Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

TRANSFORMASI LEARNING DALAM PENDIDIKAN


MULTIKULTURAL KEBERAGAMAAN

Amin Maulani
STKIP PGRI Tulungagung

Abstrak

Pendidikan multikultural seharusnya bisa menjadi suatu proses transformasional, bukan sekedar
proses toleransi. Artinya pendidikan multikultural bukan sekedar mengajar tentang kebudayaan yang
berbeda-beda kebudayaan dari berbagai kelompok etnik dan keagamaan dan mendukung apresiasi,
kenyamanan, toleransi tehadap budaya lain. Sebagai proses transformasional, pendidikan multikultural
hadir sebagai proses melalui seluruh aspek pendidikan diuji dan dikritik serta dibangun kembali atas
dasar ideal-ideal persamaan dan keadilan sosial; membantu perkembangan semua orang dari semua
kebudayaan. Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar didunia yang menganut
paham Bhineka Tunggal Ika. Kenyataan ini dapat dilihat dari sosio-kultural dan gegografisnya meliputi
agama, ras, suku, budaya dan lainnya. Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui
penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di
masyarakat, seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, kemampuan, umur,
dll. Karena itulah yang terpenting dalam pendidikan multikultural adalah seorang pendidik tidak hanya
dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional mengajarkan materi yang diajarkan. Lebih dari
itu, seorang pendidik juga harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural
seperti demokrasi, humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan. Pada
akhirnya dapat dihasilkan output yang tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin ilmunya, tetapi juga
mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam memahami dan menghargai keberadaan pemeluk
agama dan kepercayaan lain.
Kata kunci: transformasi learning, pendidikan multikultural, keberagamaan

TRANSFORMATION IN LEARNING RELIGIOUS MULTICULTURAL


EDUCATION
Abstract
Multicultural education should serve as a transformational process, not merely tolerance process;
it is not just teaching about different cultures of various ethnic and religious group and supports the
appreciation, comfort, cosmos, tolerance of other cultures. As a transformational process, it is present as
a process through all aspects af education, criticized, tested, and rebuilt on the basis of the ideals of
equality and social justice, helping the development of all people of all cultures. Indonesia is one of the
world's largest multicultural country which adopts unity in diversity. This can be seen from the socio-
cultural and geographical aspects covering religion, race, ethnicity,and culture. Multicultural education
offers an alternative through the implementation of the strategy and the concept of education based on
the utilization of the diversity that exists in the society. For this reason an education is required not only
to master and teach the teaching materials but also to instill religious values. The output is expected not
only to be competent at the discipline field but also to understand and appreciate the existence of other
faiths and beliefs.
Keywords: transformation of learning, multicultural education, religion

Transformasi Learning dalam Pendidikan − 29


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

PENDAHULUAN agama tidak akan terulang lagi di masa yang


Persitiwa-peristiwa dengan berimbas akan datang. Misalnya, dengan mengintensifkan
kerusuhan dan kekerasan yang forum-forum dialog antar umat beragama dan
mengatasnamakan agama saat ini masih sering aliran kepercayaan, membangun pemahaman
muncul di tanah air. Hal ini sebagai ujian bagi keagamaan yang lebih pluralis dan inklusif, dan
kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. memberikan pendidikan tentang pluralisme dan
Berbagai indikator yang memperlihatkan adanya toleransi beragama melalui sekolah (lembaga
tanda-tanda perpecahan bangsa, dengan pendidikan).
transparan mudah dibaca. Beberapa persitiwa Materi pendidikan agama yang diberikan
bebepa tahun yang lalu seperti di Ambon, Papua di lembaga-lembaga pendidikan dalam hal ini
maupun Poso, seperti api dalam sekam, sekolah pada umumnya juga tidak
sewaktu-waktu bisa meledak, walaupun berkali- menghidupkan pendidikan multikultural yang
kali bisa diredam. Peristiwa tersebut, bukan saja baik, bahkan cenderung berlawanan. Akibatnya
telah banyak merenggut korban jiwa, tetapi juga konflik sosial sering kali diperkeras oleh adanya
telah menghancurkan ratusan tempat ibadah. legitimasi keagamaan yang diajarkan dalam
Bangsa Indonesia adalah negara yang pendidikan agama di lembaga-lembaga
menganut paham Bhineka Tunggal Ika telah pendidikan yakni sekolah-sekolah di daerah
memiliki basis keberagaman, yang jika dikelola yang rawan konflik. Hal ini membuat konflik
dengan baik serta maksimal akan menjadikan mempunyai akar dalam keyakinan keagamaan
potensi bahkan power yang besar, namun yang fundamental sehingga konflik sosial
sebaliknya, jika tidak maka akan menjadi kekerasan semakin sulit diselesaikan, karena
bumerang bagi bangsa. Untuk memberikan dipahami sebagai bagian dari panggilan
pemahaman akan pentingnya keberagaman baik agamanya.
agama, ras, suku, budaya dan lainnya, maka Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
pendidikan salah satu dari lembaga yang cukup pendidikan agama di lembaga-lembaga
efektif untuk memberikan pemahaman serta pendidikan yakni sekolah lebih bercorak
transfer nilai-nilai dalam masyarakat agar eksklusive, yaitu agama diajarkan dengan cara
terciptanjya kesadaran akan makna perbedaan menafikan hak hidup agama lain, seakan-akan
dalam realitas masyarakat Indonesia. hanya agamanya sendiri yang benar dan
Kalau diamati secara seksama, agama mempunyai hak hidup, sementara agama yang
dapat menjadi pendorong bagi umat manusia lain salah, tersesat dan terancam hak hidupnya,
untuk selalu menegakkan perdamaian dan baik di kalangan mayoritas maupun minoritas.
meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh umat Seharusnya pendidikan agama dapat dijadikan
di dunia ini. Namun, realitanya agama justru sebagai wahana untuk mengembangkan
menjadi salah satu penyebab terjadinya moralitas universal yang ada dalam agama-
kekerasanan dan kehancuran umat agama sekaligus mengembangkan teologi
manusia. Oleh karena itu, diperlukan upaya- inklusif dan pluralis. Berkaitan dengan hal ini,
upaya preventif agar masalah pertentangan maka penting bagi lembaga pendidikan dalam

30 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

masyarakat yang multikultur untuk mengajarkan Transformasi pada dasarnya sebuah


perdamaian seperti yang ada dalam pendidikan proses atau peristiwa perubahan diri, sehingga
multikultural. yang paling menentukan adalah diri sendiri, diri
orang yang bersangkutan, bukan orang lain.
PEMBAHASAN Karena itu perubahan diri merupakan inti dari
proses transformative learning. Artinya,
Konsep Transformasi Learning
transformasi mempersyaratkan upaya,
Transformasi secara ringkas berarti
kesadaran, dan kesengajaan dari seseorang yang
sebuah proses perubahan yang mendasar pada
bersangkutan. Upaya tersebut diistilahkan
diri manusia. Daszko, Macur & Sheinberg
dengan refleksi atau renungan, yaitu sebuah
(2004) menulis bahwa dalam Webster
proses dan kemampuan memonitor,
Dictionary disebutkan: “To transform means to
mengevaluasi, dan mengarahkan diri. Makin
change in form, appearance or structure; meta-
kuat kemampuan tersebut, makin profesional
morphoses; to change condition, nature or
seseorang dalam melaksanakan suatu tugas.
character; to change into another substance”.
Sebaliknya makin lemah kemampuan tersebut
Dinyatakan selanjutnya bahwa: “That is, while
pada diri seseorang, makin kurang profesional
all transformation is change, not all change is
seseorang dalam melaksanakan tugas apa saja.
transformation. Transformation is a change in
Transformasi berkaitan dengan individu,
kind; not a change in degree”.
komunitas ataupun organisasi. Daszko, Macur &
Dari sini dapat ditarik pengertian bahwa
Sheinberg (2004) menyatakan bahwa
transformasi berarti (a) merubah bentuk,
transformasi bermula dari pemahaman yang
penampilan atau struktur; (b) mengubah kondisi,
mendalam terhadap suatu pengetahuan. Dengan
hakikat atau karakteristik; bahkan (c) mengganti
pemahaman semacam itu individu memberi
substansi. Dengan demikian semua transformasi
makna baru terhadap kehidupan, peristiwa, dan
adalah perubahan, tetapi tidak semua perubahan
interaksinya dengan orang lain. Begitu
adalah transformasi. Perubahan lebih bersifat
seseorang memahami suatu pengetahuan secara
superfisial, sedangkan transformasi lebih bersifat
mendalam, dia segera mengaplikasikan konsep,
substansial.
prinsip ataupun prosedur pengetahuan tersebut
Peristiwa perubahan diri sering terjadi
pada setiap interaksinya yang sepadan dengan
terutama setelah seseorang mengalami sebuah
orang lain.
peristiwa yang sangat tidak diharapkan,
Sementara itu learning atau pembelajaran
mengecewakan, mengherankan, atau membuat-
secara umum merupakan serangkaian upaya
nya trauma. Dengan peristiwa tersebut,
untuk membantu peserta didik belajar. Proses
seseorang biasanya menjadi sadar dan
learning menjadi efektif bila pembelajar mampu
pikirannya terbuka ke alternatif lain guna
mengenali makna tujuan setiap pembelajaran
mendapatkan solusi. Jika hal seperti ini terjadi,
yang akan dicapai. Teori learning menggunakan
maka seseorang yang bersangkutan mengalami
pendekatan desain behaviorism, cognitivism dan
sebuah transformasi.
constructivism.

Transformasi Learning dalam Pendidikan − 31


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Berdasarkan pengertian pokok tentang promosi makanan etnis menjadi aspek kebijakan
transformasi dan pembelajaran di atas, dapat pendidikan (Barker, 2000: 379).
dikatakan bahwa transformasi learning adalah Selanjutnya Konsep pendidikan
perubahan mendasar dalam diri penbelajar multikultural di negara yang menganut konsep
sebagai akibat dari serangkaian proses demokratis seperti Amerika Serikat dan Kanada,
pembelajaran. bukan hal baru lagi. Mereka telah
melaksanakannya khususnya dalam upaya
Pendidikan Multikulturalisme
melenyapkan diskriminasi rasial antara orang
Secara sederhana menurut pandangan
kulit pulit dan kulit hitam, yang bertujuan
Azyumardi Azra dalam Baidhawy (2005: vii)
memajukan dan memelihara integritas nasional.
dijelaskan bahwa multikulturalisme bisa
Pendidikan multikultural mengakui adanya
dipahami sebagai pengakuan, bahwa sebuah
keragaman etnik dan budaya masyarakat suatu
negara atau masyarakat adalah beragam dan
bangsa.
majemuk. Atau dapat pula diartikan sebagai
Pendidikan multikultural sebagaimana
“kepercayaan” kepada normalitas dan
yang dipaparkan Banks dalam Multicultural
penerimaan keragaman.
Education Handbook of Research adalah:
Multikulturalisme setidaknya
“multicultural education is a concept, a frame
mengandung dua pengertian kompleks yaitu
work, a way of thinking, a philosophical
“multi” yang berarti plural, “kulturalisme” berisi
viewpoint, a value orientation, and a set of
pengertian kultur atau budaya. Istilah plural
educational nedds of culturally diverse student
mengandung arti yang berjenis-jenis, karena
populations”. Maksudnya bahwa pendidikan
pluralisme bukan berarti seekedar pengakuan
multikultural adalah konsep, ide atau falsafah
akan adanya hal-hal yang berjenis, namun
sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of
pengakuan yang memiliki implikasi-implikasi
believe) dan penjelasan yang mengakui dan
politis, sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu
menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis
pluralisme bersangkutan dengan prinsip-prinsip
di dalam membentuk gaya hidup, pengalaman
demokrasi (Tilaar, 2004: 82). Selain pengertian
sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan
diatas, multikulturalisme juga berkaitan dengan
pendidikan dari individu, kelompok maupun
epistemologi, namun pengertian perkembangan
negara.
ilmu pengetahuan di dalam kaitannya dengan
Selanjutnya Banks mengidentifikasi ada
kehidupan sosial. Dalam realitas sosial strategi
lima hal yang saling berkaitan dalam pendidikan
multikulturalis juga memerlukan citra positif
multikultural yang diperkirakan dapat membantu
namun tidak memberikan persyaratan bagi
guru dalam mengimplementasikan beberapa
asimilasi. Namun, suku bangsa diyakini
program yang mampu merespon terhadap
memiliki status setara, memiliki memiliki hak
perbedaan peserta didik (siswa), yaitu:
untuk menjaga warisan budaya mereka.
a. Content integration (integrasi isi/materi)
Multikulturalisme bertujuan untuk “merayakan
Upaya untuk mengintegrasikan
perbedaan”. Dalam pendidikan misalnya
pendidikan multikultural di dalam kurikulum
pengajaran multi-agama, pertunjukan ritual dan

