Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ULKUS PEPTIKUM

DENGAN PEMERIKSAAN ENDOSCOPY

DOSEN PEMBIMBING

Joko Suwito, S.Kp.,M.Kes

Disusun Oleh :
1. Windi Mega Lestari (P27820117043)
2. Lintang Kusuma N. (P27820117056)
3. Niswa Aulia Nurbaiti (P27820117058)
4. Firdayanti Nur Aini (P27820117068)
5. Faizatus Sholihah (P27820117072)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Study
Diagnostik “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ULKUS PEPTIKUM
DENGAN PEMERIKSAAN EDOSCOPY”Makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Study Diagnostik. Dalam makalah ini mengulas
tentang berbagai macam pemeriksaan laboratorium.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


Bapak Joko Suwito, S.Kp.,M.Kes. selaku dosen mata kuliah dosen pembimbing
yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Surabaya, 29 November 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR ...........................................................................................2

DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................5


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................6
1.3 Tujuan .........................................................................................................6
1.4 Manfaat………………………………………………………………..…7

BAB 2 PEMBAHASAN ULKUS PEPTIKUM

2.1.Pengertian ulkus peptikum ..........................................................................8


2.2.Etiologi Ulkus Peptikum .............................................................................8
2.3.Patofisiologi Ulkus Peptikum .....................................................................8
2.4.Manifestasi Klinis Ulkus Peptikum, ...........................................................9
2.5.Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................10
2.6.Komplikasi dari Ulkus Peptikum ..............................................................10
2.7.Penatalaksanaan Ulkus Peptikum .............................................................12

BAB 3 APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS USUS


PEPTIKUM ..........................................................................................................13

BAB 4 PEMBAHASAN ENDOSCOPY

4.1.Pengertian Endoscopy ................................................................................25


4.2.Jenis jenis endoscopy .................................................................................26
4.3.Indikasi dan Kontraindikasi .......................................................................26
4.4.Persiapan Pasien sebelum melakukan pemeriksaan endoscopy.................28
4.5.Prosedur pemeriksaan Endoscopy..............................................................29
4.6.Komplikasi .................................................................................................30

3
4.7.Perawatan alat endoscopy ..........................................................................30
4.8.Hasil pemeriksaan endoscopy ....................................................................31

BAB 5 PENUTUP

5.1.Kesimpulan ................................................................................................32
5.2.Saran ...........................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................33

4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu dan teknologi yang terus berkembang pesat di bidang kedokteran
telah menghasilkan sebuah prosedur diagnostik yang cepat dan tepat,serta
metode penyembuhan penyakit dalam tanpa melakukan operasi.

Pemeriksaan saluran cerna dengan menggunakan alat yang menyerupai


endoskop untuk pertama kalinya dilakukan pada abad ke-18. Pada saat itu
pemeriksaan dilakukan dengan cara mengintip melalui suatu tabung yang
dimasukkan ke dalam rektum penderita dengan penerangan lilin untuk dapat
melihat keadaan didalam rektum. Cara ini kemudian berkembang dengan
pemakaian alat dari logam yang pemakaiannya masih memberikan penderitaan
bagi pasien. Baru pada tahun 1932, diperkenalkan suatu gastroskop setengah
lentur yang mempunyai lapang pandang yang lebih luas, lebih praktis dan aman.
Alat ini kemudian dilengkapi dengan kamera dan forsep untuk biopsi. Endoskop
menjadi lebih baik saat prinsip-prinsip optik serat (fiber optic) diterapkan pada
alat endoskop.

Endoskopi Gastrointestinal (EGI) adalah suatu teknik dalam bidang Ilmu


Gastro-enterologi- Hepatologi untuk melihat secara langsung keadaan didalam
saluran cerna bagian atas (SCBA), disebut Esofago Gastroduo Denokopi (EGD)
dan saluran cerna bagian bawah (SCBB) disebut kolonoskopi, serta saluran
organ padat pankreohepatobilier disebut ERCP (Endoskopic Retrograde
Cholangio Pancreatography) dengan menggunakan alat endoskopi .
(Syafruddin AR. Lelosutan, 2004).

Dewasa ini dokter telah menjadikan alat endoskop sebagai alat


diagnostik dan terapeutik yang handal, sehingga mampu menyederhanakan
beberapa tindakan terapi operatif. Hampir di setiap Rumah Sakit besar memiliki
dan menjadikan alat endoskop sebagai sarana penunjang yang menjanjikan
pada pasien yang akan menjalankan pemeriksaan kolonoskopi. Kemudahan
yang didapat dengan tindakan endoskopi menjadikan diagnosis berbagai
penyakit saluran cerna dapat ditegakkan dengan lebih akurat serta,
memudahkan pengobatan dan mempercepat masa penyembuhan pasien.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dari ulkus peptikum ?
2. Bagaimana dengan etiologi dari ulkus peptikum ?
3. Apa patofisiologi dari ulkus peptikum ?
4. Bagaimana dengan manifestasi klinis dari ulkus peptikum ?
5. Pemeriksaan diagnostic atau pemeriksaan penunjang seperti apa untuk
kasus ulkus peptikum ?
6. Bagaimana komplikasi untuk kasus ulkus peptikum?
7. Bagaimana dengan penatalaksaanaan pada kasus ulkus peptikum ?
8. Bagaimana pengaplikasiaan dari contoh kasus ulkus peptikum dengan
pemeriksaan penunjang endoskopi?
9. Apa yang dimaksud dengan endoscopy ?
10. Bagaiaman jenis jenis endoscopy ?
11. Bagaimana dengan indikasi dan kontraindikasi dari pemeriksaan
menggunakan endoscopy tersebut ?
12. Apa yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pemeriksaan endoscopy
?
13. Bagaimana prosedur dalam melakukan pemeriksaan endoskopi ?
14. Apa komplikasi yang kemungkinan terjadi dalam pemeriksaan endoskopi
?
15. Bagaiamana cara merawat alat endoskopi ?
16. Bagaiamana bentuk hasil pemeriksaan endoskopi ?

