupakan spesifikasi yang mengatur ketentuan tentang semua langkah,


material yang harus digunakan dan metode kerja, serta hasil kerja yang
diharapkan.

Produk
Mulai Masukan Proses Stop
Akhir

Material, ada Metode kerja, harus Sesuai dng persyaratan


ketentuan yang harus mendapatkan yang ditetapkan oleh
dipenuhi persetujuan Direksi pemilik proyek
Spesifikasi untuk prasarana jalan / jembatan lebih condong kepada jenis
Multi Step and Method Specification, karena jenis spesifikasi ini
memberikan bimbingan cara pelaksanaan langkah demi langkah agar
diperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Spesifikasi yang dipilih atau digunakan adalah jenis Multi Step and
Method Specification.

Pemilihan jenis Spesifikasi ini juga memberi kemudahan bagi kontraktor


yang baru pertama kali menangani pekerjaan jalan dan jembatan.

5.2.3. Penggunaan Spesifikasi

Spesifikasi digunakan dalam 2 tahap yaitu tahap pra kontrak dan tahap
pelaksanaan kontrak. Baik pada tahap pra kontrak maupun tahap

5-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

pelaksanaan kontrak, ada 3 unsur yang berkepentingan terhadap spesifikasi


yaitu pemilik proyek (pengguna jasa), kontraktor (penyedia jasa) maupun
konsultan (penyedia jasa). Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang apa
kepentingan masing-masing unsur tersebut dalam tiap-tiap tahapan kontrak :

A. Tahap Pra Kontrak

1. Pemimpin Proyek

a). Diwakili oleh Pinpro/Pinbagpro dan Panitia Pengadaan


b). Pinpro/Pinbagpro membentuk Panitia Pengadaan yang ditugasi
untuk menyelenggarakan proses pengadaan dengan berpedoman
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, menyangkut
pada 2 aspek yaitu aspek administratif dan aspek teknis.
c). Aspek teknis yang harus dipedomani oleh Panitia Pengadaan di
dalam menyelenggarakan proses pengadaan adalah Spesifikasi
yang telah ditentukan oleh Pemilik Proyek, jadi Panitia
Pengadaan tidak perlu membuat ketentuan-ketentuan teknik lagi.

2. Kontraktor

a). Kontraktor perlu mempelajari secara cermat isi Spesifikasi


sebagai bahan pertimbangan dalam menyiapkan penawaran
dalam keikutsertaannya dalam proses pengadaan.
b). Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya persepsi yang salah
terhadap isi Spesifikasi, kontraktor perlu memanfaatkan tahap
aanwijzing dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan Spesifikasi, agar didalam menyiapkan
penawaran dapat diperoleh besarnya penawaran yang realistis,
masih memberikan harapan keuntungan yang wajar apabila
proyek dilaksanakan dengan prinsip tepat mutu, tepat waktu dan
tepat biaya.

3. Konsultan

a). Spesifikasi standar yang telah ada biasanya disebut Spesifikasi


Umum. Pada tahap pra kontrak konsultan perlu melakukan review
terhadap Spesifikasi Umum disesuaikan dengan kebutuhan riil di
lapangan, berkaitan dengan aspek penyempurnaan perencanaan
teknis yang berakibat terhadap kemungkinan penambahan atau
pengurangan item pekerjaan.

5-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

b). Review tersebut di atas bisa berakibat perlu adanya tambahan


item pekerjaan maupun pengurangan item pekerjaan.
c). Jika di dalam Spesifikasi Umum belum terdapat item pekerjaan
sebagaimana dihasilkan oleh review dimaksud, maka konsultan
tidak perlu mengubah Spesifikasi Umum yang ada akan tetapi
harus menyiapkan Spesifikasi Khusus sebagai tambahan
terhadap Spesifikasi Umum.
d). Spesifikasi Umum dan Spesifiksi Khusus tersebut kemudian
disebut sebagai Spesifikasi.
e). Membantu Panitia Pengadaan dalam menjelaskan isi Spesifikasi
selama proses aanwijzing.

