1. Definisi
Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada
bulan pertama kehidupan. Muscari, Mary E. 2005).
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia
dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000).
Sepsis adalah infeksi berat dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam
darah. (Surasmi, Asrining. 2003).
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama
empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1
dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik
terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom
yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang
parah yang dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes,
2000)
4. Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
pengambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan
kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat,
complement cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya
adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang
mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian
(Bobak, 2005). Bayi baru lahir mendapat infeksi melalui beberapa jalan, dapat
terjadi infeksi transplasental seperti pada infeksi kongenital virus rubella, protozoa
Toxoplasma, atau basilus Listeria monocytogenesis. Yang lebih umum, infeksi
didapatkan melalui jalur vertikel, dari ibu selama proses persalinan ( infeksi
Streptokokus group B atau infeksi kuman gram negatif ) atau secara horizontal
dari lingkungan atau perawatan setelah persalinan ( infeksi Stafilokokus koagulase
positif atau negatif).
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal
dari tiga kelompok, yaitu :
a. Faktor Maternal
Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin
nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi
kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit
putih.
Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur
ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
Kurangnya perawatan prenatal.
Ketuban pecah dini (KPD)
Prosedur selama perslianan
b. Faktor Neonatatal
Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram).
Merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya
imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.
Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh
terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin
serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
Defisiensi imun.
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak
melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.
Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat,
dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap
lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan
antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin,
menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki
empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
c. Faktor Lingkungan
Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di
rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun
kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi
mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi
akibat alat yang terkontaminasi.
Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan
resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik
spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas,
sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial),
paling sering akibat kontak tangan.
Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula
hanya didominasi oleh E.colli.
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai
berikut,
Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,
sianosis
Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi,
bradikardi
Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol
Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak
kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik.
Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice,
muntah, diare, dan perut kembung
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah
dari pusar
Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada
ubun-ubun
Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada
lengan atau tungkai yang terkena
Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan
dan sendi yang terkena teraba hangat
Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan
diare berdarah.
1. PENGKAJIAN
a. Pengakajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang
perlu dikaji adalah :
Sosial ekonomi
Riwayat perawatan antenatal
Ada/tidaknya ketuban pecah dini
Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain
Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea,
dll)
Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita
penyakit infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum
dan amnionitis)
b. Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :
Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)
Tidak mau minum/reflek menghisap lemah
Regurgitasi
Peka rangsang
Pucat
Hipotoni
Hiporefleksi
Gerakan putar mata
BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis
Sianosis
Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)
Hipotermi
Pernapasan mendengkur bardipnea atau apneu
Kulit lembab dan dingin
Pucat
Pengisian kembali kapiler lambat
Hipotensi
Dehidrasi
Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.
3. RENCANA KEPERAWATAN
a. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat
infeksi atau inflamasi
Kriteria Hasil
o Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal
36,5o-37o C)
o Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi
neonatus normal 100-180 x/menit, frekwensi napas
neonatus normal 30-60x/menit)
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua Perubahan tanda-tanda vital yang
jam dan pantau warna kulit signifikan akan mempengaruhi proses
regulasi ataupun metabolisme dalam
tubuh.
2. Observasi adanya kejang dan dehidrasi Hipertermi sangat potensial untuk
menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke dalam
kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres denga air hangat Kompres pada aksila, leher dan lipatan
pada aksila, leher dan lipatan paha, paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar
hindari penggunaan alcohol untuk besar yang akan membantu menurunkan
kompres. demam. Penggunaan alcohol tidak
dilakukan karena akan menyebabkan
penurunan dan peningkatan panas secara
drastis.
INTERVENSI RASIONAL
1. perawatan sirkulasi (misalnya periksa 1. meningkatkan sirkulasi arteri dan vena
nadi perifer,edema, pengisian perifer,
warna, dan suhu ekstremitas)
2. pantau perbedaan ketajaman/tumpul 2. mengetahui sensasi perifer,
dan panas/dingin kemungkinan parestesia
3. pantau status cairan 3. mengetahui keseimbangan antara
asupan dan haluaran
INTERVENSI RASIONAL
1. Pertahankan jalan nafas dengan posisi meningkatkan ekspansi paru-paru.
yang nyaman atau semi fowler
2. Pantau frekuensi dan kedalaman jalan pernapasan cepat dan dangkal terjadi
nafas karena hipoksemia, stress dan sirkulasi
endotoksin
3. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan kesulitan bernafas dan munculnya bunyi
krekels, mengi adventisius merupakan indikator dari
kongesti pulmona/ edema intersisial
Catat adanya sianosis sirkumoral menunjukkna oksigen sistemik tidak
adequate
Selidiki perubahan pada sensorium fungsi serebral sangat sensitif terhadap
penurunan oksigenisasi
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d minum sedikit atau intoleran terhadap
minuman
Tujuan/ kriteria hasil : memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat
badan bayi tidak tujuan, menunjukkan kenaikan berat badan.
Intervensi :
o Kaji intoleran terhadap minuman
o Hitung kebutuhan minum bayi
o Ukur masukan dan keluaran\
o Timbang berat badan setiap hari
o Catat perilaku makan dan aktivitas secara akurat
o Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan
o Ukur berat jenis urine
o Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian
sesuai kondisi
o Pantai distensi abdomen (residu lambung)
4. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Mempertahankan tirah baring, membantu aktivitas perawatan.
Memantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan
hipotensi,dan perubahan pada tekanan denyut.
Memantau frekuensi dan irama jantung.
Mengkaji frekuensi pernafasan, kedalaman, dan kualitas.
Memantau suhu anak.
Mencatat pemasukan dan pengeluaran urin.
Memantau pemeriksaan laboratorium.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walaupun
menggunakan sarung tangan steril untuk mengurangi terjadinya infeksi
nosokomial.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Suhu kembali normal.
Berat badan meningkat.
Perfusi jaringan normal, tidak mengalami dispnea dan sianosis.
Tidak terjadi infeksi nosokomial.
DAFTAR PUSTAKA