2 – Juli 2018
Abstract: Efforts to prevent and treat senile dementia need to be done through increased cognitive
activity by reminding the past events of traditional games. Dakon games can remember long-term and
short-term memory that can hone the cognitive abilities of the elderly. The purpose of this study to
analyze the influence of dakon game against dementia / senility disorder in elderly in Sukoharjo
regency. Subject and Method: The design of quasi experimental research using nonequivalent control
group design. Sampling technique Puposive Sampling with elderly number of 15 people for
experiment group and 15 people for control group. The sample is done pretest and post test with
MMSE and SPMSQ examination. The data analysis technique used is paired samples t-test.Results:
There is an effect of dakon game on senile dementia (CI: 95%, p = 0,000) with t-count of -27493 and
significance value of 0.010 (p <0.005).Conclusion: Dakon game affect the dementia / dementia
disorder in elderly.
Keywords: game dakon, dementia, elderly
Abstrak: Upaya pencegahan dan terapi demensia senilis perlu dilakukan melalui peningkatan
aktivitas kognitif dengan mengingatkan kejadian masa lalu yaitu permainan tradisional. Permainan
dakon dapat mengingat memori jangka panjang maupun jangka pendek yang dapat mengasah
kemampuan kognitif lansia. Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh permainan dakon terhadap
gangguan demensia/pikun pada lansia di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Desain penelitian
eksperimen semu (quasi experiment) menggunakan rancangan penelitian nonequivalent control
group design. Teknik sampling Puposive Sampling dengan sampel sejumlah 15 lansia untuk kelompok
eksperimen dan 15 lansia untuk kelompok kontrol. Sampel dilakukan pretest dan post test dengan
pemeriksaan MMSE dan SPMSQ Teknik analisis data yang digunakan adalah paired samples t –test.
Hasil : Ada pengaruh permainan dakon terhadap gangguan pikun/demensia (CI : 95%, p = 0,000)
dengan harga t hitung sebesar -27493 dan nilai signifikasi sebesar 0,010 (p < 0,005). Simpulan :
Permainan dakon berpengaruh terhadap gangguan pikun/demensia pada lansia.
Kata Kunci : permainan dakon, pikun, ansia.
mental. Gangguan ingatan jangka pendek. selesai permainan mereka. Hasil penelitian
Penderita menjadi acuh tak acuh terhadap Patricia et.al (2016) dengan judul Perancangan
pakaian dan rupanya. Gejala psikologis: sering Board Game sebagai Media Terapi Penyakit
hanya terdapat kemunduran mental umum Demensia Ringan pada Lansia didapatkan hasil
(demensia simplek, ada yang paranoid, terjadi board game yang dirancang sebagai media
kebingungan dan delirium (Maramis, 2009). terapi dengan mengandalkan fungsi kognitif
Wilkinson (2012) menyatakan bahwa pemainnya.
gangguan proses pikir adalah gangguan aktivitas Berdasarkan hasil pengkajian terhadap lanjut
dan kerja kognitif (misalnya: pikiran sadar, usia di Dukuh didapatkan data bahwa usia 60-69
orientasi realitas, pemecahan masalah, dan tahun sebanyak 75% dengan jenis kelamin
penilaian). Batasan karakteristiknya meliputi lupa perempuan paling dominan yaitu 87,5%
melakukan perilaku yang telah dijadwalkan, sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak
ketidakmampuan mempelajari infomasi baru, 12,5%. Pendidikan paling banyak adalah tidak
ketidakmampuan mempelajari ketrampilan baru, lulus SD dengan persentase 75% sedangkan
ketidakmampuan melakukan yang telah dipelajari 25% dengan pendidikan terakhir adalah SD.
sebelumnya, ketidakmampuan mengingat Pekerjaan sebagai petani sebanyak 75%
peristiwa, ketidakmampuan mengingat informasi sedangkan ibu rumah tangga sebanyak 25%.