32 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

dan di mana atau bagian apa dalam menanamkan sikap positif terhadap
kurikulum integrasi tersebut ditempatkan. Isi kelompok etnis tertentu. Nilai-nilai tersebut
kurikulum tersebut antara lain berkaitan dimasukkan di dalam kurikulum tanpa
dengan masalah bagaimana mengurangi merubah struktur kurikulum itu sendiri.
berbagai prasangka di dalam perlakuan dan Akhirnya pengetahuan yang dimiliki oleh
tingkah laku rasial dari etnis-etnis tertentu peserta didik ditransformasikan di dalam
dan di dalam materi apa prasangka-prasangka perbuatan, misalnya di dalam memperingati
tersebut dapat dikemukakan. Di dalam kaitan hari-hari besar dari masing-masing kelompok
ini diperlukan studi mengenai berjenis-jenis etnis yang ada di dalam sekolah atau
kebudayaan dari kelompok-kelompok etnis. masyarakatnya.
Di dalam kaitan ethnic studies movement
d. Equitable pedagogy (pendidikan yang
sejak tahun 1960-an di Amerika Serikat.
sama/adil atau kesetaraan dalam pendidikan)
Termasuk di dalam gerakan ini adalah
Kelompok-kelompok etnis yang
menulis dan mengumpul-kan sejarah dari
tersisihkan disebabkan karena sikap yang
masing-masing kelompok etnis yang ada di
tidak adil di dalam masyarakat. Oleh sebab
dalam masyarakat.
itu, diperlukan pendidikan yang
b. Knowledge construction (kontruksi ilmu memperhatikan antara lain kelompok-
pengetahuan) kelompok masyarakat miskin yang tidak
Di dalam kaitan ini dipeserta didiki memperoleh kesempatan yang sama
mengenai sejarah perkembangan masyarakat dibandingkan dengan kelompok anak-anak
Barat dan perlakuannya, serta reaksi dari dari golongan menengah atau golongan atas.
kelompok etnis lainnya. Sejarah berisi hal-hal Demikian pula, ternyata ada kaitan antara
yang positif maupun yang negatif yang perlu intelegensi anak dengan kehidupan sosialnya.
diketahui oleh peserta didik di dalam upaya Anak-anak dari kelompok masyarakat miskin
mengerti kondisi masyarakatnya dewasa ini. biasanya terhalang perkembangan
intelegensinya dan oleh sebab itu, perlu
c. Prejudice reduction (pengurangan prasangka)
diperhatikan dengan lebih seksama tentang
Prasangka rasial memang dihidupkan
perbaikan sosial ekonomi dari peserta didik
sejak kanak-kanak. Di dalam pergaulan
yang kebanyakan dari kelompok etnis yang
sesamanya mulai ditanamkan prasangka-
dilupakan.
prasangka yang positif maupun yang negatif
terhadap sesamanya. Dengan pergaulan antar e. Empowering school culture and social cultur
kelompok yang intensif, prasangka- (pemberdayaan budaya sekolah dan struktur
prasangka buruk dapat dihilangkan dan dapat sosial)
dibina kerja sama yang erat dan saling Keempat pendekatan tersebut di atas
menghargai. Peringatan akan pahlawan- semuanya bermuara kepada pemberdayaan
pahlawan, tanpa membedakan warna kulit kebudayaan sekolah. Apabila pendekatan-
dan agamanya merupakan cara-cara untuk pendekatan pendidikan multikultural tersebut

Transformasi Learning dalam Pendidikan − 33


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

di atas dapat dilaksanakan maka dengan persoalan perbedaan ras, budaya, serta agama
sendirinya lahir kebudayaan sekolah yang sehingga tidak terjadi perpecahan antar warga.
kuat dalam menghadapi masalah-masalah
Masyarakat dalam Pendidikan Multikultural
sosial dalam masyarakat. Sekolah haruslah
di Indonesia
merupakan suatu motor penggerak di dalam
Masyarakat dan bangsa Indonesia yang
perubahan struktur masyarakat yang timpang relatif aman, tidak bergejolak, dan bahkan dapat
karena kemiskinan ataupun tersisih di dalam menerima “penjajahan” selama 350 tahun. Ada
budaya masyarakat.
pameo pada masa kolonial yang mengatakan

Dalam konteks ini dapat dikatakan, tujuan bahwa bangsa jawa adalah bangsa yang paling

utama dari pendidikan multikultural adalah lembut di dunia. Bangsa yang lemah lembut,

untuk menanamkan sikap simpati, respek, merupakan ciri dari masyarakat tradisional.

apresiasi, dan empati terhadap penganut agama Masyarakat tradisional adalah suatu bentuk

dan budaya yang berbeda. dan yang terpenting masyarakat yang relatif stabil, terkontrol, hidup

dari strategi pendidikan multikultural ini tidak tenang penuh dengan kepastian, dan tertutup.

hanya bertujuan agar supaya peserta didik Kehidupan masyarakat diikat oleh kesatuan

mudah memahami peserta didikan yang tradisi yang sifatnya mengikat baik moral etis

dipeserta didikinya, akan tetapi juga untuk bahkan teologis. Kekuatan-kekuatan kramat

meningkatkan kesadaran mereka agar selalu mengikat masyarakat tradisional baik didalam

berprilaku humanis, pluralis, dan demokrasi. hubungan kekuasaan maupun di dalam aspek

Demikianlah pada garis besar kehidupan, semuanya diatur, baik oleh kekuatan

perkembangan terkini dari pendidikan natural seperti kekuasaan raja yang feodal

multikultural di Amerika Serikat. Ternyata sampai kepada kekuatan supernatural yang

pendidikan multikultural bukan hanya berkenaan diturunkan dari satu generasi ke generasi

dengan masalah-masalah kebudayaan dalam arti lainnya.

sempit, tetapi ternyata berkenaan dengan Di dalam suatu masyarakat tradisional,

masalah-masalah politik, yaitu kesamaan derajat kesadaran akan kehidupan sangat terbatas, dan

manusia, perubahan struktur sosial yang tidak oleh sebab itu pula dunia kehidupannya bergerak

mengenal pembedaan kelompok manusia dengan sangat lambat. Masyarakat yang stabil

berdasarkan asal-usul etnisnya, perbedaan tersebut kini menjadi berantakan didalam

agama maupun perbedaan gender. kehidupan yang tidak menentu. Perubahan besar

Di samping negara Amerika yang telah yang terjadi di muka bumi ini dengan lahirnya

menerapkan pendidikan multikultural, ada masyarakat industri pada abad ke-18 di Eropa

beberapa negara lain yang menerapkan sistem dan dikenal sebagai gelombang modernisasi

pendidikan multikultural, semisal Jerman, yang pertama.

Inggris, Kanada, Australia, dan lain-lain. Pada Gelombang modernisasi pertama seperti

intinya pendidikan multikultural di negara- yang terlihat didalam masyarakat barat yang

negara maju bertujuan untuk menanggulangi sifatnya sederhana, perubahan-perubahan linier,


perkembangan industri yang menyerap lapangan

34 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

kerja baru disamping pertanian.semua perubahan Telah kita lihat transformasi masyarakat
tersebut terjadi didalam ruang lingkup negara tradisional menjadi masyarakat modern, antara
dan bangsa. Gelombang ini berjalan hampir dua lain disebabkan oleh ilmu pengetahuan dan
abad lamanya teknologi. Dalam masyarakat barat, peranan
Gelombang selanjutnya adalah modernitas ilmu pengetahuan yang dimuali dari abad
kedua, kepastian yang dinikmati oleh manusia pencerahan telah melepaskan masyarakat
menghilang dan secara simultan lahirlah tradisioanal yang terkungkung oleh tradisi dan
perubahan-perubahan sosial yang dahsyat dan kekuasaan Gereja yang koserfatif.
tidak dapat diatasi lagi oleh manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan yang
Modernisasi gelombang kedua ini membawa menyebabkan penerapan teknologi didalam
manusia kepada apa yang disebut suatu pengembangan industri telah melahirkan negara-
masyarakat penuh resiko. negara industrsi pada abad ke-18. ilmu
Dalam perjalananya masyarakat Indonesia pengetahuan juga telah menyebabkan tuntutan
menuntut proses pengambilan keputusan yang terhadap pendidikan rakyat yang berwujud wajib
tepat. Seperti yang telah dijelaskan didalam belajar pada negara-negara maju dimulai pada
pendahuluan masyarakat yang dapat mengambil abad ke-19. perkembangan ilmu pengetahuan
keputusan dengan tepat adalah masyarakat yang pada negara-negara tersebut telah memasuki
terdidik, yang menguasai ilmu pengetahuan dan kebijakan politik kolonial dari para penjajah. Di
teknologi, serta dibimbing oleh moral untuk Indonesia telah lahir apa yang disebut dengan
kemaslahatan masyarakat dan bangsanya, serta “politik etis” yang memaksa untuk secara moral
masyaraka dunia. penghisapan yang dilakukanya dinegara
Seiring dengan perkembangan dan jajahanya. Rakyat diberi pendidikan meskipun
tuntutan jaman maka lahirlah konsep masyarakat sangat terbatas untuk melepaskan diri dari
individualitas yang baru, sehingga konsep- kungkungan kebodohan dan kemiskinan.
konsep yang lama tidak dapat digunakan lagi. Dengan pendidikan itu pulalah dilahirkan benih-
Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan- benih nasionalisme yang kemudian menjadi
perubahan yang dahsyat didalam masyarakat kekuatan yang menghancurkan kolonialisme itu
dunia akibat lahirnya demokrasi politik, yang sendiri.
menuntut hak-hak politik dari warga negara, Kemajuan pendidikan suatu bangsa juga
diikuti oleh demokrasi sosial yaitu keinginan merupakan dasar dari perkembangan demokrasi.
untuk membangun suatu masyarkat sejahtera, Sejalan dengan meningkatnya tingkat
dan lahirlah apa yang disebut demokrasi cultural pendidikan, terjadi pencerahan kehidupan suatu
yang mengubah dasar-dasar hidup keluarga yang bangsa dan negara. Perkembangan demokrasi
stabil didalam masyarakat tradisional, perubahan berjalan bersama-sama dengan kebangkitan
peranan gender, perubahan relasi antar manusia nasionalisme, terutama di dunia ke tiga. Didalam
didalam membangun keluarga, hingga mudah pembukaan undang-undang dasar 1945
retaknya struktur keluarga inti yang dikenal dijelaskan bahwa salah satu tujuan utama
didalam masyarakat tradisional. kemerdekaan ialah untuk mencerdaskan

Transformasi Learning dalam Pendidikan − 35


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

kehidupan bangsa. Pencerdasan kehidupan yang ternyata hanya menguntungkan negara-


bangsa antara lain berarti membangun suatu negar besar yang bermodal, dan segelintir
masyarakat yang berbasis ilmu pengetahuan. konglomerat dunia. Dipihak lain kemiskinan
Dalam hal ini, bukan berarti bahwa yang diseluruh dunia bukannya berkurang, malah
dipentingkan ialah rasionalisme, melainkan semakin bertambah dalam bentuk yang berbeda.
peningkatan kemampuan analitis dari suatu Globalisasi itu sendiri dipelopri oleh negara-
bangsa untuk melihat perkembangan negara industri besar yang berakibat pemiskinan
masyarakatnya, karena kemajuan pendidikan negara-negara yang sedang berkembang. Selain
suatu bangsa juga merupakan dasar dari proses pembentukan korporasi internasional
perkembangan demokrasi. Dengan pendidikan, yang mematikan modal kecil, terutama di
maka kelas-kelas didalam masyarakat seperti negara-negara berkembang, globalisasi juga
kelas penjajah yang mempunyai hak-hak secara radikal merubah kehidupan manusia.
istimewa yang dibedakan dengan bangsa terjajah Perubahan radikal dari masyarakat tradisional ke
yang tidak mempunyai hak-hak seperti hak-hak masyarakat modern merupakan perubahan yang
yang diberikan kepada kaum penjajah (kaum menghancurkan, bukan hanya perekonomian
putih). Kesadaran terhadap harga diri, kesadaran melainkan juga struktur sosial dan kebudayaan
terhadap tradisi dan kebudayaan sendiri terbuka dari suku-suku di negara-negara terbelakang itu.
karena pendidikan. Salah satu program yang Globalisasi telah menimbulkan ketidak-pastian
dapat menyiapkan dan merekayasa arah dan kegamangan dari rakyat yang berjuta-juta
perkembangan masyarakat Indonesia untuk bahkan bermiliar-miliar di negara-negara
menjadikan masyarakat yang berbasis ilmu berkembang.
pengetahuan ialah dengan mengedepankan Gerakan globalisasi saat ini sangat terasa
pendidikan. Bahkan organisasi dunia dampaknya dalam kehidupan sosial ekonomi.
menganggap program pendidikan merupakan Bahkan, sumber daya manusia saat ini justru
salah satu dinamisator dalam pengembangan harus berkompetisi secara global. Kualitas
manusia. pekerjaan yang menghasilkan barang untuk
Perkembangan selanjutnya yang cukup pasar global juga harus memiliki kualitas secara
menghebohkan adalah datangnya era globalisasi. nasional. Konsekuensinya, pendidikan harus
Seperti telah dijelaskan, kemajuan ilmu menyiapkan tenaga kerja yang juga berkualitas
pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi internasional. Tanpa memperhatikan persyaratan
komunikasi, telah menyebabkan perubahan yang perdagangan internasional, maka bangsa tidak
sangat besar dalam kehidupan manusia yang akan dapat mengambil bagian dalam tata
tidak diperkirakan sebelumnya. Globalisasi telah perekonomian pasar global.
memberikan banyak hal yang positif dalam Fenomena globalisasi ini perlu dimaknai
kehidupan umat manusia, tapi disamping itu oleh sistem pendidikan kedalam program-
juga terdapat berbagai hal yang negatif. program dan proses belajar mengajar secara
Era globalisasi telah melahirkan kapital operasional. Oleh karena itu, pendidikan
internasional dari korporasi-korporasi besar nasional perlu memikirkan muatan global dalam

36 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

aspek pengajarannya untuk bidang-bidang studi multikulturalisme telah merupakn suatu realitas
yang relevan. Jika mengabaikan gerakan sosial yang akan dihadapi oleh dunia pendidikan
globalisasi, maka pendidikan dalam jangka dimasa-masa yang akan datang.
panjang hanya akan menghasilkan sumber daya Peran pendidikan didalam
manusia yang berkualitas lokal, dan berdampak multikuklturalisme hanya dapat dimengerti
cepat atau lambat akan mengisolasi bangsa dari didalam kaitannya dengan falsafah hidup,
proses transfer teknologi mutakhir yang kenyataan sosial, yang akan melipuiti disiplin-
dilahirkan oleh masyarakat dan peradaban dunia disiplin ilmu yang lain seperti ilmu politik,
sebagai akibat tidak dimilikinya kemampuan filsafat, khususnya falsafah postmodernisme,
komunikasi antar bangsa. antropologi, dan sosiologi. Dalam hal ini
Pendidikan merupakan institusi yang dimaksudkan agar dalam perjalanan pendidikan
sangat penting bagi proses penyiapan dan multikultural nantinya tidak kehilangan arah atu
peningkatan kualitas sumber daya manusia bahkan berlawanan dengan nilai-nilai dasar
indonesia yang benar-benar berkualitas. multikultural-isme.
Mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana Mengingat rumusan tujuan negara itu
disebutkan dalam pembukaan UUD 1945, pada amat singkat dan filosofis akademis, maka
hakekatnya merupakan konsepsi tentang tujuan rumusan tujuan negara dalam bidang pendidikan
pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional itu barangkali dapat dikategorikan sebagai
ini rumusannya telah benar-benar selaras dengan filsafat pendidikan nasional, yang sejak tahun
konsepsi kecerdasan ganda (multiple 1945 telah menjadi kesepakatan nasional dan
intelligence) yang dewasa ini ramai dibahas oleh ditetapkan dalam UUD 1945. Jika
para pakar pendidikan sebagai wacana hangat “mencerdaskan kehidupan bangsa” disepakati
dalam dunia ilmu pengetahuan. sebagai konsensus nasional sebagai tujuan
Pendidikan merupakan kebutuhan paling pendidikan nasinal jangka panjang, secara
esensial bagi setiap manusia, negara, maupun operasional tujuan itu harus dijabarkan dalam
pemerintah pada era sekarang. Pendidikan harus rumusan tujuan pendidikan yang lebih
selalu ditumbuhkembangkan secara sistematis operasional yang akan disusun oleh pihak
oleh para pengambil kebijakan. Transformasi eksekutif, dan selanjutnya dijabarkan lebih
dalam dunia pendidikan selalu harus diupayakan lanjut oleh para penyelenggara negara dalam
agar pendidikan benar-benar dapat memberikan bidang pendidikan dalam rumusan kebijakan,
kontribusi dalam usaha untuk mencerdaskan program, dan kegiatan. Jika mekanisme ini dapat
kehidupan bangsa sebagaimana telah diterima, kesimpang siuran tentang siapa yang
diamanatkan oleh pendiri bangsa Indonesia yang berhak merumuskan tujuan pendidikan menjadi
dituangkan dalam UUD 1945. Demikian agak jelas.
pendidikan tidak dapat dipisahkan dari Saat ini pemerintah telah memiliki
perubahan sosial dan kehidupan manusia program pendidikan nasional yang amat
didalam berbgai kaitannya dengan masalah strategis, yaitu peningkatan relevansi, efisiensi,
kebudayaan, maka pendidikan dalam dan kualitas pendidikan. Dari program itu

Transformasi Learning dalam Pendidikan − 37


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

memang bisa diyakinkan bahwa pendidikan standar kelulusan, sehingga peserta didik tidak
nasional kita secara makro cukup menjanjikan berkembang menjadi manusia yang utuh. Akibat
penyediaan sumber daya manusia yang benar- selanjutnya akan terjadi beragam tindakan yang
benar memiliki kompetitif. Untuk dapat tidak baik seperti yang akhir-akhir ini terjadi:
meningkatan relevansi, efisiensi, dan kualitas tawuran, perang, penghilangan etnis,
pendidikan, kita harus melakukan inovasi dunia ketidakadilan, kesenjangan ekonomi, korupsi,
pendidikan dalam arti yang luas secara terus ketidakjujuran, dan sebagainya.
menerus. Tanpa inovasi yang sistematis, Jika kita menengok sejarah bangsa
mustahil sistem pendidikan nasional akan Indonesia, maka realitas konflik sosial yang
berhasil menyentuh dan memecahkan persoalan terjadi sering kali mengambil bentuk kekerasan
esensial yang berkaitan dengan aspek relevansi, sehingga mengancam persatuan dan eksistensi
efisiensi, dan kualitas pendidikan. Agar dapat bangsa. Pengalaman peperangan antara
melakukan inovasi, kita juga memerlukan kerajaan-kerajaan sebelum kemerdekaan telah
penelitian diberbagai bidang dan jenjang membentuk fanatisme kesukuan yang kuat.
pendidikan. Sedangkan terjadinya konflik sosial setelah
Penyelenggara pendidikan negara yang kemerdekaan, sering kali bertendensi politik,
memiliki tanggung jawab yang besar dalam dan ujungnya adalah keinginan suatu komunitas
menata pendidikan sebagai bagian dari untuk melepaskan diri dari kesatuan wilayah
perencanaan sistem nasional. Berbagai negara kesatuan, bahkan buntutnya masih terasa
pertimbangan menjadi perhatian untuk hingga sekarang. Tanpa pendidikan
mengembangkan sistem tersebut, sehingga multikultural, maka konflik sosial yang
dalam penyelenggaraanya sisitem tersebut destruktif akan terus menjadi suatu ancaman
menjadi acuan secara nasional yang dapat yang serius bagi keutuhan dan persatuan bangsa.
menghadapi tantangan global yang menuntut Dalam konteks yang sarat kemajemukan
pendidikan dapat berperan menyejahterakan bangsa Indonesia, maka pendidikan
umat manusia. multikultural menjadi sangat strategis untuk
Manusia dan pendidikan adalah dua hal dapat mengelola kemajemukan secara kreatif,
yang tidak dapat dipisahkan. Manusia sepanjang sehingga konflik yang muncul sebagai dampak
hidupnya melaksanakan pendidikan. Bila dari transformasi dan reformasi sosial dapat di
pendidikan bertujuan membina manusia yang kelola secara cerdas dan menjadi bagian dari
utuh dalam semua segi kemanusiaannya, maka pencerahan kehidupan bangsa ke depan.
semua segi kehidupan manusia harus Berdasarkan kenyataan tersebut
bersinggungan dengan dimensi spiritual keberadaan pendidikan multikultural sebagai
(teologis), moralitas, sosialitas, emosionalitas, strategi pendidikan yang diaplikasikan pada
rasionalitas (intelektualitas), estetis dan fisik. semua jenis mata peserta didikan, dengan cara
Namun realitanya, proses pendidikan kita masih menggunakan perbedaan-perbedaan kultural
banyak menekannkan pada segi kognitf saja, yang ada pada anak sangat diperlukan, dengan
apalagi hanya nilai-nilai ujian yang menjadi pertimbangan sebagai berikut:

