Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

OLEH

KELOMPOK IV

1. ALBINO DE ARAUJO
2. ANTONIETA DA COSTA BOAVIDA

EKONOMI

AKUNTANSI

VII/B

PEREKONOMIAN TIMOR LESTE

UNIVERSIDADE DA PAZ

(UNPAZ)

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul ’’ Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah ’’ ini dengan baik.

Makalah ini di susun dengan materi yang rinci dengan harapan dapat
menambah dan memperluas wawasan mahasiswa untuk mengetahui Sistem
Akuntansi Pemerintah Daerah. Alur pemaparannya dibuat sedemikian rupa dengan
bahasa yang sederhana agar para pembaca lebih mudah untuk memahaminya.

Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar dalam
membuat makalah selanjutnya penulis lebih teliti lagi.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada dosen selaku mata kuliah
Akuntansi Pemerintah 2 dan rekan-rekan yang turut berpartisipasi dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Dili, 04/02/2014

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii

BAB I PEDAHULUAN.................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1


1.2 Perumusan Masalah.........................................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................................................3
1.4 Manfaat................................................................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................................5

2.1 sistem akuntansi pemerintah.........................................................................................5

2.1.1 pengertian sistem akuntansi pemerintah daerah................................................5

2.1.2 tahap-tahap pengembangan sistem akuntansi....................................................6

2.1.3 kebijakan pengembangan sistem akuntansi pemerintah daerah ..................8

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................................10

3.1 sistem akuntansi pemerintah daerah.........................................................................10


3.2 Pembaharuan dalam sistem akuntansi pemerintah daerah ...............................12
3.3 Akuntansi pemerintah daerah......................................................................................14
3.4 Kebijakan umum akuntansi pemerintah daerah...................................................15
3.5 Asas akuntansi pemerintah daerah.............................................................................15

BAB IV PENUTUP........................................................................................................................17