faktual, ketidakmampuan mengingat perilaku Aktivitas fisik rendah sebanyak 25% sedangkan
tertentu yang pernah dilakukan, ketidakmampuan aktivitas fisik tinggi sebanyak 75%. Hasil
menyimpan informasi baru, mengeluh mengalami wawancara didapatkan data lansia idak ingat
lupa. tanggal lahirnya, lupa nama orang, sekarang lupa
Oleh karena itu untuk pencegahan dan tanggal dan hari apa, mudah lupa dengan
terapi pada lansia dan lansia dengan demensia informasi yang baru dan lupa jika ingin
senilis perlu dilakukan peningkatan aktivitas melakukan sesuatu, dan terkadang lupa apa
kognitif dengan stimulasi kognitif, orientasi yang sudah dilakukan, sedangkan berdasarkan
realitas, gunakan isyarat dengan mengingatkan hasil observasi didapatkan data lansia kurang
kejadian masa lalu. Aktivitas kognitif yaitu fokus, lama dalam mengambil keputusan, terlihat
melakukan kegiatan yang zaman dahulu pernah bingung, dan aktivitasnya sebagai petani di
dilakukan pada saat kanak-kanak (permainan sawah. Rata-rata hasil pemeriksaan MMSE
tradisional) yang bertujuan agar para lansia kategori demensia ringan pemeriksaan status
dapat dapat berusaha mengingat memori jangka kognitif dan afektif dengan SPMSQ dalam
panjang maupun memori jangka pendek. kategori: kerusakan intelektual ringan. Tujuan
Permainan tradisional tersebut adalah penelitian ini untuk menganalisis pengaruh
dakon/congklak. permainan dakon terhadap gangguan
Permainan dakon atau congklak berasal demensia/pikun pada lansia di wilayah
dari pedesaan, namun sekarang sampai di Kabupaten Sukoharjo
perkotaan. Permainan ini dilakukan dengan
berpasangan, membutuhkan kesabaran, II. METODE PENELITIAN
ketelitian dan ketelatenan. Permainan ini dapat Jenis penelitian ini adalah penelitian
dilakukan di dalam rumah maupun di luar rumah, eksperimen semu (quasi eksperimen)
pada waktu pagi, siang atau sore hari (Sujarno, menggunakan rancangan penelitian
2013). Apabila tidak dilakukan permainan maka nonequivalent control group design. Populasinya
kemampuan kognitif pasien demensia akan adalah lansia dengan usia yang ≥ 60 tahun.
semakin menurun. Jika kemampuan kognitif Sampelnya adalah lansia dengan demensia
lansia tidak sering diasah maka demensia pasien senilis, lansia dapat kooperatif, dengan lansia
akan semakin parah. Sehingga perlu dilakukan sejumlah 15 orang untuk kelompok eksperimen
permainan yang dapat mengasah kemampuan dan 15 orang untuk kelompok kontrol. Sampel
kognitif lansia dan demensia tidak semakin parah sebelumnya dilakukan pretest dengan
atau bertambah berat. pemeriksaan MMSE dan SPMSQ. Kelompok
Hasil penelitian menurut Sholikhah eksperimen diberikan intervensi permainan
(2016) yang berjudul Permainan Tradisional 3 dakon. Setelah dilakukan tindakan aktifitas
Jadi terhadap Progresifitas Demensia pada kognitif dengan permainan dakon, kelompok
Lansia di Kabupaten Mojokerto dengan hasil efek eksperimen dan kontrol dilakukan posttest
dari permainan tradisional 3 jadi terhadap dengan pemeriksaan MMSE dan pemeriksaan
perkembangan demensia sangat kuat. Lansia SPMSQ. Teknik sampling penelitian
akan mendapatkan peningkatan tingkat kognitif menggunakan nonprobalility sampling dengan
dan penurunan tingkat depresi untuk memenuhi pendekatan purposive sampling. Tempat
kebutuhan mereka untuk perawatan diri setelah penelitian dilakukan di wilayah Kelurahan jetis
ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 142
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018
dan Dukuh Kabupaten Sukoharjo. Waktu Sumber : data primer diolah, 2018.
penelitian dilaksanakan pada bulan September – Berdasarkan tabel 3. hasil analisis
Februari 2017. Data yang diperoleh dilakukan uji distribusi frekwensi pendidikan yang tidak
t. sekolah 20%, lulus dan tidak tamat SD
sebesar 66,7%, lulus SLTA sebesar 13,3 %.
III. HASILPENELITIAN
a. Karakteristik Responden e) Pekerjaan
Karakteristik responden yang didapat Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan
pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, Responden
status pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan N Pekerjaan Jumlah Persentase
tingkat ketergantungan yang diukur dengan o
Bartel Indeks. 1. Petani 4 26,7%
2. Pedagang 2 13,3%
1) Hasil distribusi frekwensi pada kelompok
3. Ibu Rumah 4 26,7%
intervensi permainan dakon adalah sebagai Tangga / IRT
berikut: 4. Tidak bekerja 5 33,3%
a) Usia Responden Jumlah 15 100,0%
Hasil distribusi frekwensi 15 responden Sumber : data primer diolah, 2018.
pada kelompok intervensi berdasarkan usia, Berdasarkan tabel 4. hasil analisis
rata-rata (mean) usia responden 78 tahun , distribusi frekwensi pekerjaan yang bekerja
usia minimum: 62 tahun, usia maximum: 99 petani sebesar 26,7%, pedagang sebesar
tahun. 13,3%, Ibu Rumah Tangga/IRT 26,7 %,
tidak bekerja 33,3%.
b) Jenis kelamin
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis kelamin f) Tingkat Ketergantungan
Responden Tabel 5. Distribusi Frekuensi tingkat
N Jenis Jumlah Persentase Ketergantungan Responden
o kelamin
N Tingkat Juml Persentase
1. Laki-laki 7 46,7% o Ketergantungan ah
2. Perempuan 8 53,3% (Bartel Indeks)
Jumlah 15 100,0% 1. Mandiri 5 33,3%
Sumber : data primer diolah, 2018. 2. Tergantung 8 53,3%
Berdasarkan tabel 1 hasil analisis 3. Tergantung Total 2 13,3%
distribusi frekwensi yang berjenis kelamin Jumlah 15 100,0%
laki-laki sebesar 46,7 %, perempuan 53,3%. Sumber : data primer diolah, 2018.
Berdasarkan tabel 5. hasil analisis
c) Status pernikahan distribusi frekwensi berdasarkan tingkat
Tabel 2. Distribusi Frekuensi status ketergantungan yang mandiri sebesar
pernikahan Responden 33,3%, tergantung sebesar 53,3%,
N Status Jumlah Persentase tergantung total 13,3%.
o pernikahan
1. Menikah 7 46,7% 2) Hasil distribusi frekwensi pada kelompok
2. Janda 6 40,0%
kontrol permainan dakon :
3. Duda 2 13,3%
a) Usia Responden
Jumlah 15 100,0%
Hasil distribusi 15 responden pada
Sumber : data primer diolah, 2018.
kelompok kontrol berdasarkan usia, rata-rata
Berdasarkan tabel 2 hasil analisis
(mean) usia responden 71 tahun , usia
distribusi frekwensi status pernikahan yang
minimum: 60 tahun, usia maximum: 91
menikah sebesar 46,7%, janda sebesar 40
tahun.
%, duda 13,3%.
b) Jenis kelamin
d) Pendidikan
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Jenis kelamin
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pendidikan
Responden
Responden
No Jenis kelamin Jumlah Persentase
No Pendidikan Jumlah Persentase
1. Laki-laki 4 26,7%
1. Tidak Sekolah 3 20,0%
2. Perempuan 11 73,3%
2. SD / tidak tamat 10 66,7%
Jumlah 15 100,0%
3. SLTA 2 13,3%
Jumlah 15 100,0%
Sumber : data primer diolah, 2018.
signifikansi 0.334 (p > 0,005), yang berarti dakon/data pretest rata-rata/mean: 4.000
tidak ada pengaruh yang bermakna sebelum dengan standar deviasi: .2.03540 dan nilai
dan setelah dilakukan permainan dakon rata-rata/mean data posttest 4.000 dengan
terhadap fungsi intelektual pada lanjut usia standar deviasi 2.03540, sedangkan untuk
yang pikun (dementia). nilai t hitung sebesar 0.000 dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa signifikansi 1.000 (p > 0,005), yang berarti
gangguan pikun (dementia) dengan tidak ada pengaruh yang bermakna sebelum
pemeriksaan MMSE sebelum dilakukan dan setelah dilakukan asuhan keperawatan
permainan dakon/data pretest rata- terhadap kerusakan fungsi intelektual pada
rata/mean: 20.7333 dengan standar deviasi: lanjut usia yang pikun (dementia).
2.63131 dan nilai rata-rata/mean data Hasil penelitian menunjukkan bahwa
posttest 21.7333 dengan standar deviasi gangguan pikun (dementia) dengan
2.57645, sedangkan untuk nilai t hitung pemeriksaan MMSE sebelum dilakukan
sebesar -27493 dengan signifikansi 0.010 permainan dakon/data pretest rata-
(p < 0,005), yang berarti ada pengaruh yang rata/mean: 20.6667 dengan standar deviasi:
bermakna sebelum dan setelah dilakukan 4.30393 dan nilai rata-rata/mean data
permainan dakon terhadap gangguan pikun posttest 21.7333 dengan standar deviasi
(dementia). 5.11952, sedangkan untuk nilai t hitung
sebesar -2.210 dengan signifikansi 0.044 (p
2. Uji T Pengaruh dakon terhadap < 0,005), yang berarti ada pengaruh yang
gangguan pikun (dementia) atau bermakna sebelum dan setelah dilakukan
kerusakan fungsi intelektual pada asuhan keperawatan terhadap gangguan
kelompok kontrol pikun (dementia).
Tabel 3.13 Paired Samples Statistics
pada kelompok kontrol. IV. PEMBAHASAN
Varia Mean N Std.Devi Std.Error a. Usia responden lansia rata –rata
bel ation Mean berumur 71-78 tahun.
Pair SPMSQ 4.000 15 2.03540 .52554
1 (pretest) 4.000 15 2.03540 .52554 Responden banyak lansia berusia
SPMSQ 71-78 tahun, hal ini seperti dikemukakan
(posttest) oleh Maryam (2008) pertambahan usia pada
Pair MMSE 20.66 15 4.30390 1.11127 lansia ≥ 60 tahun dapat menyebabkan
1 (pretest) 67 15 5.11952 1.32186 jumlah sel dalam otak juga ikut menurun
MMSE 21.73
(posttest) 33
sehingga mekanisme perbaikan sel otak
Sumber: Data primer, 2018 menjadi terganggu, sedangkan salah satu
penelitian menurut Jett (2014) yang
Tabel 3.14 Paired Samples Test pada menyatakan pada usia lansia jumlah neuron
kelompok kontrol. menurun dan kurangnya korelasi antar
Varia Paired T Sig.(2- dendrit sehingga menyebabkan proses
bel Differences tailed) berpikir pada lansia pun berkurang.
95% Confidence b. Responden lebih banyak berjenis
interval of the kelamin perempuan.
Difference
Lower Upper Responden lebih banyak
Pair SPMSQ -.36254 .36254 .000 1.000 perempuan karena perempuan terjadi
1 (pretest) menopause akibat dari hormone estrogen
- yang menurun yang menyebabkan
SPMSQ
(posttest)
gangguan dalam fungsi belajar dan memori.
Pair MMSE -2.10199 -03134 -2.210 .044 Demensia kebanyakan menyerang kaum
1 (pretest) hawa karena hormon wanita lebih cepat
- masuk masa menopause ketimbang pria
MMSE
(posttes
dengan masa andrenopausenya.
t) (Sihombing, 2011).
Sumber: Data primer, 2018 c. Responden lebih banyak status
pernikahan janda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Demensia banyak terjadi pada janda
kerusakan fungsi intelektual lansia yang hal ini sesuai dengan Ibrahim (2011) yang
pikun (dementia) dengan pemeriksaan menyatakan perempuan lebih sering
SPMSQ sebelum dilakukan permainan mengalami demensia, hal ini disebabkan
perempuan sering terpajan dengan stressor
ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 145
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018
lingkungan dan memiliki tingkatan ambang evaluasi, dan pengujian presymptomatic (tes
stressor lebih rendah dibandingkan dengan genetik).
