Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TRANSPOTASI

LAPORAN SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS PERSIMPANGAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemodelan Sistem Transportasi
Dosen Pengampu Ir. Sri Yuniarti, MT

Disusun Oleh
Destharia Erianti
Yossi Caesar Alfarisi

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERANCANAAN


UNIVERSITAS JAYABAYA
JAKARTA 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Survey & Analisa Kapasitas
Persimpangan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemodelan Sistem Transportasi. Adapun
laporan ini dibuat untuk mempelajari dan memahami pembahasan mengenai simpang bersinyal
dan segmen jalan perkotaan.

Kami menyadari masih ada banyak hal yang kurang sempurna dalam laporan ini, hal
tersebut tidak terlepas dari kekurangan dalam kemampuan kami yang masih terbatas. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat membuat
laporan yang lebih baik.

Akhir kata, kami berharap supaya laporan analisa tinjauan ini berguna bagi para
pembaca umumnya dan khususnya bagi kami sendiri. Atas segala perhatiannya, kami
mengucapkan banyak terima kasih.

Jakarta, April 2019

Penyusun

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………… 2


Daftar Isi …………………………………………………………………………………. 3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………. 4
1.2 Manfaat dan Tujuan …………………………………………………………. 5
1.3 Ruang Lingkup Survei dan Analisi Lalu Lintas …………………………….. 5
BAB II. DASAR TEORI ………………………………………………………………... 7
BAB III. ANALISA (Perhitungan) ……………………………………………………… 15
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….. 17
4.2 Saran …………………………………………………………………………. 17
LAMPIRAN ……………………………………………………………………………… 20

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan merupakan suatu sarana transportasi yang sangat penting karena dengan jalanlah
maka daerah yang satu dapat berhubungan dengan daerah yang lainnya. Untuk menjamin agar
jalan dapat memberikan pelayanan sebagaimana yang diharapkan maka selalu diusahakan
peningkatan-penigkatan jalan itu.Dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, hal ini
menyebabkan meningkatnya jumlah arus lalu lintas dengan kemampuan jalan yang terbatas.

Jalan Margonda Raya merupakan akses utama dari dan kekota Jakarta serta pintu
gerbang menuju Kota Depok. Jalan Margonda Raya merupakan pusat utama Kota Depok
dengan fungsi utama sebagai pusat perdagangan dan kawasan ini juga dilalui oleh jalur regional
Jalan Raya Bogor- Jalan Jagorawi dan sistem tranportasi kereta api Jakarta-Depok-Bogor.
Dengan faktor keuntungan lokasional menjadikan kawasan ini mempunyai posisi yang cukup
strategis dan berakses tinggi. Adapun tata guna lahan yang ada di sekitar lokasi Jalan Margonda
Raya bervariasi mulai dari perdagangan, pendidikan, jasa, perkantoran sampai dengan pedagang
kaki lima sehingga menjadikan daerah Jalan Margonda Raya menjadi pusat orientasi pergerakan
masyarakat baik dalam kota Depok sendiri maupun dari luar kota Depok. Karena yang menjadi
pusat orientasi dan berdekatan dengan lokasi terminal antar kota yang cukup besar dan
menimbulkan kemacetan di beberapa ruas jalan seperti pada Jalan Margonda Raya dan Jalan
Siliwangi. Ditambah lagi Jalan Margonda Raya lokasinya berdekatan dengan pusat perdagangan
(Mall), sarana pendidikan (Universitas) , dan perkantoran.

Jalan Margonda Raya – Jalan Siliwangi diklasifikasikan sebagai jalan arteri. Jalan arteri
adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri–ciri perjalanan jarak jauh kecepatan
rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi seefisien, dengan peranan pelayanan jasa
distribusi untuk masyarakat dalam kota. Persimpangan pada jalan arteri diatur dengan
pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya. Jalan arteri mempunyai kapasitas
sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 4


Dari tahun ke tahun, dapat kita lihat peningkatan volume lalu lintas yang melintasi jalur
ini, seiring dengan bertambahnya jumlah kendaraan di Wilayah Depok.Sementara itu, dalam
beberapa tahun terakhir Jalan Margonda Raya – Siliwangi masih terlihat padat walaupun sudah
dilakukan pelebaran jalan.Oleh karena itu, jalur ini perlu ditinjau dan daianalisa kembali
kesesuaian antara kondisi jalan dan kondisi lalu lintasnya, apakah masih sesuai dengan
klasifikasinya sebagai jalan arteri di Wilayah Depok.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan penyusunan laporan survei perhitungan volume lalu lintas
adalah untuk:

1. Mendapatkan data jumlah dan jenis kendaraan yang lewat pada suatu segmen jalan
perkotaan dan simpang bersinyal.
2. Melakukan analisis operasional dan perencanaan suatu segmen dan simpang bersinyal
berdasarkan data riil yang ada dilapangan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI).

1.3 Ruang Lingkup Survei dan Analisis Lalu Lintas

Ruang lingkup dan analisis lalu lintas dalam penyusunan laporan ini antara lain:

1. Pengukuran sederhana untuk mendapatkan data primer yaitu data geometrik jalan dan
persimpangan. Meliputi: tipe jalan, panjang segmen jalan, lebar jalur, lebar lajur, lebar
median, lebar separator, lebar bahu, keberadaan kerb, lebar trotoar, lebar pendekat, lebar
masuk persimpangan, tipe alinyemen, marka jalan, rambu lalu lintas dan jenis perkerasan
jalan yang digunakan.
2. Inventarisasi dan identifikasi kondisi lalu lintas yang terdapat pada segmen jalan dan
persimpangan. Meliputi: pemanfaatan bahu jalan, trotoar, dan lingkungan di samping jalan
yang dapat mempengaruhi karakteristik lalu lintas. Contoh: pemanfaatan bahu jalan untuk
PKL atau parkir.
3. Penggambaran potongan melintang segmen jalan yang ditinjau.
4. Penggambaran hasil pengukuran sederhana dan inventarisasi permasalahan dalam peta
situasi.
5. Perhitungan dan pencatatan lalu lintas secara manual yang terklasifikasi berdasarkan jenis
kendaraan serta gerakan kendaraan yang telah ditentukan pada segmen jalan dan

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 5


persimpangan. Semua kendaraan yang lewat harus dihitung, kecuali kendaraan-kendaraan
khusus misalnya: mesin gilas, grader, kendaraan konvoi militer, tank-tank baja, pemadam
kebakaran dan lain-lain.
6. Pencatatan hambatan samping yang terjadi di sepanjang segmen jalan berdasarkan
klasifikasi yang ditentukan untuk interval waktu 1 jam dan interval jarak 200 meter.
7. Identifikasi fase sinyal yang digunakan dalam persimpangan. Meliputi: jumlah fase, gerakan
kendaraan dan waktu sinyal pada setiap fase, pengaturan belok kiri langsung, dan waktu
siklus yang digunakan.
8. Analisis operasional dan perencanaan segmen jalan dan simpang bersinyal yang ditinjau
dengan menggunakan MKJI.
9. Dokumentasi seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan.

BAB II

DASAR TEORI
2.1. Simpang Bersinyal
Persimpangan yaitu dua ruas jalan atau lebih yang saling memotong atau saling
bersilangan. (Direktorat Jendral Bina Marga : 1992 )
Simpang bersinyal adalah suatu persimpangan yang terdiri dari beberapa lengan dan
dilengkapi dengan pengaturan sinyal lampu lalu lintas (traf fi cli ght ).
Berdasarkan MKJI 1997, adapun tujuan penggunaan sinyal lampu lalu lintas (traffic light)
pada persimpangan antara lain:
1. Menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalulintaskendaraan
dari masing-masing lengan.
2. Memberi kesempatan kepada kendaraan/dan pejalan kaki yang berasal dari jalan

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 6


kecil untuk memotong ke jalan utama.
3. Untuk
me ngurangi
ju mlah
ke celakaan lalu
lin tas akibat
tab rakanantarake
nd araan-
ke ndaraan dari
ara h yang
ber tentangan.

2.2. Tujuan
Pengatu ran
Simpan g
Tujuan utama dari pengaturan lalu lintas umumnya adalah untuk menjaga
keselamatan arus lalu lintas dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan terarah,
tidak menimbulkan keraguan. Pengaturan lalu lintas di simpang dapat dicapai
dengan menggunakan lampu lalu lintas, marka dan rambu-rambu yang mengatur, mengarahkan,
dan memperingati serta pulau-pulau lalu lintas.
Selanjutnya dari pemilihan pengaturan Simpang dapat ditentukan tujuanyang ingin
dicapai seperti:
1. Mengurangi maupun menghindarkan kemungkinan terjadinya kecelakaanyang berasal
dari berbagai kondisi titik konflik
2. Menjaga kapasitas dari Simpang agar dalam operasinya dapat dicapai
pemanfaatan
simpang yang sesuai dengan rencana.
3. Dalam operasinya dari pengaturan simpang harus memberikan petunjuk yang jelas
dan pasti serta sederhana, mengarahkan arus lalu lintas pada tempatnyayang sesuai.

2.3. Gerakan Lalu Lintas pada Persimpangan


Terdapat empat bentuk tipe dasar pergerakan lalu lintas padapersimpangan yang
dilihat dari sifat dan tujuan gerakan, yaitu:

2.3.1 Diverging (gerakan memisah)


Peristiwa berpencarnya kendaraan yang melewati suatu ruas jalan ketika
kendaraan tersebut sampai pada titik persimpangan. Konflik ini dapat terjadi pada saat
kendaraan melakukan gerakan membelok atau berganti jalur.

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 7


2.3.2 Merging (gerakan bergabung)
Peristiwa bergabungnya kendaraan yang bergerak dari beberapa ruas jalan ketika
bergabung pada suatu titik persimpangan, dan juga pada saat kendaraan melakukan
pergerakan membelok dan bergabung.

2.3.3
Weaving
(gerakan menyilang)
Peristiwa
terja dinya
perpindahan jalur atau jalinan arus kendaraan menuju pendekat lain. Gerakan ini
merupakan perpaduan dari gerakan di ver gin g dan merging.

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 8


2.3.4 Crossing (gerakan memotong)
Peristiwa perpotongan antara arus kendaraan dari satu jalur ke jalur lain pada
persimpangan, biasanya keadaan demikian akan menimbulkan titik konflik pada
persimpangan. Tipe dasar gerakan crossing

2.4. Lampu Lalu


Lintas (Signalized
Junction)
Pengendalian persimpangan dengan lampu alu lintas ini memberikan hak berjalan
pertama kepada fase tertentu kemudian rambu lalu lintas serupa kepada fase lainnya.
Masing-masing pergerakan mendapatkan kesempatan melintasi persimpangan dalam suatu
jangka waktu tertentu dan pada saat berbeda-beda, serta dipengaruhi oleh susunan fisik
persimpangan, jenis pengontrolan, volume lalu lintas, pola dan arah lalu lintas.
Lampu lalu lintas (traffic light) adalah suatu alat kendali dengan menggunakan
lampu yang terpasang pada persimpangan dengan tujuan untuk mengatur arus lalu lintas.
Pengaturan arus lalu lintas pada persimpangan pada dasarnya dimaksudkan untuk
bagaimana pergerakan kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan
(vehicle group movements) dapat bergerak secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu
antar arus yang ada.Ada berbagai jenis kendali dengan menggunakan lampu lalu lintas dimana
pertimbangan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi persimpangan yangada

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 9


seperti volume, geometrik simpang dan sebagainya.

2.5. Karakteristik Tr a f fic Li ght


Kondisi geometrik dan lalu lintas (demand ) akan berpengaruh terhadap kapasitas dan
kinerja lalu lintas pada persimpangan. Oleh karena itu, perencana harus dapat
merancang sedemikian rupa sehingga mampu mendistribusikan waktu kepada masing-
masing kelompok pergerakan kendaraan secara proporsiona lsehingga memberikan kinerja
yang sebaik-baiknya. Menurut Webster dan Cobbe (1956) optimasi lampu berdasarkan
tundaan yang minimum. Sistem perlampuan lalu lintas menggunakan jenis lampu sebagai
berikut:

A. Lampu hijau (green): kendaraan yang mendapatkan isyarat harus bergerak maju.

B. Lampu kuning (amber): kendaraan yang mendapatkan isyarat harus


melakukanantisipasi, apabila memungkinkan harus mengambil keputusan untuk
berlakunya lampu yang berikutnya (apakah hijau atau merah).
C. Lampu merah (red): kendaraan yang mendapatkan isyarat harus berhenti padasebelum
garis henti (stop line).

Perlu diketahui dengan adanya peraturan lalu lintas yang baru (PP 42 danPP 43 Tahun
1993) untuk kendaraan yang belok kiri selama tidak diatur secara khusus maka kendaraan
boleh belok kiri jalan terus. Perlampuan dengan berbagai nyala lampu tersebut diterapkan
untuk memisahkan pergerakan lalu lintas berdasarkan waktu. Pemisahan ini diperlukan
dengan khususnya untuk jenis konflik primer, namun dalam hal tertentu dapat juga diterapkan
pada kondisi konflik primer. Dalam pengaturan sinyal tra ffi c li ght , terdapat beberapa
parameter,yaitu:
1. Fase adalah bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau disediakan bagikombinasi
tertentu dari gerakan lalu lintas (i = indeks untuk nomor fase).
2. Waktu siklus adalah waktu untuk urutan lengkap dengan indikasi sinyal.
3. Waktu hijau adalah waktu nyala hijau dalam suatu pendekat.
4. Rasio hijau adalah perbandingan antara waktu hijau dan waktu siklus dalamsuatu
pendekat.
5. Waktu merah semua (all red) adalah waktu dengan merah menyala bersamaandalam
pendekat- pendekat yang dilayani oleh dua fase sinyal yang berurutan.
6. Waktu kuning adalah waktu dengan lampu kuning dinyalakan setelah hijaudalam suatu
pendekat.
7. Antar hijau adalah periode kuning+merah semua antar dua fase sinyal yangberurutan.
8. Waktu hilang adalah jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yanglengkap.
Waktu hilang dapat juga diperoleh dari beda antara waktu siklusdengan jumlah
waktu hijau dalam semua fase yang berurutan.
9. Sinyal diterapkan untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu
lintasyang saling bertentangan dalam satu dimensi waktu.

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 10


Ada beberapa keuntungan dari pemasangan sinyal lalu lintas diantaranya adalah :
A. Dapat mengurangi tingkat kecelakaan terutama pada jalan simpang, akibat terjadi
konflik untuk kendaraan-kendaraan dari arah berlawanan.
B. Menghindari kemacetan simpang selama periode jam sibuk karena semua kendaraan
berjalan sesuai kapasitas yang ditentukan.
C. Memberi kesempatan bagi kendaraan atau orang/pejalan kaki dari jalan simpang
untuk memotong jalan utama
D. Meningkatkan tingkat efisien simpang dengan meminimumkan panjang antrian
kendaraan, waktu tunda ataupun rasio kendaraan terhenti.
E. Mempertahankan arus kendaraan simpang terutama pada saat kondisi lalu lintas jam
puncak (peak hour).

2.6. Karakteristik Sinyal Lalu Lintas


Untuk sebagian besar fasilitas jalan, kapasitas dan perilaku lalu-lintas terutama adalah
fungsi dari keadaan geometrik dan tuntutan lalu-Iintas. Dengan menggunakan sinyal,
perancang/insinyur dapatmendistribusikan kapasitas kepada berbagai pendekat melalui
pengalokasian waktu hijau pada masing pendekat. Maka dari itu untuk menghitung kapasitas
dan perilaku lalu-Iintas, pertama-tama perluditentukan fase dan waktu sinyal yang paling
sesuai untuk kondisi yang ditinjau.
Penggunaan sinyal dengan lampu tiga-warna (hijau, kuning, merah) diterapkan untuk
memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu-lintas yang sating bertentangan dalam
dimensi waktu. Hal ini adalah keperluan yang mutlak bagi gerakan-gerakan lalu-lintas yang
datang dari jalan jalan yang saling
berpotongan = konflik-konflik
utama. Sinyal-sinyal dapat juga
digunakan untuk memisahkan
gerakan membelok dari lalu-lintas
lurus melawan, atau untuk
memisahkan gerakan lalu- lintas
membelok dari pejalan-kaki yang
menyeberang = konflik-konflik
kedua, lihat gambar di atas
Jika hanya konflik-konflik
primer yang dipisahkan, maka adalah
mungkin untuk mengatur sinyal
lampu lalu-lintas hanya dengan dua
fase, masing-masing sebuah untuk
jalan yang berpotongan, sebagaimana ditunjukan dalam gambar dibawah. Metoda ini selalu
dapat diterapkan jika gerakan belok kanan dalam suatu simpang telah dilarang. Karena
pengaturan dua fase memberikan kapasitas tertinggi dalam beberapa kejadian, maka
pengaturan tersebut disarankan sebagai dasar dalam kebanyakan analisa lampu lalu-lintas.
Gambar berikut juga memberikan penjelasan tentang urutan perubahan sinyal dengan
sistim dua fase, termasuk definisi dari waktu siklus, waktu hijau dan periode antar hijau (lihat

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 11


juga bagian 2.3). Maksud dari periode antar hijau (IG = kuning + merah semua) di antara
dua fase yang berurutan adalah untuk:
1. memperingatkan lalu-lintas yang sedang bergerak bahwa fase sudah berakhir.
2. menjamin agar kendaraan terakhir pada fase hijau yang baru saja diakhiri memperoleh
waktu yang cukup untuk ke luar dari daerah konflik sebelum kendaraan pertama dari
fase berikutnya memasuki daerah yang sama.

Fungsi yang pertama dipenuhi oleh waktu kuning, sedangkan yang kedua
dipenuhi oleh waktu merah semua yang berguna sebagai waktu pengosongan antara dua
fase. Waktu merah semua dan waktu kuning pada umumnya ditetapkan sebelumnya dan tidak
berubah selama periode operasi. Jika waktu hijau dan waktu siklus juga ditetapkan
sebelumnya, maka dikatakan sinyal tersebut dioperasikan dengan cara kendali waktu tetap.
Dalam sistem lama, pola waktu yang sama digunakan sepanjang hari/minggu;
pada sistim yang lebih modern, rencana waktu sinyal yang berbeda yang ditetapkan
sebelumnya, dan digunakan untuk kondisiyang berbeda pula, sebagai contoh, kondisi lalu-
lintas puncak pagi, puncak sore dan lewat puncak. Dengan tersedianya data lalu-lintas,
manual ini dapat digunakan untuk menghitung waktu-sinyal terbaik bagi setiap kondisi.

Jika pertimbangan keselamatan lalu-lintas atau pembatasan-pembatasan kapasitas


memerlukan pemisahan satu atau lebih gerakan belok kanan, maka banyaknya fase harus

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 12


ditambah. gambar 2.7. menunjukan contoh-contoh rencana fase yang berlainan untuk
keperluan tersebut. Penggunaan lebih dari dua fase biasanya akan menambah waktu
siklus dan rasio waktu yang disediakan untuk pergantian antara fase (kecuali untuk tipe
tertentu dari Sinyal aktuasi kendaraan yang terkendali). Meskipun hal ini memberi suatu
keuntungan dari sisi keselamatan lalu-lintas, pada umumnya berarti bahwa kapasitas
keseluruhan dari simpang tersebut akan berkurang.

Berangkatnya arus lalu-lintas selama waktu hijau sangat dipengaruhi oleh rencana fase
yang memperhatikan gerakan belok kanan. Jika arus belok kanan dari suatu pendekat
yang ditinjau dan/atau dari arah berlawanan terjadi dalam fase yang sama dengan arus
berangkat lurus dan belok kiri dari pendekat tersebut (seperti Kasus 1 dalam Gambar 2.7.),
maka arus berangkat tersebut dianggap sebagai terlawan. Jika tidak ada arus belok kanan dari
pendekat-pendekat tersebut, atau jika arus belok kanan diberangkatkan ketika lalu-lintas
lurus dari arah berlawanan sedang menghadapi merah (seperti dalam kasus 5 dan 6 pada
gambar 2.7.), arus berangkat tersebut dianggap sebagai terlindung. Pada kasus 2 dan 3 arus
berangkat dari pendekat Utara adalah terlawan sebagian dan terlindung sebagian. Pada kasus 4
arus berangkat dari pendekat Utara dan Selatan adalah terlindung, sedangkan dari pendekat
Timur dan Barat adalah terlawan.

2.7. Faktor yang menyebabkan masalah lalu lintas pada persimpangan


Arus lalu lintas lancar apabila dapat melewati simpang tanpa mengalamihambatan
atau gangguan, sehingga arus tersebut tidak mengalami masalah lalu lintas.Hal ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi sertakeamanan perjalanan
di jalan raya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan masalah tersebut secara garis besar

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 13


meliputi:
1. Faktor jalan (fisik).
2. Faktor lalu lintas (kendaraan).
3. Faktor manusia (pengemudi dan pemakai jalan).
4. Fasilitas jalan.

Dalam mengevaluasi masalah kemacetan yang terjadi pada suatu simpang yang akan
dievaluasi meliputi:
a) Kapasitas jalan.
b) Derajat kejenuhan.
c) Tundaan dan panjang antrian.
d) Hambatan samping.

Yang akan disajikan pada bab-bab berikutnya, dengan dianalisis menggunakan teori-
teori yang bersangkutan.

BAB III

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 14


ANALISA PERHITUNGAN
3.1 Data Segmen

 Arah 1 : Jl. Margonda - (Arah Bogor).


 Arah 2 : Jl. Margonda (Dari Jakarta) - Jl. Siliwangi
 Arah 3 : Jl. Siliwangi - Jl. Margonda(Arah Jakarta)
 Arah 4 : Jl. Siliwangi - Jl. Margonda(Arah Bogor)
 Arah 5 : Jl. Margonda - (Arah Jakarta)
 Arah 6 : Jl. Margonda (Dari Bogor) - Jl. Siliwangi

3.2 Data Geometri :

Data geometri pada jalan Margonda Raya :

 Lebar jalur lalu lintas efektif 10,5 m


 Lebar kerb efektif pada kedua sisi 2,0 m
 Lebar median 1,0 m
 Tipe jalan 6/2 D

Data geometri pada jalan Ir. Juanda :

 Lebar jalur lalu lintas efektif 7,0 m


 Lebar kereb efektif pada kedua sisi 1,5 m
 Jalan tanpa median
 Tipe jalan 2/2 UD

3.3 Data Lingkungan :

 Ukuran kota dengan jumlah penduduk 1 - 3 juta penduduk


 Hambatan samping :
- Banyak angkutan umum
- Banyak pejalan kaki
- Banyak kendaraan menggunakan akses sisi jalan
3.4 Perhitungan
Adapun pembahasan perhitungan terdapat pada Lampiran, dengan berdasarkan cara
perhitungan tabulasi pada MKJI.

3.5 Analisis Data

Sinyal lalu lintas yang ada di Jalan Margonda Raya – Jalan Siliwangi (Depok) bekerja
dalam pengaturan tiga fase dengan hijau awal pada pendekat Timur.

Lokasi simpang bersinyal : Jl. Margonda - (Arah Bogor)

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 15


Berdasarkan data diatas arus jam puncak terjadi antara jam 17.00 – 18.00 dengan jumlah
kendaraan yang melewati persimpangan sebesar 1955 kendaraan. Data perhtihungan dijelaskan
sebagai berikut:

 Tipe lingkungan jalan yang ditinjau merupakan daerah komersial. Dengan


mengasumsikan tingkat hambatan samping low. Persimpangan terdiri dari tiga fase yang
setiap jalurnya memiliki median (untuk lebih detainya lihat formulir SIG – I).
 Data arus lalu lintas jam puncak yang telah kami survey dapat dilihat pada formulir SIG
– II.
 Waktu kuning dan waktu merah semua semua dapat dilihat di formulir SIG – III.

Diperoleh Hasil perhitungan ditunjukan pada formulir SIG – IV dan formulir SIG – V.

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Pada survey simpang bersinyal akan diketahui perilaku lalu lintas pada sebuah
persimpangan. Panjang antrian, kendaraan terhenti dan tundaan adalah tiga hal yg menjadi tolak
ukur utama untuk analisa perilaku persimpangan. Dengan kata lain, tiga hal tersebut saling
berhubungan satu sama lain dan ketiganya memiliki prinsip dasar yang saling berkaitan.

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 16


Pada survey simpang bersinyal yang kami lakukan di persimpangan juanda, dapat dilihat
panjang antrian, kendaraan terhenti, tundaan pada SIG V (terlampir). Dengan membandingkan
nilai panjang antrian, kendaraan terhenti dan tundaan dapat ditarik kesimpulan yakni pada
persimpangan Jl. Siliwangi tergolong macet pada saat jam sibuk. Hal tersebut bisa dilihat dari
tundaan sebagai indikator pelayanan.

4.2 Saran

Dari hasil survey, analisa, dan perhitungan. Maka, saran yang dapat diajukan
berdasarkan kondisi eksisting pada persimpangan yang telah ditinjau adalah sebagai berikut :

a. Perubahan fase sinyal


Karena pendekat dengan arus berangkat terlawan (Tipe O) dan rasio belok
kanan (PRT) yang cukup mempengaruhi nilai FR kritis menjadi 0,8. Maka, saran fase
alternatif yang dilakukan adalah perubahan fase menjadi 4 fase yaitu ditambahkan fase
untuk belok kanan.

b. Pelarangan gerakan belok kanan


Saran ini digunakan jika tindakan perubahan fase sinyal tidak memungkinkan. Hal
ini dilakukan, karena kondisi eksisting yang terjadi adalah jarak pandang antar lengan
simpang yang sangat berdekatan yang dapat megakibatkan konflik lalu lintas ketika
sinyal per fase berada di posisi sinyal hijau. Sehingga, memicu para pengendara untuk
melakukan pelanggaran lalu lintas. Apalagi, waktu amber yang didapatkan hanya 2 detik
di tiap fase.
c. Pengaturan sinyal lalu lintas yang lebih efektif
Pada dasarnya, pengaturan sinyal lalu lintas pada tiap persimpangan harus
dimanajemen secara baik dan efektif. Supaya, dapat memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi pengendara yang sedang melaju di simpang bersinyal.
Hal yang terjadi pada persimpangan yang telah ditinjau ini adalah pengaturan
sinyal lalu lintas yang kurang efektif. Karena, menurut analisa dan perhitungan yang
telah dilakukan adalah adanya fase yang mengalami waktu hijau teoritis lebih besar dari
waktu aktual. Jadi, hal yang harus dilakukan adalah peninjauan kembali pengaturan
sinyal lalu lintas pada persimpangan tersebut. Agar pengaturan sinyal lalu lintas dapat
efektif dan memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengendara.

d. Pengendalian kaki lima


Pengendalian kaki lima pada persimpangan ini harus lebih ditertibkan. Agar tidak

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 17


mengganggu kelancaran bagi pengendara dan meningkatkan pelayanan lalu lintas
pada persimpangan tersebut.

e. Bottleneck dihilangkan
Bottleneck pada persimpangan ini adalah berupa parkiran. Mengingat, kondisi yang
terjadi saat ini di sekitar persimpangan tersebut merupakan lingkungan komersil yang
terdiri dari bermacam – macam pertokoan. Jika bottleneck dihilangkan, maka harus

LAMPIRAN

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 18


lampiran data suvey

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 19


lampiran SIG – I

lampiran SIG – II

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 20


lampiran SIG – III

lampiran SIG – IV

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 21


Grafik SIG – 1V

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 22


Lampiran SIG – V

SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 23


SURVEY DAN ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN 24

Anda mungkin juga menyukai