Anda di halaman 1dari 8

KONTRIBUSI SARANA PENDIDIKAN

TERHADAP KUALITAS PENDIDIKAN DI SEKOLAH

Oleh
I Made Ariasa Giri
Dosen pada Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar

Abstract

Facilities in education are not merely those that are used in the classrooms, such as
the classbooks, boards, rulers, and other learning aids, but also the ones that indirectly
support the education manajemen, such as the land and building. At least such facilities
should be provided in accordance with the need and function of the school (Depdiknas,
2003). Fullfilment of the need for such supporting facilities will contribute to the quality of
the educational service.
There are three things that presumably can support directly the learning and
achievement of the students, namely the availability of enough resources, educational
aids,such as lab and workshop, and teaching medium. The absence of them will result in
mere verbal teaching that cause the learning process to be less powerful. Students will only
lean on the memoy for only learn to memorize things. It produces unauthentic learning
pocess and situation and develop less learning experience. As the result the students
acievement is low in all of its aspects, including the cognitive, attitude, skill, self-confidence,
commitment, and competence.

Key Words: Education facilities, quality

I. PENDAHULUAN pendidikan, yang antara lain mencakup: standar isi,


Upaya meningkatkan mutu pendidikan di standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
Indonesia bukanlah usaha yang mudah. Hal ini pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
mengingat kesenjangan atau disparitas mutu dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pendidikan antar lembaga pendidikan di Indonesia, pembiayaan, dan standar penilaian.
antara sekolah di desa dan di kota, misalnya, Sarana dan prasarana pendidikan merupakan
sangatlah senjang. Hal ini dapat diketahui, saat ini salah satu unsur masukan pendidikan yang penting
ada sekolah bahkan yang telah mampu berkembang dan merupakan kebutuhan vital bagi
menjadi lembaga pendidikan berstandar internasional terselenggaranya proses pendidikan yang
dengan menjadi sekolah nasional berstandar berkualitas. Tanpa ditunjang oleh sarana dan
internasional, ada sekolah yang berstandar nasional, prasarana yang memadai sulit diharapkan proses dan
tetapi ada juga sekolah yang bahkan belum memenuhi hasil pendidikan yang bermutu tinggi. Rendahnya
standar lokal.. kualitas proses dan hasil pendidikan di Indonesia
Dengan begitu, sejalan dengan upaya saat ini, sebagian diduga disebabkan oleh minimnya
peningkatan mutu pendidikan tersebut, dengan sarana pendidikan yang disediakan oleh pemerintah
mempertimbangkan disparitas kondisi antar sekolah maupun yang mampu disediakan oleh masyarakat.
atau lembaga-lembaga pendidikan yang ada, baik Sementara itu, minimnya ketersediaan sarana
pengambil kebijakan maupun pelaksana atau praktisi prasarana pendidikan tidak saja disebabkan oleh
pendidikan di lapangan, dari pusat sampai ke daerah- ketidakmampuan masyarakat atau pemerintah, tetapi
daerah, tentu membutuhkan acuan bagi upaya juga tidak teridentifikasinya jenis sarana pendidikan
pengembangan standar pendidikan yang dapat yang paling esensial dibutuhkan agar suatu proses
dijadikan pegangan oleh semua pihak dalam pendidikan berlangsung secara optimal. Dengan kata
pelaksanaan program-program pendidikan nantinya lain, pemerintah belum memiliki standar yang jelas
maupun dalam mengevaluasi atau mengukur tentang sarana pendidikan yang diperlukan untuk
keberhasilan program pendidikan dalam peningkatan terwujudnya proses dan hasil pendidikan bermutu
mutu kinerjanya. Dengan dasar pemikiran tersebutlah dan memiliki daya saing tinggi.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Ketiadaan sarana pendidikan dalam belajar
Pendidikan Nasional antara lain menegaskan cenderung akan membuat peserta didik akan belajar
perlunya pengembangan standar nasional secara verbalisme belaka dan ini adalah salah satu

46 JURNAL PENJAMINAN MUTU


bentuk penindasan intelek. Dalam hal penguasaan pendidikan. Kemampuan masyarakat dalam
dan pengembangan teknologi, penggunaan sarana menyediakan sarana pendidikan di daerahnya sesuai
pendidikan yang dapat dikatakan sebagai teknologi dengan kondisi sosial ekonominya juga perlu
pendidikan dalam proses belajar teknologi dapat diidentifikasi.. Selanjutnya perlu dikaji secara ilmiah
memfasilitasi pebelajar untuk berinteraksi langsung pengembangan sarana pendidikan bagi sekolah-
dengan dunia teknologi yang memudahkan sekolah di setiap jenjang untuk meningkatkan daya
pemahaman mereka dan menghindari verbalisme. saing pendidikan di tingkat lokal, nasional, dan
Kebutuhan sarana pendidikan tidaklah cukup international. Tersediannya sarana pendidikan
hanya yang berkaitan langsung dengan kegiatan sekolah yang memadai juga diduga memiliki korelasi
belajar dan pembelajaran di kelas saja seperti buku yang kuat dengan peningkatan kualitas proses dan
sumber, peralatan, perabot, dan media pendidikan hasil belajar program pendidikan di sekolah
saja. Pendidikan di sekolah juga membutuhkan sarana (Depdiknas, 2005a, 2005b). Dalam hal ini, sarana
pendidikan yang secara tidak langsung mendukung pendidikan, terutama yang menyangkut fasilitas
terlaksananya kegiatan belajar dan pembelajaran di pembelajaran, sumber belajar, dan media
kelas seperti kebutuhan lahan, bangunan atau ruang, pembelajaran (Depdiknas, 2005b) diduga mempunyai
serta peralatan dan perabot untuk terselenggaranya pengaruh yang kuat terhadap peningkatan hasil
manajemen sekolah secara bermutu. Kebutuhan belajar yang diharapkan. Sarana pembelajaran yang
sarana pendidikan seperti ini secara minimal tentu tepat di samping dapat menjadi media pendidikan
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, jenis, dan (belajar) yang akan membantu mempermudah proses
fungsinya (Depdiknas, 2003). Kebutuhan sarana berpikir anak melalui konkritisasi objek-objek abstrak,
pendukung ini diperlukan untuk memberikan juga dapat menjadi objek belajar itu sendiri yang akan
pelayanan yang optimal bagi berlangsungnya proses membantu peserta didik memahami fenomena-
pendidikan yang bermutu. fenomena alam, sosial, budaya, dan teknologi secara
Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria langsung. Dengan kata lain, memanfaatkan sarana
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah belajar dan pembelajaran yang memadai
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. memungkinkan peserta didik tidak saja akan belajar
Lingkup Standar Nasional Pendidikan ini meliputi: how to know tetapi juga belajar how to do, how to
standar isi, standar proses, standar kompetensi be, dan how to live together. Pelibatan proses belajar
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, secara utuh, komprehensif, dan powerful seperti ini
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, jelas membantu peserta didik mewujudkan potensi
standar pembiayaan, dan standar penilaian seperti belajarnya secara optimal (Santiyasa, 1999; Sukadi,
yang telah disebutkan di atas. 2004; Wahab, 2002).
Berkaitan dengan standar sarana pendidikan
dinyatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajib II. PEMBAHASAN
memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan 2.1 Penetapan Kebutuhan Esensial Sarana
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber Pendidikan
belajar lainnya, bahan habis pakai, serta Pembangunan Nasional bidang pendidikan
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang-
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, Undang Dasar 1945. Tujuannya adalah
seperti keperluan gedung dan lahan (Depdiknas, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
2003). Peraturan pemeritah ini belum menjabarkan manusia yang beriman dan betakwa kepada Tuhan
lebih jauh apa jenis dan spesifikasi sarana pendidikan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif,
yang esensial dan seberapa besar kebutuhan minimal dan bertanggung jawab (UU RI No.20 Tahun 2003).
oleh masing-masing sekolah pada setiap jenjang dan Dalam konteks ini pemerintah, telah membangun dan
jenis program pendidikan. Demikian pula rincian mengembangkan satu sistem pendidikan nasional
mengenai kebutuhan sarana esensial dan minimal yang di dalammnya termasuk subsistem pendidikan
untuk setiap jenis kegiatan manajemen pendidikan, dasar dan menengah. Pendidikan dasar dan
proses belajar mengajar, dan proses evaluasi program. menengah diarahkan untuk meletakkan dasar-dasar,
Keterbatasan anggaran yang dimiliki nilai-nilai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
pemerintah pusat maupun daerah mengisyaratkan bermanfaat untuk menghadapi hidup pada masa
pemerintah daerah agar memiliki data base yang jelas mendatang (Propenas 2000-2004).
tentang jenis dan tingkat kebutuhan minimal sarana Telah disadari bahwa tingkat keberhasilan
pendidikan pada setiap jenjang pendidikan, bahkan berbagai jenis dan jenjang pendidikan dipengaruhi
untuk setiap jenis kegiatan penyelenggaraan oleh banyak komponen, di antaranya dipengaruhi

Kontribusi Sarana Pendidikan terhadap Kualitas Pendidikan 47


di Sekolah | I Made Ariasa Giri
oleh kualitas dan kuantitas komponen: 1) program pendidikan di wilayahnya yang menjadi tanggung
pendidikan (termasuk di dalamnya kurikulum, silabus, jawab daerah. Pemerintah perlu mengidentifikasi
bahan ajar, metode/media, alat peraga, dan alokasi bagaimana kualitas dan kuantitas sarana prasarana
waktu), 2) sarana dan prasarana (gedung, alat, pendidikan yang ada saat ini di setiap jenjang
perabot, bahan, buku, dll), 3) pendidik (guru, pendidikan? Apakah keberadaan sarana dan
instruktur, pamong belajar, fasilitator, konselor, tutor, prasarana ini telah memenuhi standar yang
dan sebutan lain yang sesuai dengan dipersyaratkan? Sejauh mana pemanfaatan sarana-
kekhususannya) dan tenaga kependidikan yang prasarana yang sudah ada dan kontribusinya
mendukungnya, 4) partisipasi masyarakat/ terhadap peningkatan mutu dan relevansi
stakeholders, dan 5) daya dukung lingkungan pendidikan.
internal dan eksternal (Dirjen Dikdasmen, 2003).
Sarana pendidikan merupakan komponen 2.2. Standar Minimal Sarana Pendidikan
integral dari penyelenggaraan pendidikan pada Dalam PP No.19 Tahun 2005 dijelaskan bahwa
semua jenis dan jenjang pendidikan. Tanpa ditunjang Standar Nasional Pendidikan meliputi: (1) Standar
oleh sarana yang memadai sulit diharapkan isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi
penyelenggaraan pendidikan yang menghasilkan lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6)
saing tinggi. Sumber daya manusia yang berkualitas standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, (8)
itu, antara lain dicirikan oleh penguasaan iptek yang standar penilaian pendidikan. Standar nasional
tinggi, penguasaan keterampilan di bidangnya, pendidikan ini berfungsi sebagai dasar dalam
memiliki komitmen, nilai-nilai dan sikap yang positif perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
terhadap kemajuan, bertanggung jawab atas seluruh pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidik
bidang kerja yang digelutinya, mempunyai kecakapan nasional yang bermutu. Tujuan dari standar nasional
sosial yang memadai, dan memiliki kepribadian serta pendidikan ini adalah mencerdaskan kehidupan
keimanan yang mantap (Sukadi, 2005). bangsa dan membentuk watak serta peradaban
Salah satu faktor yang ditengarai sebagai bangsa yang bermartabat.
penyebab rendahnya mutu penyelenggaraan Dalam bab VII, PP No.19 Tahun 2003, secara
pendidikan di Indonesia selama ini adalah kurangnya khusus ditegaskan mengenai standar sarana dan
sarana prasarana pendidikan yang dapat disediakan prasarana. Dalam pasal 12 bab ini dinyatakan bahwa
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang
Menyadari hal ini, Depatemen Pendidikan Nasional meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
dalam Rencana Strategis tahun 2005-2009 telah pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan
mencanangkan program penyediaan sarana habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan
pendidikan yakni sarana belajar untuk meningkatkan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
mutu dan relevansi pendidikan mulai dari pendidikan dan berkelanjutan.
dasar sampai pendidikan tinggi. Selanjutnya pada pasl 43 diatur sebagai berikut:
Sarana pendidikan menurut PP No.19 Tahun Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu
2003 meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa,
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran
habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur yang berisi jenis minimal peralatan yang harus
dan berkelanjutan. Sarana pendidikan menurut tersedia (ayat 1). Standar jumlah peralatan dinyatakan
pengertian ini tidak secara tegas dan jelas dalam rasio minimal jumlah peralatan per peserta didik
memasukkan unsur kebutuhan lahan dan ruang (ayat 2). Standar buku dinyatakan dalam jumlah judul
bangunan menjadi bagian dari sarana pendidikan. dan jenis buku di perpustakaan satuan pendidikan
Depdiknas (2003), selanjutnya, dalam Pedoman (ayat 3). Standar jumlah buku teks pelajaran di
Analisis Kebutuhan Sarana Pendidikan Sekolah perpustakaan dinyatakan dalam rasio minimal jumlah
Menengah Kejuruan telah menetapkan bagian dari buku teks pelajaran untuk masing-masing mata
kebutuhan sarana pendidikan itu meliputi kebutuhan pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan untuk
ruang bangunan, peralatan, perabot, dan kebutuhan setiap peserta didik (ayat 4). Standar sumber belajar
lahan. lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan
Bertolak dari UU RI. No.20 Tahun 2003 ini, dalam ratio jumlah sumber belajar terhadap peserta
pemerintah daerah berkewajiban untuk memenuhi didik sesuai dengan jenis sumber belajar terhadap
sarana pendidikan untuk semua satuan dan jenjang peserta didik sesuai dengan jenis sumber belajar dan

48 JURNAL PENJAMINAN MUTU


karakteristik satuan pendidikan (ayat 6). Setiap 2) Kebutuhan Lahan
satuan pendidikan, pemerintah daerah, maupun Kebutuhan lahan untuk tiap-tiap jenjang dan
masyarakat dalam menyediakan sarana pendidikan jenis sekolah umumnya ditentukan atas kebutuhan
harus mengacu pada ketentuan yang diatur dalam minimal luas bangunan sesuai dengan fungsi dan
PP ini. kegunaanya ditambah dengan keperluan
Sesuai dengan pedoman ini, aktivitas infrastruktur penunjang yang pokok diperlukan yang
pembelajaran sebagai aktivitas pokok pendidikan menurut pedoman standar minimal dari Depdiknas
yang bertujuan memberdayakan dan (2003) minimal mencapai 20% dari luas lahan untuk
mengembangkan kompetensi peserta didik haruslah keperluan bangunan. Karena itu perlu diidentifikasi
menjadi dasar utama dalam penentuan kebutuhan jenis-jenis dan luas bangunan yang esensial dan
sarana pendidikan di sekolah. Aktivitas pembelajaran minimal yang diperlukan untuk tiap-tiap sekolah dan
ini secara empiris memiliki implikasi utama dalam selanjutnya dapat ditambahkan minimal 20%
menentukan kebutuhan sarana pendidikan baik
secara langsung maupun tidak lansung agar 3) Kebutuhan Peralatan Pendidikan
pembelajaran itu sendiri berlangsung secara Kebutuhan peralatan pendidikan disesuaikan
memadai, efektif, dan efisien dalam menghasilkan dengan kebutuhan empiris di sekolah yang
lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan disesuaikan dengan tuntutan aktivitas utama
masyarakat, tuntutan perkembangan ilmu pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku
pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan dunia serta kebutuhan peralatan penunjang lainnya dalam
kerja. Dengan begitu aktivitas pembelajaran dapat keseluruhan aktivitas pendidikan di sekolah.
dianalisis implikasinya terhadap kebutuhan ruang Berdasarkan kebutuhan seperti itu maka kebutuhan
dan dengan begitu memerlukan jumlah lahan tertentu jenis peralatan pendidikan yang diperlukan di sekolah
untuk ruang bangunan, terhadap kebutuhan dapat dikelompokkan, antara lain: peralatan /media
peralatan, perabot, sumber belajar, media pendidikan/ pembelajaran, peralatan praktik laboratorium,
pembelajaran, alat tulis kantor dan bahan habis, serta peralatan administrasi perkantoran, dan peralatan
sarana pendukung lainnya. Dari analisis implikasi penunjang terutama yang terkait dengan peralatan
seperti itu akan dihasilkan kebutuhan sarana pemeliharaan dan perawatan (Depdiknas, 2003).
pendidikan dalam jenis dan jumlahnya sesuai dengan
tuntutan pengembangan kompetensi serta sesuai 4) Kebutuhan Perabot Pendidikan
pula dengan fungsi atau kegunaan masing-masing Perabot, oleh Depdiknas (2003) disamakan
jenis sarana dalam menunjang keberhasilan aktivitas dengan mebeler yang terdiri dari mebeler yang dapat
pembelajaran berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003). dipindahkan/disusun sesuai kebutuhan suatu waktu,
seperti meja dan kursi tamu; dan mebeler yang tetap/
1) Kebutuhan Ruang/Bangunan tidak dipindahkan dalam jangka waktu yang lama,
Pada dasarnya penetapan kebutuhan ruang seperti lemari besi tempat penyimpanan uang.
untuk program pendidikan pada tiap jenjang Kebutuhan perabot di sekolah ditentukan oleh jenis
pendidikan dilakukan dengan pendekatan empirik dan kegiatan yang dilakukan di sekolah, kelompok
studi referensi berdasarkan pengalaman masa lalu pemakai, ruang penempatan perabot, serta jumlah
untuk melihat kebutuhan masa ini dan masa depan pemakainya. Karena itu, komponen-komponen ini
bagi peserta didik (Depdiknas, 2003). Karena itu perlu dianalisis terlebih dahulu sebelum menentukan
perencanaan kebutuhan ruang disusun berdasarkan jenis dan jumlah perabot yang dibutuhkan di
fungsi dan kegunaan ruang itu dalam proses sekolah.
pendidikan dan pembelajaran. Fungsi dan kegunaan
ruang umumnya berkaitan dengan pihak-pihak yang 5) Kebutuhan Sumber Belajar
menggunakan dan jenis kegiatan dari pihak-pihak Sarana sumber belajar di sekolah adalah segala
pemakai. Dalam hal ini fungsi ruang umumnya sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana untuk
diklasifikasi menjadi tiga bagian, yaitu: kelompok memperoleh informasi belajar, antara lain berupa buku
ruang pembelajaran, perkantoran, dan ruang paket, buku penunjang, LKS, jurnal atau majalah,
penunjang pembelajaran. Dari segi pemakainya, majalah mingguan, surat kabar harian, komputer
kebutuhan ruang/bangunan dapat difungsikan untuk dengan media internet, televisi pendidikan, radio,
ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang pegawai laporan penelitian, dan sejenisnya.
tata usaha, ruang aktivitas pembelajaran siswa, ruang Kebutuhan masing-masing jenis sumber belajar
tamu dan pihak luar (termasuk komite sekolah tersebut akan sangat tergantung pada tingkat urgensi
sumber belajar tersebut, fungsi dan kegunaan sumber

Kontribusi Sarana Pendidikan terhadap Kualitas Pendidikan 49


di Sekolah | I Made Ariasa Giri
belajar tersebut dalam menunjang pencapaian tujuan daerah dalam penyelenggaraan dan pembiayaan
pengembangan kompetensi sesuai dengan tuntutan pendidikan juga diatur dalam UU RI No.20 tahun
standar kurikulum, pemakainya, dan jumlah pemakai. 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sesuai
Untuk buku paket/ajar pegangan guru dan siswa, dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 tanggung jawab
LKS, dan buku-buku penunjang utama umumnya pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
adalah sumber belajar yang paling vital dibutuhkan pendidikan di daerah bersangkutan sangat esensial.
baik oleh guru maupun siswa. Karena itu, Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 10 undang-
kebutuhannya haruslah dipenuhi secara individual undang ini, bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
dan akan sangat tergantung pada jumlah guru dan berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan
siswa. mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai
Untuk kebutuhan buku-buku pendukung baik dengan peraturan dan perundang-undangan yang
yang bersifat ilmiah, populer, maupun buku fiksi serta berlaku. Pemerintah daerah bersama-sama pemerintah
jurnal urgensinya jelas tidak seutama buku-buku ajar, wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta
LKS, dan buku-buku penunjang buku ajar utama. menjamin terselenggaranya pendidikan yang
Karena itu, kebutuhannya tentu akan sangat bermutu tinggi bagi setiap warga negara tanpa
tergantung pada urgensi sumber-sumber tersebut diskriminasi. Pemerintah daerah juga berkewajiban
baik bagi guru maupun siswa serta berdasarkan data menyediakan dana guna terselenggaranya
penggunaan sebelumnya. Buku-buku pendukung pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia
yang keberadaannya sangat dibutuhkan dan sering tujuh sampai lima belas tahun. Secara lebih tegas
digunakan kebutuhannya tentu lebih banyak dari mengenai pembiayaan pendidikan dinyatakan bahwa
pada buku-buku pendukung yang kurang pemerintah daerah harus mengalokasikan dana
kebutuhannya dan jarang digunakan sebelumnya. pendidikan sebesar 20 % dari Aggaran Pendapatan
Begitu pula dengan sumber-sumber belajar yang dan Belanja Daerah (APBD).
berupa laporan penelitian.
2.4 Kontribusi Sarana Pendidikan terhadap Kualitas
2.3 Peran Pemerintah Daerah dan Masyarakat Pendidikan
dalam Penyelenggaraan Pendidikan Semangat otonomi daerah telah mengilhami
Sejak diundangkannya UU No. 22 tahun 1999 munculnya pemikiran ke arah pengelolaan
tentang Pemerintahan Daerah, daerah diberi pendidikan yang memberi keleluasaan kepada
kewenangan untuk mengatur dan mengurus sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa kebijakan secara luas. Pemikiran ini dalam
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai perjalanannya disebut manajemen peningkatan mutu
dengan peraturan perundang-undangan. berbasis sekolah (MPMBS) (Mulyasa, 2002). Tujuan
Kewenangan diberikan kepada daerah dalam wujud utama MPMBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu,
otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. dam pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi
Kewenangan daerah kabupaten dan kota, diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya
sebagaimana dirumuskan dalam pasal 11, mencakup yang ada, partipasi masyarakat, dan penyederhanaan
semua bidang pemerintahan, yakni pekerjaan umum, birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, partisipasi orang tua, kelenturan pengelolaan
perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya
modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi serta hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta hal lain
tenaga kerja. Jelaslah bahwa kebijakan pendidikan yang dapat menumbuhkembangkan suasana
berada di bawah kewenangan daerah kabupaten dan kondusif. Pemerataan pendidikan tampak dari
kota. Konsekwensi dari keluarnya undang-undang tumbuhnya partisipasi masyarakat terutama yang
pemerintahan daerah tersebut adalah terjadinya mampu dan peduli, sementara yang kurang mampu
perubahan dalam berbagai bidang penyelenggaraan akan menjadi tanggung jawab negara.
kehidupan pemerintahan, salah satunya adalah Secara umum mutu adalah gambaran dan
penyelenggaraan pendidikan. Jika sebelumnya karakteritik menyeluruh dari barang atau jasa yang
manajemen pendidikan merupakan wewenang pusat, menunjukkann kemampuannya dalam memuaskan
dengan berlakunya undang-undang tersebut pelanggan yang diharapkan atau tersirat. Dalam
manajemen pendidikan menjadi wewenang konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup
pemerintah kabupaten dan kota. input, proses dan output pendidikan (Depdiknas,
Selain dalam undang-undang pemerintah 2002:7). Input pendidikan adalah segala sesuatu yang
daerah, kewenangan dan tanggung jawab pemerintah harus tersedia unuk berlangsungnya proses

50 JURNAL PENJAMINAN MUTU


pendidikan. Input pendidikan dapat berupa sumber sumber, dan sumber belajar lainnya untuk melakukan
daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan eksperimen dan pengamatan langsung terhadap
sebagai pemandu berlangsungnya proses. Input penomena alam. Penganut paham konstruktivisme
sumber daya meliputi sumber daya manusia dan dengan pembelajaran kontekstualnya menyatakan
sumber daya selebihnya termasuk sarana prasarana bahwa pembelajaran kontekstual haruslah melibatkan
pendidikan. Tinggi rendahnya mutu input dapat aktivitas inkuiri dan penggunaan model dalam belajar.
diukur dari tingkat kesiapan input. Aktivitas inkuiri dan pemodelan tentu tidak akan
Proses pendidikan merupakan berubahnya dapat dilakukan dengan baik tanpa adanya alat bantu
sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang dan media pembelajaran serta sumber-sumber belajar
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses yang memadai. Itu artinya pembelajaran kontekstual
disebut input, sedangkan hasil dari proses yang akan memberikan pengalaman belajar yang lebih
pendidikan disebut output pendidikan. Dalam autentik dan powerful kepada siswa jika tidak disertai
pendidikan berskala mikro (sekolah) yang dimaksud dukungan sarana belajar dan pembelajaran yang
dengan proses adalah pengambilan keputusan, memadai tentu akan memberikan hasil yang kurang
pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, memadai pula (Sukadi, 2005).
proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan Keterbatasan sarana pendidikan (peralatan
evaluasi. Proses pendidikan bermutu tinggi apabila laboratorium IPA, IPS, Bahasa; buku sumber; media
pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan pembelajaran, dll) yang tersedia selama ini cenderung
input sekolah dilakukan secara harmonis, mampu mendorong proses pembelajaran tidak sesuai
mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar- dengan hakikat subject matter dan kompetensi yang
benar mampu memberdayakan peserta didik. dituntut dalam kurikulm, sehingga pembelajaran
Output pendidikan merupakan kinerja sekolah. menjadi kurang efektif dan membosankan serta
Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang bersifat verbalisme belaka. Pembelajaran yang
dihasilkan dari proses/prilaku sekolah. Prilaku mestinya dilakukan lewat pengalaman (learning by
sekolah dapat dukur kualitasnya, efektifitasnya, experience) dan belajar melalui partisipasi (learning
produktivtasnya, efisiensi, inovasi, kualitas by doing), terpaksa dilakukan dengan ceramah.
kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya. Output Keadaan ini terjadi pada hampir semua disiplin ilmu
sekolah dikatakan berkualitas tinggi apabila prestasi (IPA dan IPS), dari tingkat sekolah dasar sampai
sekolah khususnya prestasi belajar siswa perguruan tinggi. Jadi di samping komponen lainnya,
menunjukkan pencapaian yang tinggi. Prestasi belajar sarana pendidikan juga memberikan kontribusi yang
siswa dapat berupa prestasi akademik dan non- signifikan pada kualitas proses dan hasil pendidikan.
akademik. Prestasi akademik berupa nilai ulangan Ada tiga jenis sarana pendidikan yang diduga
umum, ujian sekolah, ujian nasional, kualitas karya secara langsung akan mempengaruhi kualitas proses
ilmiah, dan lomba-lomba akademik; sedangkan pembelajaran dan pada gilirannya akan
prestasi non-akademik berupa ketakwaan terhadap mempengaruhi prestasi belajar siswa. Ketiga jenis
Tuhan Yang Maha Esa, kejujuran, kesopanan, sarana pendidikan itu adalah dukungan penggunaan
kecakapan olah raga, kemampuan berkesenian, sumber-sumber belajar yang memadai, dukungan
keterampilan dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler peralatan pendidikan dan pembelajaran termasuk
lainnya. peralatan laboratorium dan bengkel kerja, serta
Khusus dalam kaitannya dengan proses belajar dukungan penggunaan media pembelajaran. Ketiga
mengajar, ketersediaan sarana pendidikan jenis sarana pendidikan ini memang mempunyai
(khususnya material pembelajaran) yang memadai hubungan langsung dengan kepentingan proses
dan dengan jenis yang beragam serta dengan belajar siswa. Dapat diduga bahwa proses belajar
pengelolaan dan penggunaan yang tetapt akan dan pembelajaran yang kurang menggunakan
meningkatkan kualitas pembelajaran, karena akan dukungan ketiga jenis sarana ini akan mengakibatkan
memberikan kesempatan pada pebelajar untuk belajar proses belajar siswa menjadi verbalisme belaka dan
melalui pengalaman (first hand experiences) secara hasil belajarnya akan menjadi kurang bermakna dan
individu maupun kelompok (Trowbridge & Bybee, powerful. Bersifat verbalisme karena pembelajaran
1990; Collette & Ciappetta, 1994; Peter & Gega, 2002). hanya akan dilakukan melalui penguasaan bahasa
Dalam kaitan ini, Klausner (1996) menyatakan bahwa verbal dan hanya melibatkan proses mengingat atau
untuk dapat belajar sains melalui inkuiri, siswa harus proses memori kerja belaka. Kurang bermakna,
disediakan sarana/fasilitas belajar selengkap selanjutnya, karena belajar menjadi kurang autentik
mungkin, untuk memberikan kesempatan dan kurang berhubungan dengan pengembangan
menggunakan sesering mungkin peralatan, buku pengalaman belajar siswa yang nyata dan kurang

Kontribusi Sarana Pendidikan terhadap Kualitas Pendidikan 51


di Sekolah | I Made Ariasa Giri
berhubungan dengan lingkungan belajar yang lebih DAFTAR PUSTAKA
autentik. Belajar yang kurang bermakna dan kurang
Bafadal, I. (2004). Manajemen Perlengkapan
powerful akan bermuara pada prestasi belajar yang
Sekolah, Teori dan Aplikasinya. Jakarta:
rendah baik dari domain kognisi, nilai-nilai dan sikap,
Bumi Aksara.
keterampilan, penumbuhan rasa percaya diri (self-
confidence), pembinaan komitmen, maupun Collette, A.T & Chiappetta, E.L. 1994). Science
pengembangan kompetensinya (NCSS, 2000; Sukadi, Instruction in The Middle and Secondary
2005). School. Trhird Edition. Sydney: Maxwell
Macillan.
III. PENUTUP Depdiknas. (2005a). Praktek Baik dalamPenjaminan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Mutu Pendidikan Tinggi. Buku V: Prasarana
dapatlah disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. dan Sarana. Jakarta: Depdiknas.
1. Kebutuhan esensial sarana pendidikan bagi
jenjang pendidikan dapat dikategorikan Depdiknas. (2005b). Draft 2 Rencana Strategis
menjadi kebutuhan ruang/bangunan, Departemen Pendidikan Nasional Tahun
kebutuhan perabot, kebutuhan peralatan/ 2005-2009. Jakarta: Depdiknas.
media pendidikan, kebutuhan sumber belajar, Depdiknas. (2002). Manajemen Peningkatan Mutu
dan kebutuhan lahan. Seluruh penentuan Berbasis Sekolah. Buku 1. Konsep dasar.
kebutuhan sarana pendidikan ini didasarkan Jakarta: Depdiknas.
pendekatan empiris dengan
mempertimbangkan faktor utama jumlah Depdiknas. (2003a). Kurikulum 2004. Standar
siswa, sifat, fungsi, dan kegunaan sarana Kompetensi Mata Pelajaran Sains. Sekolah
pendidikan, serta pemakai yang terlibat dalam menengah Pertama dan Madrasah
proses pendidikan di sekolah. Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.
2. Dengan asumsi-asumsi rasio jumlah siswa _____(2003b). Pedoman Analisis Kebutuhan
yang ditetapkan dengan pendekatan empiris Sarana Pendidikan Sekolah Menengah
dan studi perbandingan, pada jenjang Kejuruan (SMK): Program Keahlian Teknik
pendidikan sekolah pemenuhan kebutuhan Elektronika Komunikasi. Jakarta:
minimal sarana pendidikan ternyata masih Depdiknas.
relatif sangat rendah baik pada kebutuhan
ruang/bangunan, perabot, peralatan / media _____(2006). Petunjuk Pelaksanaan Program
pendidikan, sumber belajar, maupun Subsidi Imbal Swadaya Pembangunan RKB,
kebutuhan lahan. Karena itu masih dirasakan Perpustakaan dan Laboratorium IPA
banyak kekurangan untuk memenuhi standar Sekolah Menengah Pertama dengan
minimal kebutuhan sarana pendidikan. Untuk Mekanisme Partisipasi Masyarakat. Jakarta:
kekurangan tersebut pihak sekolah terutama Depdiknas.
mengharapkan bantuan pihak pemerintah baik Dirjen Dikdasmen. (2003). Kebijakan
daerah kabupaten, propinsi, maupun pusat Pengembangan Kurikulum, Manaje-men
dalam alokasi APBD dan APBN terutama Suplai dan Kebutuhan Guru Pendidikan
dalam memenuhi beberapa kekurangan Dasar dan Menengah Pada Era Otonomi
sarana pendidikan yang menyangkut dan Implemen-tasinya Untuk
kebutuhan ruang bangunan, kebutuhan Pengembangan LPTK Masa Depan.
perabot utama, peraralatan dan media Makalah. Disampaikan Dalam Rapat Kerja
pendidikan, serta sumber-sumber belajar Pimpinan LPTK di Lingkungan Depdiknas. Di
penunjang untuk pengayaan. Jakarta Tanggal 10-12 Oktober 2003.
3. Berdasarkan hasil studi korelasi ditemukan
bahwa seluruh faktor sarana pendidikan Kertiasa, Nyoman, dkk (1979) Petunjuk Pengelolaan
mempunyai kontribusi yang signifikan dalam Laboratorium IPA SMA 1. Jakarta:
menjelaskan variabilitas prestasi belajar siswa Departemen Pendidkan dan Kebudayaan.
baik prestasi dalam ujian nasional maupun Klausner, R (Chairman). (1996). National Science
ujian sekolah. Secara sendiri-sendiri Education Standards. Washington DC:
keberadaan faktor perabot, peralatan, dan National Academy Press.
sumber belajar ternyata merupakan faktor
yang paling signifikan.

52 JURNAL PENJAMINAN MUTU


Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah. Sukadi. (2004). Pembelajaran Mata Kuliah Belajar
Konsep, Strategi dan Implementasi. dan Pembelajaran Menggunakan Modeling
Bandung: Remaja Rosdakarya Dosen Berbasis Konstruktivisme Pada
Mahasiswa Semester III Jurusan PPKN IKIP
Peters, J.M & Gega, Peter C. (2002). Science in
Negeri Singaraja Tahun 2005/2006.
Elementary Education. 9th Edition. Ohio:
Laporan Penelitian. Singaraja: IKIP Negeri
Merril Prenice Hall.
Singaraja.
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. (2002).
Tim Redaksi Fokusmedia. (2003). Himpunan
Kurikulum dan Hasil Belajar. Jakarta:
Perundang-Undangan. Undang-Undang RI
Depdiknas.
No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Anonim, (2005). Peraturan Pemerintah Republik Pendidikan Nasional. Dilengkapi dengan
Indonesia No 19 Tahun 2005. Tentang Undang_undang No. 2 Tahun 1989 Tentang
Standar Nasional Pendidikan. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:
Santiyasa, I W. (1999). Pembelajaran Modul dengan Fokusmedia.
Metode Demonstrasi dan Analogi sebagai Trowbridge, L.W. & Bybee, R.W. (1990). Becoming
Strategi Pengubah Konsepsi Mahasiswa A Secondary School Science Teacher. Fifth
Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja. Edition. London. Merril Publishing
Laporan Penelitian. Singaraja: STKIP Company.
Singaraja.
Tim Redaksi Sinar Grafika. (1999). Undang-Undang
Sevilla, C.G, dkk. (1983). Pengantar Metodologi Otonomi Daerah 1999. Jakarta: Sinar Grafika.
Penelitian. Terjemahan. Jakarta: UI Press.
Wahab, A. A. (2002). Guru Profesional dan PIPS
Sukadi. (2005). Penyusunan Standar Minimal yang Kuat Prasyarat bagi Keberhasilan
Laboratorium Jurusan Pendidikan Implementasi Kurikulum Sekolah Berbasis
NonMIPA di Lingkungan IKIP Negeri Kompetensi. Makalah. Disampaikan pada
Singaraja dalam Upaya Meningkatkan Seminar Nasional Sehari IPS, FPIPS IKIP
Standar Kompetensi Lulusan. Makalah. Negeri Singaraja, Tanggal 10 Agustus 2002.
Disampiakan pada seminar P3AI menentukan
standar minimal laboratorium, tgl 19
Nopember 2005.

Kontribusi Sarana Pendidikan terhadap Kualitas Pendidikan 53


di Sekolah | I Made Ariasa Giri

Anda mungkin juga menyukai