1
Contoh 2: BF3
Atom pusat: B
BK atom B = ½ (3 + 3 x 1) = 3
Jumlah PEI = 3 ; Jumlah PEB = 0
Tiga PEI akan minimal tolakannya bila ketiganya mengarah pada pojok-pojok segitiga sama sisi.
BF3 berbentuk trigonal planar dengan sudut ikatan F-B-F sebesar 120°.
Contoh 3: CC14
Atom pusat: C
BK atom C = ½ (4 + 4 x 1) = 4
Jumlah PEI = 4 ; Jumlah PEB = 0
Empat PEI akan minimal tolakannya bila letaknya mengarah pada pojok-pojok tetrahedral. CC14
berbentuk tetrahedral normal dengan sudut ikatan C1-C-C1 sebesar 109° 28'. •
2
Gambar 4. PF5 dengan Bentuk Trigonal Bipiramidal (TBP)
Bahwa tolakan yang dialami oleh pasangan elektron ikatan P-F(ekuatorial) lebih lemah
daripada tolakan yang dialami oleh pasangan elektron ikatan P-F(aksial). Dengan kata lain posisi
ekuatorial lebih longgar daripada posisi aksial. Tolakan yang dialami oleh pasangan elektron
ikatan P-F(aksial) akan berkurang apabila pasangan elektron ikatan P-F(aksial) menjadi lebih
kurus atau lebih ramping. Hal ini dapat dicapai bila ikatan P-F(aksial) lebih panjang daripada
ikatan P-F(ekuatorial). Fakta eksperimen untuk PF5 menunjang hal tersebut. Fakta yang sama
juga terjadi pada molekul-molekul yang memiliki bentuk TBP, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel l. Panjang Ikatan Aksial dan Ekuatorial pada Beberapa Molekul dengan Bentuk TBP
Jadi, untuk molekul dengan bentuk TBP dengan atom pusat mengikat substituen-substituen
yang sama ikatan aksial adalah lebih panjang daripada ikatan ekuatorial. Dengan kata lain
substituen yang menempati posisi yang lebih longgar (posisi ekuatorial) ikatannya lebih pendek
daripada substituen yang menempati posisi yang kurang longgar (posisi aksial).
Contoh 5: SF6
Atom pusat: S
; BK atom S = ½ (6 + 6 x 1) = 6
Jumlah PEI = 6 ; Jumlah PEB = 0
Enam PEI tolakannya minimal bila posisinya mengarah pada pojok-pojok oktahedral normal
dengan sudut ikatan cis-F-S-F sebesar 90° dan sudut ikatan trans-F-S-F sebesar 180°.
3
Gambar 5. SF6 dengan Bentuk Oktahedral
Contoh 6: IF7
Atom pusat : I
BK atom I = ½ (7 + 7xl) = 7
Jumlah PEI = 7 ; Jumlah PEB = 0
Tujuh PEI posisinya mengarah pada pojok-pojok dari pentagonal bipiramidal (PBP). Ikatan-
ikatan I-F yang berposisi tegak disebut ikatan aksial, sedangkan yang berposisi mendatar disebut
ikatan ekuatorial. Sudut ikatan F(aksial)-I-F(aksial) adalah 180°; sudut ikatan F(aksial)-I-
F(ekuatorial) adalah 90°; sudut ikatan F(ekuatorial)-I-F(ekuatorial) adalah 72°. Dengan
demikian, posisi aksial dapat dianggap lebih longgar daripada posisi ekuatorial sehingga ikatan I-
F(aksial) lebih pendek daripada ikatan I-F (ekuatorial).
Atom pusat : N
BK atom N = ½ [5 + 4x1-(+1)]=4
Jumlah PEI = 4; jumlah PEB = 0
Empat PEI tersebut akan minimal tolakannya bila posisinya mengarah pada pojok-pojok
tetrahedral. NH4+ berbentuk tetrahedral dengan sudut ikatan H-N-H sebesar 109° 28'.
4
Contoh 8 : BF4-
Atom pusat: B
BK atom B = ½ [3 + 4x1- (-1)] = 4
Jumlah PEI = 4 ; jumlah PEB = 0
Empat PEI tersebut akan minimal tolakannya bila posisinya mengarah pada pojok-pojok
tetrahedral. BF4- berbentuk tetrahedral dengan sudut ikatan F-B-F sebesar 109°28’.
Apabila faktor ukuran substituen merupakan faktor yang dominan, maka sudut ikatan F-C-F
seharusnya lebih besar dibandingkan sudut ikatan H-C-H karena jari-jari atom F (71 pm) lebih
besar dari jari-jari atom H (37 pm). Diperolehnya fakta yang sebaliknya merupakan indikasi
bahwa keelektronegatifan substituen mungkin menjadi faktor yang lebih dominan. Mengingat
keelektronegatifan atom F lebih besar daripada keelektronegatifan atom H, maka timbul dugaan
bahwa pasangan elektron ikatan dengan atom yang lebih elektronegatif tolakannya lebih lemah
daripada pasangan elektron ikatan dengan substituen yang kurang elektronegatif. Apabila hal itu
benar, maka hal yang sama harus berlaku juga pada molekul-molekul yang lain. Untuk molekul-
molekul COX2 (X = F, Cl), POX3 (X = F, Cl), PSX3 (X = F, Cl), dan SO2X2 (X = F, Cl)
diperoleh data panjang dan sudut ikatan seperti diberikan pada Gambar 9.
Pada contoh-contoh tersebut tampak bahwa sudut ikatan F-E-F (E = C, P, S) lebih kecil
daripada sudut ikatan C1-E-C1. Fakta-fakta tersebut memperkuat dugaan bahwa tolakan
pasangan-pasangan elektron ikatan dengan atom yang lebih elektronegatif lebih lemah daripada
tolakan pasangan-pasangan elektron ikatan dengan atom yang kurang elektronegatif. Terjadinya
hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan molekul CH2F2 sebagai model.
5
Keelektronegatifan atom fluor lebih besar daripada keelektronegatifan atom hidrogen. Hal
ini menyebabkan kekuatan atom F dalam menarik rapatan elektron ikatan C-F lebih besar
daripada kekuatan atom H dalam menarik rapatan elektron ikatan C-H sehingga rapatan elektron
ikatan C-F dapat dianggap "lebih kurus atau lebih ramping" daripada rapatan elektron ikatan C-
H. Akibatnya, tolakan yang ditimbulkan oleh pasangan-pasangan elektron ikatan C-F lebih
lemah daripada tolakan yang ditimbulkan oleh pasangan-pasangan elektron ikatan C-H dan sudut
ikatan F-C-F menjadi lebih kecil daripada sudut ikatan H-C-H.
6
cenderung lebih kuat daripada tolakan yang ditimbulkan oleh substituen yang ukurannya lebih
kecil. Hal ini diimbangi dengan membesarnya sudut ikatan yang ada di sekitar atom pusat seperti
yang teramati pada contoh-contoh berikut.
Gambar 10. Perbedaan Sudut Ikatan pada NH3, N(CH3)3 dan NPh3
Ukuran Ph (C6H5) > CH3 > H. Volume ruangan di sekitar atom pusat yang ditempati oleh
substituen Ph > CH3 > H atau tolakan yang ditimbulkan oleh substituen Ph > CH3 > H.
Akibatnya sudut ikatan (Ph)-N-(Ph) > (Me)-N-C(Me) > H-N-H. Ph adalah gugus fenil.
AturanBent
Pada molekul PF5 untuk pembentukan ikatan-ikatan P-F atom P menggunakan lima orbital
hibrida sp3d. Lima orbital hibrida sp3d tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok orbital
hibrida, yaitu tiga buah orbital hibrida sp2 dan dua buah orbital hibrida pd, seperti ditunjukkan
pada Gambar 11.
Gambar 11. Dua Orbital Hibrida pd pada Posisi Aksial dan Tiga Orbital
Hibrida sp2 pada Posisi Ekuatorial
Dua orbital hibrida pd berada pada posisi aksial dengan kedudukan berlawanan; tiga orbital
hibrida sp2 kedudukannya mengarah pada pojok-pojok segitiga sama sisi. Dua orbital hibrida pd
digunakan untuk membentuk ikatan-ikatan aksial, sedangkan tiga orbital hibrida sp2 digunakan
untuk membentuk ikatan-ikatan ekuatorial. Untuk orbital hibrida berlaku ketentuan bahwa
naiknya karakter s akan meningkatkan keelektronegatifannya. Orbital hibrida sp2 dengan
karakter s sebesar 33,33% adalah lebih elektronegatif daripada orbital hibrida pd yang tidak
memiliki karakter s.
Substitusi atom fluor dengan atom klorin pada PF5 akan menghasilkan PC14F, PC13F2,
PC12F3, dan PC1F4. Mengingat posisi aksial dan ekuatorial pada trigonal bipiramidal adalah
tidak seharga, maka timbul masalah berkaitan dengan penempatan atom-atom tersebut pada dua
posisi berbeda yang ada.
7
Pada PC14F misalnya, ada dua kemungkinan bentuk yang dapat diperoleh seperti
ditunjukkan pada Gambar 12.
Substituen yang termasuk gugus pendorong elektron seperti gugus metil akan menempati
posisi ekuatorial apabila substituen-substituen yang lain memiliki keelektronegatifan yang lebih
tinggi. Gugus metil memiliki keelektronegatifan lebih kecil daripada atom fluor sehingga apabila
atom fluor pada PF5 disubstitusi oleh gugus metil, maka diperoleh beberapa struktur seperti
ditunjukkan pada Gambar 14.
8
Gambar 14. PF4(CH3) dan PF3(CH3)2 dengan Bentuk TBP Terdistorsi
Pasangan elektron ikatan P-CH3 adalah lebih gemuk dibandingkan pasangan elektron ikatan
P-F sehingga sudut-sudut ikatan F-P-F menjadi lebih kecil daripada sudut-sudut ikatan
normalnya.
9
pasangan elektron bebas sedangkan pada kulit valensi atom N hanya terdapat satu pasangan
elektron bebas.
Gambar 15. Molekul NH3 dan H2O dengan Sudut-sudut Ikatan Lebih Kecil dari Sudut
Tetrahedral Normal; Molekul SeF4 dengan Sudut-sudut Ikatan Lebih Kecil dari Sudut TBP
Normal; Molekul C1F5 dengan Sudut-sudut Ikatan Lebih Kecil dari Sudut Oktahedral Normal
Untuk molekul dan ion yang atom pusatnya memiliki pasangan electron bebas,
permasalahan yang timbul adalah di mana pasangan elektron bebas tersebut harus diletakkan.
Untuk molekul dengan bilangan koordinasi 3, 4, dan 6 bila pada kulit valensi atom pusatnya
terdapat sebuah pasangan electron bebas, penempatannya boleh di mana pun karena semua posisi
yang ada seharga sehingga diperoleh bentuk-bentuk seperti diberikan pada Gambar 16.
Penempatan PEB di sebelah atas pada NF3, dan di sebelah bawah pada BrF5 adalah lebih
memudahkan dalam meramalkan pengaruh PEB terhadap pengecilan sudut-sudut ikatan di
sekitar atom pusat dibandingkan penempatan PEB pada posisi-posisi yang lain.
Pada BrF5 atom F yang letaknya berlawanan dengan PEB disebut atom F puncak, sedangkan
empat atom F yang lain disebut atom F basal. Adanya PEB menyebabkan atom Br terletak di
bawah bujur sangkar yang terbuat dari empat atom F basal. Sudut ikatan F-Br-F besarnya adalah
< 90°, sedangkan sudut ikatan t rans-F-Br-F besarnya <180°.
Gambar 16. Molekul dengan 1 PEB. a) BK 3 bentuk huruf V (SnCl2), b) BK 4 bentuk trigonal
pyramidal (NF3), dan BK 6 bentuk piramida alas bujur sangkar terdistorsi (BrF3)
Untuk bilangan koordinasi lima penempatan sebuah pasangan elektron bebas ada dua
kemungkinan, yaitu pada posisi ekuatorial dan posisi aksial.
Bila pasangan elektron bebas terdapat pada posisi ekuatorial maka terdapat dua buah tolakan
antara pasangan elektron bebas dengan pasangan-pasangan elektron ikatan yang lain dengan
sudut 90°.
10
Gambar 17. Dua Kemungkinan Posisi PEB pada Molekul dengan BK 5
Sebaliknya, bila pasangan elektron bebas terdapat pada posisi aksial akan terdapat tiga buah
tolakan antara pasangan elektron bebas dengan pasangan-pasangan elektron ikatan yang lain
dengan sudut 90°. Tolakan yang dialami oleh pasangan elektron bebas bila menempati posisi
ekuatorial lebih lemah daripada tolakan yang dialaminya apabila menempati posisi aksial.
Dengan kata lain posisi ekuatorial lebih longgar daripada posisi aksial. Oleh karena itu bila
pasangan elektron bebas terdapat pada posisi ekuatorial, maka akan diperoleh struktur yang lebih
stabil. Fakta ini teramati untuk SF4 yang ditunjukkan pada Gambar 25.
Untuk bilangan koordinasi 4 bila pada kulit valensi atom pusatnya terdapat dua pasangan
elektron bebas, maka pasangan-pasangan elektron bebas tersebut dapat diletakkan di mana pun
sehingga diperoleh bentuk sebagai berikut.
Untuk bilangan koordinasi 5, dua pasangan elektron bebas diletakkan pada posisi ekuatorial
sehingga diperoleh bentuk huruf T bengkok seperti yang teramati pada BrF3.
Gambar 19. Dua PEB pada Posisi Ekuatorial dalam Molekul dengan BK 5
Bentuk: huruf T bengkok; Contoh: BrF3
Untuk bilangan koordinasi 6, ada dua kemungkinan penempatan dua pasangan elektron
bebas, yaitu pada posisi cis dan posisi trans.
11
Gambar 20. Dua kemungkinan posisi dua PEB pada molekul dengan BK 6
(gambar a. posisi cis dan gambar b. posisi trans)
Struktur dengan dua PEB pada posisi trans lebih stabil daripada struktur dengan dua PEB
pada posisi cis karena tolakan antara dua buah pasangan elektron bebas yang ada lebih kecil
sehingga bentuk molekul yang diperoleh adalah bujursangkar seperti yang teramati pada XeF4
yang diberikan pada Gambar 29.
Untuk bilangan koordinasi 4 bila pada kulit valensi atom pusatnya terdapat 3 buah pasangan
elektron bebas, maka ketiganya dapat ditempatkan di mana pun sehingga diperoleh bentuk linear
seperti yang teramati pada molekul HF
Gambar 22. Tiga PEB pada Posisi Ekuatorial dalam Molekul dengan BK 5
Bentuk: linear; Contoh: XeF2
Untuk bilangan koordinasi 6, bila terdapat 3 pasangan elektron bebas maka 2 buah
diletakkan pada posisi trans dan yang ketiga pada posisi cis terhadap 2 pasangan elektron bebas
yang berposisi trans sehingga diperoleh bentuk huruf T terdistorsi. Sampai saat ini dianggap
belum ada contoh molekul yang termasuk dalam kategori tersebut. Beberapa ion yang
kemungkinan dalam kategori tersebut adalah XeF3- dan IF32-.
12
Gambar 23. Tiga PEB pada Molekul dengan BK 6
Bentuk: huruf T terdistorsi
Molekul yang pada kulit valensi atom pusatnya terdapat empat atau lima pasangan elektron
bebas dapat dianggap belum pernah dijumpai. Berikut diberikan beberapa contoh peramalan
bentuk molekul yang pada kulit valensi atom pusatnya terdapat pasangan elektron bebas beserta
perkir aan besarny a sudut ikatan yang ada.
Contoh 9: NH2-
Atom pusat: N
BK atom N = ½ [5 + 2 x 1 - (-1)] = 4
Jumlah PEI = 2, jumlah PEB = 2
Empat pasangan elektron yang ada posisinya mengarah pada pojok-pojok tetrahedral. NH2-
berbentuk huruf V dengan sudut ikatan H-N-H sebesar 103,8° lebih kecil dari sudut tetrahedral
normal (109,47°), karena dua PEB yang terdapat pada atom N memerlukan ruangan yang lebih
besar, atau karena kekuatan tolakan PEB-PEB > PEB-PEI > PEI-PEI.
Contoh 9: SF4
Atom pusat: S
BK atom S = ½ (6 + 4 x 1) = 5
Jumlah PEI = 4, jumlah PEB = 1
Lima pasangan elektron yang ada posisinya mengarah pada pojok-pojok trigonal bipiramidal.
SF4 berbentuk seesaw atau disfenoidal seperti ditunjukkan pada Gambar 25. Adanya PEB
menyebabkan sudut ikatan F(aksial)-S-F(aksial) lebih kecil dari 180° dan sudut ikatan
F(ekuatorial)-S-F(ekuatorial) lebih kecil dari 120° seperti ditunjukkan pada gambar di bawah.
Panjang ikatan S-F(aksial) adalah 164,6(3) pm dan ikatan S-F(ekuatorial) adalah 154,5(3) pm.
13
Pada molekul SF4 sudut ikatan F(ekuatorial)-S-F(ekuatorial) adalah 19,5° lebih kecil
dibandingkan sudut ikatan pada TBP normal (120°); sudut ikatan F(aksial)-S-F(aksial) adalah
6,5° lebih kecil dibandingkan sudut ikatan pada TBP normal (180°). Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh tolakan PEB terhadap ikatan ekuatorial cenderung lebih kuat dibandingkan pengaruh
PEB pada ikatan aksial. Kecenderungan ini juga terjadi pada molekul SeF4 yang diberikan pada
Gambar 15.
14
Contoh 12: TeF5-
Atom pusat: Te
BK atom Te = ½ [6+ 5 x 1-(-1)] = 6
Jumlah PEI = 5, jumlah PEB = 1
Sebuah PEB dapat ditempatkan pada sembarang posisi dan diperoleh bentuk piramida alas
bujursangkar terdistorsi seperti ditunjukkan pada Gambar 28.
Pada TeF5~ terdapat dua macam atom F, yaitu atom F(puncak) dan atom F(basal). Empat
buah atom F (basal) membentuk bujursangkar dengan atom Te terletak 4 pm di bawah pusat
bujursangkar tersebut, karena tolakan yang ditimbulkan oleh pasangan elektron bebas lebih kuat
dibandingkan tolakan yang ditimbulkan oleh pasangan elektron ikatan yang berada pada posisi
yang berlawanan. Sudut ikatan F(puncak)-Te-F(basal) adalah 79°. Panjang ikatan Te-F(puncak)
adalah 185 pm sedangkan panjang ikatan Te-F(basal) adalah 196 pm. Untuk bentuk piramida
alas bujursangkar terdistorsi pada umumnya ikatan antara atom pusat dengan atom pada puncak
lebih pendek daripada ikatan antara atom pusat dengan atom-atom pada basal seperti yang
teramati pada XeF5+, SbF52-, dan BrF5.
15
Gambar 29. XeF4, BK 6 dengan 2 PEB
Bentuk: Bujursangkar
Molekul dengan Atom Pusat Memiliki Elektron Tidak Berpasangan (ETB)
Pada beberapa molekul atom pusat yang ada dapat memiliki elektron yang tidak
berpasangan. Oleh karena elektron ini memerlukan ruangan yang lebih kecil daripada pasangan
elektron ikatan atau pasangan elektron bebas, sebagai konsekuensinya tolakan yang ditimbulkan
oleh elektron tidak berpasangan (ETB) lebih lemah daripada tolakan yang ditimbulkan oleh
pasangan elektron ikatan atau pasangan elektron bebas. Akibatnya adanya elektron yang tidak
berpasangan akan memperbesar sudut ikatan yang ada di sekitar atom pusat seperti yang teramati
pada contoh berikut.
Contoh 14: NO2
Atom pusat: N
BK atom N = ½ (5 + 2x0) = 2½
Jumlah PEI = 2, jumlah PEB = 0, jumlah ETB = 1
BK 2½ berada di antara BK 2 dan 3 sehingga sudut ikatan yang ada harus lebih kecil dari 180°
(sudut normal untuk BK 2), tetapi lebih besar dari 120° (sudut normal untuk BK 3). NO2-
berbentuk huruf V dengan sudut ikatan O-N-O sebesar 134.3° karena tolakan antara PEI-PEI
lebih kuat daripada tolakan antara PEI-ETB.
16
Gambar 3l Asam Asetat dan Dinitrogen Pentaoksida dengan
Atom Oksigen Terminal dan Atom Oksigen Jembatan
Atom oksigen jembatan dapat juga terikat pada 3 buah atom lain seperti yang terdapat pada
alkohol terprotonasi, salah satu contohnya ditunjukkan pada Gambar 32.
17
CO2 berbentuk linear dengan sudut ikatan O-C-O sebesar 180° dan panjang ikatan
116,42(3)pm. Seperti halnya pada ion NO2+, agar aturan oktet terpenuhi maka terdapat
dua ikatan π antara atom karbon dan atom-atom oksigen.
18
BK atom Cl= ½ [7 + 3 x 0 - (-1)] = 4
Jumlah PEI = 3; jumlah PEB = 1
C1O3- berbentuk trigonal piramidal dengan sudut O-C1-O sebesar 106°. Adanya 1 PEB
pada atom Cl menyebabkan sudut ikatan O-C1-O mengecil sehingga lebih kecil dari
sudut tetrahedral normal.
Tabel 1
Bentuk Molekul dan Ion dengan Atom Pusat Mengikat Atom Oksigen Terminal
dan Atom-atom Selain Oksigen ,
Molekul Bentuk BK
COF2 trigonal planar terdistorsi 3
19
COC12 trigonal planar terdistors 3
POF3 tetrahedral terdistorsi 4
POC13 tetrahedral terdistorsi 4
SO2F2 tetrahedral terdistorsi 4
SO2C12 tetrahedral terdistorsi 4
Contoh 21:COF2
Atom pusat: C
BK atom C = 1/2(4 + lxO + 2x1) = 3
Jumlah PEI = 3; jumlah PEB = 0
COF2 berbentuk trigonal planar terdistorsi. Agar aturan oktet terpenuhi, maka ikatan antara
atom karbon dengan atom oksigen adalah ikatan rangkap dua. Sudut ikatan O-C-F adalah 126,2°
dan sudut ikatan F-C-F adalah 107,7° karena ikatan rangkap dua memerlukan ruangan yang lebih
besar daripada ikatan tunggal, seperti ditunjukkan pada Gambar 39.
Gambar 39
COF2 dengan Bentuk Trigonal Planar Terdistorsi
Contoh 22: POF3
Atom pusat: P
BK atom P = ½ (5 + 1x0 + 3x1) = 4
Jumlah PEI = 4; jumlah PEB = 0
POF3 berbentuk tetrahedral terdistorsi. Agar muatan formal dari atom P nol, maka ikatan
antara atom fosfor dengan atom oksigen adalah ikatan rangkap dua. Sudut ikatan F-P-F sebesar
101,3(2)°, karena ikatan rangkap memerlukan ruangan yang lebih besar, seperti ditunjukkan pada
Gambar 40.
21
Gambar 43. H202
Pada asam-asam oksi dan ion-ion asam oksi yang masih memiliki atom hidrogen, kecuali
asam fosfit (H3PO3), jumlah O(t) dan O(j) dapat diperoleh dengan merubah rumus kimia spesies
sehingga semua atom hidrogen berikatan dengan atom oksigen. Misalnya, H2SO4 diubah menjadi
SO2(OH)2, yang berarti pada H2SO4 terdapat 2 atom O(t) dan 2 atom O(j). HSO4- diubah
menjadi SO3(OH)-, yang berarti pada SO3(OH)- terdapat 3 atom O(t) dan satu atom O(j).
Contoh 24: HSO4- atau SO3OH-
Atom pusat: S
BK atom S = ½ [6 + 3x0 + 1x1 –(-1)] = 4
PEI = 4, PEB = 0
SO3OH- berbentuk tetrahedral terdistorsi. Ikatan-ikatan S-O(t) sama panjang karena adanya
resonansi dan berorde 5/3. Panjang ikatan S-O(j) adalah 1,56 A sedangkan panjang ikatan S-O(t)
adalah 1,47 A. Sudut ikatan O(t)-S-O(t) adalah 113° dan O(t):S-O(j) adalah 106°. Sudut ikatan
O(t)-S-O(t) lebih besar daripada sudut O(t)-S-O(j) karena ikatan S-O(t) berorde 5/3 sedangkan
ikatan S-O(j) berorde 1.
22
Gambar 45. H2S04
Contoh 26: HNO3 atau NO2(OH)
Atom pusat: N
BK atom N = ½ (5+ 2x0 + 1x1) = 3
Jumlah PEI = 3, PEB = 0
HNO3 berbentuk segitiga planar. Ikatan N-O(j) lebih panjang daripada ikatan N-O(t); sudut
O(t)-N-O(t) adalah 130°. Sudut O(t)-N-O(j) adalah 116 dan 114°, lebih kecil daripada sudut
O(t)-N-O(t) karena ikatan N-O(t) berorde 1,5 sedangkan ikatan N-O berorde 1.
Pasangan elektron ikatan rangkap memerlukan ruangan yang lebih besar daripada pasangan
elektron ikatan tunggal. Volume ruangan yang ditempati oleh pasangan elektron bebas dapat
dianggap sedikit lebih besar daripada volume ruangan yang ditempati oleh pasangan elektron
ikatan rangkap dua. Tolakan yang ditimbulkan oleh pasangan elektron bebas juga sedikit lebih
kuat daripada tolakan yang ditimbulkan oleh pasangan elektron ikatan rangkap dua. Pada bentuk
trigonal bipiramidal pasangan elektron ikatan rangkap menempati posisi ekuatorial. Adanya
pasangan elektron bebas dan pasangan elektron ikatan rangkap dapat memperkecil sudut-sudut
ikatan yang ada, seperti yang ditunjukkan oleh contoh-contoh pada Gambar 47.
23
Gambar 47. Molekul SF4 dan OSF4
Molekul dengan Substituen Atom Belerang
Dalam meramalkan bentuk molekul dan ion poliatomik yang memiliki atom belerang
terminal dan atom belerang jembatan berlaku aturan yang sama sebagaimana pada atom oksigen
terminal dan jembatan, yaitu dalam menentukan bilangan koordinasi atom pusat, atom belerang
terminal dianggap tidak menyumbang elektron, sedangkan atom belerang jembatan menyumbang
satu elektron.
24
Substituen n Substituen N
R 1 CR=CR2 terikat pada C(sp3) 1
R terikat pada C(sp) 0 NR2 1
R terikat pada C(sp2) 1 NR2 terikat pada C(sp) 0
R terikat pada C(sp3) 1 NR2 terikat pada C(sp2) 1
CR2 terikat pada C(sp2) 0 NR2 terikat pada C(sp3) 1
CR terikat pada C(sp) 0 O(t) 0
CR terikat pada C(sp2) 1 O(j) 1
CR terikat pada C(sp3) 1 S(t) 0
OCR terikat pada C(sp) 0 S(j) 1
C=CR terikat pada C(sp2) 1 ER3(E = B, N,P, As, Sb) 2
C=CR terikat pada C(sp3) 1 CO(t) 2
CR=CR2 terikat pada C(sp) 0 CO(j) 1
CR=CR2 terikat pada C(sp2) 1 BR3 0
Keterangan:
t = terminal; j = jembatan; R = hidrogen, halogen, alkil atau aril.
Contoh 28: H3NBF3
Geometri di sekitar atom N
BK atom N = ½ (5 + 3 x 1) = 4
Jumlah PEI = 4; Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom N adalah tetrahedral terdistorsi karena ada dua macam substituen, yaitu
atom H dan BF3 yang diikat oleh atom N.
Geometri di sekitar atom B
BK atom B = ½ (3 + 2 + 3 x 1) = 4
Jumlah PEI = 4
Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom B adalah tetrahedral terdistorsi karena ada dua macam substituen, yaitu
NH3 dan atom F yang diikat oleh atom B.
25
Contoh 29: F3PBH3
Geometri di sekitar atom P
BK atom P = ½ (5 + 3xl + 0) = 4
Jumlah PEI = 4; Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom P adalah tetrahedral terdistorsi karena ada dua macam substituen, yaitu
atom F dan BH3 yang diikat oleh atom P.
Geometri di Sekitar Atom B
BK atom B = ½ (3 + 2 + 3xl) = 4
Jumlah PEI = 4; Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom B adalah tetrahedral terdistorsi karena ada dua macam substituen, yaitu
PF3 dan atom H yang diikat oleh atom B.
26
Gambar 51. Molekul Propilena
Contoh 31: HOCCH3 (metil asetilena)
Geometri di sekitar atom C (kiri)
BK atom C = ½ (4 + 0 + 0) = 2
Jumlah PEI = 2; Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom C (kiri) adalah linear.
Geometri di sekitar atom C (tengah)
BK atom C = ½ (4 + 0 + 0) = 2
Jumlah PEI = 2; Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom C (tengah) adalah linear.
Geometri di sekitar atom C (kanan)
BK atom C = ½ (4 +1 + 3 x 1) = 4
Jumlah PEI = 4 ; Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom C (kanan) adalah tetrahedral terdistorsi karena ada dua macam
substituen, yaitu HC≡C dan atom H yang diikat oleh atom C (kanan).
27
Jumlah PEI = 2 Jumlah PEB = 0
Geometri di sekitar atom C (kanan) adalah linear.
28
C. TEORI DOMAIN ELEKTRON
Bentuk molekul merupakan gambaran secara teoritis susunan atom-atom dalam
molekul berdasarkan susunan ruang pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron
bebas atom pusat. Susunan atom-atom teratur menurut pola-pola tertentu. Pola-pola itu
disebut dengan bentuk molekul. teori domain elektron
Teori yang sederhana untuk menjelaskan bentuk molekul yang mengandung ikatan
pasangan elektron adalah teori tolakan pasangan elektron dalam kulit valensi atau teori
VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion). Menurut teori ini, bangun suatu
molekul ditentukan oleh pasangan elektron yang terdapat dalam kulit valensi atom pusat.
Pasangan-pasangan elektron akan saling menjauhi agar tolak menolak antara pasangan-
pasangan elektron terjadi seminimal mungkin.
Teori VSEPR kemudian disempurnakan melalui teori domain elektron yang mampu
memprediksi bentuk molekul secara ideal berdasarkan eksistensi domain elektron ikatan
dan domain elektron bebas. Berdasarkan teori domain elektron terdapat lima macam
bentuk dasar molekul kovalen, yaitu: linear, segitiga datar, tetrahedral, trigonal
bipiramida, dan oktahedral.
29
b. Urutan kekuatan tolak-menolak di antara domain elektron adalah: Tolakan antar
domain elektron bebas tolakan antara domain elektron bebas dengan domain
elektron ikatan tolakan antardomain elektron ikatan. Perbedaan daya tolak ini
terjadi karena pasangan elektron bebas hanya terikat pada satu atom saja, sehingga
bergerak lebih leluasa dan menempati ruang lebih besar daripada pasangan elektron
ikatan. Akibat dari perbedaan daya tolak tersebut adalah mengecilnya sudut ikatan
karena desakan dari pasangan elektron bebas. Hal ini juga terjadi dengan domain
yang mempunyai ikatan rangkap atau rangkap tiga, yang pasti mempunyai daya
tolak lebih besar daripada domain yang hanya terdiri dari sepasang elektron.
c. Bentuk molekul hanya ditentukan oleh pasangan elektron terikat. Perhatikan tabel
berikut!
Tabel Susunan Ruang Domain Elektron
Yang Menghasilkan Tolakan Minimum
1. Teori domain elektron adalah suatu cara untuk meramalkan geometri molekul
berdsarkan teori tolak menolak elektron pada kulit luar atom pusat
2. Domain elektron adalah daerah yang memiliki elektron
3. Setiap elektron ikatan baik tunggal/rangkap merupakan satu domain
4. Setiap pasangan elektron bebas dihitung satu domain
5. Bentuk molekul menggambarkan kedudukan atom-atom di dalam suatu molekul,
yaitu kedudukan atom-atom dalam ruang tiga dimensi dan besarnya sudut-sudut
ikatan yang dibentuk dalam suatu molekul, serta ikatan yang terjadi pada molekul
tersebut yang dibentuk oleh pasangan-pasangan elektron
6. Pasangan elektron yang berada pada di sekitar atom pusatnya dapat dibedakan
menjadi dua,yakni pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas
(PEB)
7. Bentuk molekul diberi notasi khusus untuk menunjukkan jumlah PEI dan PEB,
yaitu:
Jumlah domain elektron dalam suatu molekul diberi notasi khusus untuk
menunjukkan jumlah PEI dan PEB, yaitu :
30
Dimana A = atom pusat, X = PEI, E = PEB, n = jumlah masing-masing PEI/PEB
31