Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa
campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai
segera sebelum digunakan. Beberapa suspensi dibuat steril dan dapat digunakan untuk injeksi,
juga untuk sediaan mata dan telnga. Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu suspensi yang
siap digunakan atau yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau pelarut lain
yang sesuai sebelum digunakan, (Farmakope IV).

Suspensi Oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
Beberapa suspensi yang diberikan etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori
ini. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit. Suspensi tetes telinga adalah sediaan
cair mengandung partikel-partikel halus ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar,
(Farmakope IV).

Amoksisilin trihidrat adalah antibiotik spektrum luas yang digunakan untuk pengobatan
infeksi saluran nafas, saluran empedu, saluran seni, seperti gonorhu, gastroenteris, meningitis
dan infeksi karena bakteri salmonella sp seperti demam tipoid. Amoksisilin trihidrat aktif
melawan bakteri gram positif yang tidak menghasilkan beta-laktamase dan aktif melawan
bakteri gram negatif karena amoksisilin dapat menembus pori-pori dalam mebran fosfolipid
luar (Kustanti, 2015). Amoksisilin memiliki rumus molekul C16H19N3O5.3H2O dan berat
molekul sebesar 419,45 dan 365,41 untuk amoksisilin dalam bentuk anhidrat. Pemerian
amoksisilin meliputi serbuk hablur berwarna putih, praktis dan tidak berbau. Amoksisilin sukar
larut dalam air dan metanol dan tidak larut dalam benzene, karbon tetraklorida dan dalam
kloroform. Stabilitas amoksisilin, tidak stabil terhadap paparan cahaya, terurai pada suhu 30-
35ºC serta tidak tahan terhadap suhu yang tidak terkendali (Permatasari, 2017).

Mekanisme kerja amoksisilin adalah menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
mengikat satu atau lebih pada ikatan penisilin-protein sehingga menyebabkan penghambatan
biosintesis dinding sel sehingga bakteri pecah (Sujadmiko dkk, 2017). Amoksisilin berfungsi
untuk pengobatan berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan negatif.
Infeksi yang dapat diobati oleh antibiotik amoksisilin antara lain infeksi pada gigi, saluran
kemih, telinga, hidung, tenggorokan, saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan kelamin
misalnya gonore (Talogo, 2014). Amoksisilin dapat digunakan untuk mengobati penyakit
seperti amandel, sinusitis, radang tenggorokan, faringitis, gonore, luka dan untuk mencegah
endokartigis yang disebabkan oleh bakteri pada organ-organ beresiko tinggi pada saat
perawatan gigi (BPOM, 2012). Amoksisilin memiliki efek samping yang tidak diinginkan jika
digunakan bersamaan dengan obat lain seperti allupurinol akan menyebabkan ruam,
amoksisilin yang dicampur dengan probenesid dapat meningkatkan kadar amoksisilin dalam
darah, penggunaan antibiotik dengan obat-obatan kontrasepsi dapat menyebabkan penurunan
kemampuan usus untuk reabsorbsi estrogen, dan amoksisilin yang digabung penggunaannya
dengan antibiotik lain seperti kloramfenikol, sulfonamid dan tetrasiklin dapat menurunkan
efektifitas antibiotik amoksisilin (BPOM, 2012). Amoksisilin merupakan kategori obat keras
yang penggunaannya diatur dan hanya boleh digunakan sesuai dengan resep dokter sehingga
pada penggunaan amoksisilin harus memenuhi petunjuk dokter dan penggunaan dosis yang
telah ditetapkan sesuai dengan etiket yang tertera pada kemasan (BPOM, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana regimen dalam sediaan suspensi amoxicillin ?


2. Apa saja komponen yang digunakan dalam sediaan suspensi amoxicillin ?
3. Bagaimana metode yang digunakan dalam sediaan suspensi amoxicillin ?
4. Evaluasi apa saja yang digunakan dalam sediaan suspensi amoxicillin ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui regimen dalam sediaan suspensi amoxicillin.


2. Untuk mengetahui komponen yang digunakan dalam sediaan suspensi amoxicillin.
3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam sediaan suspensi amoxicillin.
4. Untuk mengetahui evaluasi yang digunakan dalam sediaan suspensi amoxicillin.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amoxicillin