1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dari ulkus peptikum
2. Memahami etiologi dari ulkus peptikum
3. Mengetahui mengenai patofisiologi dari ulkus peptikum
4. Mengetahui mengenai manifestasi klinis dari ulkus peptikum
5. Mengetahui Pemeriksaan diagnostic atau pemeriksaan penunjang seperti
apa untuk kasus ulkus peptikum
6. Memahami komplikasi yang akan terjadi pada kasus ulkus peptikum
7. Memahami mengenai penatalaksaanaan pada kasus ulkus peptikum
8. Mengetahui pengaplikasiaan dari contoh kasus ulkus peptikum dengan
pemeriksaan penunjang endoskopi
9. Memahami tentang pemeriksaan penunjang endoscopy
10. Mengetahui berbagai jenis jenis endoscopy
11. Memahami bagaimana indikasi dan kontraindikasi dari pemeriksaan
menggunakan endoscopy tersebut
12. Mengetahui mengenai persiapan sebelum melakukan pemeriksaan
endoscopy
13. Mengetahui prosedur dalam melakukan pemeriksaan endoskopi

6
14. Memahami komplikasi yang kemungkinan terjadi dalam pemeriksaan
endoskopi
15. Mengetahui cara merawat alat endoskopi
16. Memahami mengenai bentuk hasil pemeriksaan endoskopi

1.4. Manfaat
Agar mahasiswa dapat mempelajari lebih dalam mengenai asuhan
keperawatan pada pasien ulkus peptikum dengan pemeriksaan endoscopy.
Tugas ini diharapkan dapat menjadi modal ilmu bagi kita mahasiswa
keperawatan dalam bidang study diagnostic.

7
BAB 2
PENDAHULUAN

2.1 Definisi Ulkus Peptikum


Istilah ulkus peptikum digunakan untuk erosi lapisan mukosa dibagian mana
saja di saluran GI, tetapi biasanya dilambung atau duodenum. Ukus gaster atau
tukak lambung istilah untuk ulkus di lambung (Corwin,2010)
Ulkus peptikum adalah suatu daerah ekskoriasi mukosa lambung atau usus
yang terutama disebabkan oleh kerja getah lambung atau sekresi usus halus
bagian atas (Guyton & Hall,2008)
Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang
meluas di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa hingga
lapisan otot dari suatu daerah saluran cerna yang langsung berhubungan dengan
cairan lambung asam/pepsin (Sanusi, 2011).

2.2 Etiologi
a. Produksi mukus yang terlalu sedikit (penurunan produksi mukus)
b. Produksi asam yang berlebihan di lambung atau yang disalurkan ke usus
c. Infeksi H.Pylori
d. Merokok
e. Alkohol
f. Aspirin dan NSAID

2.3 Patofisiologi
Kebanyakan ulkus terjadi apabila sel – sel mukosa usus tidak menghasilkn
produksi mukus yang adekuat sebagai perlindungan terhadap asam lambung.
Penyebab penurunan produksi mukus dapat termasuk segala hal yang menurunkan
aliran darah ke usus, menyebabkan hipoksia lapisan mukosa dan cedera atau
kematian sel – sel penghasil mukus.
Penurunan produksi mukus di doudenum juga dapat terjadi akibat
penghambat kelenjar penghasil mukus di duodenum, yang disebut kelenjar
brunner. Aktivitas kelenjar Brunner dihambat oleh stimulasi simpatis. Stimulasi

8
simpatis meningkat pada keadaan stress kronis sehingga terdapat hubungan antara
stress kronis dan pembentukan ulkus.penyebab utama penurunan produksi mukus
berhubungan infeksi bacterium H.Pylori yang membuat koloni pada sel – sel
penghasil mukus dilambung dan doudenum, sehingga menurunkan kemampuan
sel memproduksi mukus.
Penggunaan beberapa obat terutama obat anti-inflamasi non-steroid NSAID,
juga dihubungkan dengan peningktan resiko berkembangnya ulkus. Aspirin
meyebabkan iritasi dinding mukosa, demikian juga dengan NSAID lain dan
glukokortikosteroid. Obat – obat ini menyebabkan ulkus dengan menghambat
perlindungan prostaglandin secara sistemik atau di dinding usus. Sekitar 10%
pasien pengguna NSAID mengalami ulkus aktif dengan presentase yang tinggi
untuk mengalami erosi yang kurang serius. Perdarahan lambung atau usus dapat
terjadi akibat NSAID. Obat lain atau makanan yang dihubungkan dengan
perkembangan ulkus termasuk kafein, alkohol dan nikotin. Obat – obatan ini
tampaknya juga mencederai perlindungan lapisan mukosa.
Pembentukan asam di lambung penting untu mengaktifkan enzim
pencernaan lambung. HCL dihasilkan oleh sel – sel parietal sebgai respon
terhadap makanan tertentu, obat, hormon (termasuk gastrin), histamin dan
stimulasi parasimpatis. Makanan dan obat seperti alkohol dan kafein menstimulasi
sel – sel parietal untuk menghasilkan asam. Sebagian individu memperlihatkan
reaksi berlebihan pada sel – sel parietalnya terhadap makanan atau zat – zat
tersebut, atau mungkin mereka memiliki jumlah sel parietal yang lebih banyak
dari normal sehingga menghasilkan lebih banyak asam. Aspirin bersift asam, yang
dapat langsung mengiritasi atau mengerosi lapisan lambung.

