1049 3268 1 PB PDF
1049 3268 1 PB PDF
Amin Maulani
STKIP PGRI Tulungagung
Abstrak
Pendidikan multikultural seharusnya bisa menjadi suatu proses transformasional, bukan sekedar
proses toleransi. Artinya pendidikan multikultural bukan sekedar mengajar tentang kebudayaan yang
berbeda-beda kebudayaan dari berbagai kelompok etnik dan keagamaan dan mendukung apresiasi,
kenyamanan, toleransi tehadap budaya lain. Sebagai proses transformasional, pendidikan multikultural
hadir sebagai proses melalui seluruh aspek pendidikan diuji dan dikritik serta dibangun kembali atas
dasar ideal-ideal persamaan dan keadilan sosial; membantu perkembangan semua orang dari semua
kebudayaan. Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar didunia yang menganut
paham Bhineka Tunggal Ika. Kenyataan ini dapat dilihat dari sosio-kultural dan gegografisnya meliputi
agama, ras, suku, budaya dan lainnya. Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui
penerapan strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di
masyarakat, seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, kemampuan, umur,
dll. Karena itulah yang terpenting dalam pendidikan multikultural adalah seorang pendidik tidak hanya
dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional mengajarkan materi yang diajarkan. Lebih dari
itu, seorang pendidik juga harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural
seperti demokrasi, humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan. Pada
akhirnya dapat dihasilkan output yang tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin ilmunya, tetapi juga
mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam memahami dan menghargai keberadaan pemeluk
agama dan kepercayaan lain.
Kata kunci: transformasi learning, pendidikan multikultural, keberagamaan
Berdasarkan pengertian pokok tentang promosi makanan etnis menjadi aspek kebijakan
transformasi dan pembelajaran di atas, dapat pendidikan (Barker, 2000: 379).
dikatakan bahwa transformasi learning adalah Selanjutnya Konsep pendidikan
perubahan mendasar dalam diri penbelajar multikultural di negara yang menganut konsep
sebagai akibat dari serangkaian proses demokratis seperti Amerika Serikat dan Kanada,
pembelajaran. bukan hal baru lagi. Mereka telah
melaksanakannya khususnya dalam upaya
Pendidikan Multikulturalisme
melenyapkan diskriminasi rasial antara orang
Secara sederhana menurut pandangan
kulit pulit dan kulit hitam, yang bertujuan
Azyumardi Azra dalam Baidhawy (2005: vii)
memajukan dan memelihara integritas nasional.
dijelaskan bahwa multikulturalisme bisa
Pendidikan multikultural mengakui adanya
dipahami sebagai pengakuan, bahwa sebuah
keragaman etnik dan budaya masyarakat suatu
negara atau masyarakat adalah beragam dan
bangsa.
majemuk. Atau dapat pula diartikan sebagai
Pendidikan multikultural sebagaimana
“kepercayaan” kepada normalitas dan
yang dipaparkan Banks dalam Multicultural
penerimaan keragaman.
Education Handbook of Research adalah:
Multikulturalisme setidaknya
“multicultural education is a concept, a frame
mengandung dua pengertian kompleks yaitu
work, a way of thinking, a philosophical
“multi” yang berarti plural, “kulturalisme” berisi
viewpoint, a value orientation, and a set of
pengertian kultur atau budaya. Istilah plural
educational nedds of culturally diverse student
mengandung arti yang berjenis-jenis, karena
populations”. Maksudnya bahwa pendidikan
pluralisme bukan berarti seekedar pengakuan
multikultural adalah konsep, ide atau falsafah
akan adanya hal-hal yang berjenis, namun
sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of
pengakuan yang memiliki implikasi-implikasi
believe) dan penjelasan yang mengakui dan
politis, sosial dan ekonomi. Oleh sebab itu
menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis
pluralisme bersangkutan dengan prinsip-prinsip
di dalam membentuk gaya hidup, pengalaman
demokrasi (Tilaar, 2004: 82). Selain pengertian
sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan
diatas, multikulturalisme juga berkaitan dengan
pendidikan dari individu, kelompok maupun
epistemologi, namun pengertian perkembangan
negara.
