0 33 0 1
Banjir bandang dan longsor pada Rabu (15/1/14), di Sulawesi Utara (Sulut) meninggalkan
kepedihan mendalam. Dari kejadian ini, 18 orang meninggal dunia, 4.00-an mengungsi dan
1.000-an rumah rusak, belum terhitung infrastuktur lain.
Banjir bandang dan longsor melanda beberapa kabupaten dan kota, seperti Manado,
Tomohon, Minahasa dan Minahasa Utara. Cres, Kasubid Tanggap Darurar Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), mengatakan, korban meninggal tersebar di
sejumlah wilayah. “Di Manado enam orang, Tomohon lima, Minahasa enam dan Minahasa
Utara satu orang. Dua korban hilang, masih dalam pencarian,” katanya di Manado, Jumat
(17/1/14).
Dia mengatakan, bencana ini karena hujan deras mengguyur Manado sejak 13 Januari 2014.
Luapan Sungai Sario, Tondano dan Sawangan turut mempengaruhi genangan air di sejumlah
lokasi. “Air sudah mulai surut dan cuaca mulai membaik. Namun, masyarakat tetap harus
waspada dalam empat sampai lima hari ke depan.”
Berdasarkan pemantauan di lapangan, bencana ini menyebabkan aktivitas Manado lumpuh
selama beberapa hari. Banjir tidak hanya menggenangi rumah warga, juga sekolah hingga
kantor Walikota Manado. Bahkan, banjir di sembilan kecamatan membuat sejumlah pusat
perbelanjaan meliburkan karyawan.
Tak hanya itu, tanah longsor di Desa Tinoor, menyebabkan jalur lintas Manado-Tomohon,
terputus. Akibatnya, sejumlah titik di Manado mengalami kemacetan parah. Pengguna jalan
harus mencari jalur alternatif untuk menuju kedua kota itu.
Di wilayah pesisir, sejumlah nelayan turut terkena dampak cuaca buruk. Di daerah
Malalayang, misal, tiga rumah nelayan rusak parah akibat terjangan ombak, sekitar 150 jiwa
di daerah ini mengungsi ke tempat lebih aman.
Hujan yang mengguyur Kota Manado, sejak pertengahan Januari 2014, menyebabkan banjir
bandang. Foto: Rommy Carter Toloh
Data dari BNPB menyebutkan, data sementara 18 orang tewas, dua hilang, 101 rumah
hanyut, dan ribuan warga mengungsi. “Pencarian korban terus dilakukan. Banjir surut dan
masyarakat banyak yang membersihkan rumah,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat
Data Informasi dan Humas BNPB dalam keterangan resmi.
Dalam rapat koordinasi dipimpin Wakil Gubernur Sulu, katanya, diutamakan penanganan
pengungsi, koordinasi antarinstansi, aktivasi dan struktur posko. Kepala Pelaksana BPBD
Sulut ditunjuk sebagai komandan tanggap darurat dan wakil, kepala Dinas Sosial Sulut.
BNPB, Kementerian Sosial, dan Kementerian Kesehatan mengirimkan bantuan logistik dan
peralatan sebanyak 57,2 ton. Pengiriman menggunakan pesawat Hercules C-130 TNI AU
pada Jumat (17/1/14) pagi. Bantuan berupa tenda keluarga 6,9 ton, makanan pendamping
asi 3,2 ton dan obat-obatan 150 kg.
Pada Sabtu (18/1/14) akan diberangkatkan tiga Hercules TNI AU dan Minggu (20/1/14)
dengan satu Hercules TNI AU membawa bantuan kidware 1.200 paket, family kit 4.000
paket, tenda gulung 2.000 lembar, tikar 1.000 lembar, paket kesehatan keluarga 500 paket,
lauk pauk 5.000 paket, sandang 1.500 paket, dan lain-lain.
Menurut dia, dalam kondisi itu, sempat beredar isu menyesatkan akan terjadi tsunami di
Manado. Masyarakat resah dan mengungsi hingga terjadi kemacetan. “Baiknya kepolisian
menyidik dan menindak oknum ini.”
Guna meringankan beban korban letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara (Sumut) dan
banjir bandang Sulut, Walhi melalui Desk Disaster Walhi Sumatera Selatan (Sumsel) bekerja
sama dengan Mahasiswa Hijau Indonesia, membuka Posko Penggalangan Dana Publik,
“Bencana Bukan Takdir.“ Bantuan bisa disalurkan ke Kantor Walhi Sumsel di Jalan
Sumatera 1 No 5 Keluarahan 26 Ilir Kecamatan Ilir Barat 1 Palembang.