2.4 Manifestasi Klinis


a. Nyeri abdomen seperti terbakar (dispepsia) sering terjadi di malam hari.
Nyeri biasanya terletak di area tengah epigastrium, dan sering bersifat
ritmik
b. Nyeri yang terjadi ketika lambung kosong (sebagai contoh di malam hari)
sering menjadi tanda ulkus duodenum, dan kondisi ini adalah yang paling
sering terjadi

9
c. Nyeri yang terjadi segera setelah atau selama malam adalah ulkus gaster.
Kadang, nyeri dapat menyebar ke punggung atau bahu.
d. Nyeri sering hilang-timbul: nyeri sering terjadi setiap hari selama beberapa
minggu kemudian menghilang sampai periode perburukan selanjutnya

e. Penurunan berat badan juga biasanya menyertai ulkus gaster. Penambahan


berat badan dapat terjadi bersamaan dengan ulkus duodenum akibat
makan dapat meredakan rasa tidak nyaman

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


a. Diagnosa ulkus terutama berdasarkan pengkajian riwayat kesehatan dan
endoskopi. Dengan endoskopi, tidak hanya lapisan usus yang dapat
terlihat, tetapi juga dapat mengambil sampel jaringan untuk biopsi dan
dapat menentukan ada atau tidaknya H.Pylori
b. Infeksi H.Pylori juga dapat didiagnosis dengan pemeriksaan darah untuk
antibodi dan pemeriksaan nafas yang mengukur produksi sampah
metabolik
c. Hitung darah lengkap dapat memperhatikan anemia yang terjadi sekunder
karena perdarahan ulkus
2.6 Komplikasi
Sebagian besar ulkus dapat disembuhkan tanpa penyelesaian beberapa
kasus, ulkus peptikum dapat menyebabkan perpecahan yang bisa berakibat fatal,
seperti penetrasi, perforasi, perdarahan dan penyumbatan. (Berita Medicastore)

a. Penetrasi

Sebuah ulkus dapat menembus dinding dari lambung atau duodenum dan
sampai ke yang lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal ini akan
menyebabkan nyeri yang sangat hebat dan menetap, yang dapat mempengaruhi
daerah yang terkena (misalnya diulang, karena ulkus duodenalis telah menembus
pankreas). Nyeri akan bertambah jika penderita Ubah posisinya. Jika sedang
berlangsung tidak ada masa inap, mungkin perlu dilakukan pembedahan.

b. Perforasi

10
Ulkus di depan depan duodenum atau (lebih jarang) di lambung bisa
menembus dindingnya dan membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri
sendiri masih ada, sangat hebat dan terus menerus, dan dengan segera menyebar
ke seluruh perut. Penderita juga bisa merasakan sesuatu pada satu atau dua bahu,
yang akan bertambah jika dihaka nafas dalam. Perubahan posisi akan
memperburuk myeri. Penangguhan dan penanggulangan depresi. Bila sakit, perut
terasa sakit Demam menunjukkan adanya infeksi di dalam peut Jika tidak segera
diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini menuntut tindakan pembedahan segera dan
pemberian antibiotik intravena

c. Perdarahan

Perdarahan adalah komplikasi yang sering terjadi. Fungsinya adalah:

1. Muntah darah segar atau gumpalan coklat yang berasal dari makanan yang telah
dicerna, yang menyerupai endapan kopi

2. Tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah.

Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus. Bila ada perdarahan tidak


dapat ditemukan dan tidak hebat, diberikan pengobatan dengan antagonis-H2 dan
antasid. Penderita juga dipuasakan dan diinfus, agar saluran bisa dapat istirahat.
Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat disuntikkan bahan
yang bisa menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.

d. Penyumbatan

Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau jaringan


parut karena ulkus sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung lambung atau
mempersempit duodenum. Penderita akan membahas berulang, dan menyatakan
bahwa makanan besar sudah cukup makan siang sebelumnya. Lain adalah rasa
penuh di perut, perut kembung dan berkurangnya nafsu makan. Lama-lama
muntah bisa menghasilkan penurunan berat badan, dehidrasidan
ketidakseimbangan mineral tubuh Mengatasi ulkus bisa mengurangi
penyumbatan, tetapi penyumbatan yang beratstan tindakan endoskopik atu
pembedahan.

11
2.7 Penatalaksanaan
a. Identifikasi dan anjurkan pasien dengan makanan yang menyebabkan
peningkatan HCL (Berlebihan)
b. Pendidikan kesehatan meredakan gejala dan meningkatkan proses ulkus
yang suda ada. Menghentikan atau mengurangi penggunaaan obat NSAD,
dapat meringankan gejala pada kasus ringan
c. Beri motivasi kepada individu untuk berhenti merokok. Rokok dapat
mengiritasi usus dan buang alkohol dengan cepat dan dapat diandalkan
d. Peresaepan anthistamin atau penghambat pompa proton untu menetralisir
asam lambung dan untuk meredakan gejala usus
e. Individu yang berhubungan dengan ulkus akiba adalah satu pasien dengan
satu atau dua antbiotik, ditambah antijamur, atau antibiotik dan
penghambat pompa proton. Penambahan lain dari strategi pengurangan
kadar asam yang digunakan pada banyak pasien benar-benar dapat
menyembuhkan ulkus bukan sekadar perbaikan gejala sementara
f. Penatalaksanaan stres, teknik relaksasi atau sedatif dapat digrunakan untuk
mengatasi psikologis.

