PENDAHULUAN
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa
campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai
segera sebelum digunakan. Beberapa suspensi dibuat steril dan dapat digunakan untuk injeksi,
juga untuk sediaan mata dan telnga. Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu suspensi yang
siap digunakan atau yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau pelarut lain
yang sesuai sebelum digunakan, (Farmakope IV).
Suspensi Oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
Beberapa suspensi yang diberikan etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori
ini. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit. Suspensi tetes telinga adalah sediaan
cair mengandung partikel-partikel halus ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar,
(Farmakope IV).
Amoksisilin trihidrat adalah antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk pengobatan
infeksi saluran nafas, saluran empedu, saluran seni, seperti gonorhu, gastroenteris, meningitis
dan infeksi karena bakteri salmonella sp seperti demam tipoid. Amoksisilin trihidrat aktif
melawan bakteri gram positif yang tidak menghasilkan beta-laktamase dan aktif melawan
bakteri gram negatif karena amoksisilin dapat menembus pori-pori dalam mebran fosfolipid
luar (Kustanti, 2015). Amoksisilin memiliki rumus molekul C16H19N3O5.3H2O dan berat
molekul sebesar 419,45 dan 365,41 untuk amoksisilin dalam bentuk anhidrat. Pemerian
amoksisilin meliputi serbuk hablur berwarna putih, praktis dan tidak berbau. Amoksisilin sukar
larut dalam air dan metanol dan tidak larut dalam benzene, karbon tetraklorida dan dalam
kloroform. Stabilitas amoksisilin, tidak stabil terhadap paparan cahaya, terurai pada suhu 30-
35ºC serta tidak tahan terhadap suhu yang tidak terkendali (Permatasari, 2017).
Mekanisme kerja amoksisilin adalah menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
mengikat satu atau lebih pada ikatan penisilin-protein sehingga menyebabkan penghambatan
biosintesis dinding sel sehingga bakteri pecah (Sujadmiko dkk, 2017). Amoksisilin berfungsi
untuk pengobatan berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan negatif.
Infeksi yang dapat diobati oleh antibiotik amoksisilin antara lain infeksi pada gigi, saluran
kemih, telinga, hidung, tenggorokan, saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan kelamin
misalnya gonore (Talogo, 2014). Amoksisilin dapat digunakan untuk mengobati penyakit
seperti amandel, sinusitis, radang tenggorokan, faringitis, gonore, luka dan untuk mencegah
endokartigis yang disebabkan oleh bakteri pada organ-organ beresiko tinggi pada saat
perawatan gigi (BPOM, 2012). Amoksisilin memiliki efek samping yang tidak diinginkan jika
digunakan bersamaan dengan obat lain seperti allupurinol akan menyebabkan ruam,
amoksisilin yang dicampur dengan probenesid dapat meningkatkan kadar amoksisilin dalam
darah, penggunaan antibiotik dengan obat-obatan kontrasepsi dapat menyebabkan penurunan
kemampuan usus untuk reabsorbsi estrogen, dan amoksisilin yang digabung penggunaannya
dengan antibiotik lain seperti kloramfenikol, sulfonamid dan tetrasiklin dapat menurunkan
efektifitas antibiotik amoksisilin (BPOM, 2012). Amoksisilin merupakan kategori obat keras
yang penggunaannya diatur dan hanya boleh digunakan sesuai dengan resep dokter sehingga
pada penggunaan amoksisilin harus memenuhi petunjuk dokter dan penggunaan dosis yang
telah ditetapkan sesuai dengan etiket yang tertera pada kemasan (BPOM, 2012).
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Amoxicillin
Indikasi
Infeksi yang disebabkan oleh kuman – kuman gram negatif maupun gram positif,
khususnya untuk infeksi pada saluran cerna, saluran pernafasan dan saluran kemih
(infeksi anugenital dan uretral gonokokus non-komplikasi otitis media) (Mycek et al.,
2001).
