Anda di halaman 1dari 14

KAYU LAPIS

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas individu matakuliah
Workshop dan Finishing Kayu
yang dibina oleh Drs. Priyono, M.Pd

Oleh
Riyan Andriansyah (170521626053)
Sholih Labib Lazuardy Al Hamid (170521626116)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
SI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
MARET 2019
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 4


2.1 Definisi Kayu Lapis ............................................................................. 4
2.2 Jenis-Jenis Kayu Lapis ........................................................................ 5
2.3 Proses Pembuatan Kayu Lapis............................................................. 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 11


3.1 Simpulan .............................................................................................. 11
3.2 Saran .................................................................................................... 11

DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................... 12

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang
mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu dapat digunakan
sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya (wikipedia, 2018).
Belakangan ini, ketika menyinggung material kayu dalam dunia interior, tidak
akan lepas dari kayu olahan. Hampir semua material yang berbahan dasar kayu
yang digunakan untuk lantai, plafon, pintu, sampai furniture bisa didefinisikan
sebagai kayu olahan. Kayu olahan adalah produk material berbahan dasar kayu
yang sebelumnya telah melalui proses pengolahan di pabrik. Pengolahan itu
menghasilkan product akhir dengan design, bentuk, sifat, dan kekuatan sesuai
kebutuhan dan keinginan. Kayu olahan yang paling sering muncul untuk mebel
salah satunya kayu lapis (oscarfurniture, 2011).

Kayu lapis merupakan produk komposit yang terbuat dari lembaran-


lembararan vinir yang direkat dengan susunan bersilangan tegak lurus. Kayu lapis
termasuk kedalam salah satu golongan panel struktural, dimana arah penggunaan
kayu lapis ini adalah untuk panel-panel struktral (Iswanto, 2008). Haygreen dan
Bowyer (1993) mengatakan bahwa cikal bakal munculnya kayu lapis terjadi di
Mesir sekitar tahun 1500 SM dimana pada masa itu orang-orang Mesir telah
mampu membuat vinir untuk menghiasi perabotan rumah tangga. Selanjutnya
disusul bangsa Yunani dan Roma kuno mengembangkan alat pemotong vinir.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan konstruksi, juga


mempengaruhi perkembangan dari kayu lapis. Dwiprabowo (2009)
mengungkapkan bahwa Industri perkayuan Indonesia berkembang dengan pesat
sejak tahun 1970-an seiring dengan meningkatnya pengusahaan hutan produksi.
Peningkatan industri perkayuan paling besar terjadi terutama sejak dikenakannya
larangan ekspor kayu bulat pada akhir tahun 1970an. Pada tahun-tahun tersebut

1
2

menurut Iswanto (2008) kondisi hutan Indonesia masih sangat mendukung


perkembangan industri kayu lapis, ketersedian log-log berdiameter berdiameter
besar dan silindris yang berasal dari hutan sebagai syarat utama bahan baku dalam
pembuatan kayu lapis masih melimpah.

Lain halnya dengan sekarang, kondisi hutan alam sudah tidak mampu lagi
mensuplai kayu berdiameter besar. Dengan demikian, keberadaaan industri kayu
lapis semakin terancam. Ketersediaan bahan baku berkualitas dari hutan alam
semakin menurun, telah membuat para ahli dan pelaku industri kayu lapis mulai
berfikir mengenai efisiensi dan regulasi terhadap bahan baku (log) untuk membuat
kayu lapis.

Melalui perbaikan dan peningkatan teknologi telah berhasil meningkatkan


rendemen vinir yang dihasilkan. Persyaratan log berdiameter besar sudah tidak
menjadi faktor utama lagi, pemanfaatan log berdiameter kecil sudah bisa
dipergunakan dalam pembuatan kayu lapis karena di industri kayu lapis telah
menggunakan spindles. Keberadaan spindles mampu meminimalisasi diameter log
yang tersisa setelah proses pengupasan dimana pada saat menggunakan metode
konvensional tanpa spindles, diameter log sisa sekitar 15-20 cm telah dapat
direduksi menjadi 5 cm sehingga hal ini berakibat pada peningkatan rendemen
vinir yang dihasilkan. Saat ini kayu lapis tersedia dalam berbagai ketebalan, mulai
dari 0.8 mm hingga 25 mm dengan tingkat kualitas yang berbeda-beda.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dapat diambil rumusan masalah


sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kayu lapis ?


2. Apa jenis-jenis kayu lapis ?
3. Bagaimana proses pembuatan kayu lapis
3

1.3 Tujuan

Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kayu lapis


2. Untuk mengetahui jenis-jenis kayu lapis
3. Untuk mengetahui proses pembuatan kayu lapis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kayu Lapis

Kayu lapis adalah suatu produk yang diperoleh dengan cara menyusun
bersilangan tegak lurus bersilangan lembaran vinir yang diikat dengan perekat,
minimal 3 (tiga) lapis (SNI, 1992). Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa, kayu
lapis adalah produk panel yang terbuat dengan merekatkan sejumlah lembaran
vinir atau merekatkan lembaran vinir pada kayu gergajian, dimana kayu gergajian
sebagai bagian intinya/core (yang lebih dikenal sebagai wood core plywood). Arah
serat pada lembaran vinir untuk face dan core adalah saling tegak lurus,
sedangkan antar lembaran vinir untuk face saling sejajar. Youngquist (1999)
mengemukakan bahwa kayu lapis merupakan panel datar yang tersusun atas
lembaran-lembaran vinir yang disatukan oleh bahan pengikat (perekat) dibawah
kondisi pengempaan.

Haygreen dan Bowyer (1993) mengemukakan bahwa kayu lapis


merupakan produk panel vinir-vinir kayu yang direkat bersama sehingga arah
serat sejumlah vinirnya tegak lurus dan yang lainnya sejajar sumbu panjang panil.
Pada kebanyakan tipe kayu lapis, serat setiap dua lapisan sekali diletakkan sejajar
yang pertama. Hali ini untuk menjaga keseimbangan dari satu sisi panil ke yang
lainnya. Jumlah vinir yang digunakan biasanya ganjil (3, 5, 7, dst), namun ada
sejumlah kayu lapis yang diproduksi dengan jumlah vinir genap misalnya kayu
lapis dari jenis softwood yang terbuat dari 4 atau 6 vinir dalam hal ini dua vinir
sebagai bagian core diletakkan sejajar.

4
5

Gambar 1.1. Kayu Lapis


(sumber: http://www.sukseswijayaadimakmur.com)

2.2 Jenis-jenis Kayu Lapis

Menurut Sutigno (1989) dalam Hartono (2019) kayu lapis dapat


digolongkan menjadi lima macam atas dasar:

1. Jumlah Lapisan
Kayu lapis yang terdiri dari tiga lapisan disebut tripleks, sedangkan kayu
lapis yang disusun lebih dari tiga lapisan disebut multitripleks.

Gambar 2.1. Tripleks


(sumber: https://indeco.ru/id)

Gambar 2.2. Multitripleks


(sumber: http://www.akustik.lth.se)
6

2. Lapisan (core)
Secara umum yang disebut kayu lapis apabila semua lapisannya terbuat
dari venir (lapisan plywood) sedangkan papan block adalah kayu lapis
yang intinya terbuat dari kayu gergajian, papan partikel atau papan serat.

Gambar 2.3. Papan Block


(sumber: http://mmmwealth.co)

3. Penggunaannya
Kayu lapis yang penggunaannya umum disebut kayu lapis biasa atau kayu
lapis mentah. Kayu lapis structural adalah kayu lapis yang dipakai untuk
komponen bangunan untuk memikul beban, yang termasuk dalam kayu
lapis jenis ini adalah plyform dan marine plywood. Plyform adalah kayu
lapis yang digunakan untuk cetakan beton, sedangkan marine plywood
digunakan untuk konstruksi kapal laut.
4. Bahan Pelapis Salah Satu Sisi Permukaan
Kayu lapis indah adalah kayu lapis yang salah satu permukaannya diberi
bahan lain agar penampilan lebih indah. Bahan ini dapat berupa venir yang
berasal dari kayu yang becorak indah, cat, kertas atau polivinil.

Gambar 2.4. Kayu Lapis dengan Bahan Pelapis


(sumber: https://tukangmebelhpl.wordpress.com)
7

5. Berdasarkan Bentuk
Secara umum bentuk kayu lapis adalah datar, tetapi adapula kayu lapis
yang berbentuk lengkung seperti tempat duduk, sandaran kursi, kaki
asbak, mangkok, sendok dan garpu. Kayu lapis demikian disebut moulded
plywood.

Menurut Asosiasi Kayu Panel Indonesia (1984) dalam Hartono (2019)


berdasarkan kelompok kayu bahan bakunya dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu:

1. Kayu lapis kayu lunak (softwood plywood) dimana bahan bakunya terdiri
dari jenis kayu lunak, seperti kayu Pinus, Birch, dan lain-lain. Kayu lapis
ini disebut juga kayu lapis daun jarum.
2. Kayu lapis kayu keras (hardwood plywood) atau kayu lapis berdaun lebar
yang bahan bakunya terdiri dari kayu keras dan berdaun lebar seperti kayu
Meranti dan Keruing.

Menurut Haygreen dan Bowyer dalam Hartono (2019) berdasarkan


perekat yang digunakan kayu lapis dapat dibedakan menjadi dua golongan besar
yaitu:

1. Kayu Lapis Eksterior


Kayu lapis jenis ini mempunyai ketahanan terhadap perubahan cuaca
diluar ruangan dan tahan terhadap perebusan, yang dipergunakan di
tempat-tempat terbuka atau berhubungan langsung dengan pengaruh luar,
seperti untuk pintu. Perekat yang digunakan untuk kayu lapis ini antara
lain Phenol Formaldehyde, Resolsinol Formaldehyde dan campuran kedua
perekat tersebut.
2. Kayu Lapis Interior
Kayu lapis ini memiliki sifat tahan lembab yang dipergunakan hanya
untuk dalam ruangan atau di bawah atap yang tidak berhubungan langsung
dengan pengaruh luar atau panas. Perekat yang digunakan adalah Urea
Formaldehyde, Melamine Formaldehyde dan kombinasi keduanya.
8

2.3 Proses Pembuatan Kayu Lapis

Massijaya (2006) mengemukakan bahwa proses dalam pembuatan kayu


lapis terdiri dari seleksi log, perlakuan awal log, pengupasan, penyortiran vinir,
pengeringan vinir, perekatan, pengempaan, dan pengkondisian. Lebih jelasnya
akan dibahas sebagai berikut:

1. Seleksi log
Log yang akan dipergunakan sebagai kayu lapis diseleksi mulai dari
ukuran, bentuk, dan kondisinya terhadap cacat-cacat yang masih
diperbolehkan.
2. Perlakuan awal pada log
Perlakuan awal ini ditujukan untuk memudahkan dalam proses
pengupasan log, terutama untuk kayu yang memiliki kerapatan tinggi.
Beberapa perlakuan awal pada log diantaranya adalah pemanasan log
(dengan air panas, uap panas, uap panas bertekanan tinggi, listrik,
memaksa air/uap panas masuk dari arah longitudinal. Haygreen and
Bowyer (1993) dan Tsoumis (1991) mengemukakan beberapa keuntungan
dari pemanasan log diantaranya adalah terjadi peningkatkan rendemen
sebesar 3-5%, peningkatan kualitas vinir (ketebalan lebih seragam,
permukaan lebih halus, retak akibat pengupasan dapat dikurangi),
pengurangan biaya pengolahan, pengurangan pemakaian jumlah perekat,
mengurangi perbedaan kadar air kayu gubal dan kayu teras, memperbaiki
warna kayu, membunuh jamur dan serangga perusak kayu.
3. Pengupasan
Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa ada tiga metode pengupasan vinir
yaitu:
(1) Rotary cutting / pelling, (2) Slicing / sayat, (3) Sawing. Proses pelling
memproduksi lembaran vinir yang kontinyu, sedangkan slicing
memproduksi lembaran vinir yang terputus. Pelling kebanyakan
dipergunakan dalam pembuatan kayu lapis tipe ordinary sedangkan slicing
untuk fancy plywood. Vinir yang diproduksi dengan proses rotary cutting
menghasilkan dua sisi yaitu sisi luar (tight side) dan sisi dalam (loose
9

side). Bagian loose side ini merupakan bagian yang terdapat retak akibat
pengupasan yang dikenal dengan leathe check.
4. Penyortiran vinir
Kegiatan ini dilakukan untuk menseleksi vinir setelah proses pengupasan,
vinir dipisahkan antara yang rusak dengan yang tidak, serta vinir untuk
bagian face dan core.
5. Pengeringan Vinir
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air vinir
sehingga dapat menghindarkan terjadinya blister pada kayu lapis setelah
dilakukan pengempaan panas. Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa
temperatur dalam pengeringan vinir sekitar 60-1800C tergantung pada
jenis kayu, kadar air awalnya, ketebalan vinir. Berikut disajikan data
waktu pengeringan vinir.

Table 1. Waktu Pengeringan Vinir


Jenis
Jenis Tebal KA(%) Suhu (0C) Waktu
Kayu (mm) (min) Pengering

Beech 1.5 50 5-7 80 22 Belt


Oak 0.8 40 5-7 100 4 Belt
Walnut 0.8 65 8 140 2.5 Drum
Oakb 0.6 60- 10- 180 1 Jet
80 12
Sumber: Tsoumis (1991)

6. Perekatan
Aplikasi pelaburan perekat pada kayu lapis dapat dilakukan dengan cara
roller coater, curtain coater, spry coater, atau liquid and foam extruder
(Youngquist, 1999). Perekat yang dapat dipergunakan dalam pembuatan
kayu lapis antara lain Phenol Formaldehyde (PF), Urea Formaldehyde
(UF), Melamine Urea Formaldehyde (MUF), Polyurethan, dan Isocyanat
(Vick, 1999). Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa berat labur (jumlah
perekat yang dipersiapkan per satuan luas permukaan vinir) antara 100-
10

500 g/m2, tergantung dari beberapa faktor seperti jenis kayu, jenis perekat
serta cara pelaburannya.
7. Pengempaan
Menurut Tsoumis (1991) pengempaan dikelompokkan menjadi 2 (dua)
yaitu hot press (kempa panas) dan cold press (kempa dingin). Sebagian
besar kayu lapis diproduksi dengan menggunakan kempa panas. Besarnya
tekanan berkisar antara 100-250 psi tergantung pada kerapatan kayunya.
Untuk jenis kayu berkerapatan rendah (100-150 psi), untuk jenis kayu
berkerapatan sedang (150-200 psi) serta untuk kayu berkerapatan tinggi
(200-250 psi). Besarnya temperatur pengempaan tergantung pada jenis
perekat yang digunakan. UF (1200C) dan PF (1500C). Kempa dingin
dilakukan apabila perekat yang dipakai adalah perekat alami atau perekat
sintetik yang mengeras pada suhu ruang. Besarnya tekanan pada
pengempaan dingin berkisar antara 150-350 psi tergantung pada kerapatan
kayu. Penggunaan pengempaan dingin (tekanan mekanik ataupun klem)
sulit untuk mendapatkan keseragaman ketebalan pada kayu lapis yang
dibuat.
8. Pengkondisian
Pengkondisian dilakukan bertujuan untuk mengurangi sisa tegangan akibat
proses pengempaan serta menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Biasanya dilakukan selama 1-2 minggu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

1. kayu lapis merupakan produk panel vinir-vinir kayu yang direkat bersama
sehingga arah serat sejumlah vinirnya tegak lurus dan yang lainnya sejajar
sumbu panjang panil. Pada kebanyakan tipe kayu lapis, serat setiap dua
lapisan sekali diletakkan sejajar yang pertama. Hali ini untuk menjaga
keseimbangan dari satu sisi panil ke yang lainnya.
2. Jenis kayu lapis dapat dibedakan berdasarkan jumlah lapisan, lapisan
(core), penggunaanya, bahan pelapis salah satu sisi permukaan,
berdasarkan bentuk, berdasarkan bahan bakunya, dan berdasarkan bahan
perekat yang digunakan.
3. Proses pembuatan kayu lapis terdiri dari 8 tahapan yaitu: seleksi log,
perlakuan awal log, pengupasan, penyortiran vinir, pengeringan vinir,
perekatan, pengempaan, dan pengkondisian.

3.2 Saran

Gunakan bahan perekat yang sesuai dengan dengan fungsi yang akan
digunakan pada kayu lapis. Phenol Formaldehyde dan Resolsinol Formaldehyde
digunakan untuk kayu lapis eksterior. Urea Formaldehyde dan Melamine
Formaldehyde digunakan untuk kayu lapis interior. Jenis bahan-bahan perekat
tersebut meliki kelebihan dan kekurangan masing yang dapat mempengaruhi
fungsi dari kayu lapis itu sendiri.

11
DAFTAR RUJUAKAN

Dwiprabowo, H. 2009. Kebijakan Penurunan Bea Masuk Impor Kayu Lapis ke


Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 6(1), 1-11.
Hartono, D.I. 2019. Plywood. Makalah. (online),
(https://dokumen.tips/documents/isi-makalah-plywood.html/ diakses 04
Maret 2019)
Haygreen dan Bowyer. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar
Diterjemahkan oleh Sutjipto A.H. Yogyakarta: UGM.
Iswanto, A.H. 2008. Kayu Lapis (Plywood). Karya Tulis. Medan: FP USU.
Oscarfurniture. 2011. Jenis Jenis Kayu Olahan. (online),
(http://oscarfurniturestore.com/jenis-jenis-kayu-olahan/ diakses 04 Mret
2019)
SNI. 1992. Standar Nasional Indonesia untuk Kayu Lapis (SNI 01-2704-1992)
Tsoumis, G. 1991. Science and Technologi of Wood: Strure, Properties,
Utilization. Van Nostrand Reinhold, New York. USA
Wikipedia. 2018. Kayu. (online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Kayu/ diakses 04
Maret 2019)
Youngquist. 1999. Wood Based Composities and Panel Product. Wood Hand
Book: Wood as an Engineering Material. USA.

12

Anda mungkin juga menyukai