B. Tahap Pelaksanaan Kontrak

1. Pemilik Proyek

a). Tanggung jawab teknis penyelenggaraan proyek agar sesuai


dengan Spesifikasi ada pada Pinpro/Pinbagpro yang diperankan
sebagai Wakil Pemilik Proyek.
b). Spesifikasi (Multi Step and Method Specification) dijadikan acuan
oleh Wakil Pemilik Proyek untuk mengendalikan pelaksanaan
proyek agar sesuai dengan Spesifikasi yang mengatur ketentuan
tentang semua langkah, material yang harus digunakan dan
metode kerja, serta hasil kerja yang diharapkan.

2. Kontraktor

a). Spesifikasi (Multi Step and Method Specification) harus dijadikan


acuan oleh kontraktor dalam melaksanakan proyek, agar di dalam
melaksanakan seluruh pay item pekerjaan kontraktor dapat
mengikuti ketentuan tentang semua langkah, material yang harus
digunakan dan metode kerja, serta hasil kerja yang diharapkan.
b). Jika kontraktor melaksanakan item pekerjaan yang menyimpang
dari ketentuan yang telah diatur di dalam spesifikasi, maka
kontraktor harus siap menerima kemungkinan hasil pekerjaannya
ditolak oleh PemilikProyek.

3. Konsultan

5-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

a). Spesifikasi (Multi Step and Method Specification) harus dijadikan


acuan oleh konsultan untuk melakukan pengawasan teknis
terhadap pelaksanaan seluruh item pekerjaan yang dilakukan
oleh kontraktor, mencakup :
 Pengawasan mutu hasil pekerjaan.
 Pengendalian kuantitas pekerjaan
 Pengawaan metode pelaksanaan konstruksi.
b). Pengawasan dengan berbekal Spesifikasi tersebut dilakukan oleh
konsultan di dalam menjalankan fungsinya sebagai Engineer's
Representative.

5.2.4. Penggunaan Spesifikasi Teknis

Spesifikasi teknis ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan


pekerjaan:

A. Pemeliharaan Jalan dan Jembatan


1. Pemeliharaan Rutin Jalan / Jembatan.
2. Pemeliharaan Berkala Jalan.
B. Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan
1. Pembangunan Jalan / Jembatan
2. Peningkatan Jalan
3. Penggantian Jembatan
C. Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan

Ketiga kegiatan tersebut di atas menggunakan Spesifikasi untuk kepentingan


yang berbeda, meskipun masing-masing menggunakannya dalam posisi
mewakili Pemilik. Pada proyek-proyek fisik, telah dijelaskan penggunaan
Spesifikasi baik pada tahap pra kontrak maupun tahap pelaksanaan kontrak.
Sedangkan pada proyek-proyek perencanaan, Spesifikasi (Spesifikasi Umum
dan Spesifikasi Khusus) merupakan salah satu jenis dokumen dari dokumen
proyek yang merupakan produk perencanaan. Kemudian pada proyek-
proyek pengawasan, Spesifikasi (Spesifikasi Umum dan Spesifikasi Khusus)
merupakan dokumen untuk pengendalian proyek mencakup pengawasan
teknis dan tindak turun tangan terhadap hasil kerja kontraktor.

5-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

5.2.5. Struktur Spesifikasi

Mengacu pada Spesifikasi Umum Bidang Jalan Dan Jembatan versi tahun
2007, struktur spesifikasi umum bidang jalan dan jembatan terdiri atas 11
Divisi dan 63 Seksi sebagai berikut :

