Anda di halaman 1dari 9

JURNAL MKMI, Maret 2014, hal 21-29

PROGRAM KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN SEBAGAI GOOD


GOVERNANCE INNOVATION AKSELERATOR PENCAPAIAN
MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGS)

Partnership Program as a Midwife and Healer Good Governance Innovation


Accelerator Achieving the Millennium Development Goals (MDGs)

Dedik Sulistiawan, Nurmalasari


Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM Universitas Airlangga
(dedik-s-10@fkm.unair.ac.id, nurmalasari-10@fkm.unair.ac.id)

ABSTRAK
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi, terutama di
Kabupaten Trenggalek. Terdapat 22 kematian ibu dan 164 kematian bayi dari 10.993 kelahiran hidup pada tahun
2001 dan masih terdapat 1.653 kelahiran yang ditolong dukun bayi. Jumlah dukun bayi di Kabupaten Trenggalek
masih cukup banyak, yakni dua kali lebih banyak dari jumlah bidan (449 dukun bayi dan 186 bidan tahun 2001).
Sementara itu, keberadaan dukun bayi masih sangat dihormati. Sebaliknya, keberadaan bidan rata-rata masih
muda dan belum dikenal masyarakat. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan
mengidentifikasi Program Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi di Kabupaten Trenggalek. Program Kemitraan Bidan
dan Dukun Bayi di Kabupaten Trenggalek merupakan suatu bentuk kerjasama antara bidan dan dukun dengan
tujuan meningkatkan akses ibu dan bayi terhadap pelayanan kebidanan yang berkualitas. Program ini berhasil
menurunkan AKI dan AKB di Kabupaten Trenggalek dari 200,13 pada tahun 2001 menjadi 103 pada tahun 2010,
untuk AKI dan dari 183 pada tahun 2001 menjadi 111 pada tahun 2011 untuk AKB. Program Kemitraan Bidan dan
Dukun Bayi dapat mempercepat pencapaian MDGs di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.
Kata Kunci : Kemitraan bidan, dukun, AKI, AKB

ABSTRACT
Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) in Indonesia is still high, especially at
Trenggalek District. There were 22 maternal and 164 infant deaths from 10.993 live births in 2001 and still 1.653
births attended by traditional birth attendants (TBA). The number of TBAs in Trenggalek District is still quite
high, twice the number of midwives (449 TBAs and 186 midwives in 2001). The existence of TBAs at Trenggalek
District is still very respected by the community. Meanwhile, in average midwives are still young and not yet well-
known by the public. This study was conducted using a case study design with references study, questionnaires,
and interviews. This study aims to identify the Partnership Program between Midwives and TBAs at Trenggalek
District. The Partnership Program between Midwives and TBAs in Trenggalek District is a collaboration between
midwives and TBAs to improve access for mothers and their babies to quality maternity services. The program
succeeded in reducing MMR and IMR at Trenggalek District from 200,13 in 2001 to 103 in 2010 for MMR and
from 183 in 2001 to 111 in 2011 for IMR. In conclusion, the Partnership Program between Midwives and TBAs
can accelerate the accomplishment of MDGs at Trenggalek District, East Java.
Keywords : Midwives partnership, TBAs, MMR, IMR

21
Dedik Sulistiawan : Program Kemitraan Bidan dan Dukun sebagai Good Governance Innovation Akselerator

PENDAHULUAN bayi yang menggunakan cara-cara tradisional


Mortalitas dan morbiditas pada wanita sehingga banyak membahayakan keselamatan
hamil dan bersalin sebagai salah satu indikator ibu dan bayi.6 Menurut Martaadisoebrata, peme-
pembangunan kesehatan merupakan masalah cahan masalahnya adalah dengan meningkatkan
besar di negara berkembang. Sekitar 25-50% mutu dan jumlah paramedis yang memiliki ke-
kematian wanita usia subur disebabkan hal yang terampilan memadai dalam menolong seluruh
berkaitan dengan kehamilan.1 Menurut hasil siklus proses kehamilan dan persalinan.7 Selain
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun itu, untuk memperoleh hasil yang maksimal,
2001, penyebab langsung kematian ibu ham- maka pendekatan holistik, lintas sektoral, dan
pir 90% terjadi pada saat persalinan dan segera multidisiplin harus memperoleh perhatian yang
setelah persalinan.2 Sedangkan pada bayi, dua per utama serta dilakukan sesuai karakteristik setiap
tiga kematian terjadi pada masa neonatal, yaitu daerah di Indonesia.
28 hari pertama kehidupan.3 Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan
Salah satu tujuan Millennium Develop- dengan tujuan mengetahui gambaran pelaksa-
ment Goals (MDGs) adalah menurunkan angka naan program kemitraan bidan dan dukun bayi
kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. di Kabupaten Trenggalek yang dicanangkan se-
Upaya penurunan angka kematian anak salah satu bagai upaya akselerasi pencapaian MDGs me-
indikatornya adalah menurunkan angka kematian lalui upaya penurunan AKI dan AKB.
balita sebesar dua pertiga dari tahun 1990 sam-
pai dengan tahun 2015.4 Berbagai upaya telah BAHAN DAN METODE
dilakukan pemerintah untuk menurunkan Angka Penelitian ini merupakan penelitian
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi deskriptif kualitatif. Metode penelitian yang di-
(AKB), antara lain melalui penempatan bidan gunakan, yaitu dengan melakukan wawancara
di desa, penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan pada beberapa informan, seperti Kepala Bidang
Anak (KIA), Program Perencanaan Persalinan Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Puskesmas Kabupaten Trenggalek, para staf pengelola prog-
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar ram Bidang Kesehatan keluarga dan Gizi, bidan
(PONED), serta Program Jaminan Persalinan di desa, kepala puskesmas, dukun bayi, ibu hamil,
(Jampersal). Namun, melalui berbagai upaya serta beberapa masyarakat umum di Kabupaten
tersebut, AKI dan AKB di Indonesia masih be- Trenggalek pada bulan Agustus-September tahun
lum memenuhi target MDGs. Berdasarkan target 2012. Penyajian data dilakukan dalam bentuk
MDGs yang ditetapkan pemerintah, yakni 102 narasi.
per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), AKI telah
mengalami penurunan dari 228 per 100.000 men-
jadi 118 per 100.000 KH pada tahun 2007. Se-
HASIL
dangkan untuk target AKB 23 per 1000 KH, pada Berdasarkan hasil survei WHO dan De-
tahun 2007 tercatat mengalami penurunan dari 34 partemen Kesehatan RI, penurunan AKI belum
per 1.000 menjadi 24 per 1.000 KH.5 sesuai dengan target yang diharapkan dan dukun
yang sudah dilatih ternyata kembali pada perilaku
Tingkat kematian ibu dan bayi yang masih
semula. Hal ini dapat diketahui dengan masih
tinggi tersebut, berkaitan erat dengan faktor me-
tingginya AKI dan AKB di Indonesia, terutama di
dis dan non medis. Hasil penelitian dari 97 negara
Kabupaten Trenggalek, yaitu terdapat 22 kema-
menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan
tian ibu dan 164 kematian bayi dari 10.993 kela-
antara pertolongan persalinan dengan kematian
hiran hidup pada tahun 2001, serta masih 1.653
ibu. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
persalinan yang ditolong oleh dukun bayi.8
yang semakin tinggi di suatu wilayah akan di-
ikuti penurunan kematian ibu di wilayah terse- Kondisi geografi Kabupaten Trenggalek
but. Pertolongan persalinan saat ini di wilayah yang dua per tiga wilayahnya merupakan pegu-
Indonesia masih banyak dilakukan oleh dukun nungan, sehingga akses menuju ke tempat pela-