 Indikasi
Infeksi yang disebabkan oleh kuman – kuman gram negatif maupun gram positif,
khususnya untuk infeksi pada saluran cerna, saluran pernafasan dan saluran kemih
(infeksi anugenital dan uretral gonokokus non-komplikasi otitis media) (Mycek et al.,
2001).
 Farmakokinetika
1. Absorpsi
Amoxicillin hampir lengkap diabsorbsi sehingga konsekuensinya
amoxicillin tidak cocok untuk pengobatan shigella atau enteritis karena
salmonella, karena kadar efektif secara terapetik tidak mencapai organisme
dalam celah intestinal (McEvoy and Gerald, 2002).
Amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92% di
saluran pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral. Nilai puncak
konsentrasi serum dan AUC meningkat sebanding dengan meningkatnya dosis.
Efek terapi Amoxicillin akan tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian per
oral. Meskipun adanya makanan di saluran pencernaan dilaporkan dapat
menurunkan dan menunda tercapainya nilai puncak konsentrasi serum
amoxicillin, namun hal tersebut tidak berpengaruh pada jumlah total obat yang
diabsorpsi (McEvoy and Gerald, 2002).
2. Distribusi
Distribusi obat bebas ke seluruh tubuh baik. Amoxicillin dapat melewati
sawar plasenta, tetapi tidak satupun menimbulkan efek teratogenik. Namun
demikian, penetrasinya ke tempat tertentu seperti tulang atau cairan
serebrospinalis tidak cukup untuk terapi kecuali di daerah tersebut terjadi
inflamasi. Selama fase akut (hari pertama), meningen terinflamasi lebih
permeable terhadap amoxicillin, yang menyebabkan peningkatan rasio
sejumlah obat dalam susunan saraf pusat dibandingkan rasionya dalam serum.
Bila infefksi mereda, inflamasi menurun maka permeabilitas sawar terbentuk
kembali (Mycek et al., 2001).
3. Eliminasi
Jalan utama eliminasi melalui system sekresi asam organik (tubulus) di
ginjal, sama seperti melalui filtrat glomerulus. Penderita dengan gangguan
fungsi ginjal, dosis obat yang diberikan harus disesuaikan (Mycek et al., 2001).
4. Mekanisme
Amoxicillin mempengaruhi langkah akhir sintesis dinding sel bakteri
(transpeptidase atau ikatan silang) sehingga membran kurang stabil secara
osmotik. Lisis sel dapat terjadi, sehingga amoxicillin disebut bakterisida.
Keberhasilan aktivitas amoxicillin menyebabkan kematian sel berkaitan dengan
ukurannya. Amoxicillin hanya efektif terhadap organisme yang tumbuh secara
tepat dan mensintesis peptidoglikan dinding sel. Konsekuensinya, obat ini tidak
efektif terhadap organisme yang tidak mempunyai struktur ini seperti
mikobakteria, protozoa, jamur, dan virus (Mycek et al., 2001). Mekanisme
amoxicillin dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penisilin pengikat protein: amoxicillin menginaktifkan protein yang
berada pada membran sel bakteri. Amoxicillin tersebut yang mengikat
protein merupakan enzim bakteri yang terlibat dalam sintesis dinding
sel serta menjaga gambaran morfologi bakteri. Pejanan terhadap
antibiotika ini tidak hanya dapat mencegah sintesis dinding sel tetapi
juga menyebabkan perubahan morfologi atau lisisnya bakteri yang
rentan. Perubahan pada beberapa molekul target ini menimbulkan
resistensi pada organisme (Mycek et al., 2001).
b. Autolisin: kebanyakan bakteri terutama kokus gram positif
memproduksi enzim degradatif (autolisin) yang berpartisipasi dalam
remodelling dinding sel bakteri normal. Dengan adanya amoxicillin,
aksi degradatif autolisin didahului dengan hilangnya sintesis dinding sel.
Mekanisme autolisis yang sebenarnya tidak diketahui kemungkinan
adanya penghambatan yang salah satu dari autolisin. Sehingga efek anti
bakteri amoxicillin merupakan hasil penghambatan sintesis dinding sel
bakteri dan destruksi keberadaan dinding sel oleh autolisin (Mycek et
al., 2001).

 Efek Samping
 Hipersensitivitas
Merupakan efek amoxicillin yang paling penting. Determinan antigenik utama
dari hipersensitivitas amoxicillin adalah metabolitnya yaitu asam penisiloat yang
dapat menyebabkan reaksi imun. Sekitar 5% pasien mengalami hal ini, berkisar
dari kulit kemerahan berupa makulopapular sampai dengan angioderma (ditandai
dengan bengkak di bibir, lidah, areaperiorbital) serta anapilaktik. Reaksi alergi
silang terjadi diantara sesama antibiotika β-laktam (Mycek et al., 2001).
 Diare
Efek diare disebabkan oleh ketidakseimbangan mikroorganisme intestinal dan
sering terjadi (Mycek et al., 2001).

 Kontra Indikasi
Obat ini hipersensitifitas terhadap penisilin, serta hati-hati pada penderita yang
memiliki gangguan ginjal, hati dan sistem hematologi (Lasy et al., 2004). Selain itu,
dapat menyebabkan ruam pada penderita dengan infeksi mononukleus sehingga tidak
baik diberikan pada penderita penyakit ini (McEvoy and Gerald, 2002).

 Peringatan
Meskipun belum ada penelitian mengenai pemberian amoxicillin pada ibu
hamil, penggunaan amoxicillin ternyata tidak berpengaruh terhadap perkembangan
janin. Amoxicillin pada ibu hamil diberikan jika benar-benar diperlukan saja. Karena
amoxicillin terdistribusi pada ASI sehingga menyebabkan reaksi sensitivitas pada bayi.
Dengan demikian penggunaan amoxicillin tidak dianjurkan pada ibu menyusui
(McEvoy and Gerald, 2002).
Hati-hati pada pasien dengan kelainan Phenylketonuria (defisiensi genetic
homozigot dari Phenylalanin hidroksilase) dan kelainan lain yang intake Phenylalanin
dalam tubuh perlu dibatasi. Formula amoxicillin dengan rute per oral yang mengandung
aspartam akan di metabolisme di dalam saluran pencernaan menjadi phenylalanine.
Sehingga formulasi serbuk amoxicillin untuk suspensi oral tidak seharusnya
menggunakan aspartam. Selain itu juga perlu diwaspadai penggunaan pada penderita
mononukleosis. (McEvoy and Gerald, 2002).
Berdasarkan undang–undang mengenai obat dan makanan, amoxicillin
tergolong dalam golongan obat keras. Obat keras hanya dapat dapat diperoleh dengan
resep dokter di apotek, apotek RS, puskesmas, dan balai pengobatan. Tanda khusus
untuk obat keras yaitu lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam
dengan huruf K yang menyentuh garis tepi. Selain itu pada obat keras wajib
mencantumkan kalimat “Harus dengan resep dokter”. Berikut dicantumkan tanda
khusus untuk obat keras:
 Interaksi Obat
 Kombinasi dengan asam klavulanat (inhibitor kuat bagi beta-laktamase
bakterial) membuat amoxicilin ini menjadi lebih efektif terhadap kuman yang
memproduksi penisilinase. Terutama digunakan terhadap infeksi saluran kemih
dan saluran nafas yang resisten terhadap amoxicillin (Tjay dan Rahardja, 2008).
 Disulfiram dan probenesid memiliki aktifitas dalam meningkatkan efek
Amoxicillin. Amoxicillin meningkatkan efek antikoagulan dari warfarin (Lasy
et al., 2004).
 Efektivitas tetracycline, chlorampenicol, serta sediaan kontrasepsi oral
dihambat oleh golongan penicillin (Lasy et al., 2004).

 Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Anonim a, 1995).

2.2 Suspensi

Umumnya pemilihan sediaan suspensi ditujukan untuk pasien yang sukar mengkonsumsi
tablet atau kapsul, membuat sediaan dengan homogenitas tinggi, menutupi rasa tidak enak zat
aktif, sediaan dengan tingkat adsorbsi lebih tinggi (dari pada tablet dan kapsul), dan untuk
mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Maka dari itu suspensi harus
memiliki syarat dan sifat-sifat tertentu sehingga dapat dikatakan sebagai suspensi yang baik.
(Pharmaceutics, The science of Dosage Form Design 2nd Edition).