A. DIVISI 1 – UMUM

Seksi 1.1 Ketentuan Umum

Seksi 1.2 Persiapan

Seksi 1.3 Pengaturan Lalu Lintas

Seksi 1.4 Relokasi Utilitas dan Pembersihan

B. DIVISI 2 – DRAINASE

Seksi 2.1 Selokan dan Saluran Air

Seksi 2.2 Pasangan Batu dengan Mortar untuk Selokan dan Saluran
Air

Seksi 2.3 Gorong-gorong

Seksi 2.4 Drainase Porous

C. DIVISI 3 – PEKERJAAN TANAH

Seksi 3.1 Galian

Seksi 3.2 Timbunan

Seksi 3.3 Penyiapan Tanah Dasar

Seksi 3.4 Pengupasan dan Pencampuran Kembali Lapis Perkerasan

D. DIVISI 4 – PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN

Seksi 4.1 Pelebaran Perkerasan

Seksi 4.2 Bahu Jalan

E. DIVISI 5 –PERKERASAN BERBUTIR DAN BETON SEMEN

Seksi 5.1 Lapis Pondasi Agregat

Seksi 5.2 Lapis Pondasi Tanpa Penutup Aspal

5-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Seksi 5.3 Lapis Pondasi Tanah semen

Seksi 5.4 Lapis Pondasi Agregat Semen

Seksi 5.5 Perkerasan Beton

Seksi 5.6 Wet Lean Concrete

F. DIVISI 6 –PERKERASAN ASPAL

Seksi 6.1 Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat

Seksi 6.2 Laburan Aspal Satu Lapis (Burtu) dan Laburan Aspal Dua
Lapis (Burda)

Seksi 6.3 Campuran Beraspal Panas

Seksi 6.4 Lasbutag

Seksi 6.5 Campuran Beraspal Dingin

Seksi 6.6 Lapis Penetrasi Macadam

Seksi 6.7 Laburan Aspal (Buras)

G. DIVISI 7 –STRUKTUR

Seksi 7.1 Beton

Seksi 7.2 Beton Prategang

Seksi 7.3 Baja Tulangan

Seksi 7.4 Baja struktur

Seksi 7.5 Kayu

Seksi 7.6 Pondasi Tiang

Seksi 7.7 Pondasi Sumuran

Seksi 7.8 Adukan Semen

Seksi 7.9 Pasangan batu

Seksi 7.10 Pasangan Batu Kosong dan Bronjong

Seksi 7.11 Sambungan Siar Muai

Seksi 7.12 Landasan Jembatan

Seksi 7.13 Sandaran

5-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Seksi 7.14 Papan Nama Jembatan

Seksi 7.15 Pembongkaran struktur

Seksi 7.16 Turap

Seksi 7.17 Pipa Cucuran

Seksi 7.18 Parapet

H. DIVISI 8 – PENGEMBALIAN KONDISI

Seksi 8.1 Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama

Seksi 8.2 Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Pada Perkerasan

Berpenutup Aspal

Seksi 8.3 Pengembalian Kondisi Selokan, Saluran Air dan Lereng

Seksi 8.4 Pengembalian Kondisi Jembatan

I. DIVISI 9 – PEKERJAAN HARIAN

Seksi 9.1 Penanggulangan Keadaan Darurat

J. DIVISI 10 – PEKERJAAN HARIAN

Seksi 10.1 Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase,


Perlengkapan Jalan dan Jembatan

Seksi 10.2 Pemeliharaan Rutin Jalan Samping dan Jembatan


Sementara

K. DIVISI 11 – PERLENGKAPAN JALAN

Seksi 11.1 Rambu-rambu Lalu Lintas

Seksi 11.2 Marka Jalan

Seksi 11.3 Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

Seksi 11.4 Trotoar, Median, Separator dan Pulau Jalan

Seksi 11.5 Pagar Pemisah Pedestrian

Seksi 11.6 Jembatan Penyeberangan Pejalan Kaki

Seksi 11.7 Deliniator, Paku Jalan dan Mata Kucing

5-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

Seksi 11.8 Pita Pengaduh

Seksi 11. 9 Kerb Pracetak Pemisah Jalan (Concrete Barrier)

Seksi 11.10 Penataan Tanaman Jalan

Seksi 11.11 Penerangan Jalan dan Pekerjaan Elektrikal

Dari 11 Divisi tersebut di atas, Divisi 7 Struktur sepenuhnya digunakan untuk


keperluan pekerjaan jembatan. Akan tetapi perlu digarisbawahi bahwa
pekerjaan jembatan tidak hanya menggunakan Divisi 7 Struktur saja karena
pekerjaan jembatan juga memerlukan Divisi-divisi lainnya. Hal ini merupakan
konsekwensi dari memasukkan pekerjaan oprit jembatan menjadi bagian dari
pekerjaan jembatan. Untuk menangani oprit jembatan diperlukan pekerjaan
tanah dan pekerjaan perkerasan, artinya paling tidak Divisi 3, Divisi 5 dan
Divisi 6 diperlukan untuk pekerjaan oprit jembatan.