4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................17
4.2 Saran.....................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bagian penting dari pengelolaan
keuangan daerah yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, Akuntansi, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan
daerah. Pengelolaan keuangan daerah khususnya yang berkenaan dengan akuntansi,
pelaporan dan pertanggungjawaban mengacu pada peraturan perundang-undangan yaitu
antara lain UU Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara, UU Nomor 15 tahun 2004
tentang Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara, UU Nomor 32
tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, peraturan pemerintan Nomor 24 tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, peraturan pemerintah Nomor 58 tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintan Nomor 8 tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Mentri Dalam Negeri
Nomor 13 tahun 2006 tentan Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah, kepala daerah menetapkan
sistem akuntansi pemerintahan daerh dengan mengacu pada peraturan daerah tentang
pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintahan daerah
disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian internentitas pelaporan dan
entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah.
Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
pemerintah daerah (pemda), salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan melalui
penyampaian laporan pertanggungjawaban APBD berupa laporan keuangan yang
memenuhi prinsip tepat waktu dan tepat saji serta disusun sesuai standar akuntansi
pemerintahan yangberterima secara umum.Terdapat beberapa peraturan perundang-
undangan yang menjadi acuan pengelolaan dan laporan pertanggungjawan keuangan
daerah.Undang-undang dimaksud adalah Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Untuk memudahkan pelaksanaan berbagai peraturan perundangan di atas dan
mencegah timbulnya multitafsir dalam penerapannya, pemerintah telah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
1
Keuangan Daerah yang merupakan penjabaran dari berbagai perundang-undangan di
atas.Memenuhi amanat peraturan perundangan yaitu pasal 150 Peraturan Pemerintah
No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan pasal 330 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah yang menyatakan bahwa ketentuan tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan
daerah diatur dengan peraturan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan maka disusunlah Peraturan Bupati Bandung No. 9 Tahun 2008 tentang Sistem
dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah.Dalam rangka memenuhi kebutuhan
Kabupaten Bandung untuk memiliki pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan
keuangan yang lebih rinci dan implementatif, maka perlu disusun Manual Sistem dan
Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah.Pemerintah Kabupaten Bandung
Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah.
Maksud disusun dan diterbitkannya Manual sistem dan prosedur Akuntansi
pengelolaan keuangan daerah adalah untuk mewujudkan pengelolaan dan pelaporan
keuangan di lingkungan pemerintah Kabupaten transparan, dan tepat waktu. Sistem
akuntansi pada dasarnya merupakan serangkaian prosedur (mekanisme) yang
digunakan dalam rangka penyusunan laporan keuangan.
Penyusunan Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pengelolaan Keuangan
Daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban keuangan. Laporan keuangan
yang dimaksud harus disajikan sesuai Keuangan Daerah atau prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima umum, termasuk ketentuan yang berlaku. Penyusunan sistem akuntansi
pemerintah daerah untuk memberikan pedoman penyusunan dengan salah satu tujuan
dari akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang lengkap,
cermat, dan akurat sehingga dapat menyajikan laporan keuangan yang handal, dapat
dipertanggungjawabkan, dan digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan
keuangan masa lalu dalam rangka mengambil keputusan ekonomi yang diperlukan oleh
pihak eksternal pemda untuk masa yang akan datang.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah akan
digunakan oleh berbagai pihak eksternal tersebut. Pihak-pihak eksternal yang
berkepentingan terhadap pemda (disebut sebagai stakeholders), baik secara langsung
maupun tidak langsung, meliputi:
1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
DPRD adalah badan yang memberikan otorisasi kepada pemda untuk mengelola
keuangan daerah.
2
2. Badan pengawas keuangan
Badan pengawas keuangan adalah badan yang inelakukan pengawasan atas
pengelolaan keuangan daerah yang clilakukao oleh pemda. Yang termasuk dalam
badan ini adalah inspektorat jenderal dan Badan Pemeriksa Keuangan.
3. Investor, kreditur, dan donatur
Pihak eksternal yang termasuk dalam kategori investor, kreditur, dan donatur
meliputi badan atau organ isasis seperti peinerintab, lembaga keuangan, maupun
lainnya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang menyediakan sumber
keuangan bagi pemda.
4. Analis ekonomi dan pemerhati pemda
Pihak eksetrnal yang termasuk dalam kategori analis ekonomi dan pemerhati pemda
merupakan pihak-pihak, seperti lembaga pendidikan (termasuk perguruan tinggi
beserta akademisinya), ilmuwan, peneliti, konsultan, dan lain-lain, yang menaruh
perhatian atas aktivitas yang dilakukan pemda.
5. Rakyat
Rakyat di sini adalah kelompok masyarakat yang menaruh perhatian kepada
aktivitas pemerintah, khususnya yang menerima pelayanan pemda atau yang
menerima produk dan jasa dari pemda.
6. Pemerintah pusat
Pemerintah pusat memiliki kepentingan yang sangat kuat dengan pemda karena
tentunya memerlukan laporan keuangan pemda untuk menilai pertanggungjawaban
gubernur sebagai wakil pernerintah.
7. Pemda (provinsi, kabupaten, atau kota) lain
Pemda suatu daerah dengan daerah lain saling berhubungan dan memiliki
kepentingan dalam hal ekonomi, misalnya dalam hal melakukan pinjaman.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana sistem akuntansi pemerintah daerah?
2. Bagaimana pembaharuan dalam sistem akuntansi pemerintah daerah?
3. Apa kebijakan umum dan asas sistem akuntansi pemerintah daerah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem akuntansi pemerintah daerah?
2. Untuk mengentahui pembaharuan dalam sistem akuntansi pemerintah daerah.
3
3. Untuk mengetahui kebijakan dan asas sistem akuntansi pemerintah daerah.

1.4 Manfaat
1. Wawasan mahasiswa bertambah luas.
2. Sebagai refrensi bagi generasi yang akan datang.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah


2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Pengertian akuntansi sebagaimana dikemukakan oleh Accounting Principle
Board (APB) yang memandang akuntansi dari sudut fungsinya sebagai berikut :
Menurut Halim (2002:138) “Akuntansi adalah sebuah k egiatan jasa. Fungsinya
adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan,
tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi dalam membuat pilihan-pilihan yang nalar di antara berbagai
alternatif tindakan. Akuntansi meliputi beberapa cabang, antara lain akuntansi
keuangan, akuntansi manajemen dan akuntansi pemerintahan”.
Akuntansi menyediakan informasi yang kuantitatif yang bersifat keuangan,
dengan demikian output akuntansi adalah informasi keuangan. Informasi keuangan
tersebut lebih dikenal dalam bentuk laporan keuangan. Informasi dari akuntansi
keuangan daerah tentu saja digunakan oleh Pemerintah Daerah sendiri (internal),
juga oleh pihak di luar Pemda (eksternal), seperti DPRD, PemerintahPropinsi,
Pemerintah Pusat dan masyarakat dalam rangka pengambilan keputusan.
Dalam depkeu (2002:13) akuntansi keuangan pemerintah daerah meliputi
semua kegiatan yang mencakup pengumpulan data, pengklasifikasian, pembukuan
dan pelaporan atas transaksi keuangan pemerintah daerah. Akuntansi keuangan
pemerintah daerah merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang
mempunyai ciri-ciri tersendiri berbeda dengan akuntansi komersial:
a. Tidak bertujuan untuk mengukur laba
Tujuan pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat,sehingga
harus memberikan informasi keuangan mengenai sumber-sumber yang digunakan
untuk pelayanan dan darimana sumber-sumber tersebut diperoleh.
b. Tidak adanya kepentingan pemilik
Pemerintah tidak memiliki kekayaan sendiri sebagaimana perusahaan. Bila
asset melebihi hutang, maka kelebihan tersebut tidak dapat dibagikan kepada
rakyat sebagaimana layaknya badan usaha komesial yng membagikan deviden
pada akhir tahun buku.
5
c. Adanya akuntansi anggaran
Akuntansi anggaran mencakup akuntansi atas estimasi pendapatan,
appropriasi, estimasi pendapatan yang dialokasikan, otorisasi kredit anggaran
(allotment) serta realisasi pendapatan dan belanja untuk pembuatan laporan
yang menunjukkan atau membuktikan ketaatan dengan syarat-syarat yang
ditetapkan dalam dokumen otorisasi kredit.
Anggaran dan peraturan-peraturan pelaksanaan anggaran yang berlaku.
Kerangka umum sistem akuntansi pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
a. Satuan kerja memberikan dokumen-dokumen sumber (ds) seperti surat
perintah membayar uang (spmu) dan surat tanda setoran (sts) dari transaksi
keuangannya kepada unit keuangan pemerintah daerah.
b. Unit pembukuan dan unit perhitungan melakuan pembukuan bulanan (ds)
tersebut dengan menggunakan komputer akuntansi (komputer yang telah
disiapkan untuk keperluan akuntansi) termasuk perangkat lunak (software)
akuntansi.
c. Dari proses akuntansi tersebut dihasilkan jurnal yang sekaligus diposting ke
dalam buku besar dan buku pembantu secara otomatis untuk setiap satuan
kerja.
d. Bila dokumen di atas telah di verifikasi dan benar maka dilanjutkan dengan
proses komputer untuk pembuatan laporan pertanggungjawaban (lpj).
e. Lpj dikirimkan kepada kepala daerah sebagai pertanggungjawaban satuan
kerja atas pelaksanaan anggaran, satu copy dikirim kepada satuan kerja yang
bersangkutan untuk kebutuhan pertanggungjawaban dan manajemen. Satu
copy untuk arsip unit perhitungan.
f. Lpj konsolidasi juga harus diberikan kepada kepala daerah agar dapat
mengetahui keseluruhan realisasi apbd pada suatu periode.

2.1.2 Tahap-tahap pengembangan sistem akuntansi


Pengembangan sistem akuntansi pemerintah daerah membutuhkan waktu yang
relatif lama. Terlebih lagi pengembangan sistem ini dimulai bersamaan dengan
reformasi dalam pengelolaan keuangan daerah, baik dari sisi perencanaan dan
penganggaran, perbendaharaan dan akuntansi, termasuk manajemen kas daerah. Oleh
karena itu pengembangan sistem ini sangat erat kaitannya dengan perubahan faktor-
faktor tersebut. Semua hal tersebut dapat dijalankan secara simultan. Dalam
6
bakun departemen keuangan (2002:15), tahapan- tahapan dalam sistem akuntansi
pemerintah meliputi:
a. Perencanaan meliputi berbagai kegiatan untuk mengidentifikasi permasalahan
serta tujuan pengembangan akuntansi.
b. Pemilihan sistem, meliputi kegiatan studi kelayakan dari berbagai aspek atas
berbagai sistem yang dapat digunakan untuk dipilih sistem yang tepat bagi
pemerintah daerah yang bersangkutan.
c. Pengembangan sistem, meliputi kegiatan pengembangan sistem dan prosedur
akuntansi (berikut software), pengadaan hardware dan prasarana penunjang
lainnya, penyiapan kelembagaan yang bertanggungjawab atas sistem
akuntansi,penyiapan modul pelatihan, dan penyiapan sdm yang kompeten di
bidang akuntansi.
d. Implementasi sistem, yaitu mengimplementasikan sistem yang telah
dikembangkan. Dalam tahap implementasi ini hendaknya digunakan sistem
paralel. Sistem keuangan daerah yang sekarang tetap berjalan sementara
sistem akuntansi keuangan yang baru mulai dijalankan. Bila sistem yang baru
berjalan lancar, maka sistem yang lama ditinggalkan.
e. Pemeliharaan sistem, dimaksudkan untuk memperbaiki kesalahan atau
kelemahan yang ada serta untuk memutakhirkan agar sistem dapat selalu
memenuhi kebutuhan. Pemeliharaan sistem ini harus dilaksanakan secara
terus-menerus mengingat perubahan peraturan perundang-undangan, operasi
dan transaksi keuangan pemerintah sedemikian sering terjadi.
Informasi yang dihasilkan oleh proses akuntansi dituangakan dalam laporan
keuangan terdiri dari:
a. laporan realisasi anggaran
b. neraca
c. laporan arus kas
d. catatan atas laporan keuangan (komite standar akuntasi pemerintah pusat dan
daerah).
Selain empat bentuk unsur laporan keuangan yang dikemukakan di atas, masing-
masing daerah diharuskan menyampaikan informasi yang berkaitan dengan keuangan
daerah, yaitu laporan keuangan badan usaha milik daerah dan data yang berkaitan
dengan kebutuhan dan potensi ekonomi daerah. Data akuntansi yang dilaporkan,
dikaitkan dengan data nonfinansial seperti data statistik memungkan
7
instansi pemerintah untuk menilai efisiensi, sejauh mana sumber daya yang telah
dimanfaatkan secara ekonomis dan penilaian efektivitas suatu instansi tersebut mampu
memberikan pelayanan maksimum dengan sumber yang tersedia, termasuk menilai
apakah hasil suatu program dapat mencapai konsekuensi-konsekuensi yang dituju.
Sebagai contoh, program yang diluncurkan untuk menanggulangi kemiskinan,
pemberantasan penyakit menular, pemberantasan kejahatan atau program
penanggulangan putus sekolah apakah sudah berhasil sesuai dengan tujuannya.
Berdasarkan uraian di atas, secara eksplisit menjelaskan konteks penggunaan
informasi akuntansi untuk mengevaluasi sejauh mana kebijakan publik dilaksanakan
para manajer program dan mentaati pencapaian tujuan dengan batasan tingkat
pendanaan yang ditetapkan. Dengan membandingkan angka-angka anggaran dengan
realisasi, dapat ditetapkan berapa jumlah yang dibelanjakan dan pada area pola belanja
dimana terjadi perbedaan yang telah diantisipasi sebelumnya.

