Disusun Oleh
Destharia Erianti
Yossi Caesar Alfarisi
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Survey & Analisa Kapasitas
Persimpangan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemodelan Sistem Transportasi. Adapun
laporan ini dibuat untuk mempelajari dan memahami pembahasan mengenai simpang bersinyal
dan segmen jalan perkotaan.
Kami menyadari masih ada banyak hal yang kurang sempurna dalam laporan ini, hal
tersebut tidak terlepas dari kekurangan dalam kemampuan kami yang masih terbatas. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat membuat
laporan yang lebih baik.
Akhir kata, kami berharap supaya laporan analisa tinjauan ini berguna bagi para
pembaca umumnya dan khususnya bagi kami sendiri. Atas segala perhatiannya, kami
mengucapkan banyak terima kasih.
Penyusun
PENDAHULUAN
Jalan merupakan suatu sarana transportasi yang sangat penting karena dengan jalanlah
maka daerah yang satu dapat berhubungan dengan daerah yang lainnya. Untuk menjamin agar
jalan dapat memberikan pelayanan sebagaimana yang diharapkan maka selalu diusahakan
peningkatan-penigkatan jalan itu.Dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, hal ini
menyebabkan meningkatnya jumlah arus lalu lintas dengan kemampuan jalan yang terbatas.
Jalan Margonda Raya merupakan akses utama dari dan kekota Jakarta serta pintu
gerbang menuju Kota Depok. Jalan Margonda Raya merupakan pusat utama Kota Depok
dengan fungsi utama sebagai pusat perdagangan dan kawasan ini juga dilalui oleh jalur regional
Jalan Raya Bogor- Jalan Jagorawi dan sistem tranportasi kereta api Jakarta-Depok-Bogor.
Dengan faktor keuntungan lokasional menjadikan kawasan ini mempunyai posisi yang cukup
strategis dan berakses tinggi. Adapun tata guna lahan yang ada di sekitar lokasi Jalan Margonda
Raya bervariasi mulai dari perdagangan, pendidikan, jasa, perkantoran sampai dengan pedagang
kaki lima sehingga menjadikan daerah Jalan Margonda Raya menjadi pusat orientasi pergerakan
masyarakat baik dalam kota Depok sendiri maupun dari luar kota Depok. Karena yang menjadi
pusat orientasi dan berdekatan dengan lokasi terminal antar kota yang cukup besar dan
menimbulkan kemacetan di beberapa ruas jalan seperti pada Jalan Margonda Raya dan Jalan
Siliwangi. Ditambah lagi Jalan Margonda Raya lokasinya berdekatan dengan pusat perdagangan
(Mall), sarana pendidikan (Universitas) , dan perkantoran.
Jalan Margonda Raya – Jalan Siliwangi diklasifikasikan sebagai jalan arteri. Jalan arteri
adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri–ciri perjalanan jarak jauh kecepatan
rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi seefisien, dengan peranan pelayanan jasa
distribusi untuk masyarakat dalam kota. Persimpangan pada jalan arteri diatur dengan
pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya. Jalan arteri mempunyai kapasitas
sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan laporan survei perhitungan volume lalu lintas
adalah untuk:
1. Mendapatkan data jumlah dan jenis kendaraan yang lewat pada suatu segmen jalan
perkotaan dan simpang bersinyal.
2. Melakukan analisis operasional dan perencanaan suatu segmen dan simpang bersinyal
berdasarkan data riil yang ada dilapangan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI).
Ruang lingkup dan analisis lalu lintas dalam penyusunan laporan ini antara lain:
1. Pengukuran sederhana untuk mendapatkan data primer yaitu data geometrik jalan dan
persimpangan. Meliputi: tipe jalan, panjang segmen jalan, lebar jalur, lebar lajur, lebar
median, lebar separator, lebar bahu, keberadaan kerb, lebar trotoar, lebar pendekat, lebar
masuk persimpangan, tipe alinyemen, marka jalan, rambu lalu lintas dan jenis perkerasan
jalan yang digunakan.
2. Inventarisasi dan identifikasi kondisi lalu lintas yang terdapat pada segmen jalan dan
persimpangan. Meliputi: pemanfaatan bahu jalan, trotoar, dan lingkungan di samping jalan
yang dapat mempengaruhi karakteristik lalu lintas. Contoh: pemanfaatan bahu jalan untuk
PKL atau parkir.
3. Penggambaran potongan melintang segmen jalan yang ditinjau.
4. Penggambaran hasil pengukuran sederhana dan inventarisasi permasalahan dalam peta
situasi.
5. Perhitungan dan pencatatan lalu lintas secara manual yang terklasifikasi berdasarkan jenis
kendaraan serta gerakan kendaraan yang telah ditentukan pada segmen jalan dan
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Simpang Bersinyal
Persimpangan yaitu dua ruas jalan atau lebih yang saling memotong atau saling
bersilangan. (Direktorat Jendral Bina Marga : 1992 )
Simpang bersinyal adalah suatu persimpangan yang terdiri dari beberapa lengan dan
dilengkapi dengan pengaturan sinyal lampu lalu lintas (traf fi cli ght ).
Berdasarkan MKJI 1997, adapun tujuan penggunaan sinyal lampu lalu lintas (traffic light)
pada persimpangan antara lain:
1. Menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalulintaskendaraan
dari masing-masing lengan.
2. Memberi kesempatan kepada kendaraan/dan pejalan kaki yang berasal dari jalan
2.2. Tujuan
Pengatu ran
Simpan g
Tujuan utama dari pengaturan lalu lintas umumnya adalah untuk menjaga
keselamatan arus lalu lintas dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan terarah,
tidak menimbulkan keraguan. Pengaturan lalu lintas di simpang dapat dicapai
dengan menggunakan lampu lalu lintas, marka dan rambu-rambu yang mengatur, mengarahkan,
dan memperingati serta pulau-pulau lalu lintas.
Selanjutnya dari pemilihan pengaturan Simpang dapat ditentukan tujuanyang ingin
dicapai seperti:
1. Mengurangi maupun menghindarkan kemungkinan terjadinya kecelakaanyang berasal
dari berbagai kondisi titik konflik
2. Menjaga kapasitas dari Simpang agar dalam operasinya dapat dicapai
pemanfaatan
simpang yang sesuai dengan rencana.
3. Dalam operasinya dari pengaturan simpang harus memberikan petunjuk yang jelas
dan pasti serta sederhana, mengarahkan arus lalu lintas pada tempatnyayang sesuai.
2.3.3
Weaving
(gerakan menyilang)
Peristiwa
terja dinya
perpindahan jalur atau jalinan arus kendaraan menuju pendekat lain. Gerakan ini
merupakan perpaduan dari gerakan di ver gin g dan merging.
A. Lampu hijau (green): kendaraan yang mendapatkan isyarat harus bergerak maju.
Perlu diketahui dengan adanya peraturan lalu lintas yang baru (PP 42 danPP 43 Tahun
1993) untuk kendaraan yang belok kiri selama tidak diatur secara khusus maka kendaraan
boleh belok kiri jalan terus. Perlampuan dengan berbagai nyala lampu tersebut diterapkan
untuk memisahkan pergerakan lalu lintas berdasarkan waktu. Pemisahan ini diperlukan
dengan khususnya untuk jenis konflik primer, namun dalam hal tertentu dapat juga diterapkan
pada kondisi konflik primer. Dalam pengaturan sinyal tra ffi c li ght , terdapat beberapa
parameter,yaitu:
1. Fase adalah bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau disediakan bagikombinasi
tertentu dari gerakan lalu lintas (i = indeks untuk nomor fase).
2. Waktu siklus adalah waktu untuk urutan lengkap dengan indikasi sinyal.
3. Waktu hijau adalah waktu nyala hijau dalam suatu pendekat.
4. Rasio hijau adalah perbandingan antara waktu hijau dan waktu siklus dalamsuatu
pendekat.
5. Waktu merah semua (all red) adalah waktu dengan merah menyala bersamaandalam
pendekat- pendekat yang dilayani oleh dua fase sinyal yang berurutan.
6. Waktu kuning adalah waktu dengan lampu kuning dinyalakan setelah hijaudalam suatu
pendekat.
7. Antar hijau adalah periode kuning+merah semua antar dua fase sinyal yangberurutan.
8. Waktu hilang adalah jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yanglengkap.
Waktu hilang dapat juga diperoleh dari beda antara waktu siklusdengan jumlah
waktu hijau dalam semua fase yang berurutan.
9. Sinyal diterapkan untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu
lintasyang saling bertentangan dalam satu dimensi waktu.
Fungsi yang pertama dipenuhi oleh waktu kuning, sedangkan yang kedua
dipenuhi oleh waktu merah semua yang berguna sebagai waktu pengosongan antara dua
fase. Waktu merah semua dan waktu kuning pada umumnya ditetapkan sebelumnya dan tidak
berubah selama periode operasi. Jika waktu hijau dan waktu siklus juga ditetapkan
sebelumnya, maka dikatakan sinyal tersebut dioperasikan dengan cara kendali waktu tetap.
Dalam sistem lama, pola waktu yang sama digunakan sepanjang hari/minggu;
pada sistim yang lebih modern, rencana waktu sinyal yang berbeda yang ditetapkan
sebelumnya, dan digunakan untuk kondisiyang berbeda pula, sebagai contoh, kondisi lalu-
lintas puncak pagi, puncak sore dan lewat puncak. Dengan tersedianya data lalu-lintas,
manual ini dapat digunakan untuk menghitung waktu-sinyal terbaik bagi setiap kondisi.
Berangkatnya arus lalu-lintas selama waktu hijau sangat dipengaruhi oleh rencana fase
yang memperhatikan gerakan belok kanan. Jika arus belok kanan dari suatu pendekat
yang ditinjau dan/atau dari arah berlawanan terjadi dalam fase yang sama dengan arus
berangkat lurus dan belok kiri dari pendekat tersebut (seperti Kasus 1 dalam Gambar 2.7.),
maka arus berangkat tersebut dianggap sebagai terlawan. Jika tidak ada arus belok kanan dari
pendekat-pendekat tersebut, atau jika arus belok kanan diberangkatkan ketika lalu-lintas
lurus dari arah berlawanan sedang menghadapi merah (seperti dalam kasus 5 dan 6 pada
gambar 2.7.), arus berangkat tersebut dianggap sebagai terlindung. Pada kasus 2 dan 3 arus
berangkat dari pendekat Utara adalah terlawan sebagian dan terlindung sebagian. Pada kasus 4
arus berangkat dari pendekat Utara dan Selatan adalah terlindung, sedangkan dari pendekat
Timur dan Barat adalah terlawan.
Dalam mengevaluasi masalah kemacetan yang terjadi pada suatu simpang yang akan
dievaluasi meliputi:
a) Kapasitas jalan.
b) Derajat kejenuhan.
c) Tundaan dan panjang antrian.
d) Hambatan samping.
Yang akan disajikan pada bab-bab berikutnya, dengan dianalisis menggunakan teori-
teori yang bersangkutan.
BAB III
Sinyal lalu lintas yang ada di Jalan Margonda Raya – Jalan Siliwangi (Depok) bekerja
dalam pengaturan tiga fase dengan hijau awal pada pendekat Timur.
Diperoleh Hasil perhitungan ditunjukan pada formulir SIG – IV dan formulir SIG – V.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada survey simpang bersinyal akan diketahui perilaku lalu lintas pada sebuah
persimpangan. Panjang antrian, kendaraan terhenti dan tundaan adalah tiga hal yg menjadi tolak
ukur utama untuk analisa perilaku persimpangan. Dengan kata lain, tiga hal tersebut saling
berhubungan satu sama lain dan ketiganya memiliki prinsip dasar yang saling berkaitan.
4.2 Saran
Dari hasil survey, analisa, dan perhitungan. Maka, saran yang dapat diajukan
berdasarkan kondisi eksisting pada persimpangan yang telah ditinjau adalah sebagai berikut :
e. Bottleneck dihilangkan
Bottleneck pada persimpangan ini adalah berupa parkiran. Mengingat, kondisi yang
terjadi saat ini di sekitar persimpangan tersebut merupakan lingkungan komersil yang
terdiri dari bermacam – macam pertokoan. Jika bottleneck dihilangkan, maka harus
LAMPIRAN
lampiran SIG – II
lampiran SIG – IV