Dengan demikian pengertian ”Penyiapan Spesifikasi” yang merupakan


bagian dari Perencanaan Teknis Jembatan adalah ”Penyiapan Spesifikasi
Umum (11 Divisi)” dan ”Spesifikasi Khusus”, tidak hanya terbatas pada
penyiapan Divisi 7 Struktur yang merupakan substansi utama terkait dengan
pekerjaan jembatan.

5.3. Penyiapan Spesifikasi Khusus

Spesifikasi Khusus harus disiapkan jika di dalam Gambar Rencana terdapat struktur
pekerjaan yang persyaratan bahan, toleransi dimensi, dan acuan yang digunakan
tidak terdapat dalam Spesifikasi Umum. Struktur pekerjaan tersebut harus diuraikan
ke dalam sejumlah item pekerjaan, sehingga cara pengukuran volume dan cara
pembayarannya dapat dirinci di dalam Spesifikasi Khusus.

5.4. Penyiapan Daftar Kuantitas dan Harga Satuan Pekerjaan

Daftar kuantiítas dan harga berisi Mukadimah, Rekapitulasi Daftar Kuantiítas dan
Harga serta Daftar Kuantitas dan Harga.

Kuantitas yang tercantum dalam Daftar Kuantiítas dan Harga yang diisi oleh
pengguna jasa merupakan perkiraan dan hanya digunakan sebagai dasar
perhitungan penawaran. Kuantiítas yang pasti dari setiap item pekerjaan ditentukan

5-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

dari hasil pengukuran volume hasil pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor yang
disetujui pengguna jasa.

Harga Satuan yang dibuat oleh penawar lelang harus mencakup semua kewajiban
kontraktor berdasarkan Kontrak serta segala hal yang diperlukan untuk
pelaksanaan, penyelesaian, dan perbaikan pekerjaan.

Dalam sistem kontrak harga satuan, maka harga satuan yang tercantum dalam
Daftar Kuantitas dan Harga adalah yang mengikat dalam kontrak dan digunakan
sebagai dasar pembayaran atas hasil pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor.
Harga satuan tersebut tidak boleh diubah kecuali untuk perubahan volume
pekerjaan melebihi jumlah tertentu sesuia ketentuan kontrak, termasuk apabila
terdapat perbedaan dengan harga yang tercantum dalam Analisa Harga Satuan.
Dalam harga satuan tersebut telah termasuk biaya umum dan keuntungan
perusahaan. Kecuali apabila dirinci lain dalam Daftar Kuantiítas dan Harga atau
ditetapkan lain dalam Kontrak, maka tenaga verja termasuk pengawasannya, van-
bahan, peraltan kontraktor, pekerjaan sementara, transportasi ke dan dari lapangan,
dan di dalam dan di sekitar pekerjaan, segala sesuatu yang lain yang diperlukan
untuk pelaksanaan, penyelesaian, dan perbaikan pekerjaan tidak akan diukur dan
biayanya harus dianggap sudah termasuk dalam harga-harga dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

Penomoran mata pembayaran dalam Daftar Kuantitas dan Harga sama dengan
penomoran yang ada dalam spesifikasi teknis sesuai dengan jenis pekerjaan yang
terkait.

Daftar Kuantiítas dan Harga memuat: Mata Pembayaran, Uraian, Satuan, Perkiraan
Kuantiítas, Harga Satuan, dan Jumlah Harga.

Semua jumlah harga untuk masing-masing Divisi dijumlahkan dalam lembar


Rekapitulasi dan sekaligus ditambahkan Pajak Pertambahan NIlai (PPN).