2.2.1 Karakteristik Suspensi Yang Baik

 Sifat fisik sediaan suspensi yang baik :


1. Mudah dikelola. Misal: mudah dituangkan dari botol, mudah dikeluarkan dari alat
suntik.
2. Tingkat sedimentasi rendah. Dan jika terjadi sedimentasi sediaan dapat
didispersikan/dihomogenkan kembali dengan mudah sehingga setiap titik memiliki
kadar zat aktif yang sama.
3. Mempunyai penampilan menarik. Karena umumnya sediaan emulsi (khususnya oral)
ditujukan untuk anak-anak yang kesulitan mengkonsumsi sediaan tablet/kapsul.
(Pharmaceutics, The science of Dosage Form Design 2nd Edition)
 Syarat-syarat suspensi (Menurut FI IV, 1995)
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal.
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung
zat antimikroba.
3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan.
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.

2.2.2 Jenis-Jenis Suspensi

a. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai yang ditujukan
untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma
termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan
yang lain berupa campuran padat dalam bentuk halus yang harus dikonstitusikan
terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai, segera sebelum digunakan. Sediaan ini
di sebut “Untuk suspensi oral”.
b. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada
kulit. Losion eksternal harus mudah menyebar didaerah pemakaian, tidak mudah
mengalir dari daerah pemakaian, dan cepat kering membentuk lapisan film pelindung.
Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.
c. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
d. Suspensi oftalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel sangat
halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam
suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan
pada kornea, suspensi obat mata tidak boleh digunakan jika terdapat massa yang
mengeras atau terjadi penggumpalan.

e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan cair steril berupa suspensi serbuk dalam

medium cair yang sesuai dan tidak boleh menyumbat jarum suntiknya (syringe

ability) serta tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
f. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan

pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan

untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

2.2.3 Komponen Suspensi.

1. Buffer

Zat zat ini ketika terlarut pada pelarut akan memungkinkan larutan untuk
mempertahankan pH nya walaupun ketika ditambahkan asam ataupun basa. Pemilihan buffer
yang cocok tergantung pada kapasitas buffer yang dibutuhkan. Buffer juga harus kompatibel
terhadap eksipien lain dan memiliki toksisitas yang rendah. Beberapa buffer yang diterima
secara pharmaceutical berbasis karbonat, glukonat, laktat, phosphate, dan tartarat, sedangkan
borat digunakan untuk aplikasi eksternal. (Aulton, 2002)

Penambahan buffer dibutuhkan untuk menjaga kestabilan kimia nya, mengontrol


toksisitas atau menjamin kompatibilitas fisik nya ketika ditambahkan dengan zat-zat lain.
Harus diingat pula bahwa bagaimanapun penambahan elektrolit mungkin bisa memberikan
efek terhadap kestabilan fisik dari suspensi dan emulsi. Contoh dari zat buffer yang
ditambahkan adalah kalsium karbonat, kalsium phospat tribasic, asam sitrat monohidrat,
natrium asetat dan lain lain. (Aulton, 2002)

2. Density modifier

Menurut pengujian kualitatif dari hukum stokes bisa dilihat bahwa apabila fase disperse
dan fase pembawa pada sediaan suspensi keduanya memiliki densitas yang sama maka
kemudian proses sedimentasi atau creaming tidak akan terbentuk. Contoh dari zat zat ini adalah
dektrosa, sukrosa, gliserol atau propilenglikol. (Aulton, 2002)

3. Humectants

Glyserol, polietilenglikol dan propilenglikol adalah contoh humectant yang cocok yang
bisa digunakan pada konsentrasi 5% kedalam suspensi eksternal. Humectants digunakan untuk
mengurangi produk dari pengeringan setelah diaplikasikan pada kulit. (Aulton, 2002).

4. Anti oksidan

Dekomposisi dari sediaan farmasi bisa disebabkan karena peristiwa oksidasi dan hal ini
bisa dikontrol dengan penambahan antioksidan. Sebelum menambahkan antioksidan pada
formulasi, perlu untuk menjamin bahwa penggunaannya tidak dilarang pada Negara dimana
produk akan dijual. Di Inggris, butylated hydroxyanisole (BHA) digunakan secara luas untuk
proteksi pada minyak dan lemak pada konsentrasi hingga 0,02% dan untuk beberapa minyak
esensial hingga 0,1%. Antioksidan yang mirip yaitu butylated hydroxytoluene (BHT), yang
direkomendasikan sebagai alternative dari tokopherol pada konsentrasi 10 ppm untuk
menstabilkan paraffin cair. (Aulton, 2002)

Efisiensi dari penggunaan antioksidan pada produk akan tergantung oleh beberapa factor
termasuk kompatibilitas dari zat zatnya. Hal yang perlu diperhatikan pula yaitu antioksidan
efektif dalam konsentrasi rendah, tidak toksik dan tidak merangsang zat lain untuk menjadi
toksik, segera alrut atau terdispersi pada medium, tidak menimbulkan warna, baud an rasa yang
tidak dikehendaki, dapat becampur dengan konstituen lain pada sediaan. Beberapa contoh
antioksidan antara lain adalah alpha tocopherol, asam askorbat, karbon dioksida, butylated
hydroxyanisole, butilated hydroxytoluene dan lain lain. (Aulton, 2002)

5. Sweetening agent

Karbohidrat berbobot molekul rendah dan sukrosa banyak digunakan sebagai pemanis.
Sukrosa memiliki keuntungan diantaranya tidak berwarna, sangat larut air, dan stabil pada pH
antara 4-8 dan dapat meningkatkan viskositas sediaan. Zat ini akan menutupi rasa dari obat
yang kurang menyenangkan dan memiliki efek menenangkan pada membrane kerongkongan.
(Aulton, 2002)

Polihidric alcohol seperti sorbitol, mannitol dan gliserol juga bisa digunakan sebagai
pemanis dan bisa dimasukkan untuk sediaan yang ditujukan bagi penderita diabetes dimana
adnya suksrosa dihindari. (Aulton, 2002)

Pemanis buatan bisa digunakan dan dikombinasikan dengan gula atau alcohol untuk
menaikan tingkat rasa manisnya atau untuk formulasi yang ditujukan untuk pasien yang harus
menghindari asupan gula. (Aulton, 2002)

Hanya sekitar enam pemanis buatan yang diizinkan untuk penggunaan oral di dalam
European Union, penggunaan yang paling sering adalah garam sodium atau kalsium dari
saccharin, keduanya sangat larut air dan stabil secara kimia atau fisik pada rentan pH yang luas.
Yang tidak terlalu sering digunakan adalah aspartame (E951), accesulfame potassium (E950),
thaumatindine DC (E959). (Aulton, 2002)

6. Flavours and perfumes

Penggunaan pemanis yang sederhana mungkin tidak cukup untuk menutupi rasa dari
sediaan yang kurang enak. Pada beberapa kasus agent perasa bisa digunakan. Hal ini sangat
penting untuk sediaan yang ditujukan bagi anak anak. Pemberian flavor agent juga befungsi
untuk memberikan identitas bagi suatu produk. (Aulton, 2002)

Flavor dan perfume agent bisa diperoleh baik dari sintetik ataupun dari alam. Yang dari
alam diantaranya adalah berupa jus buah, minyak aromatic, seperti peppermint, lemon. Flavor
dan perfume yang sintetik tidak memiliki kandungan alam, baisanya lebih murah, banyak
tersedia, komposisi kimia nya lebih stabil daripada bahan alam. Biasanya dalam bentuk
alcohol, larutan atau serbuk. (Aulton, 2002)

Pemilihan flavor yang cocok sangat disesuaikan dengan kenyamanan terhadap


konsumen dan kesesuaian dari warna sediaan. Ada hubungan yang sangat erat antara flavor
atau perfume yang kita gunakan dengan produk yang kita hasilkan, misalnya apabila sediaan
yang kita buat adalah sediaan untuk saluran pencernaan, yang sering digunakan adalah raasa
mint karena selama bertahun tahun mint telah digunakan untuk produk produk yang
menghasilkan efek karminative. (Aulton, 2002)

7. Colours

Ketika rasa yang sesuai telah ditentukan, setelah itu sering ditambahkan warna yang
berhubungan erat dengan rasa yang telah digunakan untuk meningkatkan daya tarik dari
sediaan. Alasan lain untuk pemberian zat warna adalah kemudahan produk untuk diidentifikasi.
(Aulton, 2002)

Kandungan dari produk yang secara kuat mengalami degradasi warna maka bisa
ditutupi dengan agen perwarna asalkan tidak mempengaruhi kestabilan produk. Dan perlu
diperhatikan bahwa pemilihan zat perwarna harus diizinkan di Negara yang tempat produk kita
akan dipasarkan, karena suatu zat warna yang diterima disuatu Negara belum tentu dapat
diterima di Negara lain. Contoh dari agen agen perwarna diantaranya adalah iron oxide, indigo
carmine, sunset yellow, beta carotene dan tartarazine (Aulton, 2002).

Harus perlu disadari bahwa penyertaan zat zat seperti perfume, flavor dan color mungkin
akan mempengaruhi karakterisitik fisik dari sediaan suspensi. (Aulton, 2002)

8. Preservatif

Preservative digunakan biasanya apabila terdapat kandungan alam di dalam sediaan.


Tujuan nya adalah untuk mencegah pertumbuhan mikroba yang mungkin tumbuh pada sediaan
selama penyimpanan atau selama digunakan. Beberapa bahan alam apabila diaplikasikan pada
luka yang tebuka perlu disterilkan sebelum digunakan, misalnya bentonite yang mengandung
Clostridium tetani tapi bisa disterilkan dengan pemanasan pada suhu 1600C selama satu jam.
(Aulton, 2002).

Perlu juga dipertimbangkan interaksi nya dengan zat zat lain di dalam sediaan.
Solubilisasi dengan agen pembasah, interaksinya dengan polimer. Kaolin atau magnesium
trisilikat bis menurunkan avabilitas dari preserpatif. (Aulton, 2002).

 Pengatur viskositas sediaan farmasi

Viskositas/ kekentalan adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir.
Viskositas sangat penting dalam sediaan farmasi contohnya suspense, emulsi dan sediaan
setengah padat lainnya. Pada sediaan suspensi viskositas sangat penting untuk diperhatikan
karena, viskositas yang tinggi umumnya tidak diinginkan dalam sediaan suspense karena sukar
untuk dituangkan dan diratakan kembali (redispersi). Suspense yang baik mempunyai
kekentalan yang sedang dan [partikel yang terlindungi dari gumpalan atau aglomerasi.
Viskositas dapat dinaikan dengan beberapa cara yaitu:

1. Menurunkan ukuran partikel dari fasa terdispers


Dengan menurunkan ukuran partikel sehingga laju turunnya lebih lambat dari
partikel tersebut. Juga semakin besar kerpatan partikel, makin besar laju turunnya,
asalkan kerapatan pembawa tidak diubah. Karena umumnya digunakan pembawa air
dalam susupensi farmasi untuk pemberian oral, kerapatan partikel umumnya lebih
besar daripada kerapatan pembawa. Bila partikel-partikel lebih ringan dari pembawa,
partikel-partikel cenderung untuk mengambang dan partikel-partikrl ini sangat sukar
didistribusikan dengan seragam dalam pembawa.
2. Suspending agent
Selain menurunkan ukuran partikel, peningkatan viskositas juga dapat
dilakukan dengan penambahan suspending agent. Telah kita ketahui bahwa
Suspending agent adalah suatu zat yang prinsip kerjanya dapat memperlambat
pengendapan, mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak serta dapat
meningkatkan viskositas.

