Bercempaka Cemburu
Bercempaka Cemburu
Bercempaka Cemburu
Puitri N Hati
Dumduman Puisi
Redaksi:
Mutimmatun Nadhifah, Setyaningsih,
Ngadiyo, Muhammad Milkan, M Fauzi
Sukri, Bandung Mawardi, Priyadi,
Budiawan Dwi Santoso.
Alamat redaksi:
Bilik Literasi, Tanon Lor, RT 3 RW 1,
Gedongan, Karanganyar – Solo,
Jawa Tengah.
Ngadiyo
MEMILIKIMU
EMPAT BATU
BERCEMPAKA CEMBURU
MOZAIK DARAH
Mozaik darah
Mesir dan Suriah
Ada martir ada darah
Mengacak nyawa anak-anak
Mozaik darah, bangkai arang dan daging merah
Malaikat pencabut nyawa dengan topeng pelepah kurma
Jubah anyaman daun kurma
Tak ada penjaga kota, kota jadi hutan penuh binatang buas,
haus dan lapar. Menelfon seorang kawan di Jalan Kaliurang
Yogya.Mengadukan Solo yang terbakar.
dumduman puisi Edisi 5| Maret 2015 19
Tapi Iwan selalu tak ada di rumah.Sampai hari ini.
Mungkin sedang orasi di Bollevard, ada suara ayahnya,
Rasyid Baswedan.Kuceritakan tentang Solo yang merah,
marah, bangkai mobil, motor, mayat gosong.
Ceritakan padaku
bagaimana aku harus memetik bunga flamboyan?
Sebelum bunganya berjatuhan merabai kaos kakiku
Beritahu aku merantau jauh ke jantungmu
Ke pucuk kelopak flamboyan
***
Kucubit-cubit daun benalu,
dengan jejak kuku jariku, agar ia cepat berlalu
Tapi ia tak benar berlalu,
ia bergerak dari stasiun ke stasiun,
dari bandara ke bandara
-Puitri N Hati