Dalam sistem kontrak harga satuan maka Total Harga Penawaran yang ada dalam
Rekapitulasi dapat diubah sesuai perubahan yang ada dalam perhitungan perkalian
dan pertambahan masing-masing mata pembayaran akibat dilakukannya koreksi
aritmatik.

5-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

RANGKUMAN

a. Penyiapan Spesifikasi mencakup Spesifikasi Umum, Spesifikasi Khusus dan Daftar


Kuantitas dan Harga Satuan Pekerjaan.

b. Spesifikasi diharapkan dapat :

 Mengurangi beda pendapat atau pertentangan yang tidak perlu;

 Mendorong efisiensi penyelenggaraan proyek, tertib proyek dan kerjasama dalam


penyelenggaraan proyek;

 Mengurangi kerancuan teknis pelaksanaan pekerjaan.

c. Ada 3 jenis Spesifikasi yang dikenal, yaitu :

 End Result Specification / Performance Specification (Spesifikasi Produk Akhir),


yaitu jenis Spesifikasi dimana yang dipersyaratkan adalah dimensi dan kualitas
produk akhir yang harus dicapai, tanpa mempersoalkan metode kerja untuk
mencapai hasil akhir tsb.

 Process Specification (Spesifikasi Proses Kerja), yaitu jenis Spesifikasi dimana


yang diatur adalah semua ketentuan yang harus dilaksanakan selama proses
pelaksanaan pekerjaan. Dengan mengatur semua proses pelaksanaan pekerjaan,
diharapkan hasil kerja yang akan diperoleh akan sesuai dengan yang diinginkan.

 Multi Step and Method Specification, yaitu jenis Spesifikasi yang mengatur semua
langkah, material, metode kerja dan hasil kerja yang diharapkan.

Spesifikasi Umum yang kita gunakan untuk bidang jalan dan jembatan termasuk jenis
Multi Step and Method Specification.

d. Spesifikasi Khusus harus disiapkan jika di dalam Gambar Rencana terdapat struktur
pekerjaan yang persyaratan bahan, toleransi dimensi, dan acuan yang digunakan tidak
terdapat dalam Spesifikasi Umum.

e. Daftar Kuantitas dan Harga Satuan Pekerjaan merupakan salah satu tugas
perencanaan teknis, merupakan perkiraan dan hanya digunakan sebagai dasar
perhitungan penawaran. Kuantiítas yang pasti dari setiap item pekerjaan ditentukan dari
hasil pengukuran volume hasil pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor yang disetujui
pengguna jasa.

5-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Laporan Perencanaan Teknis Jembatan

LATIHAN / PENILAIAN MANDIRI

Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.

Kode/ Judul Unit Kompetensi :


INA.5212.113.01.07.07 : Membuat laporan perencanaan teknis jembatan

Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Membuat laporan Sudah dibuat soalnya di
penggunaan data teknis Bab 2

2. Membuat laporan nota Sudah dibuat soalnya di


perencanaan Bab 3

3. Menyiapkan gambar Sudah dibuat soalnya di


rencana Bab 4

4. Menyusun spesifikasi
sesuai gambar rencana
berdasarkan standar
spesifikasi yang berlaku

4.1. Spesifikasi Umum 4.1. Apakah anda mampu a. ..........................


disusun mengikuti menyusun Spesifikasi
b. ..........................
standar yang berlaku Umum mengikuti
standar yang c. ..........................
berlaku? dst.

4.2. Spesifikasi Khusus 4.2. Apakah anda mampu a. ..........................


disiapkan sesuai menyiapkan
b. ..........................
dengan persyaratan Spesifikasi Khusus
teknis yang sesuai dengan c. ..........................
diperlukan persyaratan teknis dst.
yang diperlukan?

4.3. Daftar kuantitas dan 4.3. Apakah anda mampu a. ..........................


harga satuan menyiapkan daftar
b. ..........................
pekerjaan disiapkan kuantitas dan harga
sesuai dengan satuan pekerjaan? c. ..........................
format yang telah dst.
ditentukan

5-13

Anda mungkin juga menyukai