Faktor- faktor dalam menentukan suspending agent :

 Komposisi kimianya
 Penggunaan bahan untuk sediaan oral atau topikal
 Stabilitas pembawa dan shelf life
 Produk, sumber, dan inkompatibilitas dari suspending agent.
Jenis- jeinis suspending agent :

a) Bahan Pensuspensi dari Alam


Bahan alam dari jenis gom sering disebut “gom atau hidrokoloid”. Gom dapat
larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut
membentuk muchilago atau lendir. Dengan terbentuknya muchilago, viskositas
cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan
muchilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi bakteri.
 Golongan gom meliputi :

- Akasia (pulvis Gummi Arabic)


Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman Acasia sp., dapat larut dalaam air, tidak
larut dalam alcohol, dan bersifat asam. Viskositas optimum muchilagonya adalah
antara PH 5-9. Jika ada suatu zat yang menyebabkan PH tersebut menjadi diluar
PH 5-9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Muchilago Gom
Arab dengan kadar 35% memiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin.
Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan
zat pengawet (preservalive).
- Chondrus
Diperoleh dari tanaman Chondrus crispus atau Gigartina mamilosa, dapat larut
dalam air, tidak larut dalam alcohol, dan bersifat basa. Ekstrak dari Chondrus
disebut “karagen”, yang banyak dipakai oleh industry makanan. Karagen
merupakan derivat dari sakarida sehingga mudah dirusak oleh bakteri dan
memerlukan penambahan pengawet untuk suspensi tersebut.
- Tragakan
Merupakan eksudat dari tanaman Astragalus gummifera. Tragakan sangat lambat
mengalami hidrasi sehingga untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan
pemanasan. Muchilago tragakan lebih kental dari pada muchilago dari Gom Arab.
Muchilago tragakan hanya baik sebagai stabilisator suspensi, tetapi bukan sebagai
emulgator.
- Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Di perdagangan terdapat dalam
bentuk garamnya, yaitu natrium alginat. Algin merupakan senyawa organik yang
mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin
memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai bahan pensuspensi
umumnya 1-2%.
b) Bahan Pensuspensi Alam Bukan Gom

Suspending agent alam yang bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang

sering digunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam

yaitu bentonit, hectorite, dan vegum. Jika tanah liat dimasukkan kedalam air,

mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan pengocokkan.

Peristiwa ini disebut “tiksotrofi”. Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan

akan bertambah sehingga stabilitas suspensi menjadi lebih baik. Ketiga tanah

liat tersebut bersifat tidak larut dalam air sehingga penambahan bahan tersebut

kedalam suspensi adalah dengan menaburkan pada campuran suspensi.

Keuntungan penggunaan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak

dipengaruhi oleh suhu atau panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-

bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat.

c) Bahan Pensuspensi Sintesis

 Derivat selulosa

Termasuk kedalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose),

karboksimetil selulosa (CMC), hidroksimetil selulosa. Di belakang nama

tersebut biasanya terdapat angka atau nomor, misalnya methosol 1500.

Angka ini menunjukkan kemampuan cairan pelarut untuk meningkatkan

viskositasnya. Semakin besar angkanya, kemampuan semakin tinggi.

Golongan ini tidak di absorpsi oleh usus halus dan tidak beracun sehingga

banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk

bahan pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan bahan

penghancur atau disintegrator dalam pembuatan tablet.


 Golongan organik primer

Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah carbophol 934

(nama dagang suatu pabrik). Organik polimer berupa serbuk putih,

bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi

kulit, serta sedikit pemakaiannya sehingga bahan tersebut bannyak

digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang

baik diperlukan kadar ±1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan

elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas

larutannya
2.3 Jenis-Jenis Metode Pembuatan Suspensi

2.3.1 Metode Dispersi

Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk


bahan obat dalam muchilago yang telah terbentuk, kemudian baru
diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran
pada saat mendispersikan serbuk kedalam pembawa. Hal terserbut
karna adanya udara, lemak atau kontamin serbuk. Serbuk yang sangat
halus mudah memasuki udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan
sukarnya serbuk dibasahi tergantung pada besarnya sudut kontak
antara zat terdispersi dengan medium. Jika sudut kontak ± 90º, serbuk
akan mengembang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut
memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan permukaan
antara zat partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan
zat pembasah atau weitting agent.

2.3.2 Metode Presipitasi

Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu kedalam


pelarut organik yang hendakdicampur dengan air. Setelah larut dalam
pelarut organik, larutan zat ini kemudian diencerkan dengan larutan
pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus
tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan organic tersebut adalah
etanol, propileng likol dan polietilen glikol.

