PENDAHULUAN
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sagala (2009:
92) dan Riyanto (2010: 168-169) menguraikan langkah-langkah penerapan pembelajaran
kontekstual. Oleh karena itu, pada makalah ini penjelasan tentang pembelajaran kontekstual akan
dibahas secara mendalam.
1.2.1 Apakah pengertian dari model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)?
1.2.3 Apa saja komponen-komponen yang terdapat dalam model pembelajaran CTL?
1.2.6 Bagaimana implementasi model pembelajaran CTL dalam proses belajar mengajar?
1.3.6 Mengetahui dan memahami implementasi model pembelajaran CTL dalam proses belajar
mengajar
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Trianto (2008), dengan menerapkan CTL tanpa disadari pendidik telah mengikuti
tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu
sebagai berikut:
1) Prinsip kesaling-bergantungan
Dalam CTL prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali
keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, dengan masyarakat dan dengan lingkungan.
Prinsip kesaling-bergantungan mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling
mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, merancang
rencana, dan mencari pemecahan masalah. Prinsipnya adalah menyatukan pengalaman-
pengalaman dari masing-masing individu untuk mencapai standar akademik yang tinggi.
2) Prinsip diferensiasi
Prinsip ini merujuk pada dorongan terus menerus dari alam semesta untuk menghasilkan
keragaman, perbedaan dan keunikan. Dalam CTL prinsip diferensiasi membebaskan para
siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing individu,
berkembang dengan langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajak untuk selalu kreatif,
berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
3) Prinsip pengaturan diri
Prinsip ini menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan dan disadari oleh diri
sendiri. Prinsip ini mengajak para siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Mereka
menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat
pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan
kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru,
pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan
mereka dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan.
3
Komponen ini merupakan landasan berfikir pendekatan CTL. Pembelajaran
konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan
produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.
Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep dan kaidah yang siap dipraktekkan,
melainkan harus dkonstruksi terlebih dahulu dan memberikan makna melalui pengalaman
nyata. Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.
b. Bertanya (Questioning)
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran
CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu,
mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan
kemampuan berfikir siswa.
c. Menemukan (Inquiry)
Komponen ini merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan ini diawali dari pengamatan
terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan
temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan
sendiri dari fakta yang dihadapinya.
Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara kontekstual
antara lain:
a. Pembelajaran berbasis masalah
Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis
untuk memecahkan.
b. Menggunakan konteks yang beragam
Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh
siswa menjadi berkualitas.
c. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa
Guru mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan sosial
seyogyanya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati
dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
d. Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri
Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara
belajar untuk belajar mandiri di kemudian hari.
e. Belajar melalui kolaborasi
Dalam setiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya
dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
5
f. Menggunakan penelitian autentik
Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan
konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
g. Mengejar standar tinggi
Setiap sekolah seyogianya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu ke waktu terus
ditingkatkan dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking dengan melakukan
studi banding ke berbagai sekolah di dalam dan luar negeri.
Melakukan percobaan
yang ada di LKS.
Membimbing siswa dalam Menjawab pertanyaan Mengalami
menjawab pertanyaan yang yang ada di LKS. (experimenting)
ada di LKS.
Mempersentasikahasil
percobaan kelompok
yang diperoleh.
7
Ciri kelas yang menggunakan pendekatan konstektual:
Pengalaman nyata
Kerja sama, saling menunjang
Gembira, belajar dengan bergairah
Pembelajaran terintegrasi
Menggunakan berbagai sumber
Siswa aktif dan kritis
Menyenangkan ,tidak membosankan
Sharing dengan teman
Guru kreatif
2.6 Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam
Proses Belajar Mengajar
Metode Contextual Teaching Learning memiliki tujuh komponen utama yaitu “
konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar
(Learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya
(authentic assessment)”. Sebuah kelas dikatakan menggunakan metode Contextual Teaching
Learning jika menerapkan ketujuh komponen tersebut didalam kegiatan pembelajarannya.
Contextual Teaching Learning dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya (Anurrahman, 2009). Secara garis besar langkah-langkah
penerapan Contextual Teaching Learning dalam kelas sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk menemukan topic.
3. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar ( belajar dalam kelompok-kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
8
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL)
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga pada model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Adapun kelebihan dan kekurangan dari
model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kelebihan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Real word learning, mengutamaan pengalaman nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat
pada siswa, siswa aktif, kritis, dan kreatif, pengetahuan bermakna dalam kehidupan,
dekat dengan kehidupan nyata, adanya perubahan prilaku, pengetahuan diberi makna,
dan kegiatannya bukan mengajar tapi belajar.
Kesempatan yang diberikan kepada semua siswa untuk mengembangkan harapan
mereka, mengembangkan bakat mereka, dan mengetahui informasi terbaru, serta
menjadi anggota masyarakat demokrasi yang cakap.
Kegiatan pembelajara yang berpusat pada siswa agar berpikir kritis dan kreatif supaya
dapat mengembangkan harapan dan bakat mereka.
2. Kekurangan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru
bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan
belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan
pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah
pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar
tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar atau pendekatan pembelajaran yang
dapat digunakan untuk membantu guru dalam mengaitkan antara materi pembelajaran atau
materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan,
sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi
tersebut bagi kehidupannya dan menjadikannya dasar pengambilan keputusan atas pemecahan
masalah yang akan dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari (Uno, 2007).
Prinsip-prinsip model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
prinsip kesaling-bergantungan dan prinsip diferensiasi, prinsip pengaturan diri.
Adapun komponen model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) adalah
kontruktivisme (Constructivisme), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian
autentik (authentic assessment).
3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat penulis susun, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan. Karena itu, keterbatasaan ini kiranya akan dapat diminimalis dengan
partisipasi pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang konstruktif agar makalah kedepan
10