Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MODERAT CHOLANGITIS

Tahun Akademik 2019

Oleh :

1. ChelfinAinunNafis
2. Leni Septa Kurniawati
3. Hendra Dwi Mediansyah
4. DindaNovitasari
5. Tri Wahyuningsih

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO

JL.Khairil Anwar No. 3B Telp/Fax. (0332) 433015 Bondowoso

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul : Cholangitis
Sasaran : Keluarga, pasien dan pengunjung rumah sakit
Tempat : Ruang 18 Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Hari/Tanggal : , April 2019
Alokasi Waktu : 30 menit
Media/Sarana : LCD, Power Point, dan leaflet
Metode : Ceramah, diskusi dan tanyajawab

A. Tujuan Instruksional Umum


Pada akhir proses penyuluhan, peserta dapat memiliki pengetahuan yang
cukup tentang penyakit Cholangitis.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga mampu
mengetahui :
1. PengertianCholangitis
2. Penyebab dan Faktor Resiko Cholangitis
3. Tanda dan gejala Cholangitis
4. Komplikasi Cholangitis
5. Penatalaksanaan Cholangitis
6. Cara Pencegahan Cholangitis

C. Materi (Terlampir)

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi.

E. Media
1. LCD
2. Power point
3. Leaflet

2
F. Kegiatan Penyuluhan

Wakt
Tahap Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media
u
Pendahulua 5 1. Memberi salam 1. Menjawab salam Ceramah Power
n menit 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan dan tanya point
3. Menjelaskan tujuan memperhatikan jawab
penyuluhan dan pokok materi 3. Menjawab
yang akan disampaikan pertanyaan
4. Menggali pengetahuan
keluarga pasien tentang
Cholangitis
Penyajian 15 Menjelaskan materi: 1. Mendengarkan dan Ceramah, Power
menit 1. Pengertian Cholangitis memperhatikan tanya point
2. Penyebab Cholangitis jawab, dan
3. Faktor risiko Cholangitis praktik leaflet
4. Tanda dan gejala Cholangitis
5. Penatalaksanaan Cholangitis
6. Komplikasi Cholangitis
Penutup 10 1. Review materi 1. Mengajukan Tanya -
menit 2. Memberikan kesempatan pertanyaan jawab
kepada peserta untuk bertanya 2. Menjawab
3. Meminta salah satu peserta pertanyaan yang
untuk menjelaskan kembali diberikan oleh
materi yang telah disampaikan penyuluh
4. Memberikan pertanyaan 3. Membalas salam
kepada peserta tentang materi
yang telah disampaikan
5. Menutup acara dan
mengucapkan salam

G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
kegiatan.
 Pembuatan SAP
 Persiapan peralatan untuk penyuluhan (leaflet, ppt, dan SAP)
2. Evaluasi Proses
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang 18
 Peserta hadir tepat waktu ditempat penyuluhan
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan yang diberikan
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
3. Evaluasi Hasil
>80% peserta memahami materipenyuluhan terkait penyakit cholangitis.

3
Lampiran Materi
CHOLANGITIS
1. Pengertian
Kolangitis adalah peradangan akut dinding saluran empedu, hampir selalu
disebabkan infeksi bakteri pada lumen steril (Williams, 2003).
Kolangitis akut merupakan superimposa infeksi bakteri yang terjadi pada obstruksi
saluran bilier, terutama yang ditimbulkan oleh batu empedu, namun dapat pula
ditimbulkan oleh neoplasma ataupun striktur(Williams, 2003).
Kolangitis adalah infeksi bakterial yang akut dari saluran empedu yang tersumbat
baik secara parsial atau total; sumbatan dapat disebabkan oleh penyebab dari dalam
lumen saluran empedu misalnya batu koledokus, askaris yang memasuki duktus
koledokus atau dari luar lumen misalnya karsinoma caput pankreas yang menekan
duktus koledokus, atau dari dinding saluran empedu misalnya kolangio-karsinoma atau
striktur saluran empedu (Price and Wilson, 2006)

2. PENYEBAB & FAKTOR RISIKO


Penyebab pasti dari cholangitis belum diketahui secara pasti, sebuah teori
menyatakan bahwa kolestrol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kantung
empedu yang lama kelamaan akan mengendap dan membentuk batu yang lama
kelamaan akan menyebabkan peradangan (infeksi) pada saluran empedu (Williams,
2003).
Kolangitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri yang berhubungan dengan
obstruksi sebagian atau komplit dari duktus biliaris. Empedu dari hepar bersifat steril
dalam saluran empedu dipertahankan dalam kondisi steril dengan adanya aliran yang
kontinu dan adanya substansi antibakteri seperti imunoglobulin.Untuk terjadinya
kolangitis perlu terjadi dua hal, yaitu kontaminasi bakteri empedu dan peningkatan
tekanan intraduktal. Peningkatan tekanan intraduktal ini akan menyebabkan bakteri
lebih mudah masuk ke pembuluh darah (Siregar,2011).
Bakteri yang menginfeksi saluran empedu dapat berupa bakteri anerob maupun
anaerob. Organisme yang paling sering ditemukan pada kultur cairan empedu adalah
E.coli (terbanyak mencapai 44%), Clostridium welchii, Klebsiella pneumoniae,
Streptococcus faecalis dan Bacteriodes fragilis. (Siregar,2011).
Sedangkan untuk faktor resiko cholangitis dijabarkan sebagai berikut:

4
a. Usia, resiko terkena cholangitis meningkat dengan bertambahnya usia. Individu
dengan usia >50 tahun, lebih cenderung terkena cholangitis dibandingkan dengan
usia yang lebih muda, hal ini disebabkan oleh :
1) Meningkatnya sekresi kolestrol ke dalam empedu sesuai dengan bertambahnya
usia
2) Empedu menjadi semakin litogenik jika usia semakin bertambah

b. Jenis kelamin, wanita memiliki resiko 2 kali lipat dibandingkan dengan pria. Hal ini
disebabkan oleh hormone estrogen yang berpengaruh terhadap peningkatan eksresi
kolestrol oleh kantung empedu.
c. Berat badan (BMI), orang dengan BMI tinggi mempunyai resiko lebih tinggi untuk
menjadi cholangitis, hal ini diakibatkan oleh tingginya kadar kolestrol dalam
kandung empedu.
d. Makanan, konsumsi makanan yang mengandung lemak hewani beresiko untuk
menderita cholangitis, karna tingginya kadar kolestrol dalam lemak hewani yang
bisa mengakibatkan pengendapan cairan empedu yang lama-lama akan menjadi
batu dan pada akhirnya menyebabkan cholangitis.
e. Aktifitas fisik, kurangnya aktivitas berhubungan dengan peningkatan resiko
cholangatis, yang mungkin disebabkan oleh kantung empedu yang lebih sedikit
berkontraksi. (Girsang, 2013)

3. TANDA DAN GEJALA


 Penyakit ini biasanya dimulai secara bertahap dengan kelelahan yang amat sangat,
gatal-gatal pada kulit dan jaudince (kekuningan pada sklera mata)
 Seringkali didapatkan nyeri hebat perut kanan atas karena adanya batu. Nyeri ini
bersifat kolik, menjalar ke belakang atau ke skapula kanan, kadang-kadang nyeri
bersifat konstan
 Kadang-kadang tidak jelas adanya demam (hipertermia)
 Mual dan muntah
 Perubahan warna urine dan feses, urin menjadi lebih gelap dan feses tampak
berwarna pucat (Nurarif dan Hardi, 2013).

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Laboratorium darah

5
Pada pemeriksaaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis pada
sebagian besar pasien. Hitung sel darah putih biasanya melebihi 13.000.
Lekopeni atau trombositopenia kadang – kadang dapat ditemukan, biasanya jika
terjadi sepsis parah. Sebagian besar penderita mengalami hiperbilirubinemia
sedang. Peningkatan bilirubin yang tertinggi terjadi pada obstruksi maligna. Tes
fungsi hati termasuk alkali fosfatase dan transaminase serum juga meningkat
yang menggambarkan proses kolestatik (Shojamanes, 2006)
2) Foto polos abdomen
Meskipun sering dilakukan pada evaluasi awal nyeri abdomen , foto polos
abdomen jarang memberikan diagnosis yang signifikan. Hanya sekitar 15%
batu saluran empedu yang terdiri dari kalsium tinggi dengan gambaran
radioopak yang dapat dilihat. Pada peradangan akut dengan kandung empedu
yang membesar hidrops, kandung empedu kadang juga dapat terlihat sebagai
massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara
dalam usus besar, di fleksura hepatika (Girsang, 2013)
3) ERCP
Endoskopik merupakan selang kecil yang mudah digerakkan yang
menggunakan lensa atau kaca untuk melihat bagaian dari traktus gastro
intestinal. Endoscope Retrograde Cholangiopancreotography (ERCP) dapat
lebih akurat menentukan penyebab dan letak sumbatan serta keuntungannya
juga dapat mengobati penyebab obstruksi dengan mengeluarkan batu dan
melebarkan peyempitan(Girsang, 2013)

5. PENATALAKSANAAN
1) Konservatif
Jika diagnosis klinis kolangitis telah dibuat, penatalaksanaan awal adalah
konservatif.Keseimbangan cairan dan elektrolit harus dikoreksi dan
perlindungan antiobiok dimulai. Pasien yang sakit ringan dapat diterapi sebagai
pasien rawat dengan antibiotik oral. Penambahan metronidazole atau
clindamycin memberikan melengkapi perlindungan antibiotik. Bila terdapat
demam,diberikan paracetamol sebagai antipiretik dan bila terdapat nyeri
diberikan analgesic seperti ketorolac atau miconazole.
2) Dekompresi Biliaris

6
Sebagian besar pasien (sekitar 70%) dengan kolangitis akan berespon
terhadap terapi antibiotik saja. Pada kasus tersebut demam menghilang dan tes
fungsi hati kembali ke normal seringkali dalam 24-48 jam. Jika pasien tidak
menunjukkan perbaikan atau malahan memburuk dalam 12-24 jam pertama,
dekompresi biliaris darurat harus dipertimbangkan. Pada sebagian besar kasus,
dekompresi biliaris segera paling baik dilakukan secara non operatif baik
dengan jalur endoskopik maupun perkutan. Yaitu:
 Penanggulangan sfingterotomi endoskopik
Apabila setelah tindakan di atas keadaan umum tidak membaik atau malah
semakin buruk, dapat dilakukan sfingterotomi endoskopik, untuk
pengaliran empedu dan nanah serta membersihkan duktus koledokus dari
batu. Kadang dipasang pipa nasobilier. Apabila batu duktus koledokus
besar, yaitu berdiameter >2 cm, sfingterotomi endoskopik mungkin tidak
dapat mengeluarkan batu ini. Pada penderita ini mungkin dianjurkan
litotripsi terlebih dahulu
 Lisis batu
Disolusi batu dengan sediaan garam empedu kolelitolitik mungkin berhasil
pada batu kolesterol. Terapi berhasil pada separuh penderita dengan
pengobatan selama satu sampai dua tahun. Lisis kontak melalui kateter
perkutan kedalam kandung empedu dengan metil eter berhasil setelah
beberapa jam. Terapi ini merupakan terapi invasif walaupun kerap disertai
dengan penyulit. (Price and Wilson, 2006)
Pengangkatan tumor

6. KOMPLIKASI
Beberapakomplikasidaripenyakitkolangitis terutama yang derajat tinggi (kolangitis
supuratif) adalah sebagai berikut:
Abses hati piogenik
Abses hati piogenik merupakan 75% dari semua abses hati. Abses ini pada anak
dan dewasa muda terjadi akibat komplikasi apendisitis, dan pada orang tua sebagai
komplikasi penyakit saluran empedu seperti kolangitis. Infeksi pada saluran empedu
intrahepatik menyebabkan kolangitis yang menimbulkan kolangiolitis dengan akibat
abses multiple.
Peritonitis sistem bilier
7
Kebocoran empedu dalam ruang peritoneal menyebabkan iritasi dan peritonitis.
Jika empedu terkena infeksi, maka akan menyebabkan peritonitis dan sepsis yang
mempunyai resiko tinggi yang sangat fatal.
Bakteremia, sepsis bakteri gram negatif
Bakteremia adalah terdapatnya bakteri di dalam aliran darah (25-40%). Komplikasi
bakteremia pada kolangitis dapat terjadi oleh karena etiologi utama penyebab
terjadinya kolangitis adalah infeksi bakteri. Demam merupakan keluhan utama sekitar
10-15% (Josh, 2006).

7. HIMBAUAN
a. Himbauan primer
1) Menjaga kebersihan makanan untuk menghindari infeksi
2) Menurunkan kadar kolestrol dengan mengurangi asupan lemak jenuh
3) Meningkatkan konsumsi serat
4) Minum minimal 8 gelas air perhari

b. Himbauan sekunder
1) Diagnosa dini diarahkan pada penderita dengan koleliatis
2) Tindakan konservatif maupun bedah (Girsang, 2013)

8
DAFTAR PUSTAKA

Girsang, JH. 2013. Karakteristik penderita kolelitiasis yang dirawat di Rumah


Sakit Santa Elizabeth Medan pada Tahun 2010-2011. Skripsi. Diakses di
www.repository.usu.ac.id/tanggal 26Desember 2017 pukul 20.00

Siregar,EO.2011. Pola Kuman di Duktus Biliaris Komunis dan pilihan


antimikroba yang rasional pada pasien ikterus obstruksi di divisi bedah
digestif RSHS. Skripsi. Skripsi. Diakses di www.repository.usu.ac.id/tanggal
26Desember 2017 pukul 20.00

Price SA, Wilson LM. Kolelitiasis dan Kolesistisis dalam : Patofisiologi. Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 6. Jakarta : EGC. 2006. 430-44.

Shojamanes, Homayoun, Mo.Cholangitis, in : http:/www.emidicine.com2006,


p:1-10 . diakses tanggal 26Desember 2017 pukul 20.00
Wiliams. 2003. Buku Ajar lmu Bedah. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai