Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

“ PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) “

OLEH :
KELOMPOK 2

ADINDA MERY ASHARI ( 142 2017 0012 )


NUR INTAN ANA SOFIAN ( 142 2017 0011 )
TRI NURFIANA ( 142 2017 0013 )
A. FAJRI NUR ISLAMI ( 142 2017 0005 )
SITTI NUR ANISAH LAIDE ( 142 2015 0047 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena
kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak


yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah
ini hingga rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah


yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Makassar, 25 April 2019

( Penulis )

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
A. Definisi ........................................................................................................... 3
B. Etiologi ........................................................................................................... 3
C. Patofisiologi ................................................................................................... 4
D. Manifestasi Klinis .......................................................................................... 4
E. Dampak pada berbagai sistem tubuh ............................................................. 6
F. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................. 6
G. Penatalaksa Medis .......................................................................................... 8
H. Komplikasi ..................................................................................................... 9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................... 10
A. Pengkajian ...................................................................................................... 10
B. Diagnose Keperawatan .................................................................................. 11
C. Intervensi ........................................................................................................ 12
D. Penelitian ....................................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 16
A. Kesimpulan .................................................................................................... 16
B. Saran ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama
disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau
spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang sangat
menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara
berkembang. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meninggal karena penyakit
ini. Di Eropa diperhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta penduduk menderita
PJK. Hasil survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI menyatakan
prevalensi PJK di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan,
sekarang (tahun 2000-an) dapat dipastikan, kecenderungan penyebab kematian di
Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain
PJK) dan degeneratif.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya
penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner.
Penyumbatan atau penyempitan pada penyakit jantung koroner dapat
menghentikan aliran darah ke otot jantung yang ditandai dengan rasa nyeri
(Krisnatuti, 1999). Sumbatan paling sering akibat penumpukan lemak di
dinding darah koroner yang berakibat fatal apabila tidak segera ditangani
(Kurniadi, 2013).

Berdasarkan badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa


penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu secara global,
lebih banyak orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit jantung
daripada penyebab lain. Jumlah orang yang meninggal karena penyakit
pembuluh darah, terutama penyakit jantung dan stroke, akan meningkat
mencapai 23,3 juta pada tahun 2030 dan diproyeksikan untuk tetap menjadi
penyebab utama tunggal kematian (WHO, 2011).

1
Berbagai studi epidemiologik menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar
lipid dalam darah maka semakin besar risiko terjadinya PJK. Oleh karena itu
kontrol lipid darah, dan pengendalian kadar lipid darah hingga batas normal akan
menekan risiko terjadinya penyakit jantung koroner.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari penyakit jantung koroner?
2. Apa etiologi dari penyakit jantung koroner?
3. Apa patofisiologi dari penyakit jantung koroner?
4. Apa manifestasi klinis dari penyakit jantung koroner?
5. Apa dampak pada berbagai sistem tubuh penyakit jantung koroner?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik penyakit jantung koroner?
7. Apa saja penatalaksana medis penyakit jantung koroner?
8. Apa saja komplikasi dari penyakit jantung koroner?
9. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit jantung koroner?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit jantung koroner
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit jantung koroner
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit jantung koroner
4. Untuk mengetahui manifestasi penyakit jantung koroner
5. Untuk mengetahui dampak pada berbagai sistem tubuh dari penyakit
jantung koroner
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik penyakit jantung koroner
7. Untuk mengetahui penatalaksana medis penyakit jantung koroner
8. Untuk mengetahui kompliksai dari penyakit jantung koroner
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit jantung koroner

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Penyakit Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) adalah penyakit yang


ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang
melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan
lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di percabangan
besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan
menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut
aterosklerosis. (www.medicastore.com)

Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung


artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri
koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri,
arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. ( DepKes :
2001)

Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dimana tersumbatnya aliran


pembuluh darah koroner jantung akibat penimbunan zat lemak (arteriosclerosis)
karena tidak cukupnya suplai darah yang mengandung oksigen untuk
menghidupkan jantung, maka terjadi ancaman otot jantung yang bisa
menimbulkan kematian mendadak (Ronald H. Sitorus : 2006)

PJK (Penyakit Jantung Koroner) adalah ketidakseimbangan antara


kebutuhan O2 miokardium dengan suplai O2 yang disebabkan oleh proses
arterosklerosis yang merupakan kelainan digeneratif (Sarwono Waspadji, 2002 ;
1991).

B. ETIOLOGI
Penyakit jantung coroner dapat disebabkan oleh beberapa hal :
1. Penyempitan (stenosis) dan penciutan (spasme) arteri koronaria, tetapi
penyempitan bertahap akan memungkinkan berkembangnya kolateral

3
yang cukup sebagai pengganti.
2. Aterosklerosis, menyebabkan sekitar 98% kasus PJK.
3. Penyempitan arteri koronaria pada sifilis, aortitis takayasu, berbagai
jenis arteritis yang mengenai arteri coronaria, dll.

C. PATOFISIOLOGI
Fungsi jantung adalah memompa darah keseluruh jaringan organ tubuh
melalui pembulu darah arteri, sebaiknya jantung menerima darah kembali
melalui pembulu darah (vena). Untuk dapat menjalankan fungsinya otot-otot
jantung mendapat pasokan darah melalui pembulu darah yang disebut pembuluh
darah koroner. Sebagai organ-organ tubuh lainnya, organ jantung memprolehzat
asam (oksigen) dan makanan (nutrisi) melalui pembuluh darah koroner tadi,
manakala pasokan oksigen dan nutrisi ke otot jantung berkurang (defisit) yang
disebabkan karena pembuluh darah koroner mengalami penyempitan dengan
akibat pasokan darah ke organ jantung melalui pembuluh darah koroner tadi
berkurang, maka gangguan ini disebut sebagai penyakit jantung koroner.
Pasokan darah melalui pembuluh darah koroner dapat ditingkatkan sampai
5 kali dibandingkan dengan saat melakukan aktivitas fisik, bekerja atau olah
raga. Mekanisme pengaturan pasokan pembulu darah koroner mengusahakan
agar terpenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan organ tubuh. Perlu
diketahui bahwa pertukaran zat otot-otot jantung hamper 100% memerlukan
oksigen (Dede Kusmana, Moechtar Hanafi, 2003).

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala PJK :
1. Beberapa hari atau minggu sebelumnya tubuh terasa tidak bertenaga, dada
tidak enak, waktu olahraga atau bergerak jantung berdenyut keras, napas
tersengal-sengal, kadang-kadang disertai mual, muntah dan tubuh
mengeluarkan banyak keringat.
2. Nyeri dada

4
Sakit dada kiri (angina) dan nyeri terasa berasal dari dalam. Nyeri dada
yang dirasakan pasien juga bermacam-macam seperti ditusuk-tusuk,
terbakar, tertimpa benda berat, disayat, panas.
Nyeri dada dirasakan di dada kiri disertai penjalaran ke lengan kiri, nyeri di
ulu hati, dada kanan, nyeri dada yang menembus hingga punggung, bahkan ke
rahang dan leher.
a. Jantung berdebar (denyut nadi cepat).
b. Keringat dingin
c. Tenaga dan pikiran menjadi lemah, ketakutan yang tidak ada alasannya,
perasaan mau mati saja.
d. Tekanan darah rendah atau stroke
e. Dalam kondisi sakit :
Sakit nyeri terutama di dada sebelah kiri tulang bagian atas dan tengah
sampai ke telapak tangan. Terjadinya sewaktu dalam keadaan tenang.

Tanda PJK :
1. Biasanya kadar lemak yang tinggi tidak menimbulkan gejala. Kadang-kadang,
jika kadarnya sangat tinggi, endapan lemak akan membentuk suatu
penumpukan lemak yang disebut xantoma di dalam tendo (urat daging) dan di
dalam kulit.
2. Demam, suhu tubuh umumnya sekitar 38°C
3. Mual-mual dan muntah, perut bagian atas kembung dan sakit
4. Muka pucat pasi
5. Kulit menjadi basah dan dingin badan bersimbah peluh
6. Gerakan menjadi lamban (kurang semangat)
7. Sesak nafas
8. Cemas dan gelisah
9. Pingsan

5
E. DAMPAK PADA BERBAGAI SISTEM TUBUH
Dampak Penyakit jantung koroner karena ketidak seimbangan antara
kebutuhan O 2 sel otot jantung dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot
jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner.
Penyaluran O2 yang kurang dari arteri koroner akan menyebabkan kerusakan sel
otot jantung. Hal ini disebabkan karena pembentukan plak arteriosklerosis. Sebab
lain dapat berupa spasme pembuluh darah atau kelainan kongenital.
Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan
kematian sel otot jantung yaitu disebut infark jantung akut yang irreversibel (tidak
dapat sembuh kembali). Hal ini juga dapat menyebabkan gangguan fungsi
jantung dengan manifestasinya adalah nyeri.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan
untuk menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang
sederhana sampai yang invasive sifatnya.
1. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram
(EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK.
Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-
tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau
serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan
gambaran yang berbeda.
2. Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen, dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-
tidaknya pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran
paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini.
Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada
pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah
jantung. Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar.

6
3. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai faktor
resiko. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan
jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
4. Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan,
biasanya dokter jantung/ kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan
treadmill.
Alat ini digunakan untuk pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban
berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun dihubungkan
dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam aktifitas
fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas,
yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung
mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan
tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.
Dari hasil treadmill ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita
PJK. Memang tidak 100% karena pemeriksaan dengan treadmill ini
sensitifitasnya hanya sekitar 84% pada pria sedangka untuk wanita hanya 72%.
Berarti masih mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%, artinya dari 100
orang pria penderita PJK yang terbukti benar hanya 84 orang. Biasanya perlu
pemeriksaan lanjut dengan melakukan kateterisasi jantung.
5. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam
selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh
nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui
pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alat
rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya,
kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner
yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan
mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja

7
mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus
mengenai beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi
jantung ini akan dapat ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien
cukup hanya dengan obat saja, disamping mencegah atau mengendalikan
bourgeois resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal dengan
balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat
ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti
cincin atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya
penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan atau
tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas koroner.
(Carko, 2009)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Biasanya pengobatan terbaik untuk orang-orang yang memiliki kadar
kolesterol tinggi menurut UPT – Balai Informasi Tekhnologi LIPI adalah :
Menurunkan berat badan jika mereka mengalami kelebihan berat badan.
Karena kolesterol dan lemak jenuh makanan telah terbukti menaikkan
kolesterol-LDL, maka masukan zat gizi ini harus dikurangi. Kalori berlebihan
menaikkan LDL dan trigliserida-VLDL, serta menurunkan HDL, yang membuat
pengaturan berat badan menjadi penting.
1. Berhenti merokok, sebab rokok dapat menurunkan kadar HDL.
2. Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam makanannya. Diet rendah
kolesterol dan rendah lemak jenuh akan mengurangi kadar LDL.
3. Menambah porsi olah raga. Olah raga bisa membantu mengurangi kadar
LDL- kolesterol dan menambah kadar HDL-kolesterol.
4. Mengkonsumsi obat penurun kadar lemak (jika diperlukan).
5. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral biasanya menderita
peningkatan trigliserida yang bisa mempengaruhi HDL, yang tergantung atas
komposisi estrogen- progesteron pil. Kontrasepsi oral dengan dominan
progestin bisa menurunkan HDL.
6. Saat ini penggunaan obat-obat antioksidan menjadi babak baru dalam

8
upaya pengendalian faktor-faktor risiko PJK, dimana obat-obat tersebut
relatif lebih murah. Santoso (1998) mengemukakan bahwa perubahan
oksidatif LDL dapat dihambat dengan memberi antioksidan, misalnya
vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, vitamin E dan beta-
karoten), vitamin C dan probukal. Beberapa penelitian telah membuktikan
manfaat vitamin E bila dipakai dengan tujuan pencegahan primer, yaitu
menghambat terjadinya PJK pada pria, wanita, dan orang tua.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit jantung koroner merupakan segala gangguan medis
lainya yang diakibatkan karena seseorang mengidap penyakit jantung koroner, dari
beberapa komplikasi yang terjadi bisa disebut bahwa komplikasi penyakit
jantung koroner semuanya memang sangat berbahaya dan bisa menjadi sangat
mematikan oleh karnanya bagi penderita penyakit jantung koroner harus benar-
benar mendapatkan pertolonagan medis yang intensif jika dimungkinkan anda dapat
mencoba Obat Herbal Jantung Koroner yang telah terbukti banyak membantu atau
menyembuhkan penderita penyakit jantung koroner.
Penyakit komplikasi merupakan penyakit yang timbul dari adanya suatu
penyakit pada tubuh kita dan menimbulkan penyakit penyakit baru seperti
penyakit maag yang menimbulkan penyakit liver atau hati kemudian berubah
menjadi sirosis atau kolesterol yang tinggi yang bisa menyebabkan penyakit
jantung dan lain lain atau contohlain darah tinggi yang kemudian berubah menjadi
stroke dll.

9
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data subyektif :
a. Lokasi nyeri (menyebar kebagian yang mana) Dada terasa berat, kencang,
seperti diperas.
b. Awitan dan lamanya nyeri.
c. Faktor-faktor pencetus nyeri : kegiatan, panas, dingin,
stress, makanan (banyak lemak).
d. Faktor-faktor yang dapat mengurangi nyeri : istirahat, nitro-gliserin

2. Data obyektif :

Apabila nyeri angina sedang dialami pasien, maka fokus perawat adalah
tingkah laku pasien seperti, cemas, ketakutan dan memegang dada,
disamping itu, perawat juga perlu melihat melihat tanda-tanda vital dan
perubahan irama jantung.

3. Aktivitas dan istirahat

Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan


Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).

4. Sirkulasi

Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah


tinggi, diabetes melitus. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi
mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung,
suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya
kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada
merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak
berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau
bradi cardia). Irama jnatung mungkin ireguler atau juga normal. Edema:
Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul

10
dengan gagal jantung. Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
5. Pemeriksaan penunjang
Whole blood cell
a. Leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
Analisa gas darah
b. Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis
ata akut. Kolesterol atau trigliserid
c. Mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya
arteriosklerosis.
Chest X ray
Mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikiler.
Echocardiogram
Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas
masing-masing ruang pada jantung.
Exercise stress test
Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/
aktivitas.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
2. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan
dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan
SVR, miocardial infark.
3. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
tekanan darah, hipovolemia.
4. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan
penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma
protein.

11
C. INTERVESI
1. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada
miokard.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan
peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi,
irama dalam batas normal) tidak adanya angina.

Intervensi Rasional
1. Catat irama jantung, tekanan Untuk memonitoring kondisi
darah dan nadi sebelum, selama pasien
melakukan.
2. Anjurkan pada pasien agar lebih Agar kerja jantung tidak berat,
banyak beristirahat terlebih sehingga jantung dapat relaksasi
dahulu.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak Agar pembulu darah tidak
ngeden pada saat buang air mengalami vasokontraksi yang
besar. menyebabkan kerja jantung
meningkat
4. Jelaskan pada pasien tentang Agar pasien mengatahui apa saja
tahap-tahap aktivitas yang boleh aktivitas yang tidak boleh
dilakukan oleh pasien dilakukan

2. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan


perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau
peningkatan SVR, miocardial infark.

Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan


tindakan keperawatan.
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengukurang tekanan Takikardi dapat terjadi karena
darah (bandingkan kedua lengan nyeri, cemas, hipoksemia dan
pada posisi berdiri, duduk dan menurunnya curah jantung.
tiduran jika memungkinkan). Perubahan juga terjadi pada TD
(hipo/hiper) karena respon
jantung.
2. Catat warna kulit dan kaji Sirkulasi perifer turun jika curah
kualitas nadi jantung turun. Membuat kuit

12
pucat atau warna abu-abu dan
menurunnya kekuatan nadi
3. Auskultasi suara nafas dan catat S3 S4, dan creackler terjadi
perkembangan dari adanya S3 karena dekompensasi jantung
dan S4. atau beberapa obat.
4. Damping pasien pada saat Penghematan energy mambantu
melakukan aktivitas. menurunkan beban jantung
5. Kolaborasi dalam: pemeriksaan Untuk hasil penunjang dan
serial dalam EGC, foto thorax, pengobatan lebih lanjut
pemberian obat-obatan anti
disritmia

3. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


tekanan darah, hipovolemia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan
perfusi jaringan.

Intervensi Rasional
1. Kaji adanya perubahan Untuk mengevaluasi kondisi
kesadaran pasien
2. Inspeksi adanya pucat, cyanosis, Untuk mengetahui kondisi
tugor pasien
kulit yang dingin dan penurunan
kualitas nadi perifer.
3. Kaji adanya tanda Homans (pain in Untuk mendeteksi adanya
komplikasi
calf on dorsoflextion), erythema,
edema.
4. Kaji respirasi (irama, kedalam dan Untuk mengevaluasi irama
nafas pasien
usaha pernafasan).
5. Kaji fungsi gastrointestinal Untuk mendeteksi terjadinya
konstipasi
(bising usus, abdominal
distensi, constipasi).
6. Monitor intake dan out put. Untuk mengetahui balance cairan
dalam Tubuh
7. Kolaborasidalam: Pemeriksaan Untuk ABG,
mendeteksi adanya
BUN, Serum ceratinin dan kerusakan di Ginjal
elektrolit.
13
4. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan
penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan
plasma protein. Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien
selama dalam perawatan.

Intervensi Rasional

1. Kaji adanya jugular vein Untuk mengidentifikasi


distension, peningkatan terjadinya terjadinya jugular vein distension
edema.
2. Ukur intake dan output Untuk mengetahui balance cairan
(balance cairan). di dalam tubuh
3. Kaji berat badan setiap hari. Untuk mengetahui pasien kurang
gizi atau tidak
4. Sajikan makanan dengan diet rendah Agar pasien tidak mengalami
Garam hipertensi

5. Kolaborasi dalam pemberian Agar cairan berlebih dalam


deuritika. tubuh dapat keluar dr tubuh

D. PENELITIAN

14
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPILAN
Penyakit jantung koroner disebabkan karena terjadinya penumpukan plak
pada arteri koroner yang berlangsung lama. Plak yang menempel pada arteri
koroner lambat laun akan menyebabkan aterosklerosis. Penatalaksanaan hal ini
dapat dilakukan dengan cara non operatif dan operatif, non operatif meliputi
penggunaan obat-obatan dan perubahan gaya hidup sedangkan operatif dengan
cara angioplasty dan CABG. Obat-obatan yang biasa digunakan untuk
managemen lipid antara lain adalah golongan resin, kolestiramin, lovastatin dsb
yang mempunyai efek samping yang berbeda-beda.

B. SARAN
Penyakit Jantung Koroner dapat menyerang kepada siapa saja, bukan
hanya kepada usia lanjut saja, namun pada usia yang masih sangat muda
sekalipun penyakit jantung dapat menyerang. Jadi, apabila kita tidak ingin
terkena penyakit berbahaya ini maka kita harus mualai dengan berperilaku
hidup sehat, dari mulai pola makan yang sehat dan teratur hingga mulai
membiasakan untuk teratur berolahraga dan tidak merokok tentunya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Soeharto, Iman. 2004. ”Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung”.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hawari, Dadang. 2004. ”Penyakit Jantung Koroner Dimensi Psikoreligi”. Jakarta:
Gaya Baru.
LeMone, Priscilla, dkk. 2016. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”. Vol:3.
Edisi:5. Jakarta: EGC.

http://cakmoki86.wordpress.com/2008/11/02/penyakit-jantung-koroner/

http://medicastore.com/penyakit/11/Penyakit_Jantung_Koroner.html

http://www.scribd.com/doc/3161769/JANTUNG-KORONER

http://erwinsasmita.wordpress.com/2007/05/25/dislipidemia-meningkatkan-risiko-
penyakit-jantung-koroner-stroke/

16

Anda mungkin juga menyukai