Anda di halaman 1dari 8

1.

PENDAHULUAN menderita BPH, dan pada bulan Januari-


Oktober 2017 terdapat 10 (0,67%) laki-
Penyakit yang sering dijumpai pada laki penderita BPH.
kaum laki-laki saat ini salah satunya yaitu
pembesaran kelenjar prostat atau yang Penyelesaian masalah pasien BPH
dikenal dalam dunia medis yaitu Benigna jangka panjang yang paling baik saat ini
Prostat Hiperplasia (BPH). Benigna adalah dilakukannya pembedahan atau
Prostat Hiperplasia merupakan kelenjar prostatectomy. Pemberian obat-obatan
periuretral yang mendesak jaringan prostat atau terapi non invasif biasanya
ke perifer. Pembesaran prostat membutuhkan jangka waktu yang sangat
menyebabkan penyempitan lumen uretra lama untuk melihat hasil terapi (Basuki B.
prostatika sehingga menghambat aliran Purnomo, 2011).
urin (Sjamsuhidajat, 2011).
Hasil terapi yang paling cepat dari
Menurut WHO pada tahun 2012, penatalaksanaan BPH yakni dilakukannya
diperkirakan penderita yang mengalami prostatectomy, namun tidak semua pasien
BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah BPH dilakukan prostatectomy.
sebanyak 30 juta, hal ini paling sering Prostatectomy sendiri direkomendasikan
terjadi pada kaum pria (Samidah & pada pasien-pasien BPH yang mengalami
Romadhon, 2015). Di dunia, hampir 30 retensi urine, infeksi saluran kemih
juta pria menderita BPH (Benigna Prostat berulang, hematuria, gagal ginjal dan
Hyperplasia). Pada usia 40 tahun sekitar timbulnya batu saluran kemih atau
40%, usia 60-70 tahun meningkat menjadi penyulit lain akibat obstruksi saluran
50% dan usia lebih dari 70 tahun mencapai kemih bagian bawah (Basuki B. Purnomo,
90%. Data prevalensi penderita BPH 2011).
sebesar 40% dan 90% terjadi pada rentang
usia 50-60 tahun dan 80-90 tahun (Amalia Akibat dari dilakukannya
Riski, 2010). prostatectomy sendiri yakni salah satunya
nyeri atau distress fisik. Dimana nyeri
Di Indonesia BPH sendiri menjadi dapat mempengaruhi rasa aman dan
kelainan urologi kedua setelah batu saluran nyaman dari pasien sehingga pasien
kemih yang sering dijumpai di klinik mengalami gangguan Kebutuhan istirahat
urologi dan diperkirakan 50% diderita pria tidur. Kebutuhan dasar manusia menurut
berusia diatas 50 tahun. Angka harapan Maslow yaitu salah satunya kebutuhan
hidup di Indonesia, rata-rata mencapai 65 fisiologis, dimana kebutuhan fisiologis
tahun sehingga diperkirakan 2,5 juta laki- merupakan kebutuhan dasar yang meliputi
laki di Indonesia menderita BPH (Pakasi, oksigen, cairan, nutrisi, keseimbangan
2009). suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal,
kebutuhan seksual serta istirahat tidur
Dari data di Jawa Tengah (Asmadi, 2008).
Khususnya di Semarang survai yang
dilakukan adalah berdasarkan hasil Istirahat tidur pada individu yang
pemeriksaan laboratorium dan (USG) sakit membutuhkan waktu yang lebih
mencapai 104 pasien yang didiagnosa banyak dibandingkan saat sedang sehat,
penyakit pembesaran prostat jinak dimana fungsi dari tidur itu sendiri yakni
(Amelia,2008) sebagai proses pemulihan. Disamping itu,
siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat
Data penderita BPH di RSUD mengalami gangguan (Wahit Iqbal, 2007).
Bendan Kota Pekalongan tahun 2016
yakni terdapat 19 (1,23%) laki-laki
Proses pemulihan ini bermanfaat klien, keluarga, kelompok, komunitas,
mengembalikan kondisi seseorang pada atau institusi. Meskipun jumlah subjek
saat sehat. Dengan begitu, tubuh yang cenderung sedikit namun jumlah
sebelumnya mengalami kelelahan akan variabel yang diteliti sangat luas. Oleh
menjadi segar kembali. Proses pemulihan karena itu sangat penting untuk
yang terhambat tersebut dapat mengetahui semua variabel yang
mengakibatkan organ tubuh tidak dapat berhubungan dengan masalah
bekerja dengan maksimal, sehingga orang penelitian. (Nursalam, 2008). Karya
yang kurang tidur akan merasa cepat lelah Tulis Ilmiah ini berbentuk studi kasus
dan mengalami penurunan konsentrasi yang menggambarkan asuhan
(Ulimudiin, 2011). keperawatan PascaProstatectomy
dengan fokus studi gangguan
Pasien yang terhambat proses kebutuhan istirahat tidur.
pemulihannya karena kurangnya
kebutuhan istirahat tidur akan mengalami B. Subjek Penelitian
gangguan Kebutuhan istirahat tidur.
Gangguan Kebutuhan istirahat tidur Subjek penelitian ini adalah dua pasien
tersebut ditandai dengan adanya gangguan (Tn. D dan Tn. T) dengan masalah
dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur keperawatan dan diagnosis medis yang
pada seorang individu (Harsono, 2010). sama, yaitu pasien pasca
prostatectomy dengan gangguan
Adanya gangguan terbatas waktu kebutuhan istirahat tidur. Teknik
pada jumlah dan kualitas tidur yang sampling yang digunakan adalah
menyebabkan ketidaknyamanan atau convenience sampling method dimana
mengganggu gaya hidup yang diinginkan, penetapan sampel dengan mencari
periode lama tanpa penghentian sementara subyek atas dasar ha-hal yang menarik
yang periodik dan alami secara terus- dan dapat mempermudah penulis.
menerus pada ketidaksadaran relatif Studi kasus ini dilakukan pada dua
(Susan Martin, 2007). orang pasien.

