DISUSUN OLEH:
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr, wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang
“UPAYA DAN PERAN MASYARAKAT DALAM MENCEGAH TIMBULNYA
PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN (DEMAM BERDARAH)” dan kiranya
makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana dan apa
bahaya dari penyakit Demam berdarah.
Dengan adanya makalah ini,mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat baca dan
belajar teman-teman.selain itu kami juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami
tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kitaKami sangat menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim,sehingsaran dari dosen pengajar
serta kritikan dari semua pihak masih kami harapkan demi perbaikan laporan ini. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia. Ada beberapa daerah di Indonesia yang terus mengalami peningkatan
incidence rate demam berdarah dengue termasuk di antaranya Propinsi Nusa Tenggara
Barat. Seperti yang terjadi di Kabupaten Sumbawa sejak tahun 2003 sampai tahun 2005
telah terjadi peningkatan jumlah kasus yang cukup signifikan dan demam berdarah
dengue tidak lagi hanya terjadi di daerah perkotaan tetapi kasusnya sudah banyak
ditemukan di desaa-desa. Kabupaten Sumbawa dengan jumlah penduduk 406.888 jiwa
yang tersebar di 24 kecamatan, dalam lima tahun dari tahun 2003 sampai tahun 2007
telah terjadi peningkatan jumlah kasus DBD. Melihat hal tersebut ke depan diperlukan
sistem kewaspadaan dini (SKD) yang lebih baik lagi dengan pengamatan penyakit yang
lebih intensif. Oleh karena DBD dalam penyebarannya begitu cepat dan mudah maka
penatalaksanaan DBD secara operasional di lapangan dengan cara melakukan
pengamatan terus-menerus atau dengan melakukan surveilans DBD akan sangat
membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat, cepat, dan akurat.
Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang perlu untuk
dicegah dan diberantas karena penyakit ini bias mengakibatkan kematian dan berpotensi
KLB. Di Kabupaten Tuban selalu terjadi kasus DBD hampir setiap tahun. Untuk
mengatasi hal ini dibutuhkan sistem surveilans yang baik dan mampu memantau kejadian
sedini mungkin untuk dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan
4
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian vektor dan penyakit DBD
2. Mengetahui jenis dan karakteristik vector penyakit DBD
3. Mmengetahui tata laksana pengendalian dan pemberantasan penyakit DBD
4. Mengetahui peran serta masyarakat terhadap penyakit DBD
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN VECTOR DAN PENYAKIT DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan
darah, sehingga mengakibatkan pendarahan-pendarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India,
Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga
kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri seringkali salah dalam penegakkan
diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti
Flu dan Tipes (Typhoid).
Vektor utama penyakit DBD di Indonesia adalah nyamuk A. aegypti
sedangkan A. albopictus dianggap vektor potensial. Nyamuk ini mengalami
metamorfosis yang sempurna mulai dari telur menetas menjadi jentik (larva),
kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa. Telur, diletakkan menempel pada
dinding bagian dalam, tempat perindukan di atas permukaan air. Jumlahnya antara
100-300 butir, ukuran 0,5 mm, hitam seperti sarang tawon, telur dapat bertahan pada
suhu -2°C hingga 42 °C, lama menetas beberapa saat setelah kena air, hingga 1-2 hari
setelah berada di air. Jentik terdapat di air mengalami empat stadium pertumbuhan
yang ditandai dengan pergantian kulit. Pada pergantian kulit berubah menjadi
kepompong, umur rata-rata pertumbuhan jentik sampai menjadi kepompong antara 7-
15 hari. Kepompong terdapat dalam air, menetas dalam 1-2 hari, nyamuk jantan
menetas lebih dulu dari nyamuk betina. Nyamuk jantan berumur lebih pendek
daripada nyamuk betina (±1 minggu), makanannya cairan buah-buahan atau tumbuh-
tumbuhan, serta terbang tidak jauh dari perindukannya. Nyamuk betina umumnya
berumur lebih panjang dan perlu untuk menghisap darah untuk pertumbuhan telurnya
setiap 2-3 hari. Jarak terbang aktif kurang lebih 50 meter.
6
2.2 JENIS DAN KARAKTERISTIK VECTOR PENYAKIT DBD
7
kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya. Posisi pada waktu istirahat
hamper tegak lurus dengan permukaan air, biasanya berada di sekitar dinding
tempat penampungan ir dan setelah 6-8 hari jentik itu akan
berkembang/berubah menjadi kepmpong.
3. Kepompong, merupakan bentuk akhir dari stadium kehidupan di dalam air,
suhu optimum untuk perkembangan berkisar antara 27-32 ºC. Adapun bentuk
kepompong seperti koma, geraknya lamban, sering berada di permukaan air,
setelah 1-2 hari akan berubah menjadi nyamuk baru
4. Nyamuk dewasa, termasuk sub genus Stegoya dengan ciri-ciri belang-belang
hitam putih, pada seluruh tubuhnya nyamuk A. aegypti betina menghisap darah
manusia setiap 2 hari. Protein darah tersebut diperlukan untuk pematangan telur
yang dikandungnya. Setelah menghisap darah, nyamuk akan mencari tempat
hinggap (istirahat) yang disenangi di dekat tempat berkembang biaknya
biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Setelah masa istirahat selesai,
nyamuk itu akan meletakkan telurnya pada dinding bak mandi/WC, tempayan,
drum dan lain-lain, biasanya sedikit di atas permukaan air, selanjutnya nyamuk
akan mencari mangsanya (mengisap darah) lagi. Umur nyamuk A. aegypti rata-
rata 2 miggu, tetapi sebagian di antaranya dapat hidup 2-3 bulan.
8
2.3 TATA LAKSANA PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
DBD
1. Lingkungan
9
2. Biologis
3. Kimiawi
Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah
dengan mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut dengan istilah 3M plus
yaitu dengan menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan tempat
penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali serta menimbun sampah-sampah
dan lubang-lubang pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik
nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakan plus seperti
memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk, menur larvasida, menggunakan kelambu
saat tidur, memasang kelabu, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent,
memasang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta tindakan lain
yang sesuai dengan kondisi setempat.
10
Pemberantasan Sarang Nyamuk
1. 3 M
3M adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik dan
menghindari gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan cara:
1. Menguras:
Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, ember, vas
bunga, tempat minum burung dan lain-lain seminggu sekali.
2. Menutup:
Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong, drum, dan
lain-lain.
3. Mengubur:
Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat
menampung air hujan.
1. Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit dikuras atau
sulit air dengan menaburkan bubuk temephos (abate) atau altosoid 2-3 bulan
sekali dengan takaran 1 gram abate untuk 10 liter air atau 2,5 gram altosoid untuk
100 liter air. Abate dapat di peroleh/dibeli di Puskesmas atau di apotek.
2. Mengusir nyamuk dengan obat anti nyamuk.
3. Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk gosok.
4. Memasang kawat kasa di jendela dan di ventilasi
5. Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar.
6. Gunakan sarung kelambu waktu tidur.
11
2.4 PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT DBD
Adapun Prosedur tetap (Protap) Pengendalian Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) mengacu pada petunjuk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
yaitu :
a. Penyuluhan
12
b. Pemantauan Jentik Berkala
d. Larvasidasi Selektif
13
e. Fogging dengan Insektisida
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil
kesimpulan bahwa fogging merupakan salah satu upaya untuk memberantas nyamuk
yang merupakan vektor penyakit demam berdarah sehingga rantai penularan penyakit
dapat diputuskan. Selain fogging juga dapat dilakukan abatisasi, yaitu penaburan
abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan
jentik nyamuk. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN ( Pemberantasan
Sarang Nyamuk ) dengan 3M, yaitu :
Menguras
Menutup tampungan air, dan
Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk juga dapat
menjadi cara untuk memberantas DBD.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengobati penyakit DBD
diantaranya yaitu:
Mengatasi perdarahan.
Mencegah keadaan syok.
Menambah cairan tubuh dengan infus.
Untuk mencegah DBD, dapat dilakukan dengan cara menghindari gigitan
nyamuk pada waktu pagi hingga sore hari dengan cara mengoleskan lotion anti
nyamuk.
3.2 SARAN
1. Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD
tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu
menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
2.P e r l u n ya d i g a l a k k a n G e r a k a n 3 M p l u s , tidak hanya bila terjadi wabah
tetapi harusdijadikan gerakan nasional melalui pendekatan masyarakat.
3.Segenap pihak yang terkait dapat bekerja sama untuk mencegah DBD.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://mitrakeluarga.com/kelapagading/tatalaksana-demam-dengue-demam-berdarah-dengue
http://duniaiptek.com/pencegahan-demam-berdarah-melalui-metode-pemberantasan-sarang-
nyamuk-psn/
http://blogkesmas.blogspot.co.id/2010/11/vektor-penyakit-dbd.html
http://www.indonesian-publichealth.com/karakteristik-nyamuk-demam-berdarah/
http://informasikesling.blogspot.co.id/2015/06/pengendalian-dbd-kemenkes.html
16