laki-laki, dan ini juga akan menyebabkan Pada penelitian ini pemeriksaan
perempuan menjadi depresi. Depresi pada menggunakan MMSE dan SPMSQ karena
perempuan juga berhubungan erat dengan rata-rata penderita demensia dalam kategori
ketidakseimbangan hormon dalam siklus demensia ringan dan demensia sedang
menstruasi yang berhubungan dengan sehingga tidak memerlukan pemeriksaan
menopause, kelahiran, dan kehamilan. penunjang diagnostik di rumah sakit. Dari
d. Responden lebih banyak berpendidikan hasil pemeriksaan terdapat perbedaan hasil
tidak tamat SD MMSE dan SPMSQ menurut penelitian
Responden banyak berpendidikan Mega (2014), perbedaan hasil MMSE dan
SD hal ini sesuai dengan Wibowo (2007) pengkajian status kognitif dan afektif ini
yang menyatakan faktor demensia terjadi penderita demensia dapat melakukan
pada usia lanjut, wanita, trauma kapasitas aktivitas kognitif maka gejala pikun pada
berat, pendidikan rendah dengan kasusnya lansia dapat dikurangi sehingga lansia
sekitar 1-5%, sedangkan penelitian menurut menjadi lebih produktif. Pada penelitian
Khasanah & Ardiansyah (2012) yang Komalasari (2014), ada kenaikan skor
menjelaskan bahwa semakin rendah tingkat MMSE 2, 4 poin antara pre dan pos test
pendidikan seseorang maka semakin tinggi tetapi berdasarkan paired t tes tidak ada
angka prevalensi demensia Alzheimer. perbedaan signifikan antara skor MMSE pre
Semakin tinggi intelegensi dan pendidikan dan pos test secara keseluruhan dan tiap
lansia, semakin baik kemampuan lansia domain fungsi kognitif.
untuk mengkompensasi deficit intelektual. Penelitian ini menunjukkan bahwa
e. Responden lebih banyak bermata secara statistik ada pengaruh permainan
pencaharian sebagai petani dakon terhadap gangguan pikun dengan
Responden banyak bermata angka pre test rata-rata 20.7333 menjadi
pencaharian petani sesuai dengan salah pos test 21.7333 dengan pemeriksaan
satu penelitian yang dilakukan oleh MMSE. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Sholikhah (2016) yang menjelaskan bahwa terapi kognitif Spector et al (2010), bahwa
pekerjaan over worker seperti buruh, petani, terapi aktifitas kognitif ini cocok sebagai
serta tidak bekerja dapat mempercepat terapi komplementer non farmakologis untuk
proses penuaan termasuk fungsi kognitif lanjut usia dengan demensia ringan dan
yang cepat menurun. demensia sedang. Hal ini dikemukakan oleh
f. Pengaruh permainan dakon terhadap Bherer et al (2013), bahwa untuk
gangguan pikun meringankan dampak penuanan pada tubuh
Pengukuran aspek kognitif dengan dan pikiran lansia harus melakukan aktifitas
menggunakan MMSE dan pemeriksaan fisik yang direncanakan, terstruktur dan
status mental SPMSQ , ini sesuai dengan sadar dilakukan untukk mencegah
yang dikemukakan Azizah (2011) yang penurunan kognitif.
menyatakan pemeriksaan penting yang Permainan dakon merupakan salah
harus dilakukan untuk penderita demensia, satu media terapi yang digunakan untuk
mulai dari identifikasi latar belakang individu, merangsang dan mengolah fungsi otak
pemeriksaan fisik, pemeriksaan status termasik memori/daya ingat, konsentrasi,
kognitif dan status mental dengan MMSE orientasi, kemampuan berbahasa,
dan SPMSQ. Pada penelitian Indra (2010), berhitung, visuospasial (Wreksoatmojo,
pemeriksaan demensia diperlukan 2013). Permainan dakon membutuhkan
beberapa teknik untuk membantu perhitungan yang cermat harus dilakukan
mengidentifikasi demensia dengan tingkat dengan senang dengan penuh
akurasi yang memadai seperti menanyakan sportifitas/kejujuran (Sujarno,2013).
pertanyaan tentang sejarah pasien, Permainan dakon sebagai terapi stimulasi
pemeriksaan fisik, evaluasi neurologis kognitif merupakan terapi yang terbukti
(keseimbangan, fungsi sensorik, refleks), tes efektif meningkatkan fungsi kognitif lanjut
dan neuropsikologi kognitif (memori, usia pada demensia ringan-sedang. Hal ini
keterampilan bahasa, keterampilan sejalan dengan kebanyakan bukti literature
matematika, pemecahan masalah), scan tentang keefektifan terapi stimulasi kognitif
otak (CT scan) dan Magnetic Resonance (Spector,et al; 2010).
Imaging (MRI), tes laboratorium (tes darah, Hasil penelitian juga menunjukkan
urine, layar toksikologi, tes tiroid), psikiatri bahwa kerusakan fungsi intelektual lansia
ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 146
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 2 – Juli 2018