12
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS PEPTIKUM

Kasus :
Seorang pasien bernama Ny.A usia 25 tahun datang ke UGD dengan keluhan sakit
pada ulu hati sejak 2 hari yang lalu, sakit tersebut muncul pada saat klien terambat
makan dan sakit nyeri bertambah hebat 2 jam setelah Ny.A makan siang yang
disertai dengan mual dan muntah lebih dari 3x sehari biasanya sebelum makan
dan sesudah makan, pasien mengeluh sering merasa lelah dan lemas saat
melakuka aktivitas, nafsu makan menurun. Dari hasil anamnesa pasien
mengatakan sering terlambat makan, sering mengkonsumsi makanan yang pedas
dan mempunyai kebiasaan minum kopi. Hasil pemeriksaan fisik pasien tampak
meringis, pasien tampak memegangi perut bagian atas, pasien tampak lemah dan
gelisan, bibir tampak pucat, mukosa bibir kering. TTV, TD: 120/80 mmHg, N:
80x/menit, S: 36,5ºC, RR:24x/menit.
Hasil pemeriksaan penunjang :
- Penonjolan besar berbentuk nodular pada kurvatura minor lambung melalui
pemeriksaan radiogram dengan barium.
- Terdapat Bakteri H.Pylori pada lambung melalui pemeriksaan darah.
- Pada pemeriksaan endoskopi terlihat lesi di lambung
- Albumin : 3,4 mg/dl
- Hb : 10 gr/dl

I. Identitas Klien
Nama : Ny. “A”
Umur : 25 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Pasar Lama, Sentani
Suku/bangsa : Manado
Status perkawinan : Belum menikah

13
Ruang rawat : Melati
Tanggal MRS : 25-04-2018
Tanggal pengkajia : 25-04-2018
Diagnosa medis : Tukak Lambung (ulkus peptikum)

II. Riwayat Kesehatan


a. Keluhan utama :
Pasien mengatakan sakit pada bagian ulu hati
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan sakit pada bagian ulu hati sejak 2 hari yang lalu yaitu tanggal
23-24 April 2017, kemudian pada besok harinya tanggal 25 April 2017 pukul
10.00 WIT klien belum sarapan pagi, tiba-tiba mengeluh sakit perut pada bagian
ulu hati. Pada jam 14.00 WIB nyeri bertambah hebat seperti ditusuk – tusuk dan
seperti rasa terbakar pada saat 2 jam setelah klien makan siang yang disertai
dengan mual dan muntah. Sehingga klien berinisiatif untuk datang ke UGD
RSUD ABEPURA pada pukul 14.30 WIT. Skala nyeri berada pada skala 9
menurut (smeltzer, S.C bare B.G).
c. Pengkajian nyeri berdasarkan PQRST
P : Nyeri pada saat terlambat makan
Q : Nyeri seperti ditusuk – tusuk dan seperti terbakar
R : Nyeri di rasakan pada bagian ulu hati
S : Skala nyeri 9 (berat) dari 1-10
T : Nyeri berlangsung ±10-15 menit, lalu kemudian berhenti sekitar 5 menit,
lalu muncul kembali, nyeri bertambah hebat apabila klien terlambat makan
dan sesudah makan.
d. Riwayat kesehatan dulu
Pasien mengatakan sebelumnya memang mempunyai penyakit maag atau
gastritis.
e. Riwayat kesehatan keluarga :
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada riwayat penyakit turunan.
f. Riwayat alergi :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi

14
Tanda-tanda vital :
Kesadaran : Compos mentis
KU : Lemah
GCS : E:4, M:6, V:5 = 15
Suhu badan : 36,5°C
Denyut nadi : 80 x/menit
TD : 120/80 mmHg
Pernafasan : 24 x/menit
Berat badan : 47 kg
Tinggi badan : 160 cm

III. Pemeriksaan fisik


a. Kepala
Inspeksi : Warna rambut hitam panjang, kepala tampak bersih,
bentuk kepala lonjong/oval, wajah tampak meringis, dan
wajah pasien tampak gelisah
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan atau lesi
b. Mata
Inspeksi : Mata kiri dan kanan simetris, penglihatan normal,
konjungtiva, tidak anemis, tidak terdapat katarak
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada palpebra
c. Hidung
Inspeksi : Hidung tidak tampak kotoran, tidak ada polip, peradangan,
perdarahan, secret dan tidak kehilangan fungsi saraf
olfaktorius dan tidak nafas cuping hidung.
Palpasi : Tidak ada kelainan atau nyeri tekan
d. Telinga
Inspeksi : Tidak tampak serumen pada kedua telinga, tidak tampak
tanda - tanda peradangan, tidak menggunankan alat bantu,
pendengaran baik.

15
e. Mulut
Inspeksi : Bibir tampak pucat, mukosa bibir kering, keadaan mulut
tampak bersih, jumlah gigi lengkap, tidak terdapat karies gigi, tidak ada
kesulitan menelan dan tidak ada kelainan pada saraf cranial VII Nervus
Facialis (Pengecapan)
f. Thoraks
Inspeksi : Tidak ada kelainan bentuk dada, dada simetris saat
inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : Tidak adanya kelainan atau nyeri tekan
Perkusi : Bunyi thoraks sonor
Auskultasi : bunyi napas vesikuler
g. Jantung
Auskultasi : Bunyi jantung 1(lup) bunyi jantung 2 (dup), tidak ada
kelainan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan atau pembesaran jantung.
h. Abdomen
Inspeksi : Pasien tampak memegangi perut bagian atas, kulit tampak
kering, tidak ada lesi dan massa
Auskultasi : Bising usus terdengar 10x/menit
Perkusi : Bunyi kuadran 1(redup), kuadran 2, 3 dan 4 bunyi
abdomen (timpani)
Palpasi : Ada nyeri tekan pada bagian epigastrium
i. Genitalia dan rektal
Genitalia : Tidak di lakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada
genetalia. Tetapi data di peroleh langsung dari pasien.
Pasien mengatakan tidak ada kelianan di genetalianya.
Tidak terpasang kateter dan tidak memakai pempers.
Rektal : Tidak di lakukan pemeriksaan fisik pada rectal, tetapi data
di peroleh langsung dari pasien, pasien mengatakan tidak
terdapat benjolan atau kelainan pada rectal/anus.

16
j. Integumen
Inspeksi : Keadaan kulit tampak bersih, warna kulit sawo matang
Palpasi : Kulit teraba hangat, turgor kulit elastis

Pola kebutuhan sehari-hari


a. Kebutuhan Nutrisi
 SMRS : Pasien mengatakan makan 2x sehari dan sering
mengkonsumsi makanan yang bersifat pedas dan
kadang sering terlambat makan. Sejak 2 hari yang
lalu nafsu makan klien menurun dan disertai mual
dan muntah lebih dari 3x sehari biasanya sebelum
makan dan sesudah makan. Pasien minum air putih
sehari ±700cc/hari dan sering mengkonsumsi kopi.
Pasien mengatakan BB sebelum sakit 50 kg.
 MRS : Selama di RS Pasien makan tiap 2 jam sehari
dengan porsi sedikit, komposisi makana yang
lembek (bubur). Pasien minum air putih
±500cc/hari. BB 47kg.
b. Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat
 SMRS : Pasien istirahat/tidur ± 6-7 jam/hari. Selama di
rumah pasien beraktivitas secara normal dan sehari-
harinya bekerja di Perusahaan Swasta tapi sejak 2
hari yang lalu pasien sering merasa lelah dan lemas
saat melakukan aktivitas
 MRS : Selama di RS pasien istirahat/tidur ±5-6 jam/hari.
Pasien terbaring di tempat tidur dan masih merasa
lelah dan lemas jika melakukan aktivitas.
c. Kebutuhan eliminasi BAB dan BAK
 SMRS : Pasien BAB 1x sehari dengan konsistensi feses
padat, BAK ±5x/hari
 MRS : Selama di RS Pasien belum pernah BAB, BAK
3x/hari.

17
d. Kebutuhan personal hygiene
 SMRS : Pasien mampu membersihkan diri sendiri secara
mandiri, mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, cuci
rambut 2 hari sekali.
 MRS : Pasien belum pernah mandi, gosok gigi dan
keramas.
IV. Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21 Januari 2018
Pada tanggal 25 Juni 2017 dilakukan tes laboratorium dengan hasil sbb:
- Penonjolan besar berbentuk nodular pada kurvatura minor lambung
melalui pemeriksaan radiogram dengan barium.
- Terdapat Bakteri H.Pylori pada lambung melalui pemeriksaan darah.
- Pada pemeriksaan endoskopi terlihat lesi di lambung

18
- Albumin : 3,4 mg/dl
- Hb : 10 gr/dl

KLASIFIKASI DATA

No Data Subjektif Data Objektif


1. Pasien mengatakan: Pasien tampak:
- Sakit pada bagian ulu hati sejak 2 - KU : Lemah
hari yang lalu - Pengkajian PQRST

- Nyeri bertambah hebat 2 jam P : Nyeri pada saat terlambat

setelah Ny.A makan siang yang makan

disertai dengan mual dan muntah Q : Nyeri seperti ditusuk – tusuk

- Sebelumnya memang mempunyai dan seperti terbakar

penyakit maag atau gastritis. R : Nyeri di rasakan pada bagian

- Sering mengkonsumsi makanan ulu hati

yang bersifat pedas dan kadang S : Skala nyeri 9 (berat) dari 1-10

sering terlambat makan. T : Nyeri berlangsung ±10-15

- Sejak 2 hari yang lalu nafsu menit, lalu kemudian berhenti

makan klien menurun dan disertai sekitar 5 menit, lalu muncul

mual dan muntah lebih dari 3x kembali, nyeri bertambah hebat

sehari biasanya sebelum makan apabila klien terlambat makan dan

dan sesudah makan. sesudah makan.

- Sering mengkonsumsi kopi. - Wajah tampak meringis dan


gelisah
- Pasien mengatakan BB sebelum
- Ada nyeri tekan pada bagian
sakit 50 kg. epigastrium
Sejak 2 hari yang lalu pasien sering - Pasien tampak memegangi perut
bagian atas
merasa lelah dan lemas saat
- Bibir tampak pucat, mukosa bibir
melakukan aktivitas. kering
- Pasien tampak lemah
- BB setelah masuk RS 47kg
- Pasien terbaring di tempat tidur

19
dan masih merasa lelah dan lemas
jika melakukan aktivitas.
- Penonjolan besar berbentuk
nodular pada kurvatura minor
lambung melalui pemeriksaan
radiogram dengan barium.
Terdapat Bakteri H.Pylori pada
lambung melalui pemeriksaan darah.

ANALISA DATA
Ds/Do Etiologi Problem
DS : Iritasi mukosa dan Nyeri akut
Pasien mengatakan spasme otot lambung
- Sakit pada bagian ulu
hati sejak 2 hari yang
lalu
- Nyeri bertambah hebat
2 jam setelah Ny.A
makan siang yang
disertai dengan mual
dan muntah
- Sebelumnya memang
mempunyai penyakit
maag atau gastritis.
DO :
- KU : Lemah
- Pengkajian PQRST
P : Nyeri pada saat
terlambat makan
Q : Nyeri seperti
ditusuk – tusuk dan
seperti terbakar
R : Nyeri di rasakan
pada bagian ulu hati
S : Skala nyeri 9
(berat) dari 1-10
T : Nyeri
berlangsung ±10-15
menit, lalu kemudian
berhenti sekitar 5
menit, lalu muncul
kembali, nyeri
bertambah hebat

20
apabila klien terlambat
makan dan sesudah
makan.
- Wajah tampak
meringis dan gelisah
- Ada nyeri tekan pada
bagian epigastrium
Pasien tampak
memegangi perut bagian
atas.
DS: Intake nutrisi tidak Ketidakseimbangan
- Sering mengkonsumsi adekuat nutrsi: kurang dari
kebutuhan tubuh
makanan yang bersifat
pedas dan kadang
sering terlambat
makan.
- Sejak 2 hari yang lalu
nafsu makan klien
menurun dan disertai
mual dan muntah lebih
dari 3x sehari biasanya
sebelum makan dan
sesudah makan.
- Sering mengkonsumsi
kopi.
- Pasien mengatakan BB
sebelum sakit 50 kg
- Sebelumnya memang
mempunyai penyakit
maag atau gastritis
DO :
- Bibir tampak pucat,
mukosa bibir kering
- Pasien tampak lemah
BB setelah masuk RS
47kg

21
DS : Kelemahan umum Intoleransi Aktivitas
- Sejak 2 hari yang lalu
pasien sering merasa
lelah dan lemas saat
melakukan aktivitas.
DO :
- Pasien tampak lemah
- Pasien terbaring di
tempat tidur dan masih
merasa lelah dan
lemas jika melakukan
aktivitas.
DS : Perforasi lambung Risiko Infeksi
-
DO :
- Penonjolan besar
berbentuk nodular
pada kurvatura minor
lambung melalui
pemeriksaan
radiogram dengan
barium.
- Terdapat Bakteri
H.Pylori pada
lambung melalui
pemeriksaan darah.

V. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa dan spasme otot lambung
b. Ketidakseimbangan nutrsi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
d. Risiko infeksi berhubungan dengan perforasi lambung

VI. Intervensi Keperawatan

Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa dan spasme ototlambung


Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat keluhan nyeri termasuk 1. Untuk menentukan intervensi
lokasi, durasi, intensitasnya dan skala dan mengetahui efek terapi
nyeri (0-10) 2. Posisi yang nyaman dapat
2. Atur posisi tidur yang nyaman bagi klien menurunkan nyeri
3. Anjurkan klien melakukan tehnik 3. Teknik relaksasi dapat

22
relaksasi seperti nafas dalam, mengalihkan perhatian klien
mendengarkan music, nonton tv, dan sehingga dapat menurunkan
membaca. nyeri
4. Jelaskan agar klien menghindari makanan 4. Makanan yang merangsang
yang merangsang lambung, seperti makan lambung dapat mengiritasi
pedas, asam dan mengandung gas. mukosa lambung.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam 5. Untuk menghilangkan nyeri
pemberian terapi analgetik lambung.

Dx 2: Ketidakseimbangan nutrsi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake nutrisi tidak adekuat
Intervensi Rasional
1. Jelaskan pada pasien tentang tindakan 1. Agar pasien dapat kooperatif
yang akan dilakukan terhadap tindakan
2. Kaji status nutrisi dan pola makan 2. Sebagai dasar untuk menentukan
klien intervensi
3. Berikan makanan sedikit tapi sering 3. Makanan sebagai penetralisir
4. Anjurkan agar pasien memakan asam lambung
makanan halus dan lembut seperti 4. Untuk mengurangi beban kerja
bubur lambung
5. Sarankan agar pasien segera memakan 5. makanan hangat dapat
makanan atau diit selagi hangat meningkatkan nafsu makan
6. Jelaskan agar klien menghindari 6. Makanan yang merangsang
makanan yang merangsang lambung, lambung dapat mengiritasi
seperti makan pedas, asam dan mukosa lambung.
mengandung gas. 7. Untuk mengetahui status nutrisi
7. Timbang berat badan klien setiap hari klien
dengan alat ukur yang sama 8. Untuk mengetahui nutrisi yang
8. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam sesuai dengan kebutuhuan klien
pemberian nutrisi

Dx 3: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


Intervensi Rasional
1. Anjurkan aktivitas ringan dan 1. Melatih otot agar tidak terjadi
perbanyak istirahat kekakuan.
2. Kaji factor yang menimbulkan 2. Untuk mengetahui penyebab
keletihan keletihan
3. Tingkatkan kemandirian diri yang 3. Memudahkan klien dalam
ditolerir, bantu jika keletihan terjadi melakukan aktivitas secara
mandiri

23
Dx 4: Risiko infeksi berhubungan dengan perforasi lambung
Intervensi Rasional
1. Anjurkan pasien untuk tidak makan 1. Makan makanan yang dapat
makanan yang dapat mengiritasi mengiritasi lambung bisa
lapisan lambung menambah keparahan infeksi.
2. Berikan jadwal makan dan minum 2. Mengurangi dorongan yang berat
sedikit tapi sering. yang dapat memperberat ulkus.
3. Ajarkan klien tentang manfaat makan 3. Meningkatkan pengetahuan dan
dan minum kesadaran pasien.

24
BAB 4
ENDOSCOPY

3.1 Definisi
Tindakan endoskopi adalah untuk mengamati struktur anatomi dan
fisiologi saluran pencernaaan (traktus digestivus) secara langsung dengan bantuan
alat endoskopi beserta asesorisnya. Pengamatan endoskopi pada saluran cerna
bagian atas dikenal dengan istilah esofago-gastro-duodenoskopi (EGD),
sedangkan endoskopi pada saluran cerna bagian bawah dikenal dengan nama
kolonoskopi.

Esofago-gastro-duodenoskopi (EGD) merupakan pemeriksaan di dalam


saluran kerongkongan, lambung, dan usus 12 jari dengan menggunakan endoskop
serat optic atau EVIS (Elektronik Video Information System). Tujuan dari
pemeriksaan EGD adalah identifikasi kelainan selaput lendir di dalam saluran
kerongkongan, lambung, dan usus 12 jari. Ketepatan diagnostic EGD berkisar 80-
90%, bahkan bias mencapai 100% bila dilakukan oleh tenaga yang sudah
berpengalaman.

Alat endoskopi EGD umumnya dengan skop frontview (lensa kamera


berada di ujung depan skop). Sedangkan endoskop dengan skop sideview
digunakan untuk ERCP (Endoskopic Retrogade Cholangio Pancreatography) atau
bila harus melihat dan melakukan biopsy (mengambil jaringan dengan
menggunakan jarum) pada kelainan yang terletak di sisi luar saluran (misalnya
kecurigaan tumor, dll).

25
3.2 Jenis Endoskopi

a. Endoskopi kaku (rigidscope)


b. Endoskopi lentur (fiberscope)
c. Video endoscope (evis scope)
d. Endoskop kapsul (capsul endoscope)

Endoskopi lentur (fiberscope)

Video endoscope (evis scope)

Endoskop kapsul (capsul endoscope)

3.3 Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi
a. Untuk menerangkan perubahan-perubahan radiologis yang meragukan atau
tidak jelas, atau untuk menentukan dengan lebih pasti atau tepat kelainan
radiologis yang didapatkan pada esophagus, gaster, atau duodenum

26
b. Pasien dengan gejala menetap (disfagia, nyeri epigastrium, muntah-
muntah) yang pada pemeriksaan radiologis tidak didapatkan kelainan
c. Bila pemeriksaan radiologis menunjukkan atau dicurigai suatu kelainan,
misalnya tukak, keganasan atau obstruksi pada esophagus, indikasi
endoskopi yaitu memastikan lebih lanjut lesi tersebut dan untuk membuat
pemeriksaan fotografi, biopsy, atau sitologi
d. Perdarahan akut saluran cerna bagian atas memerlukan pemeriksaan
endoskopi secepatnya dalam waktu 24 jam untuk mendapatkan diagnosis
sumber perdarahan yang paling tepat
e. Pemeriksaan endoskopi yang berulang-ulang diperlukan untuk memantau
penyembuhan tukak yang jinak pada pasien-pasien dengan tukak yang
dicurgai kemungkinan adanya keganasan (deteksi dini karsinoma lambung)
f. Pada pasien –pasien pasca gastrektomi dengan gejala atau keluhan-keluhan
saluran cerna bagian atas diperlukan pemeriksaan endoskopi karena
intepretasi radiologis biasanya sulit. Iregularitas dari lambung dapat
dievaluasi langsung melalui endoskopi
g. Kasus sindrom dyspepsia dengan usia lebih dari 45 tahun atau di bawah 45
tahun dengan tanda bahaya (muntah-muntah hebat, denanm hematemesis,
anemia, ikterus, dan penurunan berat badan), pemakaian obat anti inflamasi
non-steroid (OAINS) dan riwayat kanker pada keluarga
h. Prosedur terapeutik seperti polipektomi, pemasangan selang makanan,
dilatasi pada stenosis esophagus atau akalasia, dll.
Kontraindikasi
a. Kontraindikasi Absolut
1) Pasien tidak kooperatif atau menolak prosedur pemeriksaan tersebut
setelah indikasinya dijelaskan secara penuh
2) Renjatan berat karena perdarahan, dll
3) Oklusi koroner akut
4) Gagal jantung berat
5) Koma
6) Emfisema dan penyakit paru obstruktif berat

27
7) Pada keadaan-keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi harus ditunda
dulu hingga keadaan penyakitnya membaik.
b. Kontraindikasi Relatif
1) Luka korodif akut pada esophagus, aneurisma aorta, aritmia jantung
berat
2) Kifoskoliosis berat, divertikulum Zenker, osteofit bear pada tulang
servikal, struma besar. Pada keadaan tersebut pemeriksaan endoskopi
harus dilakukan dengan hati-hati
3) Pasien gagal jantung
4) Penyakit infeksi akut (misal pneumonia, peritonitis, kolesistitis)
5) Pasien anemia berat misalnya karena perdarahan, harus diberi transfuse
darah terlebih dahulu hingga Hb minimal 10g/dl
6) Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai infeksi berat atau
kejang-kejang
7) Pasien pasca bedah abdomen yang baru
8) Gangguan kesadaran
9) Tumor mediastinum
c. Pemeriksaan Endoskopi Kapsul
Indikasi
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas dan bawah yang disebabkan
kelainan usus halus
2) Diare kronik yang disebabkan kelainan usus halus
Kontraindikasi
1) Obstruksi saluran cerna
2) Stenosis atau striktur saluran cerna

3.4 Persiapan Pasien Sebelum Endoskopi


a. Puasa selama 10 jam sebelum pemeriksaan. Bila ada gejala disfagia/sulit
menelan, puasa minimal 12 jam. Dalam hal ini jika ada makanan di perut,
makanan akan menghalangi pandangan melului endoskopi dan bisa
menyebabkan muntah. Untuk anak-anak dan bayi puasa selama 4-6 jam.

28
b. Bila direncanakan tindakan seperti skleroterapi (STE), ligase atau
polipektomi, pasien harus dirawat untuk observasi setelah tindakan
c. Menandatangani informed consent
d. Gigi palsu atau kaca mata harus dilepas
e. Tanda-tanda vital diperiksa (harus dalam batas normal)
f. Beritahu pasien cara menelan dan menarik nafas panjang (diperagakan)
agar memudahkan masuknya ujung skop ke dalam esophagus
g. Pasien berbaring dengan posisi miring ke kiri. Tangan kiri di bawah
bantal dan tangan kanan di atas paha kanan
h. Dipasang slang oksigen melalui hidung
i. Dipasang pulse oxymetri pada jari pasien untuk memonitor saturasi
oksigen dan nadi pasien

3.5 Prosedur Pemeriksaan Endoskopi


Prosedur endoskopi biasanya berlangsung antara 5 sampai 10 menit.
Pertama lakukan cuci tangan kemudian gunakan APD seperti handscoon, masker,
dan scord. Lakukan instruksi dokter dengan menyemprotkan anastesi local
(xylokain) spray ke daerah orofaring. Kemudian pasang mouthpiece ke mulut
pasien untuk memfiksasi mulut agar tidak menggigit skop endoskopi. Berikan
suntikan premedikasi sesuai dengan order dari dokter. Jika diindikasikan untuk
melakukan biopsy siapkan botol yang berisi cairan formalin 10% untuk
menempatkan jaringan yang telah diambil oleh dokter. Selama prosedur lakukan
monitoring terhadap TTV pasien.

Prosedur endoskopi dilakukan dengan bantuan endoskop. Endoskop


adalah tabung fleksibel dengan system pengiriman cahaya yang menerangi sluran
tersebut. Lebih lanjut memiliki system lensa yang menyampaikan gambar dari
fiberscope dan menampilkan gambar di TV warna. Endoskop ini diturunkan dari
kerongkongan, ke perut dank e dalam usus. Endoskopi yang gagal dapat
mengganggu pernapasan. Selama prosedur pasien disarankan untuk menarik nafas
panjang.

Endoskopi kapsul adalah bentuk lain dari endoskopi dimana pasien


menelan kamera berbentuk kapsul yang merekam gambar ketika kapsul bergerak

29
melalui saluran pencernaan. Selanjutnya kapsul akan keluar melalui gerakan usus.
Endoskopi biasanya digunakan bersama layar monitor sehingga gambaran organ
yang diperiksa tidak hanya dilihat sendiri oleh operator, tetapi juga oleh orang lain
di sekitarnya. Gambar yang diperoleh selama pemeriksaan biasanya direkam
untuk dokumentasi atau evaluasi lebih lanjut.

3.6 Komplikasi
Penyulit atau komplikasi yang dapat timbul jika dilakukan tindakan endoskopi
meliputi adanya :
a. reaksi terhadap obat-obatan (misalnya koma karena diazepam, gangguan
pernapasan)
b. pneumonia aspirasi
c. perforasi
d. perdarahan
e. gangguan kardiopulmoner
f. penularan infeksi
g. instrument impaction

3.7 Perawatan Alat Endoskopi


Alat Endoscop merupakan alat yang canggih dengan harga yang cukup
mahal. Perawatan Endoscop beserta kelengkapannya merupakan salah satu faktor
penting didalam menunjang keberhasilan tindakan Endoscopi dan
mempertahankan alat tetap awet dan tidak mudah rusak.

Konsep pemeliharaan alat meliputi hal berikut :

a. Handling Alat
Alat harus diperlakukan dengan halus dan penuh kasih sayang. Tahapan
yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh untuk mencegah
kerusakan alat dimulai dari cara mengambil alat dari lemari
penyimpanannya, membawa alat ke tempat pemeriksaan, meletakkan alat
pada sandaran Endoscop atau meja pemeriksaan, memasang alat pada
sumber cahaya, saat memulai tindakan, waktu manuver, observasi dan

30
waktu menarik alat dari pasien, melepas alat dari sumber cahaya,
membersihkan alat, mengeringkan serta mengembalikannya lagi ke lemari

b. penyimpanan.
Tempat penyimpanan alat harus mempunyai suhu konstan di bawah 20ºC.
Kelembaban diusahakan stabil dengan memelihara silica gel yang harus
selalu diganti, bebas jamur dan bakteri. Lemari penyimpanan Endoscop
didesain sesuai kebutuhan, sandaran dibuat dengan kemiringan 60º dengan
dilapisi peredam untuk melindungi dari benturan sewaktu mengambil dan
meletakkan Endoscop.
c. Pembersihan
Pembersihan alat endoscop melalui 3 tahapan yaitu: pembersihan,
desinfektan dan steril. Hati-hati terjadi kontaminasi infeksi yang sering
terjadi pada paska skleroterapi. Oleh karena itu perlu tindakan
pembersihan yang baik. Kelalaian pada proses ini dapat mengakibatkan
terjadinya infeksi paska tindakan.

3.8 Hasil Pemeriksaan Endoskopi

31
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ulkus peptikum dapat ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang
terkena getah asam lambung, yaitu esophagus, lambung, duodenum,
jejunum,dan setelah tindakan gastroenterostomi. Ulkus peptikum
diklasifikasikan atas ulkus akut dan ulkus kronik, hal tersebut
menggambarkan tingkat tingkat kerusakan pada lapisan mukosa yang terlibat.
Dalam hal ini, untuk pemeriksaan penunjang pada ulkus peptikum dapat
dengan alat endoskopi.

Alat endoskop merupakan alat diagnostik dan terapeutik yang mampu


menyederhanakan beberapa tindakan terapi operatif. Alat endoskop sebagai
sarana penunjang yang menjanjikan pada pasien yang akan menjalankan
pemeriksaan kolonoskopi. Kemudahan yang didapat dengan tindakan
endoskopi menjadikan diagnosis berbagai penyakit saluran cerna dapat
ditegakkan dengan lebih akurat serta, memudahkan pengobatan dan
mempercepat masa penyembuhan pasien.

4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya


Media

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC

Sanusi, Iswan A., 2011. Tukak Lambung. Dalam: Rani, Aziz., Simadibrata, M.,
Syam, A.F., (eds). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam.

Nurul,peptini.2016.UlkusPeptikum.http://medicastore.com/penyakit/531/Ulkus_
Peptikum.html. Diakses pada tanggal 20 november 2018 pukul 13.00 wib

Syafruddin AR. Lelosutan. 2004. Kapita Selekta: Gastroentero-Hepatologi Ilmu


Penyakit Dalam (KS GEH IPD) Buku 1. Jakarta : Jc institute

33

Anda mungkin juga menyukai