PENDAHULUAN menderita BPH, dan pada bulan Januari-
Oktober 2017 terdapat 10 (0,67%) laki- Penyakit yang sering dijumpai pada laki penderita BPH. kaum laki-laki saat ini salah satunya yaitu pembesaran kelenjar prostat atau yang Penyelesaian masalah pasien BPH dikenal dalam dunia medis yaitu Benigna jangka panjang yang paling baik saat ini Prostat Hiperplasia (BPH). Benigna adalah dilakukannya pembedahan atau Prostat Hiperplasia merupakan kelenjar prostatectomy. Pemberian obat-obatan periuretral yang mendesak jaringan prostat atau terapi non invasif biasanya ke perifer. Pembesaran prostat membutuhkan jangka waktu yang sangat menyebabkan penyempitan lumen uretra lama untuk melihat hasil terapi (Basuki B. prostatika sehingga menghambat aliran Purnomo, 2011). urin (Sjamsuhidajat, 2011). Hasil terapi yang paling cepat dari Menurut WHO pada tahun 2012, penatalaksanaan BPH yakni dilakukannya diperkirakan penderita yang mengalami prostatectomy, namun tidak semua pasien BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah BPH dilakukan prostatectomy. sebanyak 30 juta, hal ini paling sering Prostatectomy sendiri direkomendasikan terjadi pada kaum pria (Samidah & pada pasien-pasien BPH yang mengalami Romadhon, 2015). Di dunia, hampir 30 retensi urine, infeksi saluran kemih juta pria menderita BPH (Benigna Prostat berulang, hematuria, gagal ginjal dan Hyperplasia). Pada usia 40 tahun sekitar timbulnya batu saluran kemih atau 40%, usia 60-70 tahun meningkat menjadi penyulit lain akibat obstruksi saluran 50% dan usia lebih dari 70 tahun mencapai kemih bagian bawah (Basuki B. Purnomo, 90%. Data prevalensi penderita BPH 2011). sebesar 40% dan 90% terjadi pada rentang usia 50-60 tahun dan 80-90 tahun (Amalia Akibat dari dilakukannya Riski, 2010). prostatectomy sendiri yakni salah satunya nyeri atau distress fisik. Dimana nyeri Di Indonesia BPH sendiri menjadi dapat mempengaruhi rasa aman dan kelainan urologi kedua setelah batu saluran nyaman dari pasien sehingga pasien kemih yang sering dijumpai di klinik mengalami gangguan Kebutuhan istirahat urologi dan diperkirakan 50% diderita pria tidur. Kebutuhan dasar manusia menurut berusia diatas 50 tahun. Angka harapan Maslow yaitu salah satunya kebutuhan hidup di Indonesia, rata-rata mencapai 65 fisiologis, dimana kebutuhan fisiologis tahun sehingga diperkirakan 2,5 juta laki- merupakan kebutuhan dasar yang meliputi laki di Indonesia menderita BPH (Pakasi, oksigen, cairan, nutrisi, keseimbangan 2009). suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, kebutuhan seksual serta istirahat tidur Dari data di Jawa Tengah (Asmadi, 2008). Khususnya di Semarang survai yang dilakukan adalah berdasarkan hasil Istirahat tidur pada individu yang pemeriksaan laboratorium dan (USG) sakit membutuhkan waktu yang lebih mencapai 104 pasien yang didiagnosa banyak dibandingkan saat sedang sehat, penyakit pembesaran prostat jinak dimana fungsi dari tidur itu sendiri yakni (Amelia,2008) sebagai proses pemulihan. Disamping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat Data penderita BPH di RSUD mengalami gangguan (Wahit Iqbal, 2007). Bendan Kota Pekalongan tahun 2016 yakni terdapat 19 (1,23%) laki-laki Proses pemulihan ini bermanfaat klien, keluarga, kelompok, komunitas, mengembalikan kondisi seseorang pada atau institusi. Meskipun jumlah subjek saat sehat. Dengan begitu, tubuh yang cenderung sedikit namun jumlah sebelumnya mengalami kelelahan akan variabel yang diteliti sangat luas. Oleh menjadi segar kembali. Proses pemulihan karena itu sangat penting untuk yang terhambat tersebut dapat mengetahui semua variabel yang mengakibatkan organ tubuh tidak dapat berhubungan dengan masalah bekerja dengan maksimal, sehingga orang penelitian. (Nursalam, 2008). Karya yang kurang tidur akan merasa cepat lelah Tulis Ilmiah ini berbentuk studi kasus dan mengalami penurunan konsentrasi yang menggambarkan asuhan (Ulimudiin, 2011). keperawatan PascaProstatectomy dengan fokus studi gangguan Pasien yang terhambat proses kebutuhan istirahat tidur. pemulihannya karena kurangnya kebutuhan istirahat tidur akan mengalami B. Subjek Penelitian gangguan Kebutuhan istirahat tidur. Gangguan Kebutuhan istirahat tidur Subjek penelitian ini adalah dua pasien tersebut ditandai dengan adanya gangguan (Tn. D dan Tn. T) dengan masalah dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur keperawatan dan diagnosis medis yang pada seorang individu (Harsono, 2010). sama, yaitu pasien pasca prostatectomy dengan gangguan Adanya gangguan terbatas waktu kebutuhan istirahat tidur. Teknik pada jumlah dan kualitas tidur yang sampling yang digunakan adalah menyebabkan ketidaknyamanan atau convenience sampling method dimana mengganggu gaya hidup yang diinginkan, penetapan sampel dengan mencari periode lama tanpa penghentian sementara subyek atas dasar ha-hal yang menarik yang periodik dan alami secara terus- dan dapat mempermudah penulis. menerus pada ketidaksadaran relatif Studi kasus ini dilakukan pada dua (Susan Martin, 2007). orang pasien.
Berdasarkan uraian diatas Penulis C. Lokasi dan Waktu Penelitian
tertarik mengangkat kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pasca Prostatectomy dengan Fokus Studi pada pasien Pasca Prostatectomy Gangguan Kebutuhan istirahat Tidur di dengan Fokus Studi Gangguan Ruang Jlamprang RSUD Bendan Kota Kebutuhan Istirahat Tidur, Pekalongan”. dilaksanakan di RSUD Bendan Kota Pekalongan, selama 6 hari pada klien 2. METODE PENELITIAN Tn. D tanggal 4-6 April 2018, sedangkan klien Tn. T pada tanggal 2- A. Rancangan Penelitian 4Mei 2018.
Metode penulisan yang digunakan D. Instrumen Penelitian
oleh penulis adalah metode penelitian deskriptif dengan fokus studi gangguan Instrument yang digunakan dalam kebutuhan istirahat tidur. Rancangan pengumpulan data diantaranya : penelitian deskriptif dengan fokus Instrumen yang digunakan studi merupakan rancangan penelitian penulis sebagai alat pengumpulan data yang mencakup pengkajian satu unit adalah cheklist (terlampir). Cheklist penelitian secara intensif misalnya satu gangguan kebutuhan istirahat tidur untuk memeriksa gangguan kebutuhan mengalami jumlah waktu tidur istirahat tidur yang terdiri dari kurang dari kebutuhan yakni tidur pernyataan yang menggambarkan 4-5 jam per hari dimana ini sesuai keluhan dan gejala gangguan. dengan teori menurut teori Harsono (2010) yakni adanya 3. HASIL DA N PEMBAHASAN gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada seorang Pada karya tulis ini penulis individu. mengambil data fokus yang menunjang adanya tanda-tanda gangguan 1. Diagnosa keperawatan kebutuhan istirahat tidur. Pengkajian Berdasarkan pengkajian klien 1 (Tn. D) dilakukan pada Hari diatas penulis mengangkat Rabu, tanggal 4 April 2018 jam 16.00 masalah keperawatan gangguan WIB dan pengkajian pada klien 2 (Tn. kebutuhan tidur berhubungan T) pada Hari Rabu, tanggal 2Mei 2018 dengan nyeri. Tujuan yang akan di ruang Jlamprang RSUD Bendan, dicapai yaitu kebutuhan tidur Kota Pekalongan jam 16.00 WIB. normal dan memenuhi kebutuhan tidur 6-7 jam per hari. Dari hasil pengkajian pada klien pertama Tn. D dan klien Setelah dilakukan tindakan kedua Tn. T, didapatkan hasil asuhan keperawatan selama tiga yang sama yaitu kedua klien hari, mulai dari pengkajian mengalami prostat dan dilakukan sampai evaluasi pada kedua prostatectomy. Akibatnya pasien. Dalam perumusan kebutuhan istirahat tidur klien masalah penulis mengangkat pada Tn. D dan Tn. T terganggu diagnosa gangguan kebutuhan karena nyeri yang dirasakan. tidur berhubungan dengan nyeri. Sesuai dengan hasil yang Didukung adanya data dimana didapatkan dalam pengkajian klien mengatakan kesulitan untuk didapatkan hasil bahwa kedua tidur, tidur malam 3-4 jam, sering pasien megalami penurunan terbangun, terbangun lebih awal konsentrasi sehingga pasien tidak dari yang diinginkan, tidur tidak fokus dalam merespon tindakan, nyenyak, tidur siang kurang lebih hal ini sesuai dengan teori 1 jam per hari, sehingga klien menurut Ulimudiin (2011) tidur merasa lelah.Perumusan masalah adalah suatu proses yang sangat tersebut sudah sesuai dengan teori penting bagi manusia, karena menurutSusan Martin Tucker dalam tidur terjadi proses (2007, hal. 67) untuk menegakkan pemulihan, proses ini bermanfaat diagnosagangguan kebutuhan mengembalikan kondisi seseorang tidur pada pasien pasca operasi pada keadaan semula, dengan Prostatectomydiperlukan data- begitu, tubuh yang tadinya data pendukung seperti keluhan mengalami kelelahan akan verbal tentang kesulitan untuk menjadi segar kembali. Proses tidur, terbangun lebih awal atau pemulihan yang terhambat dapat lebih akhir dari yang diinginkan, menyebabkan organ tubuh tidak tidur terganggu, keluhan verbal bisa bekerja dengan maksimal, tentang tidak merasa istirahat akibatnya orang yang kurang tidur dengan baik, perubahan dalam akan cepat lelah dan mengalami perilaku dan performa, penurunan konsentrasi. Pasien peningkatan iritabilitas, mengantuk pada siang hari, TTV batas normal. Berdasarkan penurunan kemampuan untuk diagnosa keperawatan yang telah melakukan fungsi, mudah lupa, dirumuskan kemudian di gelisah, disorientasi, letargi ; lanjutkan dengan membuat malaise, mudah lelah, kelesuan, perencanaan-perencanaan yang kurang konsentrasi, tanda fisik dapat mengatasi masalah seperti nistagmus ringan dan gangguan kebutuhan tidur cepat, tremor tangan ringan, berhubungan dengan nyeri. wajah kurang ekspresi, reaksi Intervensi yang dilaksanaksan lambat. Kemudian pada gangguan yaitu observasi keadaan umum kebutuhan tidur juga ditemukan klien, observasi TTV, ciptakan bicara tidak jelas disertai lingkungan yang nyaman, kesalahan pelafalan dan kata yang mencari sumber yang menjadi tidak tepat, lingkar gelap di faktor gangguan kebutuhan tidur, bawah mata, sering menguap, memonitor makan dan minum perubahan postur. Namun kedua dengan waktu tidur. pasien tidak mengalami perubahan perilaku, disorientasi, Penulis menyusun nistagmus ringan dan cepat, intervensi keperawatan yang sama tremor tangan ringan sehingga antara pasien pertama dan kedua ada kesenjangan antara teori dan yaitu melakukan pengkajian kenyataan dilapangan (Susan kebutuhan tidur, mengobservasi Martin Tucker, 2007, hal. 67). TTV, menciptakan lingkungan yang nyaman, mencari sumber 2. Intervensi keperawatan yang menjadi faktor gangguan kebutuhan tidur, memantau Perencanaan keperawatan riwayat tidur dan catatan tidur, yang ditentukan oleh penulis memantau faktor penyebab dengan diagnosa keperawatan penyulit tidur. Ini sesuai dengan gangguan kebutuhan tidur teori menurut Poeter dan Perry berhubungan dengan nyeri. (2009) dalam menentukan Tujuan yang ingin dicapai oleh intervensi keperawatan terhadap penulis adalah istirahat dan tidur pasien yang mengalami gangguan terpenuhisecarakualitasdankuantit kebutuhan tidur. astidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, 3. Implementasi keperawatan dengan kriteria hasil pasien mengatakan mencapai kualitas Tindakan keperawatan pada kebutuhan tidur, pasien tidak diagnosa keperawatan gangguan mengeluhkan tidur, tidak kebutuhan tidur berhubungan terbangun di malam hari dan sulit dengan nyeri. Pada tahap ini tidur kembali, jumlah jam tidur penulis bekerjasama dengan dalam batas normal 6-8 jam/hari, perawat ruangan untuk mengatasi perubahan fisik hilang (kelopak gangguan kebutuhan tidur yaitu mata tidak bengkak, daerah berupa tindakan mengobservasi sekitar mata tidak hitam, dan keadaan umum, mengobservasi perhatian focus), perasaan segar tanda-tanda vital, kaji kebutuhan sesudah tidur atau istirahat, tidur dan karakteristiknya, tanda- mampu mengidentifikasikan hal- tanda gangguan tidur, kecukupan hal yang meningkatkan tidur, kebutuhan tidur pasien. Dalam intervensi yang telah disusun relaksasi nafas dalam untuk diatas pada intervensi mengukur mengurangi nyeri dan tanda-tanda vital dilakukan sesuai mendapatkan terapi injeksi dengan jam program pelaksanaan. ranitidin 2 x 50 gr untuk Implementasi yang telah mengurangi nyeri sesuai pada dilakukan penulis sesuai dengan waktu yang di programkan. yang telah direncanakan. Penulis tidak mengalami hambatan dalam Pada hari pertama mengkaji melakukan pelaksanaan kebutuhan tidur kedua pasien keperawatan karena penulis juga yakni memantau riwayat tidur dan mendapat bantuan dari perawat catatan tidur, memantau faktor ruangan ketika melakukan penyebab tidur, menjelaskan implementasi. Faktor pendukung pentingnya tidur yang adekuat, terlaksananya asuhan dampak jika tidak terpenuhinya keperawatan gangguan kebutuhan kebutuhan tidur, meningkatkan tidur pada kedua pasien tidak lain istirahat dan beri lingkungan yang adalah klien mau terbuka dengan nyaman, membatasi pengunjung, penulis, kerjasama perawat mengingatkan pentingnya tidur diruang Jlamprang, klien dan tim yang adekuat, dampak jika tidak kesehatan lain baik langsung terpenuhinya kebutuhan tidur. maupun tidak langsung telah Kedua pasien tampak tidak fokus membantu penulis dalam dengan tindakan, mata tampak melaksanakan intervensi asuhan bengkak, lemas. Kedua pasien keperawatan tersebut. mampu menyebutkan beberapa faktor penyebab kesulitan dalam Pada hari pertama mengkaji tidur dan mau mencoba untuk kebutuhan tidur kedua pasien mengatasinya dengan cara yakni memantau riwayat tidur dan mengatasi faktor fator yang catatan tidur, memantau faktor menyebabkan tidur terganggu penyebab tidur, menjelaskan seperti nyeri yang dialami kedua pentingnya tidur yang adekuat, pasien, sehingga kedua pasien dampak jika tidak terpenuhinya selalu melakukan teknik distraksi kebutuhan tidur, meningkatkan relaksasi nafas dalam untuk istirahat dan beri lingkungan yang mengurangi nyeri dan nyaman, membatasi pengunjung, mendapatkan terapi injeksi mengingatkan pentingnya tidur ranitidin 2 x 50 gr untuk yang adekuat, dampak jika tidak mengurangi nyeri sesuai pada terpenuhinya kebutuhan tidur. waktu yang di programkan. Kedua pasien tampak tidak fokus dengan tindakan, mata tampak Pada hari kedua mengkaji bengkak, lemas. Kedua pasien kebutuhan tidur kedua pasien mampu menyebutkan beberapa yakni memantau riwayat tidur dan faktor penyebab kesulitan dalam catatan tidur, memantau faktor tidur dan mau mencoba untuk penyebab tidur, menjelaskan mengatasinya dengan cara pentingnya tidur yang adekuat, mengatasi faktor fator yang dampak jika tidak terpenuhinya menyebabkan tidur terganggu kebutuhan tidur, meningkatkan seperti nyeri yang dialami kedua istirahat dan beri lingkungan yang pasien, sehingga kedua pasien nyaman, membatasi pengunjung, selalu melakukan teknik distraksi mengingatkan pentingnya tidur yang adekuat, dampak jika tidak tidur nyenyak, tidur malam terpenuhinya kebutuhan tidur. selama 6 jam dan tidur siang Saat mengkaji kebutuhan tidur selama 1 jam, badan terasa pada Tn. D yakni pasien segar, tidak merasa lesu, mengatakan tidur masih sering merasa istirahat lebih baik, terbangun, mulai dapat mengatasi analisis masalah teratasi untuk memulai tidur, masih sebagian. Setelah dilakukan tampak lemas, sudah mulai fokus tindakan gangguan kebutuhan dalam memberikan respon tidur selama 3x24 jam klien sedangkan pada Tn. T frekuensi terlihat lebih segar, fokus tidur sudah bertambah 5-6 jam terhadap respon, tampak aktif, per hari, mata masih bengkak, kedua pasien mengatakan tidur masih tampak lemas. mulai terpenuhi ditandai dengan frekuensi tidur yang Pada hari ketiga yang bertambah menjadi 6-7 jam per dilakukan yaitu mengkaji hari rencana berikutnya kebutuhan tidur kedua pasien pertahankan Intervensi. yakni memantau riwayat tidur dan Evaluasi yang diharapkan catatan tidur, memantau faktor menurut Potter and Perry penyebab tidur, menjelaskan (2009) yakni gangguan pentingnya tidur yang adekuat, kebutuhan tidur pasien teratasi. dampak jika tidak terpenuhinya Gangguan kebutuhan tidur kebutuhan tidur, meningkatkan teratasi ditandai dengan tidak istirahat dan beri lingkungan yang menunjukkan tanda-tanda nyaman, membatasi pengunjung, gangguan kebutuhan tidur mengingatkan pentingnya tidur seperti, keluhan verbal tentang yang adekuat, dampak jika tidak kesulitan untuk tidur, terbangun terpenuhinya kebutuhan tidur. lebih awal dari yang Respon yang didapatkan dari Tn. diinginkan, tidur terganggu, D yakni frekuensi tidur 6-7 jam, keluhan verbal tentang tidak mata tidak bengkak, fokus merasa istirahat dengan baik terhadap respon, dapat memulai (Susan Martin Tucker, 2007, tidur, terbangun beberapa kali, hal. 67). bada terasa segar, pada Tn. T memberikan respon yang sama 4. SIMPULAN yakni frekuensi tidur 6-7 jam per hari, mata tidak bengkak, fokus Masing-masing masalah terhadap respon, dapat memulai keperawatan gangguan kebutuhan istirahat tidur, terbangun beberapa kali, tidur klien 1 (Tn. D) dan klien 2 (Tn. T) badan terasa segar. Klien untuk mengetahui hasil dari tindakan membutuhkan istirahat dan tidur keperawatan yang telah dilaksanakan yang cukup untuk dapat sesuai dengan kriteria hasil yang penulis memperbaiki kebutuhan tidurnya, tentukan pada masalah keperawatan ini sesuai dengan teori menurut gangguan kebutuhan istirahat tidur Poeter dan Perry (2009). berhubungan dengan myeri. Pada kedua klien masalah teratasi karena klien telah 4. Evaluasi Keperawatan mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu Evaluasi dilakukan pada tidak menunjukkan perubahan fisik akibat kedua pasien dengan data kekurangan istirahat tidur, tidak ada subjektif pasien mengatakan keluhan verbal tentang tidak mendapatkan tidur yang cukup, dan tidur tidak terganggu. Hal itu ditunjukkan dengan Amalia, Rizki.(2007).Faktor-Faktor respon subjektif pasien yang mengatakan Resiko Terjdinya Pembesaran tidur nyenyak, kebutuhan tidur tercukupi Prostat Jinak.(Universitas yakni tidur kurang lebih 6 jam per hari, Diponegoro,2007) tidak ada perubahan fisik dengan tanda badan terasa segar, tidak merasa lesu, Amanda. (2016). Bab II Tinjauan kualitas tidur terpenuhi dengan tanda Pustaka, [pdf], merasa istirahat lebih baik. Respon (http://digilib.unimus.ac.id/files/dis obyektifnya kedua pasien tampak terlihat k1/134/jtptunimus-gdl- lebih segar, fokus terhadap respon, tampak amandatama-6700-2-babii.pdf, aktif. diakses tanggal 5 Januari 2016)
Progresif Terhadap Intensitas Terima kasih secara khusus saya Nyeri Pada Post Operasi BPH sampaikan kepada: (Benigna Prostat a. Bapak Warijan, S.Pd., A.Kep., M.Kes Hiperplasia).(Jurusan Keperawatan sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes Poltekkes Tanjung Karang,2017) Semarang. b. Bapak Putrono, S.Kep, ns, M.Kes., Arifin, Ryan B.(2015).Asuhan sebagai Ketua Jurusan Keperawatan Keperawatan Pada Klien Benigna Poltekkes Kemenkes Semarang. Prostat HiperplasiaPost Open c. Bapak H. Suryo Pratikwo, S.Pd, Prostatectomy.(Universitas SKM, M.Kes sebagai Ketua Prodi Muhammadiyah Surakarta,2015) DIII Keperawatan Pekalongan Poltekkes Kemenkes Semarang Ariyoso, Sigit.(2012).Asuhan d. Bapak Dr. Sudirman, BN, MN., Keperawatan Post Operasi selaku Ketua Penguji BPH.(STIKES Muhammadiyah e. Bapak Ns. M. Projo Angkasa, S.Kp., Pekajangan,2012) M.Kes., selaku pembimbing I yang senantiasa selalu memberikan saran Imna, Mauza F.(2012).Asuhan dan masukan dalam penyusunan karya Keperawatan Nyeri pada Tn. M tulis ilmiah ini. dengan Post Operasi Transurethral f. Ibu Sumarni, SST, M.Kes., selaku Reseksi Prostatectomy dan pembimbing II yang senantiasa selalu Vesicolithotomy.(STIKES Kusuma memberikan saran dan masukan dalam Husada Surakarta,2012) penyusunan karya tulis ilmiah ini, g. Kedua orang tua saya dan kakak saya, Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul yang selalu mendoakan, memberikan Chayatin.2007.Buku Ajar dukungan serta memberikan motivasi. Kebutuhan Dasar Manusia : Teori & Aplikasi dalam 6. DAFTAR PUSTAKA Praktik.Jakarta:EGC
Adhiyah, Mina N.(2012).Asuhan Nursalam & Fransisca.2008.Asuhan
Keperawatan Pada Tn. I Dengan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan:Post Gangguan Sistem Operasi Benigna Prostat Perkemihan.Jakarta:Salemba Hiperplasia (BPH).(Universitas Medika Muhammadiyah Surakarta,2012) Potter & Perry.1985.Fundamental of Nursing.terjemahan Diah Nur Fitriani & Onny Tampubolon.2009.Fundamental Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
Purnomo, Basuki B.2011.Dasar-Dasar
Urologi.Jakarta:Sagung Seto
Tucker, Susan Martin (et
al).2000.patient care standars:Collaborative:Planning & Nursing Intervention.terjemahan Egi Komara Yudha (et al):editor edisi bahasa Indonesia Fruriolina Ariani (et al).2007.Standar Perawatan Pasien:Perencanaan Kolaboratif & Intervensi Keperawaatan.Jakarta:EGC
Wijaya, Andra S & Yessie Mariza
P.2013.KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah:Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep.Yogyakarta:Nuha Medika