DOSEN PEMBIMBING
Disusun Oleh :
1. Windi Mega Lestari (P27820117043)
2. Lintang Kusuma N. (P27820117056)
3. Niswa Aulia Nurbaiti (P27820117058)
4. Firdayanti Nur Aini (P27820117068)
5. Faizatus Sholihah (P27820117072)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Study
Diagnostik “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ULKUS PEPTIKUM
DENGAN PEMERIKSAAN EDOSCOPY”Makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Study Diagnostik. Dalam makalah ini mengulas
tentang berbagai macam pemeriksaan laboratorium.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
BAB 1 PENDAHULUAN
3
4.7.Perawatan alat endoscopy ..........................................................................30
4.8.Hasil pemeriksaan endoscopy ....................................................................31
BAB 5 PENUTUP
5.1.Kesimpulan ................................................................................................32
5.2.Saran ...........................................................................................................32
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu dan teknologi yang terus berkembang pesat di bidang kedokteran
telah menghasilkan sebuah prosedur diagnostik yang cepat dan tepat,serta
metode penyembuhan penyakit dalam tanpa melakukan operasi.
5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dari ulkus peptikum ?
2. Bagaimana dengan etiologi dari ulkus peptikum ?
3. Apa patofisiologi dari ulkus peptikum ?
4. Bagaimana dengan manifestasi klinis dari ulkus peptikum ?
5. Pemeriksaan diagnostic atau pemeriksaan penunjang seperti apa untuk
kasus ulkus peptikum ?
6. Bagaimana komplikasi untuk kasus ulkus peptikum?
7. Bagaimana dengan penatalaksaanaan pada kasus ulkus peptikum ?
8. Bagaimana pengaplikasiaan dari contoh kasus ulkus peptikum dengan
pemeriksaan penunjang endoskopi?
9. Apa yang dimaksud dengan endoscopy ?
10. Bagaiaman jenis jenis endoscopy ?
11. Bagaimana dengan indikasi dan kontraindikasi dari pemeriksaan
menggunakan endoscopy tersebut ?
12. Apa yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pemeriksaan endoscopy
?
13. Bagaimana prosedur dalam melakukan pemeriksaan endoskopi ?
14. Apa komplikasi yang kemungkinan terjadi dalam pemeriksaan endoskopi
?
15. Bagaiamana cara merawat alat endoskopi ?
16. Bagaiamana bentuk hasil pemeriksaan endoskopi ?
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dari ulkus peptikum
2. Memahami etiologi dari ulkus peptikum
3. Mengetahui mengenai patofisiologi dari ulkus peptikum
4. Mengetahui mengenai manifestasi klinis dari ulkus peptikum
5. Mengetahui Pemeriksaan diagnostic atau pemeriksaan penunjang seperti
apa untuk kasus ulkus peptikum
6. Memahami komplikasi yang akan terjadi pada kasus ulkus peptikum
7. Memahami mengenai penatalaksaanaan pada kasus ulkus peptikum
8. Mengetahui pengaplikasiaan dari contoh kasus ulkus peptikum dengan
pemeriksaan penunjang endoskopi
9. Memahami tentang pemeriksaan penunjang endoscopy
10. Mengetahui berbagai jenis jenis endoscopy
11. Memahami bagaimana indikasi dan kontraindikasi dari pemeriksaan
menggunakan endoscopy tersebut
12. Mengetahui mengenai persiapan sebelum melakukan pemeriksaan
endoscopy
13. Mengetahui prosedur dalam melakukan pemeriksaan endoskopi
6
14. Memahami komplikasi yang kemungkinan terjadi dalam pemeriksaan
endoskopi
15. Mengetahui cara merawat alat endoskopi
16. Memahami mengenai bentuk hasil pemeriksaan endoskopi
1.4. Manfaat
Agar mahasiswa dapat mempelajari lebih dalam mengenai asuhan
keperawatan pada pasien ulkus peptikum dengan pemeriksaan endoscopy.
Tugas ini diharapkan dapat menjadi modal ilmu bagi kita mahasiswa
keperawatan dalam bidang study diagnostic.
7
BAB 2
PENDAHULUAN
2.2 Etiologi
a. Produksi mukus yang terlalu sedikit (penurunan produksi mukus)
b. Produksi asam yang berlebihan di lambung atau yang disalurkan ke usus
c. Infeksi H.Pylori
d. Merokok
e. Alkohol
f. Aspirin dan NSAID
2.3 Patofisiologi
Kebanyakan ulkus terjadi apabila sel – sel mukosa usus tidak menghasilkn
produksi mukus yang adekuat sebagai perlindungan terhadap asam lambung.
Penyebab penurunan produksi mukus dapat termasuk segala hal yang menurunkan
aliran darah ke usus, menyebabkan hipoksia lapisan mukosa dan cedera atau
kematian sel – sel penghasil mukus.
Penurunan produksi mukus di doudenum juga dapat terjadi akibat
penghambat kelenjar penghasil mukus di duodenum, yang disebut kelenjar
brunner. Aktivitas kelenjar Brunner dihambat oleh stimulasi simpatis. Stimulasi
8
simpatis meningkat pada keadaan stress kronis sehingga terdapat hubungan antara
stress kronis dan pembentukan ulkus.penyebab utama penurunan produksi mukus
berhubungan infeksi bacterium H.Pylori yang membuat koloni pada sel – sel
penghasil mukus dilambung dan doudenum, sehingga menurunkan kemampuan
sel memproduksi mukus.
Penggunaan beberapa obat terutama obat anti-inflamasi non-steroid NSAID,
juga dihubungkan dengan peningktan resiko berkembangnya ulkus. Aspirin
meyebabkan iritasi dinding mukosa, demikian juga dengan NSAID lain dan
glukokortikosteroid. Obat – obat ini menyebabkan ulkus dengan menghambat
perlindungan prostaglandin secara sistemik atau di dinding usus. Sekitar 10%
pasien pengguna NSAID mengalami ulkus aktif dengan presentase yang tinggi
untuk mengalami erosi yang kurang serius. Perdarahan lambung atau usus dapat
terjadi akibat NSAID. Obat lain atau makanan yang dihubungkan dengan
perkembangan ulkus termasuk kafein, alkohol dan nikotin. Obat – obatan ini
tampaknya juga mencederai perlindungan lapisan mukosa.
Pembentukan asam di lambung penting untu mengaktifkan enzim
pencernaan lambung. HCL dihasilkan oleh sel – sel parietal sebgai respon
terhadap makanan tertentu, obat, hormon (termasuk gastrin), histamin dan
stimulasi parasimpatis. Makanan dan obat seperti alkohol dan kafein menstimulasi
sel – sel parietal untuk menghasilkan asam. Sebagian individu memperlihatkan
reaksi berlebihan pada sel – sel parietalnya terhadap makanan atau zat – zat
tersebut, atau mungkin mereka memiliki jumlah sel parietal yang lebih banyak
dari normal sehingga menghasilkan lebih banyak asam. Aspirin bersift asam, yang
dapat langsung mengiritasi atau mengerosi lapisan lambung.
9
c. Nyeri yang terjadi segera setelah atau selama malam adalah ulkus gaster.
Kadang, nyeri dapat menyebar ke punggung atau bahu.
d. Nyeri sering hilang-timbul: nyeri sering terjadi setiap hari selama beberapa
minggu kemudian menghilang sampai periode perburukan selanjutnya
a. Penetrasi
Sebuah ulkus dapat menembus dinding dari lambung atau duodenum dan
sampai ke yang lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal ini akan
menyebabkan nyeri yang sangat hebat dan menetap, yang dapat mempengaruhi
daerah yang terkena (misalnya diulang, karena ulkus duodenalis telah menembus
pankreas). Nyeri akan bertambah jika penderita Ubah posisinya. Jika sedang
berlangsung tidak ada masa inap, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
b. Perforasi
10
Ulkus di depan depan duodenum atau (lebih jarang) di lambung bisa
menembus dindingnya dan membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri
sendiri masih ada, sangat hebat dan terus menerus, dan dengan segera menyebar
ke seluruh perut. Penderita juga bisa merasakan sesuatu pada satu atau dua bahu,
yang akan bertambah jika dihaka nafas dalam. Perubahan posisi akan
memperburuk myeri. Penangguhan dan penanggulangan depresi. Bila sakit, perut
terasa sakit Demam menunjukkan adanya infeksi di dalam peut Jika tidak segera
diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini menuntut tindakan pembedahan segera dan
pemberian antibiotik intravena
c. Perdarahan
1. Muntah darah segar atau gumpalan coklat yang berasal dari makanan yang telah
dicerna, yang menyerupai endapan kopi
d. Penyumbatan
11
2.7 Penatalaksanaan
a. Identifikasi dan anjurkan pasien dengan makanan yang menyebabkan
peningkatan HCL (Berlebihan)
b. Pendidikan kesehatan meredakan gejala dan meningkatkan proses ulkus
yang suda ada. Menghentikan atau mengurangi penggunaaan obat NSAD,
dapat meringankan gejala pada kasus ringan
c. Beri motivasi kepada individu untuk berhenti merokok. Rokok dapat
mengiritasi usus dan buang alkohol dengan cepat dan dapat diandalkan
d. Peresaepan anthistamin atau penghambat pompa proton untu menetralisir
asam lambung dan untuk meredakan gejala usus
e. Individu yang berhubungan dengan ulkus akiba adalah satu pasien dengan
satu atau dua antbiotik, ditambah antijamur, atau antibiotik dan
penghambat pompa proton. Penambahan lain dari strategi pengurangan
kadar asam yang digunakan pada banyak pasien benar-benar dapat
menyembuhkan ulkus bukan sekadar perbaikan gejala sementara
f. Penatalaksanaan stres, teknik relaksasi atau sedatif dapat digrunakan untuk
mengatasi psikologis.
12
BAB 3
Kasus :
Seorang pasien bernama Ny.A usia 25 tahun datang ke UGD dengan keluhan sakit
pada ulu hati sejak 2 hari yang lalu, sakit tersebut muncul pada saat klien terambat
makan dan sakit nyeri bertambah hebat 2 jam setelah Ny.A makan siang yang
disertai dengan mual dan muntah lebih dari 3x sehari biasanya sebelum makan
dan sesudah makan, pasien mengeluh sering merasa lelah dan lemas saat
melakuka aktivitas, nafsu makan menurun. Dari hasil anamnesa pasien
mengatakan sering terlambat makan, sering mengkonsumsi makanan yang pedas
dan mempunyai kebiasaan minum kopi. Hasil pemeriksaan fisik pasien tampak
meringis, pasien tampak memegangi perut bagian atas, pasien tampak lemah dan
gelisan, bibir tampak pucat, mukosa bibir kering. TTV, TD: 120/80 mmHg, N:
80x/menit, S: 36,5ºC, RR:24x/menit.
Hasil pemeriksaan penunjang :
- Penonjolan besar berbentuk nodular pada kurvatura minor lambung melalui
pemeriksaan radiogram dengan barium.
- Terdapat Bakteri H.Pylori pada lambung melalui pemeriksaan darah.
- Pada pemeriksaan endoskopi terlihat lesi di lambung
- Albumin : 3,4 mg/dl
- Hb : 10 gr/dl
I. Identitas Klien
Nama : Ny. “A”
Umur : 25 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Pasar Lama, Sentani
Suku/bangsa : Manado
Status perkawinan : Belum menikah
13
Ruang rawat : Melati
Tanggal MRS : 25-04-2018
Tanggal pengkajia : 25-04-2018
Diagnosa medis : Tukak Lambung (ulkus peptikum)
14
Tanda-tanda vital :
Kesadaran : Compos mentis
KU : Lemah
GCS : E:4, M:6, V:5 = 15
Suhu badan : 36,5°C
Denyut nadi : 80 x/menit
TD : 120/80 mmHg
Pernafasan : 24 x/menit
Berat badan : 47 kg
Tinggi badan : 160 cm
15
e. Mulut
Inspeksi : Bibir tampak pucat, mukosa bibir kering, keadaan mulut
tampak bersih, jumlah gigi lengkap, tidak terdapat karies gigi, tidak ada
kesulitan menelan dan tidak ada kelainan pada saraf cranial VII Nervus
Facialis (Pengecapan)
f. Thoraks
Inspeksi : Tidak ada kelainan bentuk dada, dada simetris saat
inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : Tidak adanya kelainan atau nyeri tekan
Perkusi : Bunyi thoraks sonor
Auskultasi : bunyi napas vesikuler
g. Jantung
Auskultasi : Bunyi jantung 1(lup) bunyi jantung 2 (dup), tidak ada
kelainan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan atau pembesaran jantung.
h. Abdomen
Inspeksi : Pasien tampak memegangi perut bagian atas, kulit tampak
kering, tidak ada lesi dan massa
Auskultasi : Bising usus terdengar 10x/menit
Perkusi : Bunyi kuadran 1(redup), kuadran 2, 3 dan 4 bunyi
abdomen (timpani)
Palpasi : Ada nyeri tekan pada bagian epigastrium
i. Genitalia dan rektal
Genitalia : Tidak di lakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada
genetalia. Tetapi data di peroleh langsung dari pasien.
Pasien mengatakan tidak ada kelianan di genetalianya.
Tidak terpasang kateter dan tidak memakai pempers.
Rektal : Tidak di lakukan pemeriksaan fisik pada rectal, tetapi data
di peroleh langsung dari pasien, pasien mengatakan tidak
terdapat benjolan atau kelainan pada rectal/anus.
16
j. Integumen
Inspeksi : Keadaan kulit tampak bersih, warna kulit sawo matang
Palpasi : Kulit teraba hangat, turgor kulit elastis
17
d. Kebutuhan personal hygiene
SMRS : Pasien mampu membersihkan diri sendiri secara
mandiri, mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, cuci
rambut 2 hari sekali.
MRS : Pasien belum pernah mandi, gosok gigi dan
keramas.
IV. Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21 Januari 2018
Pada tanggal 25 Juni 2017 dilakukan tes laboratorium dengan hasil sbb:
- Penonjolan besar berbentuk nodular pada kurvatura minor lambung
melalui pemeriksaan radiogram dengan barium.
- Terdapat Bakteri H.Pylori pada lambung melalui pemeriksaan darah.
- Pada pemeriksaan endoskopi terlihat lesi di lambung
18
- Albumin : 3,4 mg/dl
- Hb : 10 gr/dl
KLASIFIKASI DATA
yang bersifat pedas dan kadang S : Skala nyeri 9 (berat) dari 1-10
19
dan masih merasa lelah dan lemas
jika melakukan aktivitas.
- Penonjolan besar berbentuk
nodular pada kurvatura minor
lambung melalui pemeriksaan
radiogram dengan barium.
Terdapat Bakteri H.Pylori pada
lambung melalui pemeriksaan darah.
ANALISA DATA
Ds/Do Etiologi Problem
DS : Iritasi mukosa dan Nyeri akut
Pasien mengatakan spasme otot lambung
- Sakit pada bagian ulu
hati sejak 2 hari yang
lalu
- Nyeri bertambah hebat
2 jam setelah Ny.A
makan siang yang
disertai dengan mual
dan muntah
- Sebelumnya memang
mempunyai penyakit
maag atau gastritis.
DO :
- KU : Lemah
- Pengkajian PQRST
P : Nyeri pada saat
terlambat makan
Q : Nyeri seperti
ditusuk – tusuk dan
seperti terbakar
R : Nyeri di rasakan
pada bagian ulu hati
S : Skala nyeri 9
(berat) dari 1-10
T : Nyeri
berlangsung ±10-15
menit, lalu kemudian
berhenti sekitar 5
menit, lalu muncul
kembali, nyeri
bertambah hebat
20
apabila klien terlambat
makan dan sesudah
makan.
- Wajah tampak
meringis dan gelisah
- Ada nyeri tekan pada
bagian epigastrium
Pasien tampak
memegangi perut bagian
atas.
DS: Intake nutrisi tidak Ketidakseimbangan
- Sering mengkonsumsi adekuat nutrsi: kurang dari
kebutuhan tubuh
makanan yang bersifat
pedas dan kadang
sering terlambat
makan.
- Sejak 2 hari yang lalu
nafsu makan klien
menurun dan disertai
mual dan muntah lebih
dari 3x sehari biasanya
sebelum makan dan
sesudah makan.
- Sering mengkonsumsi
kopi.
- Pasien mengatakan BB
sebelum sakit 50 kg
- Sebelumnya memang
mempunyai penyakit
maag atau gastritis
DO :
- Bibir tampak pucat,
mukosa bibir kering
- Pasien tampak lemah
BB setelah masuk RS
47kg
21
DS : Kelemahan umum Intoleransi Aktivitas
- Sejak 2 hari yang lalu
pasien sering merasa
lelah dan lemas saat
melakukan aktivitas.
DO :
- Pasien tampak lemah
- Pasien terbaring di
tempat tidur dan masih
merasa lelah dan
lemas jika melakukan
aktivitas.
DS : Perforasi lambung Risiko Infeksi
-
DO :
- Penonjolan besar
berbentuk nodular
pada kurvatura minor
lambung melalui
pemeriksaan
radiogram dengan
barium.
- Terdapat Bakteri
H.Pylori pada
lambung melalui
pemeriksaan darah.
V. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa dan spasme otot lambung
b. Ketidakseimbangan nutrsi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
d. Risiko infeksi berhubungan dengan perforasi lambung
22
relaksasi seperti nafas dalam, mengalihkan perhatian klien
mendengarkan music, nonton tv, dan sehingga dapat menurunkan
membaca. nyeri
4. Jelaskan agar klien menghindari makanan 4. Makanan yang merangsang
yang merangsang lambung, seperti makan lambung dapat mengiritasi
pedas, asam dan mengandung gas. mukosa lambung.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam 5. Untuk menghilangkan nyeri
pemberian terapi analgetik lambung.
23
Dx 4: Risiko infeksi berhubungan dengan perforasi lambung
Intervensi Rasional
1. Anjurkan pasien untuk tidak makan 1. Makan makanan yang dapat
makanan yang dapat mengiritasi mengiritasi lambung bisa
lapisan lambung menambah keparahan infeksi.
2. Berikan jadwal makan dan minum 2. Mengurangi dorongan yang berat
sedikit tapi sering. yang dapat memperberat ulkus.
3. Ajarkan klien tentang manfaat makan 3. Meningkatkan pengetahuan dan
dan minum kesadaran pasien.
24
BAB 4
ENDOSCOPY
3.1 Definisi
Tindakan endoskopi adalah untuk mengamati struktur anatomi dan
fisiologi saluran pencernaaan (traktus digestivus) secara langsung dengan bantuan
alat endoskopi beserta asesorisnya. Pengamatan endoskopi pada saluran cerna
bagian atas dikenal dengan istilah esofago-gastro-duodenoskopi (EGD),
sedangkan endoskopi pada saluran cerna bagian bawah dikenal dengan nama
kolonoskopi.
25
3.2 Jenis Endoskopi
26
b. Pasien dengan gejala menetap (disfagia, nyeri epigastrium, muntah-
muntah) yang pada pemeriksaan radiologis tidak didapatkan kelainan
c. Bila pemeriksaan radiologis menunjukkan atau dicurigai suatu kelainan,
misalnya tukak, keganasan atau obstruksi pada esophagus, indikasi
endoskopi yaitu memastikan lebih lanjut lesi tersebut dan untuk membuat
pemeriksaan fotografi, biopsy, atau sitologi
d. Perdarahan akut saluran cerna bagian atas memerlukan pemeriksaan
endoskopi secepatnya dalam waktu 24 jam untuk mendapatkan diagnosis
sumber perdarahan yang paling tepat
e. Pemeriksaan endoskopi yang berulang-ulang diperlukan untuk memantau
penyembuhan tukak yang jinak pada pasien-pasien dengan tukak yang
dicurgai kemungkinan adanya keganasan (deteksi dini karsinoma lambung)
f. Pada pasien –pasien pasca gastrektomi dengan gejala atau keluhan-keluhan
saluran cerna bagian atas diperlukan pemeriksaan endoskopi karena
intepretasi radiologis biasanya sulit. Iregularitas dari lambung dapat
dievaluasi langsung melalui endoskopi
g. Kasus sindrom dyspepsia dengan usia lebih dari 45 tahun atau di bawah 45
tahun dengan tanda bahaya (muntah-muntah hebat, denanm hematemesis,
anemia, ikterus, dan penurunan berat badan), pemakaian obat anti inflamasi
non-steroid (OAINS) dan riwayat kanker pada keluarga
h. Prosedur terapeutik seperti polipektomi, pemasangan selang makanan,
dilatasi pada stenosis esophagus atau akalasia, dll.
Kontraindikasi
a. Kontraindikasi Absolut
1) Pasien tidak kooperatif atau menolak prosedur pemeriksaan tersebut
setelah indikasinya dijelaskan secara penuh
2) Renjatan berat karena perdarahan, dll
3) Oklusi koroner akut
4) Gagal jantung berat
5) Koma
6) Emfisema dan penyakit paru obstruktif berat
27
7) Pada keadaan-keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi harus ditunda
dulu hingga keadaan penyakitnya membaik.
b. Kontraindikasi Relatif
1) Luka korodif akut pada esophagus, aneurisma aorta, aritmia jantung
berat
2) Kifoskoliosis berat, divertikulum Zenker, osteofit bear pada tulang
servikal, struma besar. Pada keadaan tersebut pemeriksaan endoskopi
harus dilakukan dengan hati-hati
3) Pasien gagal jantung
4) Penyakit infeksi akut (misal pneumonia, peritonitis, kolesistitis)
5) Pasien anemia berat misalnya karena perdarahan, harus diberi transfuse
darah terlebih dahulu hingga Hb minimal 10g/dl
6) Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai infeksi berat atau
kejang-kejang
7) Pasien pasca bedah abdomen yang baru
8) Gangguan kesadaran
9) Tumor mediastinum
c. Pemeriksaan Endoskopi Kapsul
Indikasi
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas dan bawah yang disebabkan
kelainan usus halus
2) Diare kronik yang disebabkan kelainan usus halus
Kontraindikasi
1) Obstruksi saluran cerna
2) Stenosis atau striktur saluran cerna
28
b. Bila direncanakan tindakan seperti skleroterapi (STE), ligase atau
polipektomi, pasien harus dirawat untuk observasi setelah tindakan
c. Menandatangani informed consent
d. Gigi palsu atau kaca mata harus dilepas
e. Tanda-tanda vital diperiksa (harus dalam batas normal)
f. Beritahu pasien cara menelan dan menarik nafas panjang (diperagakan)
agar memudahkan masuknya ujung skop ke dalam esophagus
g. Pasien berbaring dengan posisi miring ke kiri. Tangan kiri di bawah
bantal dan tangan kanan di atas paha kanan
h. Dipasang slang oksigen melalui hidung
i. Dipasang pulse oxymetri pada jari pasien untuk memonitor saturasi
oksigen dan nadi pasien
29
melalui saluran pencernaan. Selanjutnya kapsul akan keluar melalui gerakan usus.
Endoskopi biasanya digunakan bersama layar monitor sehingga gambaran organ
yang diperiksa tidak hanya dilihat sendiri oleh operator, tetapi juga oleh orang lain
di sekitarnya. Gambar yang diperoleh selama pemeriksaan biasanya direkam
untuk dokumentasi atau evaluasi lebih lanjut.
3.6 Komplikasi
Penyulit atau komplikasi yang dapat timbul jika dilakukan tindakan endoskopi
meliputi adanya :
a. reaksi terhadap obat-obatan (misalnya koma karena diazepam, gangguan
pernapasan)
b. pneumonia aspirasi
c. perforasi
d. perdarahan
e. gangguan kardiopulmoner
f. penularan infeksi
g. instrument impaction
a. Handling Alat
Alat harus diperlakukan dengan halus dan penuh kasih sayang. Tahapan
yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh untuk mencegah
kerusakan alat dimulai dari cara mengambil alat dari lemari
penyimpanannya, membawa alat ke tempat pemeriksaan, meletakkan alat
pada sandaran Endoscop atau meja pemeriksaan, memasang alat pada
sumber cahaya, saat memulai tindakan, waktu manuver, observasi dan
30
waktu menarik alat dari pasien, melepas alat dari sumber cahaya,
membersihkan alat, mengeringkan serta mengembalikannya lagi ke lemari
b. penyimpanan.
Tempat penyimpanan alat harus mempunyai suhu konstan di bawah 20ºC.
Kelembaban diusahakan stabil dengan memelihara silica gel yang harus
selalu diganti, bebas jamur dan bakteri. Lemari penyimpanan Endoscop
didesain sesuai kebutuhan, sandaran dibuat dengan kemiringan 60º dengan
dilapisi peredam untuk melindungi dari benturan sewaktu mengambil dan
meletakkan Endoscop.
c. Pembersihan
Pembersihan alat endoscop melalui 3 tahapan yaitu: pembersihan,
desinfektan dan steril. Hati-hati terjadi kontaminasi infeksi yang sering
terjadi pada paska skleroterapi. Oleh karena itu perlu tindakan
pembersihan yang baik. Kelalaian pada proses ini dapat mengakibatkan
terjadinya infeksi paska tindakan.
31
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ulkus peptikum dapat ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang
terkena getah asam lambung, yaitu esophagus, lambung, duodenum,
jejunum,dan setelah tindakan gastroenterostomi. Ulkus peptikum
diklasifikasikan atas ulkus akut dan ulkus kronik, hal tersebut
menggambarkan tingkat tingkat kerusakan pada lapisan mukosa yang terlibat.
Dalam hal ini, untuk pemeriksaan penunjang pada ulkus peptikum dapat
dengan alat endoskopi.
4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC
Sanusi, Iswan A., 2011. Tukak Lambung. Dalam: Rani, Aziz., Simadibrata, M.,
Syam, A.F., (eds). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam.
Nurul,peptini.2016.UlkusPeptikum.http://medicastore.com/penyakit/531/Ulkus_
Peptikum.html. Diakses pada tanggal 20 november 2018 pukul 13.00 wib
33