Berdasarkan uraian diatas Penulis C. Lokasi dan Waktu Penelitian


tertarik mengangkat kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Pasca Prostatectomy dengan Fokus Studi pada pasien Pasca Prostatectomy
Gangguan Kebutuhan istirahat Tidur di dengan Fokus Studi Gangguan
Ruang Jlamprang RSUD Bendan Kota Kebutuhan Istirahat Tidur,
Pekalongan”. dilaksanakan di RSUD Bendan Kota
Pekalongan, selama 6 hari pada klien
2. METODE PENELITIAN Tn. D tanggal 4-6 April 2018,
sedangkan klien Tn. T pada tanggal 2-
A. Rancangan Penelitian 4Mei 2018.

Metode penulisan yang digunakan D. Instrumen Penelitian


oleh penulis adalah metode penelitian
deskriptif dengan fokus studi gangguan Instrument yang digunakan dalam
kebutuhan istirahat tidur. Rancangan pengumpulan data diantaranya :
penelitian deskriptif dengan fokus Instrumen yang digunakan
studi merupakan rancangan penelitian penulis sebagai alat pengumpulan data
yang mencakup pengkajian satu unit adalah cheklist (terlampir). Cheklist
penelitian secara intensif misalnya satu gangguan kebutuhan istirahat tidur
untuk memeriksa gangguan kebutuhan mengalami jumlah waktu tidur
istirahat tidur yang terdiri dari kurang dari kebutuhan yakni tidur
pernyataan yang menggambarkan 4-5 jam per hari dimana ini sesuai
keluhan dan gejala gangguan. dengan teori menurut teori
Harsono (2010) yakni adanya
3. HASIL DA N PEMBAHASAN gangguan dalam jumlah, kualitas,
atau waktu tidur pada seorang
Pada karya tulis ini penulis individu.
mengambil data fokus yang menunjang
adanya tanda-tanda gangguan 1. Diagnosa keperawatan
kebutuhan istirahat tidur. Pengkajian Berdasarkan pengkajian
klien 1 (Tn. D) dilakukan pada Hari diatas penulis mengangkat
Rabu, tanggal 4 April 2018 jam 16.00 masalah keperawatan gangguan
WIB dan pengkajian pada klien 2 (Tn. kebutuhan tidur berhubungan
T) pada Hari Rabu, tanggal 2Mei 2018 dengan nyeri. Tujuan yang akan
di ruang Jlamprang RSUD Bendan, dicapai yaitu kebutuhan tidur
Kota Pekalongan jam 16.00 WIB. normal dan memenuhi kebutuhan
tidur 6-7 jam per hari.
Dari hasil pengkajian pada
klien pertama Tn. D dan klien Setelah dilakukan tindakan
kedua Tn. T, didapatkan hasil asuhan keperawatan selama tiga
yang sama yaitu kedua klien hari, mulai dari pengkajian
mengalami prostat dan dilakukan sampai evaluasi pada kedua
prostatectomy. Akibatnya pasien. Dalam perumusan
kebutuhan istirahat tidur klien masalah penulis mengangkat
pada Tn. D dan Tn. T terganggu diagnosa gangguan kebutuhan
karena nyeri yang dirasakan. tidur berhubungan dengan nyeri.
Sesuai dengan hasil yang Didukung adanya data dimana
didapatkan dalam pengkajian klien mengatakan kesulitan untuk
didapatkan hasil bahwa kedua tidur, tidur malam 3-4 jam, sering
pasien megalami penurunan terbangun, terbangun lebih awal
konsentrasi sehingga pasien tidak dari yang diinginkan, tidur tidak
fokus dalam merespon tindakan, nyenyak, tidur siang kurang lebih
hal ini sesuai dengan teori 1 jam per hari, sehingga klien
menurut Ulimudiin (2011) tidur merasa lelah.Perumusan masalah
adalah suatu proses yang sangat tersebut sudah sesuai dengan teori
penting bagi manusia, karena menurutSusan Martin Tucker
dalam tidur terjadi proses (2007, hal. 67) untuk menegakkan
pemulihan, proses ini bermanfaat diagnosagangguan kebutuhan
mengembalikan kondisi seseorang tidur pada pasien pasca operasi
pada keadaan semula, dengan Prostatectomydiperlukan data-
begitu, tubuh yang tadinya data pendukung seperti keluhan
mengalami kelelahan akan verbal tentang kesulitan untuk
menjadi segar kembali. Proses tidur, terbangun lebih awal atau
pemulihan yang terhambat dapat lebih akhir dari yang diinginkan,
menyebabkan organ tubuh tidak tidur terganggu, keluhan verbal
bisa bekerja dengan maksimal, tentang tidak merasa istirahat
akibatnya orang yang kurang tidur dengan baik, perubahan dalam
akan cepat lelah dan mengalami perilaku dan performa,
penurunan konsentrasi. Pasien peningkatan iritabilitas,
mengantuk pada siang hari, TTV batas normal. Berdasarkan
penurunan kemampuan untuk diagnosa keperawatan yang telah
melakukan fungsi, mudah lupa, dirumuskan kemudian di
gelisah, disorientasi, letargi ; lanjutkan dengan membuat
malaise, mudah lelah, kelesuan, perencanaan-perencanaan yang
kurang konsentrasi, tanda fisik dapat mengatasi masalah
seperti nistagmus ringan dan gangguan kebutuhan tidur
cepat, tremor tangan ringan, berhubungan dengan nyeri.
wajah kurang ekspresi, reaksi Intervensi yang dilaksanaksan
lambat. Kemudian pada gangguan yaitu observasi keadaan umum
kebutuhan tidur juga ditemukan klien, observasi TTV, ciptakan
bicara tidak jelas disertai lingkungan yang nyaman,
kesalahan pelafalan dan kata yang mencari sumber yang menjadi
tidak tepat, lingkar gelap di faktor gangguan kebutuhan tidur,
bawah mata, sering menguap, memonitor makan dan minum
perubahan postur. Namun kedua dengan waktu tidur.
pasien tidak mengalami
perubahan perilaku, disorientasi, Penulis menyusun
nistagmus ringan dan cepat, intervensi keperawatan yang sama
tremor tangan ringan sehingga antara pasien pertama dan kedua
ada kesenjangan antara teori dan yaitu melakukan pengkajian
kenyataan dilapangan (Susan kebutuhan tidur, mengobservasi
Martin Tucker, 2007, hal. 67). TTV, menciptakan lingkungan
yang nyaman, mencari sumber
2. Intervensi keperawatan yang menjadi faktor gangguan
kebutuhan tidur, memantau
Perencanaan keperawatan riwayat tidur dan catatan tidur,
yang ditentukan oleh penulis memantau faktor penyebab
dengan diagnosa keperawatan penyulit tidur. Ini sesuai dengan
gangguan kebutuhan tidur teori menurut Poeter dan Perry
berhubungan dengan nyeri. (2009) dalam menentukan
Tujuan yang ingin dicapai oleh intervensi keperawatan terhadap
penulis adalah istirahat dan tidur pasien yang mengalami gangguan
terpenuhisecarakualitasdankuantit kebutuhan tidur.
astidur setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, 3. Implementasi keperawatan
dengan kriteria hasil pasien
mengatakan mencapai kualitas Tindakan keperawatan pada
kebutuhan tidur, pasien tidak diagnosa keperawatan gangguan
mengeluhkan tidur, tidak kebutuhan tidur berhubungan
terbangun di malam hari dan sulit dengan nyeri. Pada tahap ini
tidur kembali, jumlah jam tidur penulis bekerjasama dengan
dalam batas normal 6-8 jam/hari, perawat ruangan untuk mengatasi
perubahan fisik hilang (kelopak gangguan kebutuhan tidur yaitu
mata tidak bengkak, daerah berupa tindakan mengobservasi
sekitar mata tidak hitam, dan keadaan umum, mengobservasi
perhatian focus), perasaan segar tanda-tanda vital, kaji kebutuhan
sesudah tidur atau istirahat, tidur dan karakteristiknya, tanda-
mampu mengidentifikasikan hal- tanda gangguan tidur, kecukupan
hal yang meningkatkan tidur, kebutuhan tidur pasien. Dalam
intervensi yang telah disusun relaksasi nafas dalam untuk
diatas pada intervensi mengukur mengurangi nyeri dan
tanda-tanda vital dilakukan sesuai mendapatkan terapi injeksi
dengan jam program pelaksanaan. ranitidin 2 x 50 gr untuk
Implementasi yang telah mengurangi nyeri sesuai pada
dilakukan penulis sesuai dengan waktu yang di programkan.
yang telah direncanakan. Penulis
tidak mengalami hambatan dalam Pada hari pertama mengkaji
melakukan pelaksanaan kebutuhan tidur kedua pasien
keperawatan karena penulis juga yakni memantau riwayat tidur dan
mendapat bantuan dari perawat catatan tidur, memantau faktor
ruangan ketika melakukan penyebab tidur, menjelaskan
implementasi. Faktor pendukung pentingnya tidur yang adekuat,
terlaksananya asuhan dampak jika tidak terpenuhinya
keperawatan gangguan kebutuhan kebutuhan tidur, meningkatkan
tidur pada kedua pasien tidak lain istirahat dan beri lingkungan yang
adalah klien mau terbuka dengan nyaman, membatasi pengunjung,
penulis, kerjasama perawat mengingatkan pentingnya tidur
diruang Jlamprang, klien dan tim yang adekuat, dampak jika tidak
kesehatan lain baik langsung terpenuhinya kebutuhan tidur.
maupun tidak langsung telah Kedua pasien tampak tidak fokus
membantu penulis dalam dengan tindakan, mata tampak
melaksanakan intervensi asuhan bengkak, lemas. Kedua pasien
keperawatan tersebut. mampu menyebutkan beberapa
faktor penyebab kesulitan dalam
Pada hari pertama mengkaji tidur dan mau mencoba untuk
kebutuhan tidur kedua pasien mengatasinya dengan cara
yakni memantau riwayat tidur dan mengatasi faktor fator yang
catatan tidur, memantau faktor menyebabkan tidur terganggu
penyebab tidur, menjelaskan seperti nyeri yang dialami kedua
pentingnya tidur yang adekuat, pasien, sehingga kedua pasien
dampak jika tidak terpenuhinya selalu melakukan teknik distraksi
kebutuhan tidur, meningkatkan relaksasi nafas dalam untuk
istirahat dan beri lingkungan yang mengurangi nyeri dan
nyaman, membatasi pengunjung, mendapatkan terapi injeksi
mengingatkan pentingnya tidur ranitidin 2 x 50 gr untuk
yang adekuat, dampak jika tidak mengurangi nyeri sesuai pada
terpenuhinya kebutuhan tidur. waktu yang di programkan.
Kedua pasien tampak tidak fokus
dengan tindakan, mata tampak Pada hari kedua mengkaji
bengkak, lemas. Kedua pasien kebutuhan tidur kedua pasien
mampu menyebutkan beberapa yakni memantau riwayat tidur dan
faktor penyebab kesulitan dalam catatan tidur, memantau faktor
tidur dan mau mencoba untuk penyebab tidur, menjelaskan
mengatasinya dengan cara pentingnya tidur yang adekuat,
mengatasi faktor fator yang dampak jika tidak terpenuhinya
menyebabkan tidur terganggu kebutuhan tidur, meningkatkan
seperti nyeri yang dialami kedua istirahat dan beri lingkungan yang
pasien, sehingga kedua pasien nyaman, membatasi pengunjung,
selalu melakukan teknik distraksi mengingatkan pentingnya tidur
yang adekuat, dampak jika tidak tidur nyenyak, tidur malam
terpenuhinya kebutuhan tidur. selama 6 jam dan tidur siang
Saat mengkaji kebutuhan tidur selama 1 jam, badan terasa
pada Tn. D yakni pasien segar, tidak merasa lesu,
mengatakan tidur masih sering merasa istirahat lebih baik,
terbangun, mulai dapat mengatasi analisis masalah teratasi
untuk memulai tidur, masih sebagian. Setelah dilakukan
tampak lemas, sudah mulai fokus tindakan gangguan kebutuhan
dalam memberikan respon tidur selama 3x24 jam klien
sedangkan pada Tn. T frekuensi terlihat lebih segar, fokus
tidur sudah bertambah 5-6 jam terhadap respon, tampak aktif,
per hari, mata masih bengkak, kedua pasien mengatakan tidur
masih tampak lemas. mulai terpenuhi ditandai
dengan frekuensi tidur yang
Pada hari ketiga yang bertambah menjadi 6-7 jam per
dilakukan yaitu mengkaji hari rencana berikutnya
kebutuhan tidur kedua pasien pertahankan Intervensi.
yakni memantau riwayat tidur dan Evaluasi yang diharapkan
catatan tidur, memantau faktor menurut Potter and Perry
penyebab tidur, menjelaskan (2009) yakni gangguan
pentingnya tidur yang adekuat, kebutuhan tidur pasien teratasi.
dampak jika tidak terpenuhinya Gangguan kebutuhan tidur
kebutuhan tidur, meningkatkan teratasi ditandai dengan tidak
istirahat dan beri lingkungan yang menunjukkan tanda-tanda
nyaman, membatasi pengunjung, gangguan kebutuhan tidur
mengingatkan pentingnya tidur seperti, keluhan verbal tentang
yang adekuat, dampak jika tidak kesulitan untuk tidur, terbangun
terpenuhinya kebutuhan tidur. lebih awal dari yang
Respon yang didapatkan dari Tn. diinginkan, tidur terganggu,
D yakni frekuensi tidur 6-7 jam, keluhan verbal tentang tidak
mata tidak bengkak, fokus merasa istirahat dengan baik
terhadap respon, dapat memulai (Susan Martin Tucker, 2007,
tidur, terbangun beberapa kali, hal. 67).
bada terasa segar, pada Tn. T
memberikan respon yang sama 4. SIMPULAN
yakni frekuensi tidur 6-7 jam per
hari, mata tidak bengkak, fokus Masing-masing masalah
terhadap respon, dapat memulai keperawatan gangguan kebutuhan istirahat
tidur, terbangun beberapa kali, tidur klien 1 (Tn. D) dan klien 2 (Tn. T)
badan terasa segar. Klien untuk mengetahui hasil dari tindakan
membutuhkan istirahat dan tidur keperawatan yang telah dilaksanakan
yang cukup untuk dapat sesuai dengan kriteria hasil yang penulis
memperbaiki kebutuhan tidurnya, tentukan pada masalah keperawatan
ini sesuai dengan teori menurut gangguan kebutuhan istirahat tidur
Poeter dan Perry (2009). berhubungan dengan myeri. Pada kedua
klien masalah teratasi karena klien telah
4. Evaluasi Keperawatan mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu
Evaluasi dilakukan pada tidak menunjukkan perubahan fisik akibat
kedua pasien dengan data kekurangan istirahat tidur, tidak ada
subjektif pasien mengatakan keluhan verbal tentang tidak mendapatkan
tidur yang cukup, dan tidur tidak
terganggu. Hal itu ditunjukkan dengan Amalia, Rizki.(2007).Faktor-Faktor
respon subjektif pasien yang mengatakan Resiko Terjdinya Pembesaran
tidur nyenyak, kebutuhan tidur tercukupi Prostat Jinak.(Universitas
yakni tidur kurang lebih 6 jam per hari, Diponegoro,2007)
tidak ada perubahan fisik dengan tanda
badan terasa segar, tidak merasa lesu, Amanda. (2016). Bab II Tinjauan
kualitas tidur terpenuhi dengan tanda Pustaka, [pdf],
merasa istirahat lebih baik. Respon (http://digilib.unimus.ac.id/files/dis
obyektifnya kedua pasien tampak terlihat k1/134/jtptunimus-gdl-
lebih segar, fokus terhadap respon, tampak amandatama-6700-2-babii.pdf,
aktif. diakses tanggal 5 Januari 2016)

5. UCAPAN TERIMAKASIH Aprina, dkk.(2017).Relaksasi


Progresif Terhadap Intensitas
Terima kasih secara khusus saya Nyeri Pada Post Operasi BPH
sampaikan kepada: (Benigna Prostat
a. Bapak Warijan, S.Pd., A.Kep., M.Kes Hiperplasia).(Jurusan Keperawatan
sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes Poltekkes Tanjung Karang,2017)
Semarang.
b. Bapak Putrono, S.Kep, ns, M.Kes., Arifin, Ryan B.(2015).Asuhan
sebagai Ketua Jurusan Keperawatan Keperawatan Pada Klien Benigna
Poltekkes Kemenkes Semarang. Prostat HiperplasiaPost Open
c. Bapak H. Suryo Pratikwo, S.Pd, Prostatectomy.(Universitas
SKM, M.Kes sebagai Ketua Prodi Muhammadiyah Surakarta,2015)
DIII Keperawatan Pekalongan
Poltekkes Kemenkes Semarang Ariyoso, Sigit.(2012).Asuhan
d. Bapak Dr. Sudirman, BN, MN., Keperawatan Post Operasi
selaku Ketua Penguji BPH.(STIKES Muhammadiyah
e. Bapak Ns. M. Projo Angkasa, S.Kp., Pekajangan,2012)
M.Kes., selaku pembimbing I yang
senantiasa selalu memberikan saran Imna, Mauza F.(2012).Asuhan
dan masukan dalam penyusunan karya Keperawatan Nyeri pada Tn. M
tulis ilmiah ini. dengan Post Operasi Transurethral
f. Ibu Sumarni, SST, M.Kes., selaku Reseksi Prostatectomy dan
pembimbing II yang senantiasa selalu Vesicolithotomy.(STIKES Kusuma
memberikan saran dan masukan dalam Husada Surakarta,2012)
penyusunan karya tulis ilmiah ini,
g. Kedua orang tua saya dan kakak saya, Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul
yang selalu mendoakan, memberikan Chayatin.2007.Buku Ajar
dukungan serta memberikan motivasi. Kebutuhan Dasar Manusia : Teori
& Aplikasi dalam
6. DAFTAR PUSTAKA Praktik.Jakarta:EGC

Adhiyah, Mina N.(2012).Asuhan Nursalam & Fransisca.2008.Asuhan


Keperawatan Pada Tn. I Dengan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan:Post Gangguan Sistem
Operasi Benigna Prostat Perkemihan.Jakarta:Salemba
Hiperplasia (BPH).(Universitas Medika
Muhammadiyah Surakarta,2012)
Potter & Perry.1985.Fundamental of
Nursing.terjemahan Diah Nur
Fitriani & Onny
Tampubolon.2009.Fundamental
Keperawatan.Jakarta:Salemba
Medika

Purnomo, Basuki B.2011.Dasar-Dasar


Urologi.Jakarta:Sagung Seto

Tucker, Susan Martin (et


al).2000.patient care
standars:Collaborative:Planning
& Nursing Intervention.terjemahan
Egi Komara Yudha (et al):editor
edisi bahasa Indonesia Fruriolina
Ariani (et al).2007.Standar
Perawatan Pasien:Perencanaan
Kolaboratif & Intervensi
Keperawaatan.Jakarta:EGC

Wijaya, Andra S & Yessie Mariza


P.2013.KMB 1 Keperawatan
Medikal Bedah:Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh
