Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEORI BELAJAR

Teori-Teori Belajar

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Strategi Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu: Dra. Rosliana siregar, M.Pd

Disusun oleh:

1. Tiara Habibi Suwandi


2. Eka Ariati Lestari
3. Riska Gustiarti
4. Dewi Sartika

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

2018/2019
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan puji dan syukur atas karunia tuhan yang maha esa
dengan segala rahmatnya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Yang berjudul “ TEORI-TEORI BELAJAR”.

Makalah ini didasari tugas yang diberikan oleh dosen strategi


pembelajaran. Tujuan malah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada
para mahasiswa tentang strategi pembelajaran, khususnya mengenai teori-teori
belajar.

Kami sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


kekurangan, untuk itu segala saran dan masukan demi perbaikan makalah ini kami
harap kepada dosen pengampu mata kuliah ini untuk menyempurnakan makalah
ini. Terima kasih

Medan, 4 maret 2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3

A.LATAR BELAKANG ..................................................................................... 3

B. RUMUSAN MASALAH................................................................................ 3

C. TUJUAN PENULISAN.................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR ................................................................ 4

B. MACAM-MACAM TEORI BELAJAR......................................................... 4

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12

A. KESIMPULAN ............................................................................................ 12

B. PENUTUP .................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

2
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah mereka
mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara
menyeluruh. Sebagian psikolog menghaluskan kesulitan ini dengan istilah
memperjelas pengertian dan proses belajar.

Belajar merupakan proses dimana seseorang dari tidak tahu menjadi tahu.
Proses belajar ini dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya.
Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang
membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas
manusia untuk belajar, terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada
manusia mempunyai sejarah panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Salah
satu teori belajar yang terkernal adalah teori belajar behavioristik (seiring
diterjemahkan secara bebas sebagai teori perilaku atau teori tingkah laku).

Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang


menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan
sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi
demi tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu dengan adanya teori belajar
akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model
pembelajaran yang akan dilaksanakan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncul rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Pengertian teori belajar?
2. Macam- macam teori belajar?

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa pengertian belajar.
2. Untuk mengetahui macam-macam teori belajar.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR


Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian
tertentu dalam dunia nyata dinyatakan oleh Mc. Keachie dalam grendel 1991 : 5
(Hamzah Uno, 2006:4).Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori
merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling
berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta
dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat asas
tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan
prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.

Belajar merupakan kegiatan yang sering dilakukan setiap orang. Belajar


dilakukan hampir setiap waktu, kapan saja, dimana saja, dan sedang melakukan
apa saja. Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan perubahahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau
pengalaman-pengalaman. Belajar dapat membawa perubahan pada si pelaku, baik
perubahan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan. Pengertian belajar sendiri
adalah suatu perubahan dalam tingkah laku dan penampilan sebagai hasil dari
praktik dan pengalaman.

Jadi teori belajar adalah sebuah konsep yang abstrak yang membantu
peserta didik untuk belajar.

B. MACAM-MACAM TEORI BELAJAR


Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan
dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar. Di dalam masa
perkembangan psikologi pendidikan ini muncullah beberapa aliran psikologi
pendidikan, diantaranya yaitu :

4
1. Teori Belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
danpembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

Menuru teori behavior, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah dianggap belajar
sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini
yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran
atau otput yang berupa respon.

Teori behavioristik dengan model dan hubungan stimulus-responnya,


mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metodepelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.[5][5]

Berikut tokoh-tokoh teori behavioristik:

a.Edward L. Thordike

Menurut teori ini, belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan


antara stimulus dan respon. Thorndike menekankan bahwa belajar terdiri atas
pembentukan ikatan atau hubungan-hubungan antara stimulus-respons yang
terbentuk melalui pengulangan.[6][6] Teori ini dimunculkan sebagai hasil
eksperimen yang dilakukan oleh thorndike. Beliau melakukan percobaan pada
seekor kucing muda. Kucing itu dibiarkan kelaparan dalam kurungan yang
pintunya berjeruji. Kurungan kucing itu diberi beberapa tombol. Apabila salah
satu tombolnya terpijit, pintu itu akan terbuka dengan sendirinya. Sementara itu,
di luar kurungan disediakan makanan yang diletakkan dalam sebuah piring.
Kucing mulai beraksi. Ia bergerak kesana kemari dan mencoba untuk keluar dari
kurungan. Tidak beberapa lama tanpa disengaja kucing tersebut menyentuh

5
tombol pembuka pintu. Dengan girang, ia keluar dari kurungan dan menuju
tempat makanan tersebut.

Thorndike mencoba beberapa kali hal yang sama pada kucing tersebut. Pada
awal percobaan kucing tersebut masih mondar-mandir hingga menyentuh tombol.
Namun setelah sekian lama percobaan kucing tersebut tidak mondar-mandir lagi,
ia langsung menyentuh tombol pembuka pintu.[7][7]Dengan demikian thorndike
menyimpulkan bahwa proses belajar melalui dua bentuk, yaitu:

1) trial and error , mengandung arti bahwa dengan terlatihnya proses belajar dari
kesalahan, dan mencoba terus sampai berhasil.

2) law of effect,mengandung arti bahwa segala tingkah laku yang mengakibatkan


suatu keadaan yang memuaskan akan terus diingat dan dipelajari dengan sebaik-
baiknya.

b. Ivan Petrovitch Pavlov

Teori pavlov lebih dikenal dengan pembiasaan klasik(classical


conditioning). Teori ini dimunculkan sebagai hasil eksperimen yang dilakukan
oleh Ivan Pavlov, seorang ilmuwan rusia. Teori classical conditioning adalah
sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus
sebelum terjadinya refleks tersebut. Dalam eksperimennya, Pavlov menggunakan
anjing dengan tujuan mengkaji bagaimana pembelajaran berlaku pada suatu
organisme.[8][8]

Teori ini dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov dengan keluarnya air liur.
Air liur akan keluar apabila anjing melihat atau mencium bau makanan. Dalam
percobaanya Pavlov membunyikan bel sebelum memperlihatkan makanan pada
anjing. Setelah diulang berkali- kali ternyata air liur tetap keluar bila bel berbunyi
meskipun makananya tidak ada. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perilaku
individu dapat dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya untuk
mengondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu.
Kebiasaan makan atau mandi pada jam tertentu, kebiasaan berpakaian, masuk
kantor, kebiasaan belajar, bekerja dll. Terbentuk karena pengkondisian. [9][9]

6
c. Burrhus Frederic Skinner

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih


mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep
belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif.

Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah
laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.
Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena
stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan
ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi inilah yang nantinya
memengaruhi munculnya perilaku.

Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus
memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami
konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin
timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan
menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan
tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang
digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.[10][10]

2. Teori Kognitif

Psikologi kognitif lebih menekankan pendidikan sebagai proses internal


mental manusia termasuk bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat, dan
belajar.[11][11]Tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan
diterangkan tanpa melibatkan proses mentalnya, seperti motivasi, keyakinan, dan
sebagainya. Psikolagi kognitif menyebutkan bahwa belajar adalah peristiwa
mental, bukan peristiwa perilaku fisik meskipun hal-hal yang bersifat behavioral
kadang-kadang tampak kesat mata dalam setiap peristiwa belajar manusia.
Seseorang yang sedang belajar membaca dan menulis, tentu menggunakan
perangkat jasmaniah yaitu mulut dan tangan untuk mengucapkan kata dan
menggoreskan pena. Akan tetapi, menggerakkan mulut dan menggoreskan

7
penayang dilakukan bukan sekedar respons atau stimulus yang ada, melainkan
yang terpenting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.

Kehadiran aliran psikologi kognitif, tampaknya menjadi pengikis aliran


behaviorisme yang selalu menekankan pada aspek perilaku lahir. Teori-teori yang
dikemukakan oleh aliran behaviorisme kurang memuaskan para psikolog modern
dewasa ini.[12][12]

Berikut tokoh-tokoh teori kognitif:

a.Teori Gestalt

Teori ini dikenal juga dengan sebutan field theory atau insight full
learning. Menurut teori gestalt, manusia bukan sekedar makhluk reaksi yang
berbuat atau bereaksi jika ada perangsang yang memengaruhinya. Akan tetapi,
manusia adalah individu yang merupakan bulatan fisik dan psikis.

Manusia menurut gestalt, adalah makhluk bebas. Ia bebas memilih cara


untuk bereaksi dan menentukan stimuli yang diterima atau stimuli yang
ditolaknya. Dengan demikian, belajar menurut psikolagi gestalt bukan sekedar
proses asosiasi antara stimulus dan respons yang lama makin kuat tetapi karena
adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan. Akan tetapi belajar terjadi jika ada
pengertian (insight). Pengertian atau insight ini muncul setelah beberapa saat
seseorang mencoba memahami suatu masalah yang muncul kepadanya.[13][13]

Persepsi dan insight siswa sangat penting dalam teori gestalt. Salah satu
sumbangan yang paling penting dari teori gestalt adalah ide bahwa tugas-tugas
sekolah harus cocok dengan pengalaman dan pemahaman siswa, kegagalan sering
terjadi karena: (1) tugas terlalu sulit bagi siswa untuk mencapai insight, (2)
keterangan-keterangan dari guru tidak terlalu jelas.[14][14]

b. Teori Jean Piaget

Menurut Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif yang
kuat, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu: Proses
asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian

8
struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuain
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Implikasi Teori Kognitif
Piaget dalam pembelajaran, yaitu perkembangan kognitif sebagian besar
bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi
dengan lingkungannya, yaitu bagaimana anak secara aktif mengkontruksi
pengetahuannya. Pengetahuan sendiri datang dari tindakan.

Menurut teori Piaget pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi


lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu
bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan
berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat
pemikiran itu menjadi lebih logis.[15][15]

c. Teori Burner

Menurut pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat


deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu bersifat preskriptif. Misalnya, teori
penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara
mengajarkan penjumlahan.[16][16]

3. Teori Humanistik

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara
pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi
dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang
pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata
lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal
dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia
keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.[17][17]

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar


memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para

9
pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada
dalam diri mereka. Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam
pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta
peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.

Berikut tokoh-tokoh teori humanistik:

a. Carl Rogers

Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar


dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar
yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual
maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar
humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.

Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan
(2) belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar
yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek
pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik. Bagaimana
proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme?. Orang belajar
karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari,
mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri
tentang apakah proses belajarnya berhasil. Menurut Roger, peranan guru dalam
kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai
fasilitator yang berperan aktif dalam :

(1) membantu menciptakan suasana kelas yang kondusif agar siswa bersikap
positif terhadap belajar,

(2) membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan


kebebasan kepada siswa untuk belajar,

(3) membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai
kekuatan pendorong belajar,

10
(4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa,

(5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa
sebagaimana adanya.

b. Arthur Combs

Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi
dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.[18][18]

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Teori belajar merupakan
landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi
untuk belajar. Oleh karena itu dengan adanya teori-teori belajar maka akan
memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model
pembelajaran yang akan dilaksanakan dan akan membantu peserta didik dalam
belajar.

Ada beberapa macam teori belajar yang muncul di dalam masa


perkembangan psikologi pendidikan, diantaranya yaitu:

a. Teori behaviorisme

b. Teori kognitif, dan

c. Teori humanistic

B. PENUTUP
Demikan makalah yang dapat penulis sampaikan. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah
ini agar menjadilebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Amin.

12
DAFTAR PUSTAKA
 Baharuddin.(2010). pendidikan & psikologi perkembangan, Jogjakarta:
ar-ruzz media.
 Denim, Sudarwan, Khairil.(2011). psikologi pendidikan, bandung:
alfabeta.
 Hamalik, oemar.(2012). psikologi belajar & mengajar, bandung: sinar
baru algensindo.
 Mahmud.(2009). psikologi pendidikan, bandung: pustaka setia.

13

Anda mungkin juga menyukai