Anda di halaman 1dari 24

A.

Obat Kardiovaskular

Obat Kardiovaskular adalah senyawa yg digunakan utk mencegah atau


mengobati penyakit kardiovaskular (buluh jantung). Untuk pengobatan penyakit
kardiovaskular dpt digunakan, obat antiaritmia, obat antihipertensi atau diuretika.

Strategi pengobatan penyakit kardivaskular dan obat yang dianjurkan


adalah :

a. Gagal jantung
 Dengan cara memperbaiki kontraktilitas miokardial.
 Menurunkan volume darah yang mengisi ventrikel selama diagnostik
karena peningkatan volume darah yang mengisi ventrikel
menyebabkan pengisian berlebih pada jantung yang meningkatkan
beban kerja.
Obat Mekanisme kerja Indikasi Efek tak Interkasi obat
diinginkan
Digoksin Menghambat Gagal jantung, Anorexia,
Na+/K ATPase fibrilasi atrium, mual,
dan peningkatan takikardi muntah, Peningkatan
aliran Ca++ paroksismal. Juga diare, sakit resiko toksisitas
kedalam. diidentifikasikan kepala, dengan obat yang
Kontraksi untuk kelelahan. mengubah
ditingkatkan hipoventilasi, syok elektrolit serum.
dengan kardiogenik dan Bloker reseptor
peningkatan Ca++ syok tirotoksik. adrenergik ß =,
intrasel. Sering diberikan salura kalsium
Peningkatan dahulu dosis meningkatkan
curah jantung dan muatan untuk resiko blok AV
ukuran jantung, mencapai kadar lengkap Obat
aliran balik vena, terpeutik lebih yang mengubah
dan volume cepat absorbsi saluran
darah. Jarang digunakan cerna dapat
Digitoksin Menyebabkan karena waktu mengubah
diuresis dengan paruh panjang. bioavailabilitas.
peningkatan Berguna pada
perfusi ginjal. pasien dengan
Memperlambat gagal ginjal
kecepatan karena tidak dapat
ventrikel pada mengekskresikan
fibrilasi atau digoksin.
Disianosid flutter atrium Diberikan secara
dengan intravena pada
peningkatan kedaruratan.
sensitivitas nodus
AV terhadap
penghambatan
vegal.
Peningkatan
resistensi
vaskular perifer
Amrion Meningkatkan Ditambahkan pada Intoleransi Meningkatkan
kontraktilitas, isi terapi digoksin saluran diuresis pasien
sekuncup, fraksi bila gagal jantung cerna dan yang diberi
ejeksi, dan menetap meskipun demam. diueretik.
kecepatan sinus. telah diberi
Menurunkan digoksin.
resistensi perifer.
Mirinon Dua puluh kali Efek
lebih paten samping
dibanding sangat
amrinon. sedikit (
sakit kepala)
Dobutamin Meningkatkan Untuk Mual, sakit
kontraktilitas meningkatkan kepala,
tanpa curah jantung aritema
meningkatkan pada gagal jantung vertikal.
frekuensi jantung kronik.
atau tekanan
darah.
Prasozin Mendilatasi arteri Gagal jantung Retensi Peningkatan
dan vena juga untuk cairan, resiko hipotensi
hipertensi hipotensi
ortostatik.
Tetrazosin Gagal jantung Pusing,
kelelahan,
sakit kepala.

b. Hipertensi
 Menurunkan volume kelebihan beban.
 Menurunkan aliran keluar simpatis dari otak.
 Mendilatasi pembuluh darah.