Farmakokinetika
1. Absorpsi
Amoxicillin hampir lengkap diabsorbsi sehingga konsekuensinya
amoxicillin tidak cocok untuk pengobatan shigella atau enteritis karena
salmonella, karena kadar efektif secara terapetik tidak mencapai organisme
dalam celah intestinal (McEvoy and Gerald, 2002).
Amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92% di
saluran pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral. Nilai puncak
konsentrasi serum dan AUC meningkat sebanding dengan meningkatnya dosis.
Efek terapi Amoxicillin akan tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian per
oral. Meskipun adanya makanan di saluran pencernaan dilaporkan dapat
menurunkan dan menunda tercapainya nilai puncak konsentrasi serum
amoxicillin, namun hal tersebut tidak berpengaruh pada jumlah total obat yang
diabsorpsi (McEvoy and Gerald, 2002).
2. Distribusi
Distribusi obat bebas ke seluruh tubuh baik. Amoxicillin dapat melewati
sawar plasenta, tetapi tidak satupun menimbulkan efek teratogenik. Namun
demikian, penetrasinya ke tempat tertentu seperti tulang atau cairan
serebrospinalis tidak cukup untuk terapi kecuali di daerah tersebut terjadi
inflamasi. Selama fase akut (hari pertama), meningen terinflamasi lebih
permeable terhadap amoxicillin, yang menyebabkan peningkatan rasio
sejumlah obat dalam susunan saraf pusat dibandingkan rasionya dalam serum.
Bila infefksi mereda, inflamasi menurun maka permeabilitas sawar terbentuk
kembali (Mycek et al., 2001).
3. Eliminasi
Jalan utama eliminasi melalui system sekresi asam organik (tubulus) di
ginjal, sama seperti melalui filtrat glomerulus. Penderita dengan gangguan
fungsi ginjal, dosis obat yang diberikan harus disesuaikan (Mycek et al., 2001).
4. Mekanisme
Amoxicillin mempengaruhi langkah akhir sintesis dinding sel bakteri
(transpeptidase atau ikatan silang) sehingga membran kurang stabil secara
osmotik. Lisis sel dapat terjadi, sehingga amoxicillin disebut bakterisida.
Keberhasilan aktivitas amoxicillin menyebabkan kematian sel berkaitan dengan
ukurannya. Amoxicillin hanya efektif terhadap organisme yang tumbuh secara
tepat dan mensintesis peptidoglikan dinding sel. Konsekuensinya, obat ini tidak
efektif terhadap organisme yang tidak mempunyai struktur ini seperti
mikobakteria, protozoa, jamur, dan virus (Mycek et al., 2001). Mekanisme
amoxicillin dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penisilin pengikat protein: amoxicillin menginaktifkan protein yang
berada pada membran sel bakteri. Amoxicillin tersebut yang mengikat
protein merupakan enzim bakteri yang terlibat dalam sintesis dinding
sel serta menjaga gambaran morfologi bakteri. Pejanan terhadap
antibiotika ini tidak hanya dapat mencegah sintesis dinding sel tetapi
juga menyebabkan perubahan morfologi atau lisisnya bakteri yang
rentan. Perubahan pada beberapa molekul target ini menimbulkan
resistensi pada organisme (Mycek et al., 2001).
b. Autolisin: kebanyakan bakteri terutama kokus gram positif
memproduksi enzim degradatif (autolisin) yang berpartisipasi dalam
remodelling dinding sel bakteri normal. Dengan adanya amoxicillin,
aksi degradatif autolisin didahului dengan hilangnya sintesis dinding sel.
Mekanisme autolisis yang sebenarnya tidak diketahui kemungkinan
adanya penghambatan yang salah satu dari autolisin. Sehingga efek anti
bakteri amoxicillin merupakan hasil penghambatan sintesis dinding sel
bakteri dan destruksi keberadaan dinding sel oleh autolisin (Mycek et
al., 2001).
Efek Samping
Hipersensitivitas
Merupakan efek amoxicillin yang paling penting. Determinan antigenik utama
dari hipersensitivitas amoxicillin adalah metabolitnya yaitu asam penisiloat yang
dapat menyebabkan reaksi imun. Sekitar 5% pasien mengalami hal ini, berkisar
dari kulit kemerahan berupa makulopapular sampai dengan angioderma (ditandai
dengan bengkak di bibir, lidah, areaperiorbital) serta anapilaktik. Reaksi alergi
silang terjadi diantara sesama antibiotika β-laktam (Mycek et al., 2001).
Diare
Efek diare disebabkan oleh ketidakseimbangan mikroorganisme intestinal dan
sering terjadi (Mycek et al., 2001).
Kontra Indikasi
Obat ini hipersensitifitas terhadap penisilin, serta hati-hati pada penderita yang
memiliki gangguan ginjal, hati dan sistem hematologi (Lasy et al., 2004). Selain itu,
dapat menyebabkan ruam pada penderita dengan infeksi mononukleus sehingga tidak
baik diberikan pada penderita penyakit ini (McEvoy and Gerald, 2002).
Peringatan
Meskipun belum ada penelitian mengenai pemberian amoxicillin pada ibu
hamil, penggunaan amoxicillin ternyata tidak berpengaruh terhadap perkembangan
janin. Amoxicillin pada ibu hamil diberikan jika benar-benar diperlukan saja. Karena
amoxicillin terdistribusi pada ASI sehingga menyebabkan reaksi sensitivitas pada bayi.
Dengan demikian penggunaan amoxicillin tidak dianjurkan pada ibu menyusui
(McEvoy and Gerald, 2002).
Hati-hati pada pasien dengan kelainan Phenylketonuria (defisiensi genetic
homozigot dari Phenylalanin hidroksilase) dan kelainan lain yang intake Phenylalanin
dalam tubuh perlu dibatasi. Formula amoxicillin dengan rute per oral yang mengandung
aspartam akan di metabolisme di dalam saluran pencernaan menjadi phenylalanine.
Sehingga formulasi serbuk amoxicillin untuk suspensi oral tidak seharusnya
menggunakan aspartam. Selain itu juga perlu diwaspadai penggunaan pada penderita
mononukleosis. (McEvoy and Gerald, 2002).
Berdasarkan undang–undang mengenai obat dan makanan, amoxicillin
tergolong dalam golongan obat keras. Obat keras hanya dapat dapat diperoleh dengan
resep dokter di apotek, apotek RS, puskesmas, dan balai pengobatan. Tanda khusus
untuk obat keras yaitu lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam
dengan huruf K yang menyentuh garis tepi. Selain itu pada obat keras wajib
mencantumkan kalimat “Harus dengan resep dokter”. Berikut dicantumkan tanda
khusus untuk obat keras:
Interaksi Obat
Kombinasi dengan asam klavulanat (inhibitor kuat bagi beta-laktamase
bakterial) membuat amoxicilin ini menjadi lebih efektif terhadap kuman yang
memproduksi penisilinase. Terutama digunakan terhadap infeksi saluran kemih
dan saluran nafas yang resisten terhadap amoxicillin (Tjay dan Rahardja, 2008).
Disulfiram dan probenesid memiliki aktifitas dalam meningkatkan efek
Amoxicillin. Amoxicillin meningkatkan efek antikoagulan dari warfarin (Lasy
et al., 2004).
Efektivitas tetracycline, chlorampenicol, serta sediaan kontrasepsi oral
dihambat oleh golongan penicillin (Lasy et al., 2004).
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Anonim a, 1995).
2.2 Suspensi
Umumnya pemilihan sediaan suspensi ditujukan untuk pasien yang sukar mengkonsumsi
tablet atau kapsul, membuat sediaan dengan homogenitas tinggi, menutupi rasa tidak enak zat
aktif, sediaan dengan tingkat adsorbsi lebih tinggi (dari pada tablet dan kapsul), dan untuk
mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Maka dari itu suspensi harus
memiliki syarat dan sifat-sifat tertentu sehingga dapat dikatakan sebagai suspensi yang baik.
(Pharmaceutics, The science of Dosage Form Design 2nd Edition).
a. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai yang ditujukan
untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma
termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan
yang lain berupa campuran padat dalam bentuk halus yang harus dikonstitusikan
terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai, segera sebelum digunakan. Sediaan ini
di sebut “Untuk suspensi oral”.
b. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada
kulit. Losion eksternal harus mudah menyebar didaerah pemakaian, tidak mudah
mengalir dari daerah pemakaian, dan cepat kering membentuk lapisan film pelindung.
Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.
c. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
d. Suspensi oftalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel sangat
halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam
suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan
pada kornea, suspensi obat mata tidak boleh digunakan jika terdapat massa yang
mengeras atau terjadi penggumpalan.
e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan cair steril berupa suspensi serbuk dalam
medium cair yang sesuai dan tidak boleh menyumbat jarum suntiknya (syringe
ability) serta tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
f. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan
1. Buffer
Zat zat ini ketika terlarut pada pelarut akan memungkinkan larutan untuk
mempertahankan pH nya walaupun ketika ditambahkan asam ataupun basa. Pemilihan buffer
yang cocok tergantung pada kapasitas buffer yang dibutuhkan. Buffer juga harus kompatibel
terhadap eksipien lain dan memiliki toksisitas yang rendah. Beberapa buffer yang diterima
secara pharmaceutical berbasis karbonat, glukonat, laktat, phosphate, dan tartarat, sedangkan
borat digunakan untuk aplikasi eksternal. (Aulton, 2002)
2. Density modifier
Menurut pengujian kualitatif dari hukum stokes bisa dilihat bahwa apabila fase disperse
dan fase pembawa pada sediaan suspensi keduanya memiliki densitas yang sama maka
kemudian proses sedimentasi atau creaming tidak akan terbentuk. Contoh dari zat zat ini adalah
dektrosa, sukrosa, gliserol atau propilenglikol. (Aulton, 2002)
3. Humectants
Glyserol, polietilenglikol dan propilenglikol adalah contoh humectant yang cocok yang
bisa digunakan pada konsentrasi 5% kedalam suspensi eksternal. Humectants digunakan untuk
mengurangi produk dari pengeringan setelah diaplikasikan pada kulit. (Aulton, 2002).
4. Anti oksidan
Dekomposisi dari sediaan farmasi bisa disebabkan karena peristiwa oksidasi dan hal ini
bisa dikontrol dengan penambahan antioksidan. Sebelum menambahkan antioksidan pada
formulasi, perlu untuk menjamin bahwa penggunaannya tidak dilarang pada Negara dimana
produk akan dijual. Di Inggris, butylated hydroxyanisole (BHA) digunakan secara luas untuk
proteksi pada minyak dan lemak pada konsentrasi hingga 0,02% dan untuk beberapa minyak
esensial hingga 0,1%. Antioksidan yang mirip yaitu butylated hydroxytoluene (BHT), yang
direkomendasikan sebagai alternative dari tokopherol pada konsentrasi 10 ppm untuk
menstabilkan paraffin cair. (Aulton, 2002)
Efisiensi dari penggunaan antioksidan pada produk akan tergantung oleh beberapa factor
termasuk kompatibilitas dari zat zatnya. Hal yang perlu diperhatikan pula yaitu antioksidan
efektif dalam konsentrasi rendah, tidak toksik dan tidak merangsang zat lain untuk menjadi
toksik, segera alrut atau terdispersi pada medium, tidak menimbulkan warna, baud an rasa yang
tidak dikehendaki, dapat becampur dengan konstituen lain pada sediaan. Beberapa contoh
antioksidan antara lain adalah alpha tocopherol, asam askorbat, karbon dioksida, butylated
hydroxyanisole, butilated hydroxytoluene dan lain lain. (Aulton, 2002)
5. Sweetening agent
Karbohidrat berbobot molekul rendah dan sukrosa banyak digunakan sebagai pemanis.
Sukrosa memiliki keuntungan diantaranya tidak berwarna, sangat larut air, dan stabil pada pH
antara 4-8 dan dapat meningkatkan viskositas sediaan. Zat ini akan menutupi rasa dari obat
yang kurang menyenangkan dan memiliki efek menenangkan pada membrane kerongkongan.
(Aulton, 2002)
Polihidric alcohol seperti sorbitol, mannitol dan gliserol juga bisa digunakan sebagai
pemanis dan bisa dimasukkan untuk sediaan yang ditujukan bagi penderita diabetes dimana
adnya suksrosa dihindari. (Aulton, 2002)
Pemanis buatan bisa digunakan dan dikombinasikan dengan gula atau alcohol untuk
menaikan tingkat rasa manisnya atau untuk formulasi yang ditujukan untuk pasien yang harus
menghindari asupan gula. (Aulton, 2002)
Hanya sekitar enam pemanis buatan yang diizinkan untuk penggunaan oral di dalam
European Union, penggunaan yang paling sering adalah garam sodium atau kalsium dari
saccharin, keduanya sangat larut air dan stabil secara kimia atau fisik pada rentan pH yang luas.
Yang tidak terlalu sering digunakan adalah aspartame (E951), accesulfame potassium (E950),
thaumatindine DC (E959). (Aulton, 2002)
Penggunaan pemanis yang sederhana mungkin tidak cukup untuk menutupi rasa dari
sediaan yang kurang enak. Pada beberapa kasus agent perasa bisa digunakan. Hal ini sangat
penting untuk sediaan yang ditujukan bagi anak anak. Pemberian flavor agent juga befungsi
untuk memberikan identitas bagi suatu produk. (Aulton, 2002)
Flavor dan perfume agent bisa diperoleh baik dari sintetik ataupun dari alam. Yang dari
alam diantaranya adalah berupa jus buah, minyak aromatic, seperti peppermint, lemon. Flavor
dan perfume yang sintetik tidak memiliki kandungan alam, baisanya lebih murah, banyak
tersedia, komposisi kimia nya lebih stabil daripada bahan alam. Biasanya dalam bentuk
alcohol, larutan atau serbuk. (Aulton, 2002)
7. Colours
Ketika rasa yang sesuai telah ditentukan, setelah itu sering ditambahkan warna yang
berhubungan erat dengan rasa yang telah digunakan untuk meningkatkan daya tarik dari
sediaan. Alasan lain untuk pemberian zat warna adalah kemudahan produk untuk diidentifikasi.
(Aulton, 2002)
Kandungan dari produk yang secara kuat mengalami degradasi warna maka bisa
ditutupi dengan agen perwarna asalkan tidak mempengaruhi kestabilan produk. Dan perlu
diperhatikan bahwa pemilihan zat perwarna harus diizinkan di Negara yang tempat produk kita
akan dipasarkan, karena suatu zat warna yang diterima disuatu Negara belum tentu dapat
diterima di Negara lain. Contoh dari agen agen perwarna diantaranya adalah iron oxide, indigo
carmine, sunset yellow, beta carotene dan tartarazine (Aulton, 2002).
Harus perlu disadari bahwa penyertaan zat zat seperti perfume, flavor dan color mungkin
akan mempengaruhi karakterisitik fisik dari sediaan suspensi. (Aulton, 2002)
8. Preservatif
Perlu juga dipertimbangkan interaksi nya dengan zat zat lain di dalam sediaan.
Solubilisasi dengan agen pembasah, interaksinya dengan polimer. Kaolin atau magnesium
trisilikat bis menurunkan avabilitas dari preserpatif. (Aulton, 2002).
Viskositas/ kekentalan adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir.
Viskositas sangat penting dalam sediaan farmasi contohnya suspense, emulsi dan sediaan
setengah padat lainnya. Pada sediaan suspensi viskositas sangat penting untuk diperhatikan
karena, viskositas yang tinggi umumnya tidak diinginkan dalam sediaan suspense karena sukar
untuk dituangkan dan diratakan kembali (redispersi). Suspense yang baik mempunyai
kekentalan yang sedang dan [partikel yang terlindungi dari gumpalan atau aglomerasi.
Viskositas dapat dinaikan dengan beberapa cara yaitu:
Komposisi kimianya
Penggunaan bahan untuk sediaan oral atau topikal
Stabilitas pembawa dan shelf life
Produk, sumber, dan inkompatibilitas dari suspending agent.
Jenis- jeinis suspending agent :
Suspending agent alam yang bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang
yaitu bentonit, hectorite, dan vegum. Jika tanah liat dimasukkan kedalam air,
akan bertambah sehingga stabilitas suspensi menjadi lebih baik. Ketiga tanah
liat tersebut bersifat tidak larut dalam air sehingga penambahan bahan tersebut
dipengaruhi oleh suhu atau panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-
Derivat selulosa
Golongan ini tidak di absorpsi oleh usus halus dan tidak beracun sehingga
bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi
baik diperlukan kadar ±1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan
larutannya
2.3 Jenis-Jenis Metode Pembuatan Suspensi
Nama : povidone
Sinonim :E1201; Kollidon; Plasdone; poli [1 - (2-oxo-1-pyrrolidinyl)]
etilen;polyvidone; polivinil; PVT; polimer 1-vinil-2-pyrrolidinone.
Nama kimia : 1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer
Formula empiris: (C6H9NO)
Fungsional : agen menangguhkan; pengikat
Aplikasi :povidonedapat juga ditambahkan ke campuran bubuk
dalam bentuk kering dan halus di situ dengan penambahan air,
alkohol, atau solusi hydroalcoholic. Povidone adalah tambahan yang
digunakan sebagai menangguhkan, menstabilkan, atau agen-
viskositas meningkat di sejumlah suspensi topikal dan oral dan solusi.
Kelarutan sejumlah obat aktif buruk terlarut dapat ditingkatkan oleh
pencampuran dengan povidone.
Tabel : Penggunaan povidone.
Penggunaan Konsentrasi(%)
Pembawa 10–25
Pendispersi Up to 5
Pensuspensi Up to 5
f. Essence Orange
Pemerian : Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar yangdiproses
secara mekanik dan terkandung kurang lebih 90% lemon
Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90%
Kegunaan : pewarna dan pewangi
Wadah dan Penyimpanan : Dalm wadah yang tertutup dan tempat
yang sejuk dan kering, dan terhindar dari cahaya matahari
g. Pelarut : Air
Sinonim : Aqua, Hidrogen Oxyde
Berat molekul : 18,02
Rumus Molekul : H2O
Rumus Bangun: H – O – H
Bentuk : cairan jernih
Warna : tidak berwarna
Rasa : tidak beras
Bau : tidak berbau
Stabilitas : air stabil pada semua jenis subtansi
OTT : air dapat bereaksi dengan alkali
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit.
PH : 5,0 – 7,0
Fungsi : Sebagai zat pelarut
h. Formulasi
Nama Bahan Jumlah
Amoxicillin 125 mg/5ml
PVP 2%
CMC Na 1%
Sukrosa 20%
Essence Orange 0,015%
Sodium Benzoat 0,25%
Aqua Ad 200 ml
BAB III
PEMBAHASAN