22
JURNAL MKMI, Maret 2014, hal 21-29

yanan kesehatan ataupun ke tenaga medis men- dinas kesehatan setempat meminta pertanggung-
jadi kurang terjangkau. Di satu sisi, keberadaan jawaban Puskesmas Pule atas fenomena yang ter-
dukun bayi di tengah masyarakat pada saat itu, jadi. Sebagai bentuk pertanggungjawabannya ter-
terutama di Kecamatan Munjungan, masih diper- hadap dinas kesehatan, Kepala Puskesmas Pule
caya sebagai pemberi kekuatan spiritual bagi ibu yang pada saat itu masih dijabat oleh dr. Saeroni
hamil, melahirkan, maupun nifas, serta anak baru mengusulkan Program Kemitraan Bidan dan Du-
lahir, selain karena alasan ekonomi. Oleh karena kun Bayi di wilayah kerjanya.
itu, masyarakat lebih memilih menggunakan jasa Program yang diusulkan kepada dinas ke-
dukun bayi untuk membantu persalinan. Hal ini sehatan ini merupakan penyempurnaan Program
juga diperparah dengan jumlah dukun bayi yang Arisan Dukun yang sudah berjalan di Puskesmas
dua kali lipat lebih banyak dari jumlah bidan, Pule sejak tahun 1993. Pada tahun tersebut, Prog-
yaitu 449 dukun bayi dan 186 bidan pada tahun ram Arisan Dukun yang diselenggarakan hanya
2001.9 sekedar mengumpulkan dukun untuk arisan bu-
Untuk menanggulangi hal tersebut, peme- lanan dan diberikan sosialisasi terkait perawatan
rintah setempat menempatkan bidan yang sudah bayi serta persuasi supaya tidak lagi menolong
menamatkan pendidikan kebidanan di desa. Na- partus. Hasilnya belum berdampak signifikan
mun, bukannya mendapat sambutan yang baik, yang ditandai dengan cakupan linakes Keca-
para bidan justru dipandang sebelah mata, karena matan Pule tahun 1998 masih sebesar 21%. Hal
masyarakat mengangggap bahwa dengan usia bi- ini juga dipicu dengan adanya konflik horizontal
dan yang masih muda, pengalaman yang dimiliki antara dukun dengan bidan karena dukun merasa
minim. Padahal, hal ini sudah diantisipasi sebe- dirugikan akibat larangan menolong partus.
lumnya oleh Dinas Kesehatan Trenggalek dengan Pada tahun 2001, Dinas Kesehatan Kabu-
adanya Klinik Satelit tahun 1998, yakni dengan paten Trenggalek memberikan dana bergulir ke-
memagangkan bidan junior kepada bidan senior pada Puskesmas Pule untuk menyelenggarakan
yang pengalamannya lebih banyak. Oleh karena program kemitraan tersebut. Setiap dukun diberi
itu, dicari suatu kegiatan yang dapat membuat dana sebesar Rp 100.000,00 yang dikonversikan
kerjasama saling menguntungkan antara bidan dalam bentuk 10 kali rujukan persalinan. Inilah
dan dukun bayi, dengan tujuan agar pertolongan konsep awal program kemitraan yang diseleng-
persalinan berpindah dari dukun bayi ke bidan. garakan. Semenjak saat itu, Puskesmas Pule dija-
Dengan demikian, AKI dan AKB diharapkan dikan pilot project Program Kemitraan Bidan dan
dapat diturunkan dengan mengurangi risiko yang Dukun Bayi di Kabupaten Trenggalek.
mungkin terjadi bila persalinan tidak ditolong
Perlu diketahui bahwa pada tahun tersebut,
oleh tenaga kesehatan yang kompeten melalui
AKI dan AKB di Kabupaten Trenggalek secara
pola kemitraan bidan dan dukun bayi.
umum masih terbilang cukup tinggi. Tercatat se-
Program Kemitraan Bidan dan Dukun banyak 22 kematian ibu dan 164 kematian bayi
Bayi di Kabupaten Trenggalek yang diprakarsai dari 10.993 kelahiran hidup pada tahun 2001,
Dinas Kesehatan setempat lahir pasca evaluasi serta 1.653 persalinan masih ditolong oleh dukun
tahunan sekitar tahun 1998. Pada tahun tersebut, bayi. Pada tahun yang sama, tercatat bahwa pro-
Puskesmas Pule sebagai salah satu Puskesmas di porsi kematian ibu dan bayi sebesar 200,12 per
Kabupaten Trenggalek, memiliki cakupan partus 100.000 KH dan 14,92 per 1.000 KH, sedangkan
oleh tenaga kesehatan cukup rendah, yakni 21%. target proporsi kematian ibu yang seharusnya di-
Rendahnya cakupan partus tersebut disebabkan capai adalah 150 per 100.000 KH.10
oleh menjamurnya praktik dukun bayi di Keca-
Oleh karena itu, program kemitraan ini ti-
matan Pule. Hal ini diperparah dengan proporsi
dak hanya dilaksanakan di Puskesmas Pule saja,
dukun bayi yang jumlahnya dua kali lebih ba-
melainkan di semua puskesmas, yakni 22 Pus-
nyak dibandingkan dengan bidan serta rendah-
kesmas Induk dan dua Puskesmas Pembantu
nya kepercayaan masyarakat terhadap bidan yang
di 14 kecamatan se-Kabupaten Trenggalek de-
dianggap minim pengalaman. Akibat hal tersebut,
ngan difasilitasi dengan adanya Bidan di Desa

23
Dedik Sulistiawan : Program Kemitraan Bidan dan Dukun sebagai Good Governance Innovation Akselerator

Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi di Trenggalek


No. Bentuk Kegiatan Tujuan Peserta/Sasaran
1. Studi Banding Mengetahui pelaksanaan program Pengelola program
kemitraan bidan dan dukun bayi di dan penentu kebijakan
wilayah yang telah berhasil menurunkan
lindukun.
2. Penyusunan Materi dan Tersusunnya modul pemagangan dukun Pengelola program,
Urutan kegiatan program dan urutan kegiatan yang diperlukan wakil dari puskesmas,
untuk pelaksanaan program. P2KP

3. Sosialisasi Tingkat Kabu- Agar program dapat diterima dan Pemerintah kabupaten, DPR,
paten dibantu pelaksanaannya. LSM, camat, lintas sektor,
kepala puskesmas
4. Pertemuan Tim Pelaksana Penjelasan teknis pelaksanaan pema- Kepala puskesmas, bidan
Kabupaten dan Puskesmas gangan dan proses kemitraaan bidan kordinator
dan dukun bayi (dana bergulir dan
rujukan).
5. Sosialisasi Tingkat Keca- Agar program dapat diterima dan Camat, kepala desa, dukun bayi,
matan dibantu pelaksanaannya. bidan, tokoh masyarakat, PKK
6. Sosialisasi Tingkat Desa Agar program dapat diterima dan Kepala desa, tokoh masyarakat,
dibantu pelaksanaannya. LSM, dukun, kader kesehatan
7. Pelatihan Dukun Penyegaran keterampilan dukun untuk Dukun bayi dan bidan
di Puskesmas membantu penyuluhan dan merawat
bayi selama masa nifas serta rujukan.
8. Pemagangan Dukun Praktik mendampingi bidan dalam Bidan dan dukun bayi
di Polindes proses persalinan dan nifas serta
mendekatkan hubungan personal antara
bidan dan dukun bayi.
9. Peluncuran Dana Agar dukun mempunyai ikatan untuk Dukun
Bergulir merujuk kasus persalinan ke bidan.

10. Kemitraan Bidan dan Agar semua persalinan yang datang ke Ibu bersalin dan dukun
Dukun bayi dukun dirujuk ke bidan atau puskesmas.
11. Evaluasi Tingkat Untuk mengetahui keberhasilan dan Camat, kepala desa, dukun bayi,
Kecamatan hambatan dalam pelaksanaan program. bidan, tokoh masyarakat
12. Evaluasi Tingkat Untuk mengetahui keberhasilan dan Kepala puskesmas, bidan
Kabupaten hambatan dalam pelaksanaan program. koordinator, pengelola program,
lintas sektor, lintas program
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek, 2008

yang terlatih, Puskesmas PONED (Pelayanan dan dukun. Dukun bayi perlu diberikan wawasan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar), serta ada- dan pengetahuan dalam bidang kesehatan ibu dan
nya kebijakan Jampersal (Jaminan Persalinan). bayi baru lahir, terutama tentang tanda bahaya
Pada kemitraan bidan dan dukun, perlu di- pada kehamilan, persalinan dan nifas, serta per-
beri pengertian bahwa peran dukun bayi tidak ka- siapan yang harus dilakukan oleh keluarga dalam
lah penting dibandingkan perannya dahulu. Pro- menyongsong kelahiran bayi. Adapun tahapan
ses perubahan peran dukun menuju peran barunya dalam pelaksanaan program kemitraan bidan dan
yang berbeda memerlukan suatu adaptasi dan dukun dapat dilihat pada Tabel 1.
hubungan interpersonal yang baik antara bidan Evaluasi program kemitraan ini dilak-

24
JURNAL MKMI, Maret 2014, hal 21-29

Tabel 2. Peran Dukun Bayi Sebelum dan Sesudah Adanya Program Kemitraan Bidan dan Dukun
No. Aspek Sebelum Sesudah
1. Perawatan Prenatal Melakukan pemeriksaan ibu hamil. Merujuk ibu hamil ke petugas
kesehatan.
2. Perawatan Ante- Menolong persalinan sendiri. Merujuk ibu bersalin ke petugas
natal kesehatan, sedangkan dukun tidak boleh
menolong.
3. Perawatan Inpartum Merawat ibu nifas dan bayi. Membantu merawat ibu nifas dan bayi.
dan Postpartum
Menganjurkan ibu hamil untuk pan- Melarang ibu pantang makanan tertentu
tang makanan tertentu. sesuai petunjuk kesehatan.

Melarang ibu untuk ikut KB sebelum Memotivasi ibu untuk segera melakukan
tujuh bulan pasca persalinan serta KB, ASI Eksklusif, dan imunisasi.
melarang bayi diimunisasi.
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek, 2011

sanakan di tingkat kabupaten dan kecamatan. Kinerja ini dilihat dari peningkatan cakupan per-
Evaluasi di tingkat kecamatan dilaksanakan se- tolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penu-
tiap enam bulan sekali dan di tingkat kabupaten runan angka pertolongan persalinan oleh dukun,
dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Evaluasi di penurunan jumlah kematian ibu dan bayi, serta
tingkat kecamatan mengundang dukun bayi, bi- jumlah dukun bayi yang mengikuti kegiatan ke-
dan desa, bidan koordinator puskesmas, camat, mitraan. Pelaksanaan program ini bertujuan me-
kepala puskesmas, kepala desa, tokoh masyara- ngalih fungsikan dukun bayi dari yang awalnya
kat, dan PKK. Sedangkan di tingkat kabupaten sebagai penolong persalinan menjadi pembantu
mengundang kepala puskesmas, bidan koordina- bidan dalam proses perawatan pasca persalinan.
tor, dan lintas program terkait. Dalam evaluasi ini Dengan adanya pengalihan fungsi dukun terse-
disepakati rencana tindak lanjut untuk mengatasi but, banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh
masalah yang timbul dan di beberapa kecamatan masyarakat Trenggalek baik secara langsung dan
kesepakatan yang terbentuk dikuatkan dengan konkrit maupun secara tidak langsung. Secara
keputusan camat. garis besar dapat dilihat pada Tabel 2.
Pemantauan dilakukan oleh Tim Pemantau
Dinas Kesehatan Trenggalek di puskesmas dan PEMBAHASAN
polindes dengan sasaran bidan desa, dukun bayi, Menurut hasil penelitian dari 97 negara
serta pengelola dana bergulir puskesmas. Dalam menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan
pemantauan ini dilaksanakan penilaian pelaksa- antara pertolongan persalinan dengan kematian
naan dan hasil Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi ibu.11 Semakin tinggi cakupan persalinan oleh
di wilayah puskesmas. Hasil pemantauan akan tenaga kesehatan, maka akan diikuti penurunan
digunakan sebagai bahan evaluasi baik di tingkat kematian ibu di wilayah tersebut. Selain itu, dari
kecamatan maupun kabupaten. Evaluasi ini di- berbagai laporan di Kabupaten Trenggalek, di-
lakukan dengan membandingkan pencapaian ketahui bahwa tingginya AKI dan AKB tersebut
hasil kegiatan dengan perencanaan secara ber- dikarenakan beberapa keterlambatan, seperti ter-
kesinambungan. Proses pemantauan dan evalu- lambat deteksi adanya high risk pada ibu hamil,
asi tersebut dilaporkan secara berjenjang kepada terlambat membuat keputusan untuk dirujuk, ter-
pengelola program KIA puskesmas kemudian ke lambat sampai ke tempat rujukan karena tidak
kabupaten secara triwulan. tersedianya sarana transportasi, serta terlambat
Berdasarkan hasil evaluasi akan ditetapkan dalam penanganan medis.
puskesmas dengan kinerja terbaik dan terburuk. Kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama

25
Dedik Sulistiawan : Program Kemitraan Bidan dan Dukun sebagai Good Governance Innovation Akselerator

antara bidan dengan dukun, yaitu setiap kali ada Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh
pasien yang hendak bersalin, dukun akan me- Dinas Kesehatan Trenggalek, dapat diketahui
manggil bidan. Pada saat pertolongan persalinan bahwa terjadi penurunan AKI dari 200,13 pada
tersebut ada pembagian peran antara bidan de- tahun 2001 menjadi 103 pada tahun 2010 dan 91
ngan dukunnya. Sebenarnya, selain pada saat per- pada tahun 2012 di semester I per 100.000 KH.10
salinan ada juga pembagian peran yang dilakukan Begitu juga dengan AKB, terjadi penurunan ke-
pada saat kehamilan dan masa nifas, tetapi me- matian bayi (dari lindukun) dari 37 pada tahun
mang yang lebih banyak diutarakan adalah ker- 2001 menjadi nol pada tahun 2011.9 Sehingga se-
jasama pada saat persalinan.12 cara otomatis terjadi akselerasi pencapaian target
Kemitraan bidan dan dukun adalah ben- MDGs.
tuk kerjasama bidan dengan dukun yang saling Program kemitraan bidan dan dukun ber-
menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, korelasi positif dengan adanya pelaksanaan
kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya untuk Program Jampersal. Dengan diluncurkannya
menyelamatkan ibu dan bayi. Kemitraan ini me- Jampersal pada tahun 2011, membuat semakin
nempatkan bidan sebagai penolong persalinan banyaknya ibu hamil yang memutuskan melaku-
dan mengalihfungsikan dukun dari penolong kan persalinan di tenaga kesehatan. Sebab, jika
persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu masyarakat melakukan persalinan di dukun bayi,
dan bayi pada masa nifas, yang berdasarkan ke- maka harus membayar jasa dukun, sedangkan jika
sepakatan yang telah dibuat antara bidan dengan melakukan persalinan di tenaga kesehatan, maka
dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemen tidak akan dipungut biaya karena adanya Jamper-
masyarakat yang ada.13 sal. Program kemitraan ini pada dasarnya dalam
Peran bidan lebih ditekankan pada persali- rangka Gerakan Sayang Ibu (GSI), sehingga juga
nan dan masa nifas. Pada saat persalinan, peran akan memberikan dukungan baik terhadap jalan-
bidan porsinya lebih besar dibandingkan dengan nya Program GSI ini. Selain itu, program ini juga
peran dukun. Selain menolong persalinan, bi- membawa perbaikan kualitas dan kuantitas sa-
dan pun dapat memberikan suntikan pada pasien rana, prasarana, serta SDM di bidang pelayanan
yang membutuhkannya atau dapat dengan segera kesehatan, seperti peningkatan skill bidan serta
merujuk ke rumah sakit jika ada persalinan yang peningkatan jumlah bidan di desa.
gawat atau sulit. Peran dukun hanya sebatas mem- Program Kemitraan Bidan dan Dukun
bantu bidan seperti mengelus-elus tubuh pasien, Bayi di Kabupaten Trenggalek dilaksanakan de-
memberikan minum bila pasien membutuhkan ngan menjunjung tinggi prinsip kemitraan, yakni
dan yang terutama adalah memberikan kekuatan adanya sikap saling menghargai keahlian setiap
batin kepada pasien. Kehadiran dukun bayi sa- mitra (dukun maupun bidan), keterbukaan, dan
ngatlah penting karena pasien beranggapan bah- saling menguntungkan. Para dukun bayi yang
wa bila saat melahirkan ditunggui oleh dukun, merasakan penghargaan atas peran dan manfaat
maka persalinan akan lancar.14 ekonomi yang layak, mulai membawa ibu hamil
Menurut laporan Bidang Kesehatan Ke- ke bidan serta mengajak untuk menjalani peman-
luarga Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek, tauan kesehatan berkala di puskesmas. Setiap
dengan adanya program kemitraan ini, terjadi rujukan persalinan dari dukun bayi kepada bidan
peningkatan cakupan pertolongan persalinan oleh akan diperhitungkan sebagai satu kali angsuran
tenaga kesehatan dari 76,6% pada tahun 2001 dana bergulir sebesar Rp10.000,00 ditambah
menjadi 89,7% pada tahun 2011. Selain itu, per- transport untuk dukun yang besarnya bervariasi
tolongan persalinan oleh dukun turun dari 23,4% mulai Rp10.000,00-Rp65.000,00. Belum lagi
pada tahun 2001 menjadi 0,7% pada tahun 2011. jika dari pihak keluarga ibu yang melahirkan se-
Hal ini dikarenakan jumlah dukun bayi yang cara sukarela memberikan imbalan atas jasa yang
mengikuti program kemitraan ini meningkat dari dilakukan dukun selama pra maupun pasca per-
275 orang pada tahun 2001 menjadi 368 orang salinan.
pada tahun 2009.9 Sementara itu, masyarakat juga mulai

26
JURNAL MKMI, Maret 2014, hal 21-29

menaruh kepercayaan kepada para bidan di desa, sosial dari berbagai lintas sektor dan prog-
sebab dengan adanya program kemitraan ini ter- ram.
jadi peningkatan kualitas SDM tenaga kesehatan, Semua ini tidak terlepas dari adanya pen-
seperti peningkatan skill bidan dalam melakukan ciptaan kerjasama yang kooperatif antara Kepala
pemeriksaan medis dan membantu proses kelahi- Puskesmas Pule sebagai inisiator, Dinas Kesehat-
ran. Selain bidang sosial, program kemitraan ini an Kabupaten Trenggalek sebagai konseptor, dan
juga memberikan pengetahuan kepada para ibu pihak Pemerintah Kabupaten Trenggalek serta
dan dukun tentang perawatan kesehatan ibu dan DPRD sebagai legitimator dalam pelembagaan
anak. program kemitraan ini. Pada proses eksekusinya,
Beberapa poin pembelajaran yang bisa di- keberhasilan program kemitraan ini tidak terlepas
ambil dengan adanya keberhasilan Program Ke- dari peranan dukun dan bidan yang telah menja-
mitraan Bidan dan Dukun Bayi ini, antara lain: lin kerjasama dengan menghargai kedudukan dan
fungsi masing-masing, serta optimalisasi peran
1. Pentingnya pendekatan budaya dalam me-
puskesmas (terutama Puskesmas PONED), ke-
nyelenggarakan suatu program kesehatan
pala desa, dan berbagai pihak dalam memobili-
tanpa mengesampingkan peran dukun yang
sasi dukun di wilayah setempat.
dihormati di masyarakat. Sebagai tokoh yang
Program Kemitraan Bidan dan Dukun
dihormati oleh masyarakat, dukun memi-
Bayi di Kabupaten Trenggalek sangat berpeluang
liki kemampuan untuk menggerakkan dan
untuk direplikasi di daerah lain. Hal ini karena
memobilisasi masyarakat di sekitarnya. Se-
beberapa wilayah di Indonesia memiliki karak-
hingga metode pendekatan budaya ini meru-
ter yang serupa terkait dengan budaya persali-
pakan metode yang tepat untuk direalisasikan
nan, yaitu penggunaan jasa dukun bayi dengan
menjadi Program Kemitraan Bidan dan Du-
berbagai macam alasan, sehingga keberhasilan
kun Bayi, keberadaan bidan sebagai tenaga
program ini menarik perhatian beberapa daerah
medis serta dukun yang bertindak sebagai
di Indonesia. Hingga tahun 2012, terdapat be-
pendamping. Program kesehatan bisa berja-
berapa daerah yang melakukan studi banding, di
lan tanpa harus meninggalkan unsur kebu-
antaranya, yaitu Dinas Kesehatan Maluku Utara.
dayaan setempat, yang dalam hal ini adalah
Selain studi banding dari daerah lain, Dinas Ke-
penghormatan terhadap peran dukun oleh
sehatan Kabupaten Trenggalek juga sering di-
masyarakat.
minta menjadi narasumber dalam berbagai Semi-
2. Kegigihan tenaga kesehatan (asosiasi bi-
nar tentang Persalinan Aman di berbagai daerah
dan) di Kabupaten Trenggalek dalam men-
di Indonesia seperti di Blora serta daerah lain
jalin hubungan baik dengan dukun di setiap
terutama di tingkat provinsi se-Jawa Timur.
wilayah kerja. Hal ini dapat dilihat dari be-
Jika inovasi ini diharapkan memberikan
berapa bidan yang meminjamkan dana priba-
dampak makro pada level kabupaten, maka ha-
dinya untuk menambah anggaran dana ber-
rus ada sistem kuat yang mengawal pengimple-
gulir, sehingga jumlah yang diterima dukun
mentasiannya dengan tujuan memfasilitasi ko-
lebih besar dan lebih banyak dukun yang bisa
munikasi dan koordinasi pelaksanaan program
dijangkau.
antara leading sector di tingkat desa, kecamatan,
3. Kontinuitas pelaksanaan program sampai
maupun kabupaten, yakni melalui pembangunan
goal tercapai melalui kerjasama yang koope-
relasi dengan beberapa pihak terkait untuk me-
ratif antar berbagai pihak dan penguatan ja-
nyukseskan program tersebut dari level kabupa-
ringan. Kontinuitas pelaksanaan program
ten sampai desa. Sistem dan anggaran operasio-
sampai tercapainya goal yang diharapkan
nalnya juga harus diperhatikan dengan dikuatkan
merupakan poin yang patut dibanggakan.
melalui adanya Juknis Pelaksanaan Kemitraan
Dimulai dari studi banding yang dilakukan
Bidan dan Dukun Bayi.
Dinas Kesehatan setempat di Lombok sampai
Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan
proses pelembagaan yang cukup panjang dan
adalah kerja sama dari para pengambil kebijakan
rumit dalam menjaring dukungan politis dan
baik dari pihak pemerintah maupun swasta. Ban-

27
Dedik Sulistiawan : Program Kemitraan Bidan dan Dukun sebagai Good Governance Innovation Akselerator

tuan dari pihak swasta seperti adanya CSR akan 3. Astuti, W.D, Sholikhah, H.H, Angkasawati,
menjadi alternatif ketika pendanaan dari peme- T.J. Estimasi Risiko Penyebab Kematian Neo-
rintah kurang maupun berhenti sama sekali. Ke- natal di Indonesia Tahun 2007. Buletin Pene-
lompok pendukung seperti tokoh agama, tokoh litian Sistem Kesehatan. 2010;13(4):299.
masyarakat, LSM, Tim PKK, juga memegang 4. Pramono, M. S, Sadewo, F. S. Analisis Ke-
peranan penting, mengingat basis program Ke- beradaan Bidan Desa dan Dukun Bayi di
mitraan Bidan dan Dukun Bayi ini berada dalam Jawa Timur. Buletin Penelitian Sistem Ke-
masyarakat. Untuk memaksimalkan persalinan sehatan. 2012;15(3).
yang aman, Dinas Kesehatan Kabupaten Treng-
5. Direktorat Bina Kesehatan Anak. Upaya Per-
galek juga menggandeng berbagai program mau-
cepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan
pun kebijakan terkait dengan KIA, yang di an-
Bayi Baru Lahir di Indonesia. Jakarta: Direk-
taranya bisa saling berkolaborasi dalam rangka
torat Bina Kesehatan Anak; 2013.
akselerasi pencapaian MDGs, seperti adanya ke-
bijakan Jaminan Persalinan (Jampersal). 6. Maryatun, A. Implementasi “Program Pem-
binaan Dukun Bayi” dalam Upaya Pertolon-
gan Persalinan Sehat di Kecamatan Susukan
KESIMPULAN DAN SARAN Kabupaten Banjarnegara [Skripsi]. Sema-
Program Kemitraan Bidan dan Dukun rang: Universitas Negeri Semarang; 2013.
Bayi di Kabupaten Trenggalek menjadi salah 7. Disoebrata Martaa D. Bunga Rampai Obstet-
satu terobosan dinas kesehatan setempat yang ri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: Yayasan
berhasil menurunkan AKI dan AKB sehingga Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005.
menunjang proses akselerasi pencapaian MDGs.
8. Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek.
Metode pendekatan holistik, lintas sektoral, lintas
Pelaksanaan Puskesmas PONED dan Per-
program, dan multidisiplin merupakan metode
masalahannya. Trenggalek: Dinas Kesehatan
yang tepat karena permasalahan kesehatan meru-
Kabupaten Trenggalek; 2008.
pakan permasalahan yang kompleks. Selain itu,
program kesehatan bisa berjalan tanpa harus me- 9. Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek.
ninggalkan unsur kebudayaan setempat, yang Evaluasi Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi
dalam hal ini adalah penghormatan terhadap di Kabupaten Trenggalek. Trenggalek: Dinas
peran dukun oleh masyarakat serta penghargaan Kesehatan Kabupaten Trenggalek; 2011.
terhadap masing-masing peran, yaitu bidan se- 10. Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek.
bagai penolong persalinan dan dukun sebagai Pengalaman Pelaksanaan Kemitraan Bidan
pendamping. Oleh karena itu, program kemitraan dan Dukun Bayi di Kabupaten Trenggalek.
ini sangat berpeluang untuk direplikasi di daerah Trenggalek: Dinas Kesehatan Kabupaten
lain karena beberapa wilayah di Indonesia memi- Trenggalek; 2008.
liki karakter yang hampir serupa terkait dengan 11. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pelak-
budaya persalinan, yaitu penggunaan jasa dukun sanaan Kemitraan Bidan dan Dukun. Jakarta:
bayi dengan berbagai macam alasan. Kementerian Kesehatan RI; 2012.
12. Anggorodi, R. Dukun Bayi dalam Persalinan
DAFTAR PUSTAKA oleh Masyarakat Indonesia. Makara Kesehat-
1. Saifuddin, A. B. Buku Acuan Nasional an. 2009;13(1).
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neona- 13. Metti, D, Rosmadewi. Hubungan Kemitraan
tal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Bidan dan Dukun dengan Persalinan oleh
Prawirohardjo; 2006. Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Pus-
2. Pritasari, K. Kebijakan dan Strategi Percepa- kesmas Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten
tan Sasaran 5 MDGs dan Pelayanan Kese- Lampung Selatan. Jurnal Kesehatan Metro
hatan yang Mendukung Revitalisasi KB. Ja- Sai Wawai. 2012;5(1).
karta: Rakernas Program KB; 2012. 14. Budiyono, Suparwati, A, Syamsulhuda,

28
JURNAL MKMI, Maret 2014, hal 21-29

B.M, Nikita, A. Kemitraan Bidan dan Dukun


dalam Mendukung Penurunan Angka Kema-
tian lbu di Puskesmas Mranggen I Kabupaten
Demak. Media Kesehatan Masyarakat Indo-
nesia. 2012;11(1).

29

Anda mungkin juga menyukai