ilmu pengetahuan di dalam kaitannya dengan
Selanjutnya Banks mengidentifikasi ada
kehidupan sosial. Dalam realitas sosial strategi
lima hal yang saling berkaitan dalam pendidikan
multikulturalis juga memerlukan citra positif
multikultural yang diperkirakan dapat membantu
namun tidak memberikan persyaratan bagi
guru dalam mengimplementasikan beberapa
asimilasi. Namun, suku bangsa diyakini
program yang mampu merespon terhadap
memiliki status setara, memiliki memiliki hak
perbedaan peserta didik (siswa), yaitu:
untuk menjaga warisan budaya mereka.
a. Content integration (integrasi isi/materi)
Multikulturalisme bertujuan untuk “merayakan
Upaya untuk mengintegrasikan
perbedaan”. Dalam pendidikan misalnya
pendidikan multikultural di dalam kurikulum
pengajaran multi-agama, pertunjukan ritual dan
dan di mana atau bagian apa dalam menanamkan sikap positif terhadap
kurikulum integrasi tersebut ditempatkan. Isi kelompok etnis tertentu. Nilai-nilai tersebut
kurikulum tersebut antara lain berkaitan dimasukkan di dalam kurikulum tanpa
dengan masalah bagaimana mengurangi merubah struktur kurikulum itu sendiri.
berbagai prasangka di dalam perlakuan dan Akhirnya pengetahuan yang dimiliki oleh
tingkah laku rasial dari etnis-etnis tertentu peserta didik ditransformasikan di dalam
dan di dalam materi apa prasangka-prasangka perbuatan, misalnya di dalam memperingati
tersebut dapat dikemukakan. Di dalam kaitan hari-hari besar dari masing-masing kelompok
ini diperlukan studi mengenai berjenis-jenis etnis yang ada di dalam sekolah atau
kebudayaan dari kelompok-kelompok etnis. masyarakatnya.
Di dalam kaitan ethnic studies movement
d. Equitable pedagogy (pendidikan yang
sejak tahun 1960-an di Amerika Serikat.
sama/adil atau kesetaraan dalam pendidikan)
Termasuk di dalam gerakan ini adalah
Kelompok-kelompok etnis yang
menulis dan mengumpul-kan sejarah dari
tersisihkan disebabkan karena sikap yang
masing-masing kelompok etnis yang ada di
tidak adil di dalam masyarakat. Oleh sebab
dalam masyarakat.
itu, diperlukan pendidikan yang
b. Knowledge construction (kontruksi ilmu memperhatikan antara lain kelompok-
pengetahuan) kelompok masyarakat miskin yang tidak
Di dalam kaitan ini dipeserta didiki memperoleh kesempatan yang sama
mengenai sejarah perkembangan masyarakat dibandingkan dengan kelompok anak-anak
Barat dan perlakuannya, serta reaksi dari dari golongan menengah atau golongan atas.
kelompok etnis lainnya. Sejarah berisi hal-hal Demikian pula, ternyata ada kaitan antara
yang positif maupun yang negatif yang perlu intelegensi anak dengan kehidupan sosialnya.
diketahui oleh peserta didik di dalam upaya Anak-anak dari kelompok masyarakat miskin
mengerti kondisi masyarakatnya dewasa ini. biasanya terhalang perkembangan
intelegensinya dan oleh sebab itu, perlu
c. Prejudice reduction (pengurangan prasangka)
diperhatikan dengan lebih seksama tentang
Prasangka rasial memang dihidupkan
perbaikan sosial ekonomi dari peserta didik
sejak kanak-kanak. Di dalam pergaulan
yang kebanyakan dari kelompok etnis yang
sesamanya mulai ditanamkan prasangka-
dilupakan.
prasangka yang positif maupun yang negatif
terhadap sesamanya. Dengan pergaulan antar e. Empowering school culture and social cultur
kelompok yang intensif, prasangka- (pemberdayaan budaya sekolah dan struktur
prasangka buruk dapat dihilangkan dan dapat sosial)
dibina kerja sama yang erat dan saling Keempat pendekatan tersebut di atas
menghargai. Peringatan akan pahlawan- semuanya bermuara kepada pemberdayaan
pahlawan, tanpa membedakan warna kulit kebudayaan sekolah. Apabila pendekatan-
dan agamanya merupakan cara-cara untuk pendekatan pendidikan multikultural tersebut
di atas dapat dilaksanakan maka dengan persoalan perbedaan ras, budaya, serta agama
sendirinya lahir kebudayaan sekolah yang sehingga tidak terjadi perpecahan antar warga.
kuat dalam menghadapi masalah-masalah
Masyarakat dalam Pendidikan Multikultural
sosial dalam masyarakat. Sekolah haruslah
di Indonesia
merupakan suatu motor penggerak di dalam
Masyarakat dan bangsa Indonesia yang
perubahan struktur masyarakat yang timpang relatif aman, tidak bergejolak, dan bahkan dapat
karena kemiskinan ataupun tersisih di dalam menerima “penjajahan” selama 350 tahun. Ada
budaya masyarakat.
pameo pada masa kolonial yang mengatakan
Dalam konteks ini dapat dikatakan, tujuan bahwa bangsa jawa adalah bangsa yang paling
utama dari pendidikan multikultural adalah lembut di dunia. Bangsa yang lemah lembut,
untuk menanamkan sikap simpati, respek, merupakan ciri dari masyarakat tradisional.
apresiasi, dan empati terhadap penganut agama Masyarakat tradisional adalah suatu bentuk
dan budaya yang berbeda. dan yang terpenting masyarakat yang relatif stabil, terkontrol, hidup
dari strategi pendidikan multikultural ini tidak tenang penuh dengan kepastian, dan tertutup.
hanya bertujuan agar supaya peserta didik Kehidupan masyarakat diikat oleh kesatuan
mudah memahami peserta didikan yang tradisi yang sifatnya mengikat baik moral etis
dipeserta didikinya, akan tetapi juga untuk bahkan teologis. Kekuatan-kekuatan kramat
meningkatkan kesadaran mereka agar selalu mengikat masyarakat tradisional baik didalam
berprilaku humanis, pluralis, dan demokrasi. hubungan kekuasaan maupun di dalam aspek
Demikianlah pada garis besar kehidupan, semuanya diatur, baik oleh kekuatan
perkembangan terkini dari pendidikan natural seperti kekuasaan raja yang feodal
pendidikan multikultural bukan hanya berkenaan diturunkan dari satu generasi ke generasi
masalah-masalah politik, yaitu kesamaan derajat kesadaran akan kehidupan sangat terbatas, dan
manusia, perubahan struktur sosial yang tidak oleh sebab itu pula dunia kehidupannya bergerak
mengenal pembedaan kelompok manusia dengan sangat lambat. Masyarakat yang stabil
agama maupun perbedaan gender. kehidupan yang tidak menentu. Perubahan besar
Di samping negara Amerika yang telah yang terjadi di muka bumi ini dengan lahirnya
menerapkan pendidikan multikultural, ada masyarakat industri pada abad ke-18 di Eropa
beberapa negara lain yang menerapkan sistem dan dikenal sebagai gelombang modernisasi
Inggris, Kanada, Australia, dan lain-lain. Pada Gelombang modernisasi pertama seperti
intinya pendidikan multikultural di negara- yang terlihat didalam masyarakat barat yang
kerja baru disamping pertanian.semua perubahan Telah kita lihat transformasi masyarakat
tersebut terjadi didalam ruang lingkup negara tradisional menjadi masyarakat modern, antara
dan bangsa. Gelombang ini berjalan hampir dua lain disebabkan oleh ilmu pengetahuan dan
abad lamanya teknologi. Dalam masyarakat barat, peranan
Gelombang selanjutnya adalah modernitas ilmu pengetahuan yang dimuali dari abad
kedua, kepastian yang dinikmati oleh manusia pencerahan telah melepaskan masyarakat
menghilang dan secara simultan lahirlah tradisioanal yang terkungkung oleh tradisi dan
perubahan-perubahan sosial yang dahsyat dan kekuasaan Gereja yang koserfatif.
tidak dapat diatasi lagi oleh manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan yang
Modernisasi gelombang kedua ini membawa menyebabkan penerapan teknologi didalam
manusia kepada apa yang disebut suatu pengembangan industri telah melahirkan negara-
masyarakat penuh resiko. negara industrsi pada abad ke-18. ilmu
Dalam perjalananya masyarakat Indonesia pengetahuan juga telah menyebabkan tuntutan
menuntut proses pengambilan keputusan yang terhadap pendidikan rakyat yang berwujud wajib
tepat. Seperti yang telah dijelaskan didalam belajar pada negara-negara maju dimulai pada
pendahuluan masyarakat yang dapat mengambil abad ke-19. perkembangan ilmu pengetahuan
keputusan dengan tepat adalah masyarakat yang pada negara-negara tersebut telah memasuki
terdidik, yang menguasai ilmu pengetahuan dan kebijakan politik kolonial dari para penjajah. Di
teknologi, serta dibimbing oleh moral untuk Indonesia telah lahir apa yang disebut dengan
kemaslahatan masyarakat dan bangsanya, serta “politik etis” yang memaksa untuk secara moral
masyaraka dunia. penghisapan yang dilakukanya dinegara
Seiring dengan perkembangan dan jajahanya. Rakyat diberi pendidikan meskipun
tuntutan jaman maka lahirlah konsep masyarakat sangat terbatas untuk melepaskan diri dari
individualitas yang baru, sehingga konsep- kungkungan kebodohan dan kemiskinan.
konsep yang lama tidak dapat digunakan lagi. Dengan pendidikan itu pulalah dilahirkan benih-
Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan- benih nasionalisme yang kemudian menjadi
perubahan yang dahsyat didalam masyarakat kekuatan yang menghancurkan kolonialisme itu
dunia akibat lahirnya demokrasi politik, yang sendiri.
menuntut hak-hak politik dari warga negara, Kemajuan pendidikan suatu bangsa juga
diikuti oleh demokrasi sosial yaitu keinginan merupakan dasar dari perkembangan demokrasi.
untuk membangun suatu masyarkat sejahtera, Sejalan dengan meningkatnya tingkat
dan lahirlah apa yang disebut demokrasi cultural pendidikan, terjadi pencerahan kehidupan suatu
yang mengubah dasar-dasar hidup keluarga yang bangsa dan negara. Perkembangan demokrasi
stabil didalam masyarakat tradisional, perubahan berjalan bersama-sama dengan kebangkitan
peranan gender, perubahan relasi antar manusia nasionalisme, terutama di dunia ke tiga. Didalam
didalam membangun keluarga, hingga mudah pembukaan undang-undang dasar 1945
retaknya struktur keluarga inti yang dikenal dijelaskan bahwa salah satu tujuan utama
didalam masyarakat tradisional. kemerdekaan ialah untuk mencerdaskan
aspek pengajarannya untuk bidang-bidang studi multikulturalisme telah merupakn suatu realitas
yang relevan. Jika mengabaikan gerakan sosial yang akan dihadapi oleh dunia pendidikan
globalisasi, maka pendidikan dalam jangka dimasa-masa yang akan datang.
panjang hanya akan menghasilkan sumber daya Peran pendidikan didalam
manusia yang berkualitas lokal, dan berdampak multikuklturalisme hanya dapat dimengerti
cepat atau lambat akan mengisolasi bangsa dari didalam kaitannya dengan falsafah hidup,
proses transfer teknologi mutakhir yang kenyataan sosial, yang akan melipuiti disiplin-
dilahirkan oleh masyarakat dan peradaban dunia disiplin ilmu yang lain seperti ilmu politik,
sebagai akibat tidak dimilikinya kemampuan filsafat, khususnya falsafah postmodernisme,
komunikasi antar bangsa. antropologi, dan sosiologi. Dalam hal ini
Pendidikan merupakan institusi yang dimaksudkan agar dalam perjalanan pendidikan
sangat penting bagi proses penyiapan dan multikultural nantinya tidak kehilangan arah atu
peningkatan kualitas sumber daya manusia bahkan berlawanan dengan nilai-nilai dasar
indonesia yang benar-benar berkualitas. multikultural-isme.
Mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana Mengingat rumusan tujuan negara itu
disebutkan dalam pembukaan UUD 1945, pada amat singkat dan filosofis akademis, maka
hakekatnya merupakan konsepsi tentang tujuan rumusan tujuan negara dalam bidang pendidikan
pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional itu barangkali dapat dikategorikan sebagai
ini rumusannya telah benar-benar selaras dengan filsafat pendidikan nasional, yang sejak tahun
konsepsi kecerdasan ganda (multiple 1945 telah menjadi kesepakatan nasional dan
intelligence) yang dewasa ini ramai dibahas oleh ditetapkan dalam UUD 1945. Jika
para pakar pendidikan sebagai wacana hangat “mencerdaskan kehidupan bangsa” disepakati
dalam dunia ilmu pengetahuan. sebagai konsensus nasional sebagai tujuan
Pendidikan merupakan kebutuhan paling pendidikan nasinal jangka panjang, secara
esensial bagi setiap manusia, negara, maupun operasional tujuan itu harus dijabarkan dalam
pemerintah pada era sekarang. Pendidikan harus rumusan tujuan pendidikan yang lebih
selalu ditumbuhkembangkan secara sistematis operasional yang akan disusun oleh pihak
oleh para pengambil kebijakan. Transformasi eksekutif, dan selanjutnya dijabarkan lebih
dalam dunia pendidikan selalu harus diupayakan lanjut oleh para penyelenggara negara dalam
agar pendidikan benar-benar dapat memberikan bidang pendidikan dalam rumusan kebijakan,
kontribusi dalam usaha untuk mencerdaskan program, dan kegiatan. Jika mekanisme ini dapat
kehidupan bangsa sebagaimana telah diterima, kesimpang siuran tentang siapa yang
diamanatkan oleh pendiri bangsa Indonesia yang berhak merumuskan tujuan pendidikan menjadi
dituangkan dalam UUD 1945. Demikian agak jelas.
pendidikan tidak dapat dipisahkan dari Saat ini pemerintah telah memiliki
perubahan sosial dan kehidupan manusia program pendidikan nasional yang amat
didalam berbgai kaitannya dengan masalah strategis, yaitu peningkatan relevansi, efisiensi,
kebudayaan, maka pendidikan dalam dan kualitas pendidikan. Dari program itu
memang bisa diyakinkan bahwa pendidikan standar kelulusan, sehingga peserta didik tidak
nasional kita secara makro cukup menjanjikan berkembang menjadi manusia yang utuh. Akibat
penyediaan sumber daya manusia yang benar- selanjutnya akan terjadi beragam tindakan yang
benar memiliki kompetitif. Untuk dapat tidak baik seperti yang akhir-akhir ini terjadi:
meningkatan relevansi, efisiensi, dan kualitas tawuran, perang, penghilangan etnis,
pendidikan, kita harus melakukan inovasi dunia ketidakadilan, kesenjangan ekonomi, korupsi,
pendidikan dalam arti yang luas secara terus ketidakjujuran, dan sebagainya.
menerus. Tanpa inovasi yang sistematis, Jika kita menengok sejarah bangsa
mustahil sistem pendidikan nasional akan Indonesia, maka realitas konflik sosial yang
berhasil menyentuh dan memecahkan persoalan terjadi sering kali mengambil bentuk kekerasan
esensial yang berkaitan dengan aspek relevansi, sehingga mengancam persatuan dan eksistensi
efisiensi, dan kualitas pendidikan. Agar dapat bangsa. Pengalaman peperangan antara
melakukan inovasi, kita juga memerlukan kerajaan-kerajaan sebelum kemerdekaan telah
penelitian diberbagai bidang dan jenjang membentuk fanatisme kesukuan yang kuat.
