Anda di halaman 1dari 5

NASKAH KEBIJAKAN (POLICY PAPER)

STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM PENCAPAIAN


KEBERHASILAN PEMBIAYAAN KESEHATAN DENGAN
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN (BPJS)

Oleh :
ASMI KUROIDAH
160612613604

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2019
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah BPJS Kesehatan (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan Badan Hukum Publik yang
bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan memiliki tugas untuk
menyelenggarakan jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia,
terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI,
Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya
ataupun rakyat biasa. Visi dari BPJS Kesehatan adalah terwujudnya jaminan Commented [SPR1]: Kalimat ini kepanjangan, dan agak
kesehatan yang berkualitas tanpa diskriminasi. Tiga misi dari BPJS Kesehatan yaitu kurang enak dibaca, meski maksud dari kalimat ini cukup
jelas.
adalah memberikan layanan terbaik kepada peserta dan masyarakat, memperluas
Commented [SPR2]: Yaitu adalah  ?
kepesertaan program jaminan kesehatan mencakup seluruh penduduk di Indonesia,
dan bersama menjaga kesinambungan finansial program jaminan kesehatan (BPJS, Mohon dicek kembali ketika selesai menulis, baca ulang
darri awal sampai akhir.
2011). Pelayanan kesehatan yang disediakan oleh BPJS Kesehatan diantaranya
adalah :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non
spesialistik mencakup :
1. Administrasi pelayanan
2. Pelayanan promotif & preventif
3. Pemeriksaan pengobatan dan konsultasi medis
4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
7. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingat pertama
8. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan mencakup :
1. Rawat Jalan
2. Rawat Inap

Sasaran BPJS adalah seluruh lapisan masyarakat Indonesia dengan tiga jenis
kepesertaan yaitu Penerima Bantuan Iuran (PBI), Pekerja Penerima Upah (PPU),
danPekerja Bukan Penerima Upah (PBPU). Masing-masing jenis peserta Commented [SPR3]: Cek EYD
digolongkan kembali menjadi PBI APBN, PBI APBD, PPU PNS, PPU Polri, PPU
BUMN, PPU BUMD, PPU Swasta, PBPU Pekerja Mandiri, dan bukan pekerja. Commented [SPR4]: Singkatan-singkatan seperti APBD,
Untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan masyarakat harus melakukan pendaftaran. PNS, BUMN bisa kamu berikan kepanjangannya di akhir atau
awal dokumen, dengan menambahkan daftar singkatan
Pendaftaran dapat dilakukan dengan offline ataupun online. Pendaftaran lebih
praktis dan singkat dilakukan secara online. Namun pengguanaan internet di
Indonesia belum menyeluruh sehingga pendaftaran offline juga masih menjadi
pilihan khususnya bagi masyarakat yang belum mengakses internet. Dalam
pendaftaran offline masyarakat perlu melakukan berbagai tahap diantaranya
mengumpulkan berkas-berkas data diri yaitu kartu identitas yang masih berlaku
(KTP, SIM, atau Paspor, Kartu Keluarga Atau KK terbaru, buku nikah bagi yang
sudah menikah, fotocopy buku tabungan sebagai penanggung biaya, pas Foto
ukuran 3×4 sebanyak 2 lembar. Setelah menyiapkan dokumen diatas pendaftar
menyerahkan berkas ke kantor BPJS untuk mendapatkan dan mengisi formulir data
diri dan langkah terakhir melakukan pembayaran. Commented [SPR5]: Paragraph ini sumbernya masih
belum terlalu jelas
PERMASALAHAN
Sesuai dengan misi kedua BPJS Kesehatan yaitu memperluas kepesertaan
program jaminan kesehatan mencakup seluruh penduduk di Indonesia, kepesertaan
merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan pemerataan Universal
Health Coverage oleh BPJS Kesehatan. Rancangan Aksi Kegiatan menyatakan
bahwa target kepesertaan BPJS Kesehatan per 1 Januari 2019 adalah 95% yaitu
mencapai 257,5 juta jiwa. Saat ini kepesertaan BPJS Kesehatan mencapai 81 %
yaitu sebanyak 215 juta jiwa. Data ini menunjukkan adanya kesenjangan antara
target dengan capaian saat ini yang disebabkan oleh masih banyaknya penduduk
yang belum mengurus kepesertaan BPJS. Commented [SPR6]: Sumber?

Dalam sebuah artikel berita pada tahun 2018 oleh Ringkang Gumiwang
menyatakan bahwa seorang warga bernama Mito kepala keluarga berusia 34 tahun
belum mengurus kepesertaan BPJS Kesehatan dikarenakan belum memiliki
keinginan untuk menjadi peserta BPJS. Mito mengatakan bahwa ia masih belum
mengerti urgensi dari sistem jaminan kesehatan BPJS. Pria yang bekerja sebagai
pelayan kafe ini mengaku enggan mengurus BPJS karena adanya proses
administrasi yang menyita waktu kerjanya dan banyaknya simpang siur mengenai
banyaknya masalah yang akan diahadapi oleh pasien dengan biaya BPJS.
Paradigma ini membuktikan bawa untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan
penduduk juga harus memiliki kemauan untuk mendaftarkan dirinya (Tribunnews,
2018). Hal ini juga menunjukkan adanya kesenjangan antara pengetahuan
masyarakat mengenai citra dan urgensi BPJS dengan misi BPJS yaitu konsep
pelayanan kesehatan tanpa diskriminasi menjadi salah satu masalah dalam
mencapai target kepesertaan BPJS.
Disisi lain masalah pendaftaran kepesertaan BPJS juga berakibat pada
masyarakat yang memiliki pola pikir “BPJS sebagai penyedia pembiayaan
pengobatan kuratif”. Dalam artikel berita Tribunnews 2019 oleh Reynas Abdila
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan defisit BPJS Kesehatan
senilai 9 Trillliun Rupiah disebabkan oleh besarnya pengeluaran dari pada iuran
yang masuk. Hal ini dikarenakan oleh kebanyakan masyarakat yang mengurus
kepesertaan ketika sudah jatuh sakit dan membutuhkan pengobatan kuratif.
Paradigma seperti ini yang menyebabkan besarnya pengeluaran dibanding iuran
yang masuk karena masyarakat ketika masih sehat merasa “belum memerlukan”
BPJS Kesehatan dalam pembiayaan kesehatan. Paradigma ini bertolak belakang
dengan layanan yang disediakan oleh BPJS Kesehatan yaitu pelayanan kesehatan
tingkat pertama salah satunya pelayanan promotif dan preventif.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa masalah pendaftaran
kepesertaan BPJS menjadi akar permasalahan capaian BPJS Kesehatan.
Pendaftaran kepsertaan BPJS menyebabkan belum tercapainya target kepesertaan
dan berujung pada defisit yang diakibatkan oleh masyarakat yang enggan mengurus
kepesertaan BPJS Kesehatan karena paradigma “belum membutuhkan” yang akan
berdampak buru pada ketersediaan biaya kesehatan oleh BPJS Ksehatan Sehingga
sudah saatnya pemerintah menyegerakan pencapaian target yaitu saat ini kurang
14% kepesertaan. Prof. Prathurng Hongsranagon, PhD. MPH. MA, guru besar
Chulalongkorn University pada tahun 2016 menyatakan bahwa di Thailand setiap
penduduk yang bernyawa secara otomatis menjadi peserta Universal Health
Coverage. Kepesertaan bersifat secara otomatis tanpa ada pendaftaran yang
dilakukan oleh penduduk secara mandiri. Hal ini menjadi salah satu penyebab
keberhasilan Universal Health Coverage di Thailand. Berbeda dengan di Indonesia
dimana untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan penduduk harus mengumpulkan
berkas seperti KK, KTP, yang pada dasarnya sudah terdapat di Petugas Catatan
Sipil masing-masing daerah. Berkas data diri untuk akhirnya dikumpulkan dan
mengisi formulir pendaftaran BPJS.

SOLUSI YANG DITAWARKAN


Berdasarkan dari fakta BPJS yang terjadi di Indonesia maka penulis
mengusulkan adanya Kebijakan Kepesertaan Otomatis yang diberlakukan oleh
pihak BPJS Kesehatan. Kepesertaan ini dilakukan dengan menggandeng
pemerintah daerah dalam melakukan pendataan kekurangan sebanyak 14%
penduduk Indonesia yang belum menjadi peserta BPJS Kesehatan. Sehingga proses
pendaftaran 14% penduduk yang belum menjadi peserta BPJS dilakukan oleh pihak
BPJS Kesehatan bersama pemerintah daerah sebagai pemilik data penduduk.
Kepesertaan Otomatis ini tidak hanya berlaku pada 14 % penduduk tersebut tetapi
menjadi sistem baru BPJS Kesehatan yaitu “Setiap penduduk yang bernyawa secara
otomatis menjadi peserta BPJS Kesehatan”. Dengan sistem Kepesertaan Otomatis, Commented [SPR7]: Kira-kira siapa yang harus
maka diharapkan : mengeluarkan aturan tersebut? Presiden? Atau siapa?

1. Penduduk tidak perlu mendaftar dimana dalam menjadi peserta BPJS


Kesehatan diperlukan kemauan yang dipengaruhi oleh pengetahuan.
2. Kepesertaan tidak lagi menjadi masalah Commented [SPR8]: Kepesertaan yang seperti apa?
3. Meningkatkan peran BPJS Kesehatan dalam bidang promotif dan preventif Masalah yang seperti apa? Kemauan menjadi peserta atau
kepatuhan membayar? Perlu dijelaskan
4. Meningkatkan kerjasama antara pihak BPJS Kesehatan dengan Pemerintah
Daerah dimana kepesertaan otomatis mengharuskan pemerintah daerah untuk Commented [SPR9]: Sebaiknya dijelaskan peran
mendukun kerja BPJS Kesehatan pemerintah darah disini seperti apa lebih tepatnya.
Commented [SPR10]: Waw seram
DAFTAR PUSTAKA
Abdila, Reynas. 2019. Defisit BPJS Kesehatan Makin Bengkak, Sri Mulyani Janji
Evaluasi Kinerja Tahun Ini. (Online)
(http://www.tribunnews.com/bisnis/2019/01/22/defisit-bpjs-kesehatan-
makin-bengkak-sri-mulyani-janji-evaluasi-kinerja-tahun-ini) diakses pada
22 Maret 2019
BPJS Kesehatan. 2018. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. (Online)
(https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/pages/detail/2010/3) diakses pada 22
Maret 2019

Departemen Kesehatan RI. 2014. Rencana Aksi Kegiatan Pusat Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan 2014-2015. (Onlline) (www.depkes.go.id) diakses
pada 22 Maret 2019
Gumiwang, Ringkang. 2018. Daftar Masalah Yang Membuat BPJS Kesehatan
Terseok-Seok (Online) (https://tirto.id/daftar-masalah-yang-bikin-bpjs-
kesehatan-terseok-seok-cCGi) diakses pada 22 Maret 2019

Good job, Asmi! Hanya saja beberapa kalimat masih menimbulkan misperception
dan kurang jelas maknanya. Sebaiknya kamu membaca lagi tulisan kamu dari awal
hingga akhir sebelum submit.
Argumen : 80
Usulan kebijakan : 75
Penulisan : 75
Infografis : 90 (keren, informatif, next time tambahin nama kamu,
supaya tidak dicomot orang)
Total : 80

Anda mungkin juga menyukai