2.1.3 Kebijakan Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah


Sistem akuntansi adalah serangkaian prosedur yang digunakan untuk
memproses transaksi keuangan pemerintah sampai dilaksanakannya laporan
pertanggungjawaban keuangan daerah. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa
sistem akuntansi meliputi berbagai elemen yang diperlukan dalam proses
akuntansi. Elemen-elemen tersebut antara lain : formulir, catatan, buku-buku,
laporan, sumber daya manusia, kebijakan, prosedur dan prasarana lain yang
diperlukan. Seluruh elemen ini saling berinteraksi dalam menghasilkan laporan
pertanggungjawaban. Berhubung sistem akuntansi mencakup berbagai elemen
sebagaimana disebutkan di atas, maka pengembangan sistem harus dilakukan
secara hati-hati dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kesiapan berbagai
elemen tersebut. Tanggungjawab atas pemilihan dan pengembangan sistem
akuntansi berada pada kepala daerah. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor
105 tahun 2000, pemerintah daerah wajib menetapkan sistem akuntansi yang
digunakan dalam bentuk peraturan daerah.
Pengembangan sistem akuntansi ini harus berpedoman pada pokok-pokok
pengembangan sistem akuntansi yang diteapkan oleh menteri dalam negeri. Untuk
keperluan dimaksud, menteri dalam negeri telah mengeluarkan kepmendagri no.
29 tahun 2002. Kepmendagri tersebut hanya mengatur hal-hal pokok saja. Dengan
demikian pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan yang diperoleh pp no. 105
8
tahun 2000 wajib mengembangkan sistem akuntansi yang mampu menghasilkan
laporan sesuai dengan mengajukan pada pedoman tersebut akan
mempertimbangkan situasi dan kondisi daerah masing-masing. Di dalam
kepmendagri no. 29 tahun 2002 tersebut juga dinyatakan bahwa sistem akuntansi
disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintah. Oleh karena itu
apabila terdapat ketidaksesuaian antara lain butir-butir yang diatur dalam
kepmendagri dan standar akuntansi, pemerintah daerah seharusnya mengacu
kepada standar akuntansi keuangan pemerintah.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah


,
Dengan bergulirnya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah, dan aturan pelaksanaannya khususnya PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah maka terhitung tahun
anggaran 2001, telah terjadi pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah.
Dengan adanya otonomi ini, daerah diberikan kewenangan yang luas untuk mengurus
rumah tangganya sendiri dengan sesedikit mungkin campur tangan pemerintah pusat.
Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan
sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat yang berkembang di daerah.
Namun demikian, dengan kewenangan yang luas tersebut, tidaklah berarti
bahwa pemerintah daerah dapat menggunakan sumber-sumber keuangan yang
dimilikinya sekehendaknya, tanpa arah dan tujuan yang jelas. Hak dan kewenangan
yang luas yang diberikan kepada daerah, pada hakikatnya merupakan amanah yang
harus dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan transparan, baik kepada
masyarakat di daerah maupun kepada Pemerintah pusat yang telah membagikan dana
perimbangan kepada seluruh daerah di Indonesia.
Pembaharuan manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini, ditandai
dengan pcrubahan yang sangat mendasar, mulai dari sistem penganggarannya,
perbendaharaan sampai kepada pertanggungjawaban laporan keuangannya. Sehelum
bergulirnya otonomi daerah, pertanggungjawaban laporan keuangan daerah yang
harus disiapkan oleh Pemerintah Daerah hanya herupa Laporan Perhitungan Anggaran
dan Nota Perhitungan dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan laporan
tersebut adalah MAKUDA (Manual Administrasi Keuangan Daerah) yang
diberlakukan sejak tahun 1981.
Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen
keuangan yang sehat. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2001,
pernerintah daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan sistem dan prosedur
pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk Peraturan Daerah. Sistem tersebut sangat
10
diperlukan dalam memenuhi kewajiban pemerintah daerah dalarn membuat laporan
pertanggungjawaban kuangan daerah yang bersangkutan.
Dengan bergulirnya otonomi daerah, laporan pertanggungjawaban keuangan
yang harus dibuat oleh Kepala Daerah adalah berupa Laporan Perhitungan Anggaran,
Nota Perhitungan, Laporan Arus Kas dan Neraca Daerah. Kewajiban untuk
menyampaikan laporan keuangan daerah ini diberlakukan sejak 1 Januari 2001,
sampai pada akhirnya saat ini pemerintah sudah mempunyai standar akuntansi
pemerintahan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pernerintah daerah di dalam
membangun sistem akuntansi keuangan daerahnya, yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintahan Nomor 24 Tahun 2005.
1. Pengertian Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah perlu menjalankan sistem akuntansi yang baik untuk
mendukung pelaksanaan pemerintahannya. Pengertian Sistem akuntansi
pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi
mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, hingga pelaporan posisi
keuangan (neraca) dan operasi keuangan pemerintah (LRA).
2. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) dapat dikelompokkan ke dalam dua
sub sistem pokok berikut :
a. Sistem Akuntansi SKPD (SA-SKPD)
SKPD merupakan entitas akuntansi yang berkewajiban menyusun laporan
keuangan dan menyampaikannya kepada kepala daerah melalui PPKD.
b. Sistem Akuntansi PPKD (SA-PPKD)
SA-PPKD terbagi kedalam dua subsistem yang terintegrasi, yaitu:
· SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang akan
menghasilkan laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA PPKD,
Neraca PPKD, dan CaLK PPKD.
· SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan
mencatat transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD) dan
melakukan proses konsolidasi lapkeu (lapkeu dari seluruh SKPD dan
PPKD menjadi lapkeu pemda yang terdiri dari Laporan Realisai APBD
(LRA), Neraca Pemda, LAK, dan CaLK Pemda).

11
3. Proses Akuntansi
Proses akuntansi adalah serangkaian kegiatan akuntansi mulai dari penjurnalan
transaksi (berdasarkan bukti transaksi), posting ke buku besar, penyusunan neraca
saldo, jurnal penyesuaian, hingga penyusunan laporan keuangan, dilanjutkan dengan
jurnal penutup dan akhirnya penyusunan neraca saldo setelah tutup buku. Proses
akuntansi pemerintahan diselenggarakan seiring dengan pelaksanaan anggaran.
4. Sistem Pembukuan Berpasangan
Persamaan akuntansi pemerintahan: Asset = kewajiban + ekuitas dana Asset = hak
kreditor + hak residual pemerintah
5. Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi,
aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas
pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kebiajakan akuntansi pemda dimaksudkan sebagai pedoman teknis akuntansi
tambahan yang bersifat yang mengacu kepada SAP dan ketentuan perundang-
undangan mengenai keuangan daerah. Kebiajakan akuntansi tersebut ditetapkan
dengan peraturan kepala daerah dengan berpedoman kepada SAP dan peraturan
daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah.
6. Bagan Akun
Bagan akun berisi nama dan kode akun yang akan digunakan untuk mencatat dan
mengklasifikasikan setiap jenis transaksi yang serupa secara detil. Nama dan kode
akun dapat dikembangkan dari struktur/format laporan keuangan yang ingin
dihasilkan oleh pemda sesuai dengan SAP.

3.2 Pembaharuan Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah


Neraca dan laporan arus kas merupakan bentuk laporan yang baru pemerintah
daerah dan untuk dapat menyusunnya diperlukan adanya standar akuntansi. Sistem
akuntansi keuangan pemerintahan yang diterapkan sejak bangsa ini merdeka 59 tahun
yang lalu didasarkan Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia (ICW) Staatblads
1928, yang memang tidak diarahkan atau ditujukan untuk menghasilkan laporan
neraca dan laporan arus kas.
Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertangungjawaban
keuangan daerah, sistem lama yang digunakan oleh Pemda baik pernerintah provinsi
maupun pemerintah kabupaten/kota yaitu Manual Administrasi Keuangan Daerah
12
(MAKUDA) yang diterapkan sejak 1981 tidak dapat lagi mendukung kebutuhan
Pemda untuk menghasilkan laporan keuangan dalam bentuk neraca dan laporan arus
kas. Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan tersebut diperlukan suatu sistem
akuntansi keuangan daerah yang didasarkan atas standar akuntansi pemerintahan.
Sistem yang lama (MAKUDA) dertgan ciri-ciri antara lain Single Entry(pembukuan
tunggal),Incremental Budgeting (penganggaran secara tradisional) yang:
1. Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh
daerah atau dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.
2. Tidak mampu memberikan informasi mengenai laporan aliran kas sehingga
manajemen atau publik tidak dapat mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan
adanya kenaikan atau penurunan kas daerah.
3. Sistem yang lama (MAKUDA) ini juga tidak dapat membantu daerah untuk
menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berbasis kiner ‘ja
sesuai tuntutan masyarakatd. Tidak mampu memherikan informasi mengenai
kekayaan yang dimiliki oleh daerah, atau dengan kata lain tidak dapat memberikan
laporan neraca.
Pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah sebagaimana yang
dikehendaki ketentuan perundang-undangan yang ada telah direspons oleh pemerintah
pusat dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai asosiasi profesi yaitu dengan
dihentuknya “Kornite Standar Akuntansi Pemerintah P usat dan Daerah”. Komite ini
bertugas untuk merumuskan dan mengembangkan konsep Standar Akuntansi
Pemerintah Pusat dan Daerah, yang keanggotaannya terdiri dari kalangan birokrasi
(Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri dan BPKP), IAI dan kalangan
akademisi.
Dengan adanya Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat clan Daerah, isu
mcngenai siapa yang berkewenangan untuk menetapkan standar akuntansi pernerintah
pusat dan pemerintah daerah sudah dapat terpecahkan. Berdasarkan UU Nomor 1
tahun 2004, pemberlakuan Standar Akuntansi Pemerintahan yang dihasilkan oleh
Komite Standar setelah meminta pertimbangan BPK ditetapkan dengan Peraturan
Petnerintah. Standar akuntansi pemerintahan yang dihasilkan oleh Komite ini
diharapkan dapat memayungi praktek-praktek akuntansi yang telah diterapkan oleh
Pemerintah Daerah saat ini dan untuk masa yang akan datang.

13
3.3 Akuntansi Pemerintah Daerah
Pengembangan akuntansi di tingkat pemerintah daeral telah dilakukan melalui
Sistem Akuntansi dan Pengendalian Anggaran (SAPA) sejak tahun 1986. Perubahan
penting yang secara koinsidental terjadi adalah reformasi di bidang keuangan negara.
Setelah selama bertahun-tahun Indonesia menggunakan UU di bidang perbendaharaan
negara yang terbentuk semenjak zaman kolonial maka pada abad 21 ini telah
ditetapkan tiga paket perundang-undangan di bidang keuangan negara yang menjadi
landasan hukum reformasi di bidang keuangan negara, yaitu Undang-Undang No. 17
Tahun 2004 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara.
Arti penting akuntabilitas dalam good governance ini tampaknya sangat
disadari sebagaimana terlihat dari aturan vang dituangkan dalam peraturan pemerintah
tersebut di atas. Penyajian laporan pertanggungjawaban keuangan antara lain
hcrisikan Ncraca, Laporan Perhitungan Anggaranaran dan Laporan Arus Kas.
Permasalahan di atas sebenarnya bukan politis, sebagian besar adalah berasal
dari permasalahan teoritis, sistem dan prosedur akuntansi dan pelaporan
pertanggungjawaban keuangan daerah. Masalah teoritis, sistem dan prosedur ini
muncul sebagai konsekuensi logis dari implikasi progresivitas pembaharuan yang
dituntut oleh masyarakat. Pembaruan-pembaruan tersebut, pada dasarnya menyangkut
hal-hal sebagai berikut:
1. Pembaruan anggaran, melalui perubahan struktur anggaran, proses penyusunan
anggaran, perubahan format clan administrasi pelaksanaannya, serta penerapan
standar akuntansi;
2. Pembaruan pendanaan melalui perubahan kewenangan daerah dalam memanfaatkan
dana, prinsip pengelolaan kas, cadangan, penggunaan dana pinjaman, dan
pembelanjaan defisit, dan
3. Penyederhanaan prosedur, baik dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan, maupun
dalam perhitungannya.
Kata kunci dari seluruh pembaharuan di atas adalah Kinerja. Dan ini memang
secara khusus ditegaskan dalam pasal Peraturan Pemerintah yang mengatur bahwa
APBD disusun berdasarkan kinerja yang tolok ukurnya perlu dikembangkan sehingga
dapat dievaluasi atau diukur. Perangkat perundang-undangan otonomi daerah
sesungguhnya sudah pula melengkapi manajemen pemerintahan daerah dengan
14
Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban
Kepala Daerah. Peraturan Pemerintah ini menyebutkan bahwa Pertanggungjawaban
Kepala Daerah dinilai berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis. Setiap daerah wajib
menetapkan Rencana Strategis dalam jangka 1 (satu) bulan setelah Kepala Daerah
dilantik. Rencana strategis ini beserta dokumen perencanaan daerah lainnya
memerlukan pengesahan oleh DPRD.

3.4 Kebijakan Umum Akuntansi 15Pemerintah Daerah


Terdapat tiga tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah yaitu akuntabilitas,
manajerial, clan transparansi. Akuntabilitas diartikan sebagai upaya untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian
tu_juan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara periodik.

Manajerial berarti menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk


perencanaan dan pengelolaan keuangan pemerintah serta memudahkan pengendalian yang
efektif atas seluruh aset, utang, dan ekuitas dana. Sedangkan transparansi dalam pelaporan
keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi
masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Laporan keuangan pemerintah yang selanjutnya disebut sebagai laporan
pertanggungjawaban merupakan hasil proses akuntansi atas transaksi-transaksi
keuangan pemerintah. Laporan pertanggungjawaban untuk tujuan umum, terdiri dari
laporan perhitungan anggaran, neraca, laporan arus kas dan nota perhitungan
anggaran. Tidak tertutup kemungkinan laporan keuangan dapat dikembangkan untuk
tujuan khusus.

3.5 Asas Akuntansi Pemerintah Daerah


Pendapatan diakui pada saat dibukukan pada Kas Umum Negara/Daerah dan belanja
diakui pada saat dikeluarkan dari Kas Umurn Negara/Daerah.
1. Asas Universalitas
Semua pengeluaran harus tercermin dalam anggaran. Hal ini berarti bahwa
anggaran belanja merupakan batas komitmen tertinggi yang bisa dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk dapat membebani APBD.

15
2. Asas Bruto
Tidak ada kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran. Misalnya Pendapatan
Daerah memperoleh pendapatan dan untuk memperolehnya diperlukan belanja,
maka pelaporannya harus gross income artinya pendapatan dilaporkan sebesar
nilai pendapatan yang diperoleh, dan belanja dibukukan pada pos belanja yang
bersangkutan sebesar belanja yang dikeluarkan.
3. Dana Umum
Dana Umum adalah suatu entitas fiskal dan akuntansi yang
mempertanggungjawabkan keseluruhan penerimaan dan pengeluaran negara
termasuk aset, utang, dan ekuitas dana. Dana Umum yang dimaksud adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah. Dana yang digunakan untuk
membiayai kegiatan tertentu dipertanggungjawabkan secara khusus yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari Dana Umum.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpualan
Sistem akuntansi pemerintah daerah adalah serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, hingga pelaporan posisi keuangan (neraca) dan operasi keuangan
pemerintah daerah. Dengan demikian sistem akuntansi pemerintah daerah diharapkan
dapat menunjukkan transparansia sesuai dengan prosedur yang ada yang di buat oleh
pemerintah pusat. Pemerintah daerah dapat mengelola keuangannya sendiri untuk
demi pembangunan daerah dan hasilnya dilaporkan ke pemerintah pusta.
Keuangan pemerintah daerah dikelola sesuai dengan prosedur akuntansi yang
telah ditetapkan. Tujuan pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan kepada
masyarakat, sehingga harus memberikan informasi keuangan mengenai sumber-
sumber yang digunakan untuk pelayanan dan darimana sumber-sumber tersebut
diperoleh. Agar masyarakat dapat mengetahui pendapatan daerah itu berasal dari
mana dan digunakan untuk apa saja. Hal itu dilakukan supaya adanya transparansia
kepada masyarakat dan dapat mensejahterakan masyarakat.

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami sebagai penulis menyarankan hal-
hal sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengelola keuangan yang ada sesuai
dengan prosedur yang ada.
2. Dosen mata kuliah akuntansi pemerintah agar lebih sering memberikan tugas
makalah seperti ini supaya para mahasiswa dapat mengetahui sistem akuntansi
dalam pemerintah daerah dan dapat melatih mahasiswa dalam menulis makalah
dengan baik dan benar.

17

Anda mungkin juga menyukai