38 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

a. Pendidikan multikultural secara inheren perlu dikembangkan secara seimbang adalah


sudah ada sejak bangsa Indonesia ada. kecerdasan verbal linguistic, kecerdasan
Falsafah bangsa Indonesia adalah suka logika matematika, kecerdasan yang terkait
gotong royong, membantu, menghargai dengan spasial Ruang, kecerdasan fisik
antara suku dan lainnya. kinestetik, kecerdasan dalam bidang musik,
b. Pendidikan multikultural memberikan kecerdasan yang terkait dengan lingkungan
harapan dalam mengatasi berbagai gejolak alam, kecerdasan interpersonal dan
masyarakat yang terjadi akhir-akhir ini. kecerdasan intrapersonal. Jadi, jika
Keberhasilan pendidikan dengan ketrampilan saja yang dikembangkan maka
mengabaikan ideologi, nilai-nilai, budaya, pendidikan itu jelas berorientasi bisnis.
kepercayaan dan agama yang dianut masing- d. Pendidikan multikultural sebagai resistensi
masing suku dan etnis harus dibayar mahal fanatisme yang mengarah pada jenis
dengan terjadinya berbagai gejolak dan kekerasan. Kekerasan muncul ketika saluran
pertentangan antar etnik dan suku. Salah satu perdamaian sudah tidak ada lagi.
penyebab munculnya gejolak seperti ini,
Dengan demikian, pendidikan
adalah model pendidikan yang
multikultural sekaligus untuk melatih dan
dikembangkan selama ini lebih mengarah
membangun karakter anak agar mampu bersikap
pada pendidikan kognitif intelektual dan
demokratis, humanis, dan pluralis.
keahlian psikomotorik yang bersifat teknis
semata. Padahal kedua ranah pendidikan ini Multikulturalisme Keberagamaan di
Lingkungan Sekolah
lebih mengarah kepada keahlian yang lepas
Multikulturalisme merupakan suatu
dari ideologi dan nilai-nilai yang ada dalam
kebutuhan masyarakat untuk dapat saling
tradisi masyarakat, sehingga terkesan
membantu sesama, cinta terhadap sesama,
monolitik berupa nilai-nilai ilmiah akademis
meningkatkan derajat dan kesehatan, dan
dan teknis empiris. Sementara menurut
kecerdasan bangsa dan manusia. Oleh karena itu
pendidikan multikultural, adalah pendidikan
agar meretasnya pemahaman terhadap
yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai
multikulturalisme, maka harus diusahakan
keyakinan, heterogenitas, pluralitas agama
melalui cara yang strategis yakni melalui
apapun aspeknya dalam masyarakat.
pendidikan.
c. Pendidikan multikultural menentang
Multikulturalisme merupakan pilihan atau
pendidikan yang berorientasi bisnis.
resiko yang perlu diambil oleh keputusan
Pendidikan yang diharapkan oleh bangsa
masyarakat bangsa indonesia agar dapat survive
Indonesia sebenarnya bukanlah pendidikan
dimasa depan. Multikulturalisme merupakan
ketrampilan semata, melainkan pendidikan
suatu resiko yang perlu diambil didalam
yang harus mengakomodir semua jenis
membina masyarakat bangsa Indonesia. Dari
kecerdasan, yang sering disebut kecerdasan
konsep multikulturalisme inilah diambil
ganda (multiple intelligence). Menurut
keputusan-keputusan yang rasional, demokratis,
Howard Gardner, kecerdasan ganda yang
paham pengembangan liberalisme yang tepat,

Transformasi Learning dalam Pendidikan − 39


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

pengakuan terhadap kebhinekaan budaya yang mendasar, yang berkesinambungan, dan


masyarakat dan bangsa Indonesia, adanya yang menentukan mati hidupnya bangsa
kebebasan beragama dan beribadah sesuai Indonesia.
dengan keyakinannya, demikian pula Pada era multikulturalisme, pendidikan
membangun masyarakat Indonesia yang multikultural seharusnya bisa menjadi suatu
multikultural, serta menjaga persatuan dan proses transformasional, bukan sekedar proses
kesatuan serta tekad untuk membangun suatu toleransi. Artinya pendidikan multikultural
dunia yang lain, yaitu dunia yang bebas dari bukan sekedar mengajar tentang kebudayaan
kemiskinan serta pengakuan terhadap hak asasi yang berbeda-beda kebudayaan dari berbagai
semua manusia Indonesia. kelompok etnik dan keagamaan dan mendukung
Kehidupan masyarakat dan bangsa apresiasi, kenyamanan, toleransi tehadap budaya
Indonesia diberkahi dengan kenyataan adanya lain. Sebagai proses transformasional,
berbagai budaya etnis sebagaimana yang diakuai pendidikan multikultural hadir sebagai proses
didalam lambang negara “Bhineka Tunggal melalui seluruh aspek pendidikan diuji dan
Ika.” Lambang negara tersebut bukan sesuatu dikritik serta dibangun kembali atas dasar ideal-
yang telah jadi tapi yang menjadi. Oleh sebab itu ideal persamaan dan keadilan sosial; membantu
Bhineka Tunggal Ika merupakan pengertian perkembangan semua orang dari semua
kesejarahan masyarakat dan bangsa Indonesia kebudayaan untuk menjadi aktif dalam
karena menunjukan keadaan masa lalu, menghadapi ketidakadilan yang menimpa
persoalan masa kini, dan tugas untuk mereka atau orang lain; mengkonstruksi
mewujudkannya dimasa yang akan datang. identitas diri yang diakui banyak orang dan
Keanekaan Indonesia kemudian dikenali, diakui, percaya diri; mengembangkan cara-cara
dan dikukuhkan di dalam Undang-Undang Dasar berinteraksi dengan orang lain. Dalam konteks
1945 yang menjadi pedoman kehidupan bangsa tersebut, pendidikan agama berwawasan
Indonesia secara menyeluruh dan yang berlaku multikultural juga merasa perlu agar melalui
hingga saat ini, sebagai realisasi dari rumusan pendekatan progresif yang diadaptasi dapat
abstrak pengenalan, pengakuan, dan pengukuhan mengarahkan seluruh programnya dalam
keanekaan itu, di bangun berbagai program tranformasi pendidikan.
pendokumentasian, pemahaman dan pelestaraian Gagasan dan pembahasan tentang
aneka budaya bangsa Indonesia sebagaimana pendidikan agama multikultural, bahkan dalam
yang tampak dalam berbagai program segi-segi tertentu bisa dikatakan masih cukup
pembangunan dimasa Orde Baru. Proses ini sensitif. Seperti diketahui, kontroversi terjadi
merupakan suatu proses yang berkisanambungan menyangkut penyelenggaraan pendidikan agama
tanpa akhir, karena merupakan suatu tugas dari seperti terdapat pada pasal 12 ayat 1 butir a yang
setiap anggota masyarakat Indonesia yang terdiri berbunyi, “Setiap peserta didik pada setiap
dari berjenis-jenis etnis untuk bertekad satuan pendidikan berhak mendapatkan
membangun suatu masyarakat yang bersatu. pendidikan sesuai agama yang dianutnya dan
Multikulturalisme merupakan suatu masalah diajar oleh pendidik yang seagama”. Kontroversi