pendidikan. Sedangkan terjadinya konflik sosial setelah
Penyelenggara pendidikan negara yang kemerdekaan, sering kali bertendensi politik,
memiliki tanggung jawab yang besar dalam dan ujungnya adalah keinginan suatu komunitas
menata pendidikan sebagai bagian dari untuk melepaskan diri dari kesatuan wilayah
perencanaan sistem nasional. Berbagai negara kesatuan, bahkan buntutnya masih terasa
pertimbangan menjadi perhatian untuk hingga sekarang. Tanpa pendidikan
mengembangkan sistem tersebut, sehingga multikultural, maka konflik sosial yang
dalam penyelenggaraanya sisitem tersebut destruktif akan terus menjadi suatu ancaman
menjadi acuan secara nasional yang dapat yang serius bagi keutuhan dan persatuan bangsa.
menghadapi tantangan global yang menuntut Dalam konteks yang sarat kemajemukan
pendidikan dapat berperan menyejahterakan bangsa Indonesia, maka pendidikan
umat manusia. multikultural menjadi sangat strategis untuk
Manusia dan pendidikan adalah dua hal dapat mengelola kemajemukan secara kreatif,
yang tidak dapat dipisahkan. Manusia sepanjang sehingga konflik yang muncul sebagai dampak
hidupnya melaksanakan pendidikan. Bila dari transformasi dan reformasi sosial dapat di
pendidikan bertujuan membina manusia yang kelola secara cerdas dan menjadi bagian dari
utuh dalam semua segi kemanusiaannya, maka pencerahan kehidupan bangsa ke depan.
semua segi kehidupan manusia harus Berdasarkan kenyataan tersebut
bersinggungan dengan dimensi spiritual keberadaan pendidikan multikultural sebagai
(teologis), moralitas, sosialitas, emosionalitas, strategi pendidikan yang diaplikasikan pada
rasionalitas (intelektualitas), estetis dan fisik. semua jenis mata peserta didikan, dengan cara
Namun realitanya, proses pendidikan kita masih menggunakan perbedaan-perbedaan kultural
banyak menekannkan pada segi kognitf saja, yang ada pada anak sangat diperlukan, dengan
apalagi hanya nilai-nilai ujian yang menjadi pertimbangan sebagai berikut:
tentang pendidikan agama ini terjadi ketika umat Paradigma dialogis-persuasif lebih
Islam pada satu pihak mendukung pendidikan mengedepankan dialog dan cara-cara damai
agama dengan guru seagama, tetapi umat dalam melihat perselisihan dan perbedaan
Kristen pada pihak lain menolak. Sekarang pemahaman keagmaan dari pada melakukan
kontroversi itu tidak terdengar lagi, tetapi jelas tindakan-tondakan fisik seperti teror, perang,
masalah ini masih seperti “bara dalam sekam”, dan bentuk kekerasan lainnya. Paradigma
yang bisa membakar sewaktu-waktu, apalagi isu kontekstual berarti menerapkan cara berfikir
ini kadang-kadang muncul dengan tiba-tiba, baik kritis dalam memahami teks-teks keagamaan.
dalam forum nasional maupun internasional. Paradigma keagamaan yang substantif berarti
Pendidikan agama (teologi) diajarkan lebih mementingkan dan menerapkan nilai-nialai
sekedar untuk memperkuat keimanan dan agama dari pada hanya melihat dan
pencapaiannya menuju surga tanpa dibarengi mengagungkan simbol-simbol keagamaan.
dengan kesadaran berdialog dengan agama- Sedangkan peradigma pemahaman keagmaan
agama lain. Kondisi inilah yang menjadikan aktif sosial berati agama tidak hanya menjadi
pendidikan agama sangat eksklusif dan tidak alat pemenuhan kebutuhan rohani secara pribadi
toleran. Padahal di era pluralisme dewasa ini, saja. Akan tetapi yang terpenting adalah
pendidikan agama mesti melakukan reorientasi membangun kebersamaan dan solidaritas bagi
filosofis paradigmatik tentang bagaimana seluruh manusia melalui aksi-aksi sosial yang
membangun pemahaman keberagamaan peserta nyata yang dapat meningkatkan kesejahteraan
didik yang lebih inklusif-pluralis, multikultural, umat manusia.
humanis, dialogis-persuasif, kontestual,
Dengan membangun paradigma
substantif dan aktif sosial.
pemahaman keberagamaan yang lebih humanis,
Paradigma keberagamaan yang inklusif-
pluralis, dan kontekstual diharapkan nilai-niali
pluralis berarti menerima pandapat dan
universal yang ada dalam agama sepeti
pemahaman lain yang memiliki basis ketuhanan
kebenaran, keadilan, kemanusiaaan, perdamaian
dan kemanusiaan. Pemahaman keberagamaan
dan kesejahteraan umat manusia dapat
yang multikultural berarti menerima adanya
ditegakkan.
keragaman ekspresi budaya yang mengandung
Lebih khusus lagi, agar kerukunan dan
nilai-nilai kemanusiaan dan keindahan.
kedamaian antar umat bergama dapat terbangun.
Pemahaman yang humanis adalah mengakui
pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam a. Peran Guru dan Sekolah dalam Membangun
Keberagamaan di Sekolah
beragama, artinya seorang yang beragama harus
Peran guru dalam hal ini meliputi;
dapat mengimplementasikan nilai-nilai
pertama, seorang guru/dosen harus mampu
kemanusiaan; menghormati hak asasi orang lain,
bersikap demokratis, baik dalam sikap
peduli terhadap orang lain dan berusaha
maupun perkataannya tidak diskriminatif.
membangun perdamaian bagi seluruih umat
Kedua, guru/dosen seharusnya mempunyai
manusia.
kepedulian yang tinggi terhadap kejadian-
kejadian tertentu yang ada hubungannya
keberagamaan inklusif di sekolah ada bersumber pada fakta dan realitas historis
Banks, J.A. (1994), An Introduction to Tilaar, H.A.R, (2002). Perubahan Sosial dan
Multicultural Education, Boston: MA Pendidikan: Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia, Jakarta:
---------, (1992). “Multicultral Education:
Grasindo.
Historical Development, Dimentions and
Practice” In Review of Research in ---------, (2004). Multikulturalisme Tantangan-
Education, Vol 19, edited by L Darling- Tantangan Global Masa Depan dalam
Hammond, Washington, D.C.: American Transformsi Pendidikan Nasional,
Educational Research Association. Jakarta: Grasindo.
Barker, Chris. (2002). Cultural Studies (terj.) Zamroni, (2011). Pendidikan Demokrasi pada
Nurhadi, Yogyakarta: Kreasi Wacana. Masyarakat Multikultural, Jakarta: Gavin
Kalam Utama.
Dazko, marcia. Ken Macur and Sheila Sheiberg.
Transformation: Adefinition, theory and ---------, (2008). Multicultural Education;
the challenges to transforming, Philosophy, Policy and Practice, Volume
http://www.mdazko.com/ theory_tranfor- 1, A Reader. Graduate Program, The State
mation_final_jan_28_2005.pdf, diakses University of Yogyakarta.
tanggal 14 Januari 2012.
---------, (2010a). The Implementation of
Ladson, Gloria. Billings & Gillborn, David (ed). Multicultural Education, A Reader.
(2004). Multicultural Education, New Graduate Program, The State University
York: RoutledgeFalmer. of Yogyakarta.
Noel, Jana. (2000). Notabel Selection in ---------, (2010b). A Conception Frame-Work of
Multicultural Education, Sanfransisco: Multicultural Education, A Reader.
McGraw-Hill. Graduate Program, The State University
of Yogyakarta.
Paul Gorski, Six Critical Paradigm Shiifd For
Multicultural Education and The Question ---------, (2011). Research on Multicultural
We Should Be Asking, dalam www. Education, A Reader. Graduate Program,
Edchange.org/multicultural The State University of Yogyakarta