Obat anti hipertensi :


Obat Mekanisme Indikasi Efek tak Interkasi obat
kerja diinginkan
Hidroklortiazi Menghambat Obat awal ang Hipokalemia, Menambah
d reabsrobsi ideal untuk oliguria, gangguan efek
natrium dan hipertensi, edema saluran cerna toksisitas
klorida dalam kronik, digitalis atau
pars assendens hiperkalsiuria litium.
anse henle tebal idiopatik. Mengurangi
dan awaltubulus Digunakan untuk efek vaso
distal. menurunkan presor
Hilangnya K+ , pengeluaran urin hipokalemia
Na+, Cl-, pada diabetes bertambah
menyebabkan insipidus dengan
peningkatkan kortikoid.
pengeluaran Hipotensi
urin 3x. ortostatik
beratambah
dengan
alkohol,
barbiturat,
atau analgetik
narkotik.
Furosemid Mengahmbat Diuretik yang Hiponatremia, Meningkatka
reabsorbsi dipilih untuk pasien hipokalemia, n toksisitas
klorida dalam dengan GFR rendah hipotensi, obat yang
pars asendens dan kedaruratan hiperglikemia. ototoksik dan
ansa henle hipertensi juga nefrotoksik
tebal. K+ edema, edema paru serta litium.
banyak hilang parudan untuk
kedalam urin mengeluarkan
banyak cairan.
Asam Peroral untuk Gangguan saluran Peningkatan
Etakrinat edema IV untuk cerna azotemia
edema paru pada pasien
dengan
penyakit
ginjal yang
minum
tetrasiklin.
Bumetanid Paling paten Peroral untuk Serupa dengan Peningkatan
edema, IV untuk furosemid, azotemia
edema paru ototoksisitas pada pasien
belum pernah dengan
dilaporkan. Dosis penyakit gijal
besar dapat yang minum
menyebabkan tetrasiklin.
mialgia berat.
Amilorid Secara langsung Digunakan bersama Hiperkalemia, Hiperkalemia
meningkatkan diuretik lain karena kekurangan berat dengan
eksresi natrium efek hemat kalium natriun atau air. suplemen
dan mengurangi efek Pasien dengan kalium.
menurunkan hipokalemik. Dapat DM dapat Peningkatan
sekresi kalium mengoreksi mengalami hiperkalemia
dalam tubulus alkalosis metabolik intoleransi dengan
kontortus distal. glukosa. diuretik
hemat kalium
lain
Spirpnolakton Antagonis Digunakan dengan Menyebabkan Meningkatka
aldosteron ( tiazid untuk edema, ketidakseimbanga n toksisitas
aldosteron sirosis dan sindrom n endokrin digoksin dan
menyebabakan nefrotik. Juga untuk menurunkan
+
retensi Na ). mengobati atau efek
Juga memiliki mendiagnosis vasopresor
kerja serupa hiperaldosteronisme norepinefrin.
dengan
amiloiod
Triamterin Secara langsung Tidak digunakan Dapat
menghambat untuk menyebabkan urin
natrium serta hiperaldosteronisme menjadi biru dan
sekresi . Lain lain seperti menurunkan aliran
kaliumdan ion spironolakton. darah ginjal. Lain
hidrogen dalam lain seperti
tubulus amiloroid.
koligentes
Manitol Secara osmotik Gagal ginjal akut, Sakit kepala,
menghambat edema otak, mual, muntah,
reabsorbsi menghilangkan pusing, polidipsia.
natrium dan air. beberapa dosis
Awalnya kelebihan obat.
menaikkan
volume plasma
dan tekanan
darah.
Prazosin Antagonis Hipertensi dan Edema, mulut Meningkatka
adranegik alfa-1 hipertensi dengan kering, sakit n kerja
perifer. gagal jantung kepala, mimpi antihipertensi
Mandilatasi kongestif buruk. lain,dan dapat
arteri maupun membuat
vena hipotensi
berat.
Labetalol Memblok alfa- hipertensi Lebih jauh Depresi
1, beta-1, dan menekan gagal miokardial
beta-2 mencapai jantung. dengan
tekanan darah Kelelahan, halotan.
yang lebih impoten diare Memblok
rendah tanpa bronkodilatas
reflek takikardi. i yang
diinduksi
agonis-beta
Atenolol Memblok Terapi awal yang Lebih jauh Semua bloker
reseptor baik untuk menekan gagal beta dapat
andregenik hipertensi ringan, jantung, depresi. meningkatka
beta-1 . sampai sedang. n efek
menurunkan digoksin dan
frekuensi lidoksin
jantung dan
curah jantung,
dan penurunan
pelepasan renin.
Efek
bronkokonstriks
i kurang
dibanding zat
zat yang
berikatan
dengan reseptor
beta-2
Propanolol Memblok Kardiosupresi pada Hipertensi Semitidin
reseptor infark miokard akut sementara karena menigkatkan
adrenegik beta- dan angina tak antagonisme kadar
1 dan beta-2. stabil reseptor beta-2dan propanolol
Menurunkan reseptor reflek serum
frekuensi pada penurunan
jantung dan curah jantung.
curah jantung
menurunkan
pelepasan renin.
Bronkokostriksi
melalui
antagonisme
reseptor beta-2

c. Angina
 Menurunkan kerja jantung
Obat anti- angina :
Obat Mekanisme Indikasi Efek tak Interkasi obat
kerja diinginkan
Nitrogliserin Mendilatasi Untuk mengobati Hipotensi dan Alkohol, zat
miokardium semua bentuk takikardi balik, antihipertensi,
besar untuk angina. Dapat bradikardi dan vasodilator
meningkatkan digunakan dapat
pasokan darah sebelum latihan meningkatkan
ke jantung. atau stress untuk risiko hipotensi
Menurunkan mencegah episode ostotatik.
beban awal iskemik.
jantung dengan
mengurangi
tonus vena. Hal
ini
memungkinkan
pengumpulan
darah diperifer.
Amil nitrit . Digunakan untuk
meringankan
gejala angina
akut. Diberikan
dengan cara
inhalasi kapsul
yang dihancurkan
Isosorbit Digunakan untuk
dinitrat profilaksis angina.
Sublingual awitan
5 menit. Durasi 1-
4 jam. Oral 30
menit durasi 4-6
jam

d. Infark miokardial
 Perfusi kembali jaringan yang iskemik.
e. Aritmia
 Mempebaiki kontraksi miokardial yang sinkron
Obat aritmia :
Obat Mekanisme Indikasi Efek tak Interkasi obat
kerja diinginkan
Kuinidin Meningkatkan Takikardium Mual, muntah, Meningkatkan
otomatisitas atrium multifoka, diare, kadar digoksin
fokus ektopik. depolarisasi hipersensitivitas. menambah
Memperlambat atrium prematur, hipotensi yang
kecepatan depolarisasi diinduksi
konduksi dalam ventrikel prematur vasdilator dan
atrium dan sel walfarin.
Prokainamid sel hispurkinje. Depolarisasi Efek saluran Tidak ada
Memperpanjang atrium prematur, cerna lebih interaksi dengan
produksi fibrilsi atrium, sedikit digoksin
refrakter depolarisasi
diseluruh ventrikel
jantung dan jalur
asesorius.
Mempunyai efek
antikolinerjik
yang
sesungguhnya
dapat meningkat
kan konduksi A-
V pada pasien
dengan
depolarisasi
atrium cepat.
Fenitonin Menekan Bukan obat Mengantuk, Sejumlah
otomatisitas pilihan pertama mual, aritmia
fokus fokus
ektopik,
meningkatkan
kecepatan
konduksi nodus
A-V
Propafenon Memperlambat Terapi kronis Mual, pusing, Propafenon
konduksi untuk takikardi konstipasi, meningkatkan
menyeluruh, ventrikel perubahan kadar plasma
memperpanjang sensasi rasa. propanolol,
periode refrakter digoksin dan
atrium dan warfanin.
ventrikel. Simatidin
Mempunyai meningkatkan
pemblokan pintu kadar
masuk kalsium propafenon.
dan andrenergik
beta lemah
Enkainind Menurunkan Terapi kronis Dapat Efek aditif
osmosisitas untuk takikardi memperburuk dengan obat lain
nodus SA dan vebtrikel arimia yang
fokus ektopik, mempengaruhi
keceptan konduksi
konduksi jantung.
menyeluruh. Simetidin akan
Memperpanjang meningkatkan
periode refrakter waktu paruh
dalam periode enkainid
flekainind his purkinje Dapat
ventrikel dan meningkatkan
jalur asesorius. kadar garam
digoksin dan
propanolol
plama.
Esmolol Antagonis yang Takikardi sinus, Kemungkinan Tidak ada
menyukai flutter atrium, kurang interaksi yang
reseptor fibriasi atrium. menyebabkan bermakna
adrenergik beta- brokospasme dengan
1 sama dengan dibanding digoksin.
propanolol propanolol.
dalam hal kerja
Digoksin Hanya obat yang Ibrasi atrium, Muntah, sakit
meningkatkan flutter kepala ,
otomatisistas atrium,takikardi gangguan
pacemaker atrial penglihatan.
ektopik. paroksisimal.
Memperlambat
kecepatan
konduksi
menyeluruh.
Kerja kompleks
pada periode
reflakter

f. Okulasi Vaskuler
 Mencegah koagulasi
 Mencegah pembentukan bekuan
 Menghancurkan bekuan yang telah terbentu.

Obat antikoagulasi, anti trombotik, trombolitik :


Obat Mekanisme kerja Indikasi Efek tak Interkasi obat
diinginkan
Heparin Berikatan Mencegah Pendarahan Risiko
dengan trombosis vena hemoragik hemoragik
antitrombin III. profunda pasca trombositopenia, meningkat bila
Kompleks ini operasi dan nekrosis pada secara
lalu berikatan emboli paru. tempat suntikan. bersamaan
dengan dan Mencegah diberikan
menghambat antikoagulasi aspirin,
faktor bekuan segera. ibuprofen,
yang diaktivasi. dekstran.
Jumlah yang
lebih besar
mengaktivasi
trombin dan
faktor faktor
pembekuan
untuk mencegah
konversi
fibronogrn
mrnjadi fibrin.
Streptokinase Mengaktivasi Untuk melisis Pendarahan, Meningkatkan
plasminogen trombus pada jarang terjadi resiko
menjadi plasmin. arteri koroner respon imun atau pendarahan
Plasmin yang iskemik, anfilaksis yang
mencerna fibrin tapi tdak walaupun disebabkan oleh
menjadi nekrotik setelah streptokinase aspirin, heparin,
fibrinogen infark. merupakan protein atau
sehigga asing antikoagulan
membentuk lain.
produk
degradasi.
Produk ini juga
bekerja sebagai
antikoagulasi
dengan
menghambat
pembentukan
fibrin
Tiklopidin Secara Menurunkan Neutropenia, Memperkuat
ireversibel resiko stroke peningkatan efek aspirinn
memblok pada pasien kecenderungan pada trombosit.
peningkatan yang tidak tahan pendarahan ruam, Absrobsi
trombosit aspirin. diare, mual. diganggu oleh
dengan antasid.
fibrinogen. Eliminasi
Dengan berkurang
memblok dengan
degranulasi sismetidin
trombosit.
Ibuprofen Menghambat Tidak banyak Gangguan saluran Menggeser
siklooksigenasi, digunakan cerna dan warfarin dan
jadi menghambat sebagai pendarahan. tempat ikatan
pembentukan antitrombotik. Troombositopenia, protein plasma.
prostaglandin Lebih sering ruam, sakit kepala, Menurunkan
digunakan pusing efek natriuretik
sebagai dan diuretik
analgetik atau furosemid serta
untuk mengobat efek
atritis gout. antihipertensi
tiazid, bloker
beta.

B. Obat Analgesik
Analgesik adalah obat yang menghilangkan rasa sakit. Analgesik dibagi menjadi
analgesik lemah atau ringan, dan analgesik kuat. Analgesik lemah mempengaruhi
produksi substansi penyebab nyeri pada tempat luka, dan meliputi aspirin dan
salisilat, paracetamol, NASID( non-steroidal anti infalmatory drag ) dan opiat lemah
( kodein dan dekstopropoksifen ). Analgesik kuat adalah agents penting dalam
penatalaksanaan nyeri pasca bedah dan dapat diberikan secara kontinue melalui infus
atau secara intermiten dengan dosis kecil melalui suntikan dengan interval tertentu.
a. Obat analgesik lemah
1. Aspirin dan Salisilat
Aspirin ( asam salisilat ) mempunyai sifat algesik, antipiretik, dan anti
inflamasi. Obat ini dipakai untuk nyeri akut muskuloskleletal ( jangan dipakai
selama kehamila dan laktasi ). Mekanisme kerja dengan mempengaruhi substansi
penyebab nyeri, yang dilepaskan ditempat cidera atau luka. Kerja antipiretik
aspirin daalam menurunkan suhu badan terutama akibat efek sentral yaitu dengan
mempengaruhi hipotalamus, yang merupakan “termostat” badan. Aspirin tidak
mempengaruhi suhu badan normal. Mekanisme anti inflamasi belum diketahui,
kecuali obat ini mempengaruhi metabolisme prostaglandin prostaglandin.
Dosis aspirin tinggi meningkatkan asam urat sehingga memicu serangan encok
pada orang tertentu. Reaksi yang merugikan dari agens ini meliputi iritasi dan
ulkus gastrointestinal, retensi natrium, mempengaruhi ungsi reproduksi. Hati hati
menggunakan aspirin pada anak anakdan remaja yang menderita demam akibat
virus, karena beresiko timbul syndrome Reye, yang ditandai muntah, delirium dan
koma.
Interaksi obat sulfonil uria dapat didesak dari ikatannya pada albumin serum
oleh salisilat, sehingga lebih banyak tolbutamid yang bebas dan berakibat reaksi
hipoglikemia. Salisilat dapat menurunkan kadar gula dara. Salisilat bersaing
dengan probenesid di tubuli renal dan dengan demikian menentang efek efek
urikosurik dan probenesid.
2. Paracetmol
Algesik ini adalah alternatif bila aspirin dikontraindikasi. Namun, agens ini tidak
mempunyai efek anti-inflamasi seperti aspirin. Reaksi yang merugikan yaitu hati
hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati.
3. NSAID ( non-steroidal anti inflamatory drugs )
NSAID digunakan untuk mengatasi gejala nyeri dan radang pada penyakit
muskolaskeletal seperti artritis reumatoid, gout dan lain lain. Semua NSAID
memiliki sifat analgesik, antipiretik dan antiinflamasi. Salah satu obat golongan
NSAID adalah asam mefenamat san asam flufenamat. Reaksi yang merugikan
dari golongan obat NSAID adalah sakit kepala, pusing, mual, muntah.
4. Opiat lemah
 Kodein fosfat
Agents ini efekti terutama untuk nyeri viseral.reaksi yang merugikan dari obat
ini adalah mual, anoreksia, bingung, berkeringat dan konstipasi.
 Dihidrokodein tartarat
Bersifat analgesik dan antitusif, dapat menimbulkan ketergantungan seperti
morfin pada orang tertentu.
b. Analgesik kuat
1) Morfin
Morfin bekerja pada sistem saraf pusat sebagai depresan, kantuk, depresi
pernafasan. Agent ini merangsang otot polos, berakibat spasme
gastrointestinal, saluran kemih, saluran biliaris. Agents ini mengakibatka
konstipasi.
2) Petidin
Digunakan sebagai pramedikasi sebelum bedah dan mengatasi nyeri pasca
bedah, kususnya bedah abdominal, karena kurang menyebabkan retensi urine
dan konstipasi.
3) Metadon
Metadon adalah senyawa yang mirip morfin, annmun agents ini lebih aktif bila
diberikan peroral daripada morfin. Reaksi merugikan dari agent ini termasuk
muntah, sedasi, dan ketergantungan.
C. Obat kortikosteroid
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagian
korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik (ACTH)
yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin II. Hormon ini berperan
pada banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres,
tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme
karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku
a) Klasifikasi kortikosteroid
Hormon kortikosteroid dihasilkan dari kolesterol di korteks kelenjar adrenal
yang terletak di atas ginjal. Reaksi pembentukannya dikatalisis oleh enzim golongan
sitokrom P450. Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan atas aktivitas
biologis yang menonjol darinya, yaitu:
1. Glukokortikoid
 Contohnya: kortisol
 berperan mengendalikan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
 bersifat anti inflamasi dengan cara menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat
pula menurunkan kinerja eosinofil.
2. Mineralokortikoid
 Contohnya: aldosteron, desoksikortikosteron, fludokortison
 berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di
ginjal.
b) Fungsi kortikosteroid
1) Terhadap Metabolisme :
a. Karbohidrat :
 Meningkatkan glukoneogenesis
 Mengurangi penggunaan glukosa di jaringan perifer dengan cara menghambat uptake
dan penggunaan glukosa oleh jaringan mungkin melalui hambatan transporter glucose
b. Lemak :
 Meningkatkan lipolisis dijaringan lemak
Pada penggunaan khronis dapat terjadi redistribusi sentral
lemakdidaerah dorsocervical,bagian belakang leher ( “ Buffalo hump “ )
muka ( “ moon face ” ) supraclavicular,mediastinum anterior dan
mesenterium.Mekanisme terjadinya redistribusi ini tidak jelas.
c. Protein :
 Meningkatkan pemecahan protein menjadi asam amino dijaringan perifer
yang kemudian digunakan untuk glukoneogenesis.

2) Terhadap proses keradangan dan fungsi immunologis:


Produksi normal dari glukokortikoid endogen tidak akan berpengaruh secara
bermakna terhadap proses keradangan dan penyembuhan. Kelebihan glukokortikoid endogen
dapat menekan fungsi immunologis dan dapat mengaktifasi infeksi latent. Efek
immunosupressi ini digunakan dalam pengobatan penyakit-penyakit autoimmune,proses
inflammasi dan transplantasi organ.
Peran glukokortikoid dalam proses immunologis dan inflammasi adalah :
a. Merangsang pembentukan protein ( lipocortin ) yang menghambat phospholipase
A2 sehingga mencegah aktivasi kaskade asam arachidonat dan pengeluaran
prostaglandin.
b. Menurunkan jumlah limfosit dan monosit diperifer dalam 4 jam, hal ini terjadi
karena terjadi redistribusi temporer limfosit dari intravaskular kedalam limpa,
kelenjar limfe,ductus thoracicus dan sumsum tulang.
c. Meningkatkan pengeluaran granulosit dari sumsum tulang kesirkulasi tapi
menghambat akumulasi netrofil pada daerah keradangan.
d. Meningkatkan proses apoptosis
e. Menghambat sintesis cytokine
f. Menghambat nitric oxyd synthetase
g. Menghambat respon proliferatif monosit terhadap Colony Stimulating Factor dan
differensiasinya menjadi makrofag
h. Menghambat fungsi fagositik dan sitotoksik makrofag
i. Menghambat pengeluaran sel-sel radang dan cairan ketempat keradangan
j. Menghambat plasminogen activators ( PAs ) yang merubah plasminogen menjadi
plasmin yang berperan dalam pemecahan kininogen menjadi kinin yang berfungsi
sebagai vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
c) Efek samping
Kortikosteroid jarang menimbulkan efek samping jika hanya digunakan dalam
waktu singkat dan non-sistemik. Namun apabila digunakan untuk jangka waktu yang
lama dapat menimbulkan beragam efek samping. Ada dua penyebab timbulnya efek
samping pada penggunaan kortikosteroid. Efek samping dapat timbul karena penghentian
pemberian secara tiba-tiba atau pemberian terus menerus terutama dengan dosis besar.
Efek samping yang dapat timbul antara lain:
 Insufisiensi adrenal akut/krisis adrenal
 Habitus Cushing
 Hiperglikemia dan glikosuria
 Penurunan absorpsi kalsium intestinal
 Keseimbangan nitrogen negatif
 Mudah terkena infeksi
 Tukak peptik
D. Obat Antibiotik
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara
semi-sintesis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan
khasiat antibakteri.
Pengolongan Antibiotik
i. Penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jenis
yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzil penisilin ternyata
paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasal dari sicilia
(1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.
Penisilin terdiri dari :
a. Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin
1. Benzil Penisilin
 Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
 Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
 Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2. Fenoksimetil Penisilin
 Indikasi: tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksis infeksi
pneumokokus.
b. Pensilin Tahan Penisilinase
1. Kloksasilin
 Indikasi: infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
 Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia
limfositik kronik, dan AIDS, riwayat infeksi.
 Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. tetapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
 Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
 Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leuk
opoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
2. Flukoksasilin
 Indikasi :infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.
 Peringatan :gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia
limfositik kronik, dan AIDS.
 Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
 Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
 Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
3. Pensilin Spectrum Luas
a. Ampisilin
 Indikasi: Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
 Peringatan: Riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular
fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.
 Interaksi: Obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi. Absorbsi sebagian besar dipengaruhi oleh makanan. Pengobatan lebih baik
diberikan pada saat lambung kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.
 Kontraindikasi: Hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
 Efek samping: Reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
 Pengaturan dosis Oral: 250-500 mg tiap 6 jam, diberikan 30 menit sebelum makan.
Infeksi saluran kemih: 500 mg tiap 8 jam. Injeksi intramuskuler, intravena atau infus:
500 mg tiap 4-6 jam. Anak di bawah 10 tahun: setengah dosis dewasa.
b. Amoksisilin
 Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis
invasive, gonore.
 Peringatan: gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia
limfositik kronik, dan AIDS.
 Interaksi: obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi
penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami
infeksi.
 Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.
 Efek samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.
 Pengaturan Dosis:
Dewasa: 1x 500mg tablet tiap 12 jam atau 250mg tablet tiap 8 jam.
Suspensi: dewasa, untuk yang sulit menelan, 125mg/5ml atau 250mg/5ml
suspensi menggantikan tablet 500mg.
Anak
Kurang dari 3 bulan: 30mg/kg/hr dibagi tiap 12 jam didasarkan pada
komponen amoksisilin. Dianjurkan menggunakan suspensi 125 mg/5ml 3 bulan atau
lebih : didasarkan pada komponen amoksisilin. Jangan menggunakan tablet 250mg
jika berat<40kg.
ii. Aminoglikosida
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan
gram negative. Gentamisin, Amikasin dan kanamisin juga aktif terhadap pseudomonas
aeruginosa.
Streptomisin aktif terhadap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hampir
terbatas untuk tuber kalosa.
1) Gentamisin
 Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya.
Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis, pneumonia nosokomial,
terapi tambahan pada miningitis karena listeri.
 Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
 Efek samping: nefrotoksisitas yang biasanya terjadi pada orang tua atau pasien gangguan
fungsi ginjal. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal maka interval pemberian harus
diperpanjang.
 Mekanisme kerja obat: Aminoglikosida bersifat bakterisidal dan digunakan terutama
pada infeksi bakteri gram positif dan negatif. Aktivitas bakterisid melalui penghambatan
sintesis protein bakteri.
 Pengaturan dosis Gentamisin: Dosis pada pasien infeksi serius dengan fungsi ginjal
normal 3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap 8 jam.
Anak-anak : 6-7,5 mg/kg/hari (2-2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Infant dan neonatus : 7,5 mg/kg/hari (2,5 mg/kg setiap 8 jam)
Neonatus umur < 1 minggu : 5 mg/kg hari (2,5 mg setiap 12 jam).
Durasi terapi : biasanya 7-10 hari. Dosis pada pasien infeksi serius dengan fungsi
ginjal normal 3 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiga setiap 8 jam.
 Perhatian: gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut (sesuaikan dosis, awasi fungsi
ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan
jangka panjang. Aminoglikosida dapat menembus sawar plasenta, sehingga pemberian
pada wanita hamil sedapat mungkin dihindari (Kategori C). Apabila bila menyusui
ekresi gentamisin dalam ASI sangat minimal (Kategori A).
2) Amikasin
 Indikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.
3) Kanamisin
 Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin

iii. Makrolida
Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin,
sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup
indikasi saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.
1) Eritromisin
 Indikasi: sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis
kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus,
prostatitis kronik, akne vulgaris, dan profilaksis difteri dan pertusis.
 Kontraindikasi: penyakit hati.
 Efek samping: Mual, muntah, dan diare.Untuk infeksi ringan efek samping ini dapat
dihindarkan dengan pemberian dosis rendah.
 Mekanisme kerja obat: Antibiotik golongan makrolida terikat secara reversible pada sisi
P ribosom subunit 50s dari bakteri dan dapat menghambat RNA-dependent protein
synthesis dengan cara merangsang pemutusan peptidyl t-RNA dari ribosom. Antibiotik
ini dapat bersifat bakteriostatik maupun bakterisid, tergantung faktor konsentrasi obat.
 Interaksi obat / Makanan : Jika diberikan bersamaan dengan antasida, konstanta
kecepatan eliminasi eritromisin dapat turun, dan berikan 2 jam sebelum atau sesudah
makan. Eritromisin estolat dan etilsuksinat, dan eritromisin base dalam bentuk tablet
lepas lambat tidak dipengaruhi oleh makanan.
2) Azitromisin
 Indikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa
kompliasi.
3) Klaritromisin
 Indikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan
lunak; terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tuka
IV. Sefalosforin
Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat
sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama
melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.
Sefalosforin terbagi atas :
1) Sefadroksil
 Indikasi: infeksi baktri gram (+) dan (-)
 Kontra indikasi: hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria
 Interaksi: sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti
mikroba masing-masng derrivat bervariasi.
 Efek samping: diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis
tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll
2) Sefrozil
 Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.
3) Sefotakzim
 Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.
4) Sefuroksim
 Indikasi : profilaksis tindakan bedah, lebih aktif terhadap H. influenzae dan N
gonorrhoeae.
5) Sefamandol
 Indikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.

V. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin
lama semakin berkurang karena masalah resistansi.
Tetrasiklin terbagi atas :
1) Tetrasiklin.
 Indikasi: akne vulgaris, eksaserbasi bronkitis kronis, klamidia, mikoplasma dan
riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis.
 Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap golongan tetrasiklin.
 Mekanisme kerja obat: tetrasiklin merupakan bakteriostatik yang bekerja dengan
mempengaruhi sintesis protein pada tingkat ribosom. Antibiotik ini berikatan secara
reversible dengan ribosom subunit 30s dari bakteri, mencegah terjadinya ikatan
aminoacyl transfer RNA dan menghambat sintesis protein, serta perkembangan sel.
Golongan tetracycline mempunyai aktivitas luas terhadap bakteri gram positif dan
negatif.
 Efek samping: Mual, muntah, diare, eritema (hentikan pengobatan), sakit kepala dan
gangguan penglihatan dapat merupakan petunjuk peningkatan intrakranial,
hepatotoksisitas, pankreatitis dan kolitis.
 Interaksi obat / makanan: Jika diberikan bersama antasida, garam besi, maka absorpsi
dan kadar serum tetrasiklin turun. Pengatasan: tetrasiklin diberikan 1 jam sebelum
atau 2 jam setelah antasida.
Jika diberikan bersama kontrasepsi oral maka tetrasiklin mempengaruhi resirkulasi
enterohepatik kontrasepsi steroid, sehingga menurunkan efeknya.
Jika diminum menggunakan susu, maka tetrasiklin akan membentuk khelat yang sulit
diabsorpsi
2) Demeklosiklin Hidroklorida
 Indikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik
Efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah dilaporkan
terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.
3) Doksisiklin
 Indikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis ,
pretatitis kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)
Anonim. BAB I Latar Belakang Obat Kortikosteroid[pdf]. http:// etd.repository.ugm.ac.id
Sue jordan . 2002 . Farmakologi kebidanan. Jakarta: EG
R, S. Usali. (2014) BAB II. : //eprints.ung.ac.id/4077/5/2013-1-48401-821310035-bab2-
01082013022455.pdf

Anda mungkin juga menyukai