40 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

tentang pendidikan agama ini terjadi ketika umat Paradigma dialogis-persuasif lebih
Islam pada satu pihak mendukung pendidikan mengedepankan dialog dan cara-cara damai
agama dengan guru seagama, tetapi umat dalam melihat perselisihan dan perbedaan
Kristen pada pihak lain menolak. Sekarang pemahaman keagmaan dari pada melakukan
kontroversi itu tidak terdengar lagi, tetapi jelas tindakan-tondakan fisik seperti teror, perang,
masalah ini masih seperti “bara dalam sekam”, dan bentuk kekerasan lainnya. Paradigma
yang bisa membakar sewaktu-waktu, apalagi isu kontekstual berarti menerapkan cara berfikir
ini kadang-kadang muncul dengan tiba-tiba, baik kritis dalam memahami teks-teks keagamaan.
dalam forum nasional maupun internasional. Paradigma keagamaan yang substantif berarti
Pendidikan agama (teologi) diajarkan lebih mementingkan dan menerapkan nilai-nialai
sekedar untuk memperkuat keimanan dan agama dari pada hanya melihat dan
pencapaiannya menuju surga tanpa dibarengi mengagungkan simbol-simbol keagamaan.
dengan kesadaran berdialog dengan agama- Sedangkan peradigma pemahaman keagmaan
agama lain. Kondisi inilah yang menjadikan aktif sosial berati agama tidak hanya menjadi
pendidikan agama sangat eksklusif dan tidak alat pemenuhan kebutuhan rohani secara pribadi
toleran. Padahal di era pluralisme dewasa ini, saja. Akan tetapi yang terpenting adalah
pendidikan agama mesti melakukan reorientasi membangun kebersamaan dan solidaritas bagi
filosofis paradigmatik tentang bagaimana seluruh manusia melalui aksi-aksi sosial yang
membangun pemahaman keberagamaan peserta nyata yang dapat meningkatkan kesejahteraan
didik yang lebih inklusif-pluralis, multikultural, umat manusia.
humanis, dialogis-persuasif, kontestual,
Dengan membangun paradigma
substantif dan aktif sosial.
pemahaman keberagamaan yang lebih humanis,
Paradigma keberagamaan yang inklusif-
pluralis, dan kontekstual diharapkan nilai-niali
pluralis berarti menerima pandapat dan
universal yang ada dalam agama sepeti
pemahaman lain yang memiliki basis ketuhanan
kebenaran, keadilan, kemanusiaaan, perdamaian
dan kemanusiaan. Pemahaman keberagamaan
dan kesejahteraan umat manusia dapat
yang multikultural berarti menerima adanya
ditegakkan.
keragaman ekspresi budaya yang mengandung
Lebih khusus lagi, agar kerukunan dan
nilai-nilai kemanusiaan dan keindahan.
kedamaian antar umat bergama dapat terbangun.
Pemahaman yang humanis adalah mengakui
pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam a. Peran Guru dan Sekolah dalam Membangun
Keberagamaan di Sekolah
beragama, artinya seorang yang beragama harus
Peran guru dalam hal ini meliputi;
dapat mengimplementasikan nilai-nilai
pertama, seorang guru/dosen harus mampu
kemanusiaan; menghormati hak asasi orang lain,
bersikap demokratis, baik dalam sikap
peduli terhadap orang lain dan berusaha
maupun perkataannya tidak diskriminatif.
membangun perdamaian bagi seluruih umat
Kedua, guru/dosen seharusnya mempunyai
manusia.
kepedulian yang tinggi terhadap kejadian-
kejadian tertentu yang ada hubungannya

Transformasi Learning dalam Pendidikan − 41


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

dengan agama. Ketiga, guru/dosen 1) Materi tentang keimanan dengan


seharusnya menjelaskan bahwa inti dari memberikan pemahaman dan penanaman
ajaran agama adalah menciptakan kedamaian sikap ketika berinteraksi dengan orang
dan kesejahteraan bagi seluruh ummat yang berlainan agama, sehingga sedini
manusia, maka pemboman, invasi militer, mungkin sudah tertanam sikap toleran,
dan segala bentuk kekerasan adalah sesuatu inklusif pada peserta didik.
yang dilarang oleh agama. Keempat, 2) Materi hukum tentang hukum
guru/dosen mampu memberikan pemahaman pemerintahan yang terkandung konsep-
tentang pentingnya dialog dan musyawarah konsep kebangsaan, seperti dalam Islam
dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dicontohkan pada zaman Nabi
yang berkaitan dengan keragaman budaya, Muhammad, sahabat ataupun khalifah-
etnis, dan agama (aliran). khalifah sesudahnya. Bahwa Nabi
Selain guru, sekolah juga memegang Muhammad mengelola dan memimpin
peranan penting dalam membangun masyarakat Madinah yang multi-etnis,
lingkungan pendidikan yang pluralis dan multi-kultur, dan multi-agama. Keadaan
toleran. Langkah-langkah yang dapat masyarakat Madinah pada masa itu tidak
ditempuh antara lain; pertama, untuk jauh beda dengan masyarakat Indonesia,
membangun rasa saling pengertian sejak dini yang juga multi-etnis, multi-kultur, dan
antar peserta didik yang mempunyai multi-agama.
keyakinan berbeda maka sekolah harus 3) Materi moral/akhlak yang menfokuskan
berperan aktif menggalakkan dialog kajiannya pada perilaku baik-buruk,
antariman dengan bimbingan guru-guru penting artinya bagi peletakan dasar-dasar
dalam sekolah tersebut. Dialog antariman kebangsaan. Sebab, kelanggengan suatu
semacam ini merupakan salah satu upaya bangsa tergantung pada moral/akhlak, bila
yang efektif agar peserta didik terbiasa suatu bangsa meremehkan akhlak,
melakukan dialog dengan penganut agama punahlah bangsa itu. Agar pendidikan
yang berbeda; kedua, hal yang paling penting agama bernuansa multikultural ini bisa
dalam penerapan pendidikan multikultural efektif, peran guru agama Islam memang
yaitu kurikulum dan buku-buku peserta sangat menentukan. Selain selalu
didikan yang dipakai, dan diterapkan di mengembangkan metode mengajar yang
sekolah. variatif, tidak monoton. Dan yang lebih
penting, guru agama juga perlu memberi
b. Pengembangan Materi Pendidikan Agama
keteladanan.
Berbasis Multikultural
Dalam rangka membangun 4) Materi kebudayaan agama, materi yang

keberagamaan inklusif di sekolah ada bersumber pada fakta dan realitas historis

beberapa materi pendidikan agama yang bisa dapat dicontohkan praktik-praktik


interaksi sosial yang diterapkan para
dikembangkan dengan nuansa multikultural,
pembawa agama, seperti dalam Islam
antara lain:

42 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

dicontohkan Nabi Muhammad ketika guru terhadap pengetahuan keberagaman serta


membangun masyarakat Madinah. Dari isu-isu sosial keagamaan. Oleh sebab itu,
sisi historis proses pembangunan Madinah sebelum memasuki ranah muatan, siswa, dan
yang dilakukan Nabi Muhammad sosial, yang perlu dipertanyakan adalah
ditemukan fakta tentang pengakuan dan kemamapuan guru dalam mentansformasikan
penghargaan atas nilai pluralisme dan pendidikan agama berwawasan multikultural.
toleranasi. Walaupun guru bukanlah pemegang otiritas,
namun guru sebagi fasilitator harus mampu
Materi-materi yang bersumber pada pesan
mendesain pembelajaran dan memfasilitasi
agama dan fakta yang terjadi di lingkungan
kebutuhan siswa, termasuk kebutuhan akan
sebagai diuraikan di atas merupakan kisi-kisi
pengetahuan keberagaman, baik budaya, etnik
minimal dalam rangka memberikan pemahaman
ataupun agama. Dengan demikian dalam hal ini
terhadap keragaman umat manusia dan untuk
harus ada kerjasama struktural antara guru
memunculkan sikap positif dalam berinteraksi
dengan pemerintah sebagai pengambil kebijakan
dengan kelompok-kelompok yang berbeda.
nasional.
Dalam proses pendidikan, materi itu disesuaikan
dengan tingkatan dan jenjang pendidikan.
KESIMPULAN
Maksudnya, sumber bacaan dan bahasa yang
Pendidikan multikultural kian mendesak
digunakan disesuaikan dengan tingkat
untuk di laksanakan di sekolah. dengan
intelektual peserta didik di masing-masning
pendidikan multikultural, sekolah menjadi lahan
tingkat pendidikan. Untuk tingkat pendidikan
untuk menghapus prasangka, dan sekaligus
lanjutan, materi dipilih dengan menyajikan
untuk melatih dan membangun karakter peserta
fakta-fakta historis dan pesan-pesan yang lebih
didik agar mampu bersikap demokratis, humanis
konkrit serta memberikan perbandingan dan
dan pluralis.
perenungan atas realitas yang sedang terjadi di
Ada dua hal yang perlu dilakukan dalam
masyarakat saat ini.
pembangunan pendidikan multikultural di
Pendidikan Agama berwawasan
sekolah, yaitu; pertama, melakukan dialog
multikultural bukan suatu hal yang taken for
dengan menempatkan setiap peradaban dan
granted, namun membutuhkan usaha yang
kebudayaan yang ada pada posisi sejajar. Kedua,
sistematis sehingga benar-benar akan terciptanya
mengembangkan toleransi untuk memberikan
masyarakat yang dapat saling bergandengan
kesempatan masing-masing kebudayaan saling
dalam suatu struktur masyarakat.
memahami. Toleransi disini tidak hanya pada
Berbagai upaya termasuk orientasi dan
tataran konseptual, melainkan juga pada teknik
pendekatan dalam pembelajaran merupakan
operasionalnya.
gagasan yang kongkrit dalam mewujudkan
pendidikan agama yang berwawasan
DAFTAR PUSTAKA
multikultural. Namun ada hal yang sangat
Baidhawy, Zakiyuddin. (2005). Pendidikan
penting dalam mewujudkan pendidikan Agama Berwawasan Multikultural,
berwawasan multikultural, yakni kemampuan Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.

Transformasi Learning dalam Pendidikan − 43


Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi

Banks, J.A. (1994), An Introduction to Tilaar, H.A.R, (2002). Perubahan Sosial dan
Multicultural Education, Boston: MA Pendidikan: Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia, Jakarta:
---------, (1992). “Multicultral Education:
Grasindo.
Historical Development, Dimentions and
Practice” In Review of Research in ---------, (2004). Multikulturalisme Tantangan-
Education, Vol 19, edited by L Darling- Tantangan Global Masa Depan dalam
Hammond, Washington, D.C.: American Transformsi Pendidikan Nasional,
Educational Research Association. Jakarta: Grasindo.
Barker, Chris. (2002). Cultural Studies (terj.) Zamroni, (2011). Pendidikan Demokrasi pada
Nurhadi, Yogyakarta: Kreasi Wacana. Masyarakat Multikultural, Jakarta: Gavin
Kalam Utama.
Dazko, marcia. Ken Macur and Sheila Sheiberg.
Transformation: Adefinition, theory and ---------, (2008). Multicultural Education;
the challenges to transforming, Philosophy, Policy and Practice, Volume
http://www.mdazko.com/ theory_tranfor- 1, A Reader. Graduate Program, The State
mation_final_jan_28_2005.pdf, diakses University of Yogyakarta.
tanggal 14 Januari 2012.
---------, (2010a). The Implementation of
Ladson, Gloria. Billings & Gillborn, David (ed). Multicultural Education, A Reader.
(2004). Multicultural Education, New Graduate Program, The State University
York: RoutledgeFalmer. of Yogyakarta.
Noel, Jana. (2000). Notabel Selection in ---------, (2010b). A Conception Frame-Work of
Multicultural Education, Sanfransisco: Multicultural Education, A Reader.
McGraw-Hill. Graduate Program, The State University
of Yogyakarta.
Paul Gorski, Six Critical Paradigm Shiifd For
Multicultural Education and The Question ---------, (2011). Research on Multicultural
We Should Be Asking, dalam www. Education, A Reader. Graduate Program,
Edchange.org/multicultural The State University of Yogyakarta

44 − Volume 1, Nomor 1. Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai