Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

UPAYA DAN PERAN MASYARAKAT DALAM MENCEGAH TIMBULNYA


PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
(DEMAM BERDARAH)

DISUSUN OLEH:

1. JIHAN FATMA AMILIA (1621B0056)


2. LIA FITRIANA (1621B0019)
3. LUKMAN ALI WIDYANTARA (1621B0023)
4. RISKENI JIMI RAMADHANI (1621B0036)
5. RIZKY SETYONINGTYAS (1621B0041)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang
“UPAYA DAN PERAN MASYARAKAT DALAM MENCEGAH TIMBULNYA
PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN (DEMAM BERDARAH)” dan kiranya
makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana dan apa
bahaya dari penyakit Demam berdarah.
Dengan adanya makalah ini,mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat baca dan
belajar teman-teman.selain itu kami juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami
tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kitaKami sangat menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim,sehingsaran dari dosen pengajar
serta kritikan dari semua pihak masih kami harapkan demi perbaikan laporan ini. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kediri, 3 November 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL HALAMAN .............................................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 4
1.3 TUJUAN PENULISAN ................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
2.1 PENGERTIAN VECTOR DAN PENYAKIT DBD ........................................................ 6
2.2 JENIS DAN KARAKTERISTIK VECTOR PENYAKIT DBD ..................................... 7
2.3 TATA LAKSANA PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD ......... 9
2.4 PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT DBD ........................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15
3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 15
3.2 SARAN .......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia. Ada beberapa daerah di Indonesia yang terus mengalami peningkatan
incidence rate demam berdarah dengue termasuk di antaranya Propinsi Nusa Tenggara
Barat. Seperti yang terjadi di Kabupaten Sumbawa sejak tahun 2003 sampai tahun 2005
telah terjadi peningkatan jumlah kasus yang cukup signifikan dan demam berdarah
dengue tidak lagi hanya terjadi di daerah perkotaan tetapi kasusnya sudah banyak
ditemukan di desaa-desa. Kabupaten Sumbawa dengan jumlah penduduk 406.888 jiwa
yang tersebar di 24 kecamatan, dalam lima tahun dari tahun 2003 sampai tahun 2007
telah terjadi peningkatan jumlah kasus DBD. Melihat hal tersebut ke depan diperlukan
sistem kewaspadaan dini (SKD) yang lebih baik lagi dengan pengamatan penyakit yang
lebih intensif. Oleh karena DBD dalam penyebarannya begitu cepat dan mudah maka
penatalaksanaan DBD secara operasional di lapangan dengan cara melakukan
pengamatan terus-menerus atau dengan melakukan surveilans DBD akan sangat
membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat, cepat, dan akurat.
Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang perlu untuk
dicegah dan diberantas karena penyakit ini bias mengakibatkan kematian dan berpotensi
KLB. Di Kabupaten Tuban selalu terjadi kasus DBD hampir setiap tahun. Untuk
mengatasi hal ini dibutuhkan sistem surveilans yang baik dan mampu memantau kejadian
sedini mungkin untuk dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian vector dan penyakit DBD ?
2. Apa jenis dan karakteristik vector penyakiit DBD ?
3. Bagaimana tata laksana pengendalian dan pemberantasan penyakit DBD ?
4. Bagaimana peran serta masyarakat terhadap penyakit DBD ?

4
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian vektor dan penyakit DBD
2. Mengetahui jenis dan karakteristik vector penyakit DBD
3. Mmengetahui tata laksana pengendalian dan pemberantasan penyakit DBD
4. Mengetahui peran serta masyarakat terhadap penyakit DBD

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN VECTOR DAN PENYAKIT DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan
darah, sehingga mengakibatkan pendarahan-pendarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India,
Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga
kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri seringkali salah dalam penegakkan
diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti
Flu dan Tipes (Typhoid).
Vektor utama penyakit DBD di Indonesia adalah nyamuk A. aegypti
sedangkan A. albopictus dianggap vektor potensial. Nyamuk ini mengalami
metamorfosis yang sempurna mulai dari telur menetas menjadi jentik (larva),
kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa. Telur, diletakkan menempel pada
dinding bagian dalam, tempat perindukan di atas permukaan air. Jumlahnya antara
100-300 butir, ukuran 0,5 mm, hitam seperti sarang tawon, telur dapat bertahan pada
suhu -2°C hingga 42 °C, lama menetas beberapa saat setelah kena air, hingga 1-2 hari
setelah berada di air. Jentik terdapat di air mengalami empat stadium pertumbuhan
yang ditandai dengan pergantian kulit. Pada pergantian kulit berubah menjadi
kepompong, umur rata-rata pertumbuhan jentik sampai menjadi kepompong antara 7-
15 hari. Kepompong terdapat dalam air, menetas dalam 1-2 hari, nyamuk jantan
menetas lebih dulu dari nyamuk betina. Nyamuk jantan berumur lebih pendek
daripada nyamuk betina (±1 minggu), makanannya cairan buah-buahan atau tumbuh-
tumbuhan, serta terbang tidak jauh dari perindukannya. Nyamuk betina umumnya
berumur lebih panjang dan perlu untuk menghisap darah untuk pertumbuhan telurnya
setiap 2-3 hari. Jarak terbang aktif kurang lebih 50 meter.

6
2.2 JENIS DAN KARAKTERISTIK VECTOR PENYAKIT DBD

Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus


dengue, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Menurut penelitian yang paling berperan pada penularan penyakit adalah Aedes
aegypti. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain karena habitat nyamuk
ini berada didalam dan sekitar rumah.Berikut beberapa karakteristik vektor penyebar
penyakit DBD yang harus kita pahami :
a. Ciri-ciri nyamuk A. aegypti
Depkes (1997) menyatakan bahwa nyamuk penular A. aegypti memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
1. Nyamuk A. aegypty berwarna hitam dengan belang-belang (loreng) putih pada
seluruh tubuhnya.
2. Hidup di dalam, sekitar rumah dan ditemukan juga di tempat umum.
3. Mampu terbang sampai 100 meter.
4. Nyamuk betina aktif menggigit (mengisapp) darah pada pagi hari sampai sore
hari. Nyamuk jantan biasa mengisap sari bunga/tumbuhan yang mengandung
gula.
5. Umur nyamuk A. aegypti rata-rata 2 minggu. Tetapi sebagian diantaranya
dapat hidup 2-3 bulan.

b. Siklus hidup nyamuk A. aegypti


Nyamuk A. aegypti dalam siklus hidupnya mengalami metamorfosis
sempurna dengan 4 stadium yaitu : telur yang menetas menjadi jentik-jentik,
berubah menjadi pupa (kepompong) dan selanjutnya menjadi nyamuk dewasa.
Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk antara 9-10 hari.
1. Telur, setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak
100 butir. Telur nyamuk A. aegypti berwarna hitam dengan ukuran 0,80 mm.
telur ini di tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan dan
akan menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang 2 hari setelah terendam
air.
2. Jentik, jentik kecil yang menetas dan telur itu akan tumbuh menjadi besar yang
panjangnya 0,5-1 cm, selalu bergerak aktif dalam air. Gerakannya berulang-
ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara)

7
kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya. Posisi pada waktu istirahat
hamper tegak lurus dengan permukaan air, biasanya berada di sekitar dinding
tempat penampungan ir dan setelah 6-8 hari jentik itu akan
berkembang/berubah menjadi kepmpong.
3. Kepompong, merupakan bentuk akhir dari stadium kehidupan di dalam air,
suhu optimum untuk perkembangan berkisar antara 27-32 ºC. Adapun bentuk
kepompong seperti koma, geraknya lamban, sering berada di permukaan air,
setelah 1-2 hari akan berubah menjadi nyamuk baru
4. Nyamuk dewasa, termasuk sub genus Stegoya dengan ciri-ciri belang-belang
hitam putih, pada seluruh tubuhnya nyamuk A. aegypti betina menghisap darah
manusia setiap 2 hari. Protein darah tersebut diperlukan untuk pematangan telur
yang dikandungnya. Setelah menghisap darah, nyamuk akan mencari tempat
hinggap (istirahat) yang disenangi di dekat tempat berkembang biaknya
biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Setelah masa istirahat selesai,
nyamuk itu akan meletakkan telurnya pada dinding bak mandi/WC, tempayan,
drum dan lain-lain, biasanya sedikit di atas permukaan air, selanjutnya nyamuk
akan mencari mangsanya (mengisap darah) lagi. Umur nyamuk A. aegypti rata-
rata 2 miggu, tetapi sebagian di antaranya dapat hidup 2-3 bulan.

c. Tempat perkembang biakan nyamuk A. aegypti


Jenis nyamuk ini mempunyai tempat perindukan pada genangan air yang tidak
langsung berhubungan dengan tanah seperti :
1. Tempat penampungan air yaitu tempat-tempat untuk menampung air guna
keperluan sehari-hari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan lain-
lain.
2. Bahan tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti tempat
minum hewan, ban bekas dan lain-lain.
3. Tempat penampungan air alami seperti lubang pohon, tempurung kelapa, kulit
kerang, ruas bamboo, dan pangkal pohon pisang.

8
2.3 TATA LAKSANA PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
DBD

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,


yaitu nyamuk aides aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun
secara kimiawi yaitu:

1. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan


pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain
rumah.

PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau mencegah agar


nyamuk tidak berkembang tidak dapat berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini dapat
dilakukan dengan:

 Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya


seminggu sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur
agar berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari.
 Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan tempat air lain
dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada tempat-tempat tersebut.
 Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya seminggu sekali.
 Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas terutama
yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk, seperti sampah
kaleng, botol pecah, dan ember plastik.
 Munutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu dengan menggunakan
tanah.
 Membersihkan air yang tergenang di atap rumah serta membersihkan salurannya
kembali jika salurannya tersumbat oleh sampah-sampah dari daun.

9
2. Biologis

Pengendalian secara biologis adalah pengandalian perkambangan nyamuk dan


jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. seperti memelihara ikan cupang
pada kolam atau menambahkannya dengan bakteri Bt H-14

3. Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta pembasmian


nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini
antara lain dengan:

 Pengasapan/fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang berguna


untuk mengurangi kemungkinan penularan Aides aegypti sampai batas tertentu.
 Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti
gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.

Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah
dengan mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut dengan istilah 3M plus
yaitu dengan menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan tempat
penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali serta menimbun sampah-sampah
dan lubang-lubang pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik
nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakan plus seperti
memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk, menur larvasida, menggunakan kelambu
saat tidur, memasang kelabu, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent,
memasang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta tindakan lain
yang sesuai dengan kondisi setempat.

10
 Pemberantasan Sarang Nyamuk

PSN merupakan tindakan untuk memutus mata rantai perkembangan nyamuk.


Tindakan PSN terdiri atas beberapa kegiatan antara lain:

1. 3 M

3M adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik dan
menghindari gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan cara:

1. Menguras:
Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, ember, vas
bunga, tempat minum burung dan lain-lain seminggu sekali.
2. Menutup:
Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong, drum, dan
lain-lain.
3. Mengubur:
Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat
menampung air hujan.

2. Memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk

3. Cegah gigitan nyamuk dengan cara:

1. Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit dikuras atau
sulit air dengan menaburkan bubuk temephos (abate) atau altosoid 2-3 bulan
sekali dengan takaran 1 gram abate untuk 10 liter air atau 2,5 gram altosoid untuk
100 liter air. Abate dapat di peroleh/dibeli di Puskesmas atau di apotek.
2. Mengusir nyamuk dengan obat anti nyamuk.
3. Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk gosok.
4. Memasang kawat kasa di jendela dan di ventilasi
5. Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar.
6. Gunakan sarung kelambu waktu tidur.

11
2.4 PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT DBD
Adapun Prosedur tetap (Protap) Pengendalian Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) mengacu pada petunjuk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
yaitu :

1. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue


2. Tatalaksana penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan di tempat-tempat
pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik, Balai Pengobatan
dan lain-lain, dengan melakukan pemeriksaan tersangka penderita DBD sebagai
berikut :
3. Anamnesis ( wawancara ) penderita atau keluarga tentang keluhan yang
dirasakan sehubungan dengan gejala DBD.
4. Observasi kulit dan konjungtiva untuk mengetahui tanda pendarahan
5. Pemeriksaan keadaan umum dan tanda tanda vital ( kesadaran, tekanan darah,
nadi dan suhu )
6. Penekanan pada ulu hati ( epigastrium).
7. Uji Tourniquet ( Rumple Leede Test )
8. Pemeriksaan laboratorium
9. Pemutusan Rantai penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue, dilakukan
melalui

a. Penyuluhan

Penyuluhan dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan informasi dan


pengetahuan kepada masyarakat tentang penyakit DBD, bagaimana cara mencegah
dan memberantas penyakit demam berdarah yang lebih efektif, yaitu melalui
pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah (PSN-DBD) dengan 4 M-Plus.

Manfaat dari kegiatan penyuluhan adalah menambah pengetahuan masyarakat


yang pada akhirnya mau dan mampu secara bersama sama dan terus menerus
berperan aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ) dengan 4 M-plus.

12
b. Pemantauan Jentik Berkala

Pemantauan jentik berkala kegiatan untuk melihat situasi kepadatan jentik


pada tempat penampungan air di rumah/bangunan milik masyarakat maupun tempat
tempat umum oleh kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) atau tenaga puskesmas ,
sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dini agar masyarakat terhindar dari
penularan penyakit Demam Berdarah Dengue.

Jumantik merupakan kader yang berasal dari masyarakat dan bertugas


melakukan Pemantauan & pemeriksaan jentik tempat-tempat penampungan air di
lingkungan masyarakat secara berkala dan terus-menerus, memberikan penyuluhan
serta menggerakkan masyarakat dalam melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk
DBD.

Manfaat jumantik adalah memantau dan memberantas jentik-jentik nyamuk


demam berdarah yang ada dilingkungan masyarakat serta memotivasi dan
menggerakkan masyarakat untuk berperan serta dalam melakukan PSN-DBD,
sehingga diharapkan populasi jentik nyamuk demam berdarah yang ada di
lingkungan masyarakat menjadi berkurang.

c. Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN )

Kegiatan dimaksud adalah pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN )


secara bersama sama pada waktu yang bersamaan ( serentak ) oleh semua lapisan
masyarakat baik pemerintah maupun swasta. Sehingga kegiatan ini dapat memotivasi
dan menggerakkan masyarakat untuk berperan serta dalam melakukan PSN-DBD
secara mandiri dan berkesinambungan.

d. Larvasidasi Selektif

Larvasidasi terutama dilakukan di daerah yang banyak menampung air/susah


air dan pada penampungan air terbuka yang susah dikuras/dibersihkan.

Manfaat kegiatan Larvasidasi adalah memberantas jentik-jentik nyamuk


demam berdarah dengan menggunakan bubuk abate terutama di daerah yg banyak
menampung air/susah air dan pada penampungan air terbuka yang susah
dikuras/dibersihkan.

13
e. Fogging dengan Insektisida

Pengasapan dilakukan sesuai dengan kesimpulan analisis dari kegiatan


penyelidikan epidemiologi penyakit DBD di tempat tinggal penderita dan lingkungan
sekitarnya.

Apabila kesimpulan akhir harus dilaksanakan pengasapan (fogging ) , maka


Pengasapan ( fogging ) dilakukan oleh petugas puskesmas atau bekerjasama dengan
dinas kesehatan kabupaten/kota. Petugas penyemprot adalah petugas puskesmas atau
petugas harian lepas yang terlatih.

Persyaratan Fogging dengan insektisida :

1. Adanya penderita positif DBD berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan


laporan (SO) dari Rumah Sakit/Klinik/BP/Puskesmas.
2. Didukung hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang telah terlatih dengan ditemukannya penderita demam tanpa sebab minimal 3
orang dan atau tersangka penderita DBD serta ditemukan positif jentik Aedes (≥
5 % ) dari rumah/bangunan disekitar rumah penderita.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil
kesimpulan bahwa fogging merupakan salah satu upaya untuk memberantas nyamuk
yang merupakan vektor penyakit demam berdarah sehingga rantai penularan penyakit
dapat diputuskan. Selain fogging juga dapat dilakukan abatisasi, yaitu penaburan
abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan
jentik nyamuk. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN ( Pemberantasan
Sarang Nyamuk ) dengan 3M, yaitu :
Menguras
Menutup tampungan air, dan
Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk juga dapat
menjadi cara untuk memberantas DBD.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengobati penyakit DBD
diantaranya yaitu:
Mengatasi perdarahan.
Mencegah keadaan syok.
Menambah cairan tubuh dengan infus.
Untuk mencegah DBD, dapat dilakukan dengan cara menghindari gigitan
nyamuk pada waktu pagi hingga sore hari dengan cara mengoleskan lotion anti
nyamuk.

3.2 SARAN

1. Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD
tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu
menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
2.P e r l u n ya d i g a l a k k a n G e r a k a n 3 M p l u s , tidak hanya bila terjadi wabah
tetapi harusdijadikan gerakan nasional melalui pendekatan masyarakat.
3.Segenap pihak yang terkait dapat bekerja sama untuk mencegah DBD.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://mitrakeluarga.com/kelapagading/tatalaksana-demam-dengue-demam-berdarah-dengue

http://duniaiptek.com/pencegahan-demam-berdarah-melalui-metode-pemberantasan-sarang-
nyamuk-psn/

http://blogkesmas.blogspot.co.id/2010/11/vektor-penyakit-dbd.html

http://www.indonesian-publichealth.com/karakteristik-nyamuk-demam-berdarah/

http://informasikesling.blogspot.co.id/2015/06/pengendalian-dbd-kemenkes.html

16

Anda mungkin juga menyukai