2.4 Cara pembuatan Sediaan Suspensi Amoxicillin yang Baik

Mutu Sediaan sediaan suspense amoxicillin tergantung pada


bahan awal, cara produksi, cara pengawasan mutu, bangunan, peralatan
dan personalia serta terkendali cara produksi dan pemantauannya.
Adapun, CPOB bertujuan agar sifat dan mutu obat yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan atau standar mutu yang ditetapkan.
Adapun, setiap kiriman bahan awal harus ditimbang dan
diperiksa secara visual (kondisi fisik, kemasan, kebocoran dan
kerusakan). Penyimpanan bahan awal harus sesuai dengan aturan
(kondisi/suhu). Selanjutnya, pengeluaran bahan awal harus ditimbang
dan hanya boleh petugas yang berwenang. Pemasukan, pengeluaran dan
sisa harus tercatat. Harus ada juga: Sertifikat Analisa Lokasi dan
bangunan guna pembuatan obat pun diatur.
Lokasi bangunan harus dapat mencegah pencemaran udara,
debu dan air. Gedung dibangun dan dipelihara agar terlindung dari
pengaruh cuaca, banjir, rembesan air dan bersarangnya binatang
pengganggu, dan berbagai persyaratan lainnya. Soal bangunan,
kriterianya antara lain untuk administrasi, gudang bahan awal, ruang
Produksi, Ruang Pengujian Mutu, Ruang Pencucian dan Sterilisasi
Peralatan Gelas, Gudang Produk Jadi, Stasiun LPG, Generator Set,
Pengolahan Air Bersih, Pengolahan Limbah. Ada pula pengaturan
ruangan dengan rancang bangun dan penataan ruangan mencegah
terjadinya campur baur produk, memisahkan pengolahan produk
biologik dan farmasetik, memisahkan ruangan untuk penyimpanan
bahan awal, bahan dan alat kebersihan, produksi, pengujian mutu dan
gudang produk jadi dan lain sebagainya.
Adapun peralatan antara lain peralatan utama dengan jenis,
spesifikasi, jumlah, pemasangan, penempatan, pemeliharaan, kalibrasi.
Soal personalia jumlahnya sesuai kebutuhan dengan kualifikasi
pendidikan formal, pelatihan training (produksi, CPOB), workshop,
kesehatan program pemeriksaan kesehatan dan loyalitas (sikap,
dedikasi dan kesadaran).
Sanitasi dan higiene antara lain meliputi personalia (program
pemeriksaan kesehatan karyawan), bangunan (Bahan, bentuk) (mudah
dibersihkan dan desinfeksi), peralatan (mudah dibersihkan dan
desinfeksi dan disterilkan), bahan produksi dan lain-lain. Sistem
produksi dirancang untuk menjamin obat diproduksi dengan mutu dan
jumlah yang benar sesuai dengan SOP. Jenis Produk antara lain Produk
Biologik, Vaksin Bakteri aktif, inaktif, Antigen dan Antisera. Vaksin
Virus antara lain Vaksin Virus aktif, inaktif, dan Antigen Antisera.
Produk Farmasetik dan Premiks antara lain Steril dan Infuse, serta Non
Steril (Oral, Topikal, salep dan lain-lain)
Selanjutnya banyak lagi persyaratan diperlukan untuk
pembuatan obat yang baik seperti tugas Lain produksi, proses produksi,
pengawasan umum, inspeksi internal, tindak lanjut bahkan juga
penanganan hasil pengamatan, keluhan dan penarikkan kembali obat
yang beredar serta dokumentasi serta alur penerbitan sertifikat CPOB.

2.5 Praformulasi Sediaan Suspensi


a. Amoxicillin
 Struktur kimia Amoxicillin

 Nama Kimia : (6R)-6-[α-D-(4Hydroxyphenyl)glycylamino]


penicillanic acid
 BM Amoksisilin Anhidrat (C16H19N3O5S) : 365,40g/mol
 Sifat Organoleptis : Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau.
 Kelarutan : 1:400 dalam air, 1:1000 dalam alkohol, 1:200
dalam metil alkohol, praktis tidak larut dalam dalam kloroform, eter,
karbon tetra klorida dan campuran minyak.
 pH : 3,5 dan 6,0
 Pemerian : serbuk hablur putih; praktis tidak berbau.
 Kelarutan : sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut
dalam benzena, dalam karbon tetraklorida, dan dalam kloroform.
 Baku pembanding : Amoxicilin BPFI; tidak boleh dikeringkan
sebelum digunakan.
 pH untuk suspensi : Antara 5,0 dan 7,5 dalam suspensi yang
disiapkan seperti pada etiket.
 Stabilitas
Amoxicillin yang merupakan derivat penicillin mengalami hidrolisis
yang mendegradasi produksi cincin ß-laktam.

Terhadap cahaya : tidak stabil terhadap paparan cahaya


Terhadap suhu : terurai pada suhu 30-350C
Terhadap pH : 3,5- 6,0
Titik lebur :-
 Indikasi : Antibiotika spektrum luas yang aktif terhadap
kuman-kuman gram positif dan gram negatif, kecuali Pseudomonas,
Klebsiella dan B Fraglis.
 Mekanisme Kerja
1) Obat bergabung dengan penicillin binding protein (PBPs) pada
kuman,
2) Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses
transpeptidasi antar rantai peptidaglikan terganggu,
3) Terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding usus. Derivat
hidroksi dengan aktivitas sama dengan ampisilin. Tetapi
resorpsinya lebih lengkap (ca 80%) dan pesat dengan kadar darah
2 kali lipat. PP dan t ½nyalebih kurang sama, tetapi difusinya ke
jaringan dan cairan tubuh lebih baik, antara lain ke dalam air liur
pasien bronchitis kronis. Begitupula kadar bentuk aktifnya dalam
kemih jauh lebih tinggi daripada ampisilin (ca 70%) sehingga
lebih layak digunakan pada infeksi saluran kemih.
 Efek Samping : Gangguan lambung usus (diare, mual,
muntah, dll) dan rash yang jarang terjadi.
 Interaksi : Lama kerja diperpanjang oleh obat-obat
encok probenisid dan sulfinpirazon, juga asetosal dan indometasin.
Efek amoksisilin (golongan penicillin) dikurangi oleh antibiotika
bakteriostatis (tetrasiklin, chloramphenicol, makrolida). Amoksisilin
(golongan penicillin) dianggap aman bagi wanita hamil dan
menyusui,walau dalam jumlah kecil terdapat dalam darah jani dan
air susu ibu.
 Dosis Lazim : Dewasa: 3 x 250 mg Amosisilin anhidrat
Anak di bawah 10 tahun: 3 x125-250 mg
Anak di bawah 20 kg: 20-40 mg/kg BB per hari
b. Bahan Tambahan
 Suspending Agent : CMC Na
 Struktur Kimia

 Sinonim : Cellulose gum, Sodium cellulose glycolate, Akucell;


Aquasorb; Blanose; permen selulosa, CMC sodium; E466; Finnfix;
Nymcel; SCMC; karboksimetilselulosa natrium, natrium glycolate
selulosa; sodium CMC; Tylose CB.
 Nama Kimia : Celullose, Karboksimetil eter
 Fungsi : Suspending agent, Stabilizing agent, Pelapisan agen;
bahan stabilisasi, menangguhkan agen, tablet dan hancur untuk
kapsul; pengikat tablet; agen peningkat viskositas.
 Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau, seperti granul bedak
 Kelarutan: praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter, dan
toluen. Mudah terdispersi di dalam air pada semua temperatur,
membentuk jelas, solusi koloid. Kelarutan air bervariasi dengan
derajat substitusi (DS).
 Stabilitas dan kondisi penyimpanan: CMC Na merupakan senyawa
yang stabil, bersifat higroskopis. Pada kondisi dengan kelembaban
yang tinggi CMC Na dapat menyerap air > 50%. Pada larutan air CMC
Na stabil dalam pH 2-10, dan akan terjadi pengendapan pada pH
dibawah 2, serta penurunan viskositas terjadi dengan cepat pada pH
diatas 10.
 Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan :natrium karboksimetilselulosa
adalah stabil, meskipun bahan higroskopis. Simpan dalam tempat
yang dingin dan kering.
 OTT : Larutan asam, garam besi, beberapa logam dan xantan gum
 pKa = 4,30
 Titik lebur: cokelat di sekitar 227 ° C, dan karakter pada sekitar 252 °
 Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat
 Ketidaktercampuran: CMC Na ini tidak tercampur pada larutan yang
bersifat asam kuat, dan dengan garam – garam logam yang dapat larut
seperti alumunium, merkuri, dan seng. Pengendapan kemungkinan
terjadi pada pH dibawah 2 dan juga dapat terjadi bilamana CMC Na
dicampur dengan etanol (95%).
 Tidak kompatibel : natrium karboksimetilselulosa tidak kompatibel
dengan solusi sangat asam dan garam larut dengan besi dan beberapa
logam lain, seperti aluminium, merkuri, dan seng. Pengendapan dapat
terjadi pada pH <2, dan juga bila dicampur dengan etanol
(95%).Karboksimetilselulosa natrium bentuk coacervates kompleks
dengan gelatin dan pektin. Hal ini juga membentuk kompleks dengan
kolagen dan mampu presipitan protein bermuatan positif tertentu.
c. Pengikat : PVP
 Struktur Kimia

 Nama : povidone
 Sinonim :E1201; Kollidon; Plasdone; poli [1 - (2-oxo-1-pyrrolidinyl)]
etilen;polyvidone; polivinil; PVT; polimer 1-vinil-2-pyrrolidinone.
 Nama kimia : 1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer
 Formula empiris: (C6H9NO)
 Fungsional : agen menangguhkan; pengikat
 Aplikasi :povidonedapat juga ditambahkan ke campuran bubuk
dalam bentuk kering dan halus di situ dengan penambahan air,
alkohol, atau solusi hydroalcoholic. Povidone adalah tambahan yang
digunakan sebagai menangguhkan, menstabilkan, atau agen-
viskositas meningkat di sejumlah suspensi topikal dan oral dan solusi.
Kelarutan sejumlah obat aktif buruk terlarut dapat ditingkatkan oleh
pencampuran dengan povidone.
Tabel : Penggunaan povidone.

Penggunaan Konsentrasi(%)

Pembawa 10–25

Pendispersi Up to 5

Tetes Mata 2–10

Pensuspensi Up to 5

Pengikat, pengikat atau penyalut tablet 0.5–5

 Keasaman / alkalinitas:pH = 3,0-7,0 (5% b / v larutan air).


 Titik lebur: 150 ° C.
 Kelarutan: bebas larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton,
metanol, dan air, praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan
minyak mineral. Dalam air, konsentrasi larutan hanya dibatasi oleh
viskositas larutan yang dihasilkan, yang merupakan fungsi dari nilai-
K.
 Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan :Povidone berubah warna pada
pemanasan pada 150 ° C, dengan penurunan kelarutan air. Hal ini
stabil untuk siklus pendek dengan paparan panas sekitar 110-130 ° C;
sterilisasi uap suatu larutan air tidak mengubah sifatnya, rentan
terhadap pertumbuhan jamur oleh karena itu membutuhkan
penambahan bahan pengawet yang sesuai. Povidone yang disimpan
dalam kondisi yang biasa tidak mengalami dekomposisi atau
degradasi, bersifat higroskopis, harus disimpan dalam wadah kedap
udara di tempat sejuk dan kering.
 Tidak kompatibel :Povidone kompatibel dalam larutan dengan
berbagai garam anorganik, resin alami dan sintetis, dan bahan kimia
lainnya. Membentuk aduk molekul dalam larutan dengan
sulfathiazole, natrium salisilat, asam salisilat, fenobarbital, tanin, dan
senyawa lainnya. Efektifitas beberapa pengawet, misalnya thimerosal,
dapat terpengaruh oleh pembentukan kompleks dengan povidone.
d. Pemanis : Sukrosa
 Struktur Kimia
Saccharin (Eksipient)

 Pemerian : kristal putih atau serbuk putih


 Kelarutan : larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), eter,
gliserin dan air
 Suhu : 100˚ C
 Stabilitas : stabil di bawah range normal dari kondisi aktif
formulasi
 Khasiat : Sweetening agent
 OTT : -

e. Pengawet : Sodium Benzoat


Struktur Kimia
 Bentuk : serbuk hablur/kristal
 Warna : putih
 Bau : berbau/hampir tidak berbau
 Rasa : manis tidak enak
 Nama kimia : Na Benzoat
 Rumus molekul : C7H5NaO2
 Kadar : Na benzoat mengandung tidak kurang dari 99,0%
C7H5NaO2, dihitung terhadap zat anhidrat.
 Stabilitas kimia : Incompatibel dengan gelatin, garam ferri dan kalsium
dari logam berat seperti perak dan merkuri, selain itu juga dapat
direduksi dengan kaolin/non ionik surfaktan.
 Stabilitas fisika : sterilisasi dengan autoclave, disimpan dalam wadah
tertutup ditempat sejuk dan kering.
 Kelarutan : larut dalam 2 bagian air, dalam 90 bagian etanol 95%.
 Khasiat/penggunaan : anti mikroba dalam obat oral (0,02-0,5%),
parenteral (0,5%), kosmetik (0,1-0,5%).
 Dosis maksimal :1 × p = 2 gram
1× h = 6 gram
 Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

f. Essence Orange
 Pemerian : Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar yangdiproses
secara mekanik dan terkandung kurang lebih 90% lemon
 Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90%
 Kegunaan : pewarna dan pewangi
 Wadah dan Penyimpanan : Dalm wadah yang tertutup dan tempat
yang sejuk dan kering, dan terhindar dari cahaya matahari
g. Pelarut : Air
 Sinonim : Aqua, Hidrogen Oxyde
 Berat molekul : 18,02
 Rumus Molekul : H2O
 Rumus Bangun: H – O – H
 Bentuk : cairan jernih
 Warna : tidak berwarna
 Rasa : tidak beras
 Bau : tidak berbau
 Stabilitas : air stabil pada semua jenis subtansi
 OTT : air dapat bereaksi dengan alkali
 Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit.
 PH : 5,0 – 7,0
 Fungsi : Sebagai zat pelarut

h. Formulasi
Nama Bahan Jumlah
Amoxicillin 125 mg/5ml
PVP 2%
CMC Na 1%
Sukrosa 20%
Essence Orange 0,015%
Sodium Benzoat 0,25%
Aqua Ad 200 ml
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Regimen Sediaan Suspensi Amoxicillin (IONI, 2017)


 Kekuatan Sediaan
Tiap 5 ml mengandung 125mg Amoxicillin
 Dosis
Kekuatan amoxicillin 125 mg/5ml
- Dosis Lazim :
- Dewasa = 3 kali 250mg
- Anak dibawah 10 tahun = 3 kali 125 – 250mg
- Anak dibawah 20 kg = 20-40 mg/Kg/BB terbagi dalam 3 dosis
(Maksimum 3 gram sehari)
 Aturan Pakai
Umur
1-3 Tahun = 1 sendok teh
4-7 Tahun = 1 1/2 sendok teh
8 thn -Dewasa = 1 sendok makan

3.2. Komponen Formulasi Sediaan Suspensi Amoxicillin


A. Zat Aktif (Amoxicillin)
Amoksisilin berfungsi untuk pengobatan berbagai jenis
infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan negatif.
Infeksi yang dapat diobati oleh antibiotik amoksisilin antara lain
infeksi pada gigi, saluran kemih, telinga, hidung, tenggorokan,
saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan kelamin misalnya
gonore (Talogo, 2014). Amoksisilin dapat digunakan untuk
mengobati penyakit seperti amandel, sinusitis, radang tenggorokan,
faringitis, gonore, luka dan untuk mencegah endokartigis yang
disebabkan oleh bakteri pada organ-organ beresiko tinggi pada saat
perawatan gigi (BPOM, 2012).
B. Pengikat ( PVP)
Alasan digunakannya PVP di formulasi yang dibuat yaitu
sebagai perekat yang baik dalam larutan air atau alcohol, mempuyai
kemampuan sebagai pengikat kering (Banker and Anderson, 1986).
Berdasarkan penelitian, PVP bagus untuk proses pembuatan granul,
hasil granul lebih cepat kering, memiliki sifat alir yang baik, sudut
diam minimum. PVP dapat membentuk ikatan kompleks dengan
berbagai molekul obat sehingga banyak obat-obat yang kelarutannya
meningkat dengan adanya PVP, dimana ikatan PVP lebih lemah
sehingga lebih mudah melepaskan obatnya. Tidak menggeras
selama penyimpanan (Muktamar, 2007).
C. Suspending Agent ( CMC Na)
Pada formulasi yang dibuat CMC Na membantu sebagai
Suspending agent dalam sediaan cair (pelarut air) yang ditujukan
untuk pemakaian eksternal, oral atau parenteral ;Stabilizing agent,
Pelapisan agen; bahan stabilisasi, agen peningkat viskositas.
D. Pemanis (Sukrosa)
Sukrosa digunakan pada formulasi yang dibuat sebagai
pemanis, berperan juga sebagai peningkat viskositas dan pengencer.
Sukrosa dapat pula dihaluskan untuk meningkatkan luas permukaan
dan juga digunakan sebagai pembawa untuk komponen yang
berbentuk cair. Sukrosa juga dapat digunakan sebagai pengawet
dibuthkan berkaitan dengan tingginya ph sediaan suspense maka
dalam memformulasikan sediaan suspensi bahan-bahan pembantu
harus dipilih yang dapat bekerja efektif pada rentang ph tersebut.
E. Essence Orange
Essence Orange yang digunakan dalam formulasi yang dibuat
untuk pewarna yang diharapkan untuk menarik penampilan sediaan
kemudian meningkatkan estetika dari sediaan, penggunaan perwarna
orange memiliki ketercampuran yang baik dalam larutan suspensi
dan pewangi yang diharapkan sebagai menutupi aroma dari zat aktif
yang digunakan.
F. Sodium Benzoat
Pengawet yang digunakan dalam formulasi yang dibuat untuk
menghambat pertumbuhan mikroba dan jamur memperpanjang
umur simpan sediaan (expired date). Sodium benzoate dibunakan
pada Ph 2,5-4, daya awetnya akan menurun dengan meningkatnya
Ph, karena keefektifan dan mekanisme anti mikroba berada dalam
bentuk molekul yang tidak terdisosiasi.

3.3 Metode Pembuatan Sediaan Suspensi Amoxicillin.


Metode yang digunakan dalam pembuatan sediaan suspensi
amoxicillin yaitu metode dispersi.
 Penimbangan Bahan
1. Amoxicillin = 125mg/5 ml x 200 ml = 5000mg= 5 gram
2. PVP = 2/100 x 200 ml = 4 gr
3. CMC Na= 1/100 x 200 ml = 2 gr
4. Sukrosa = 20/100 x 200 ml = 40 gr
5. Essence Orange = 0,015/100 x 200 ml = 0,03 gr
6. Sodium Benzoat = 0,25/100 x 200 ml = 0,5 gr
7. Aquadest ad 100 ml
 Massa granul
Amoxicillin = 5 gr
PVP = 4 gr
Sukrosa = 40 gr
Essence = 0,03 gr
Na Benzoat = 0,5 gr +
49,53 gr
Massa granul dilebihkan 50 % karena khawatir massa ada yang tertinggal
ketika proses granulasi, sehingga bahan yang ditimbang menjadi :
Amoxicillin = 5 gr + (50% x 5 gr) = 7,5 gr
PVP = 4 gr + (50% x 4 gr) = 6 gr
Sukrosa = 40 gr (50% x 40 gr) = 60 gr
Essence Orange = 0,03 gr + (50% x 0,03gr) = 0,045 gr
Na Benzoat = 0,5 gr + (50% x 0,5 gr) = 0,75 gr +
74,295 gr
CMC Na = 2 gr
(CMC Na ditambahkan dalam bentuk fines.)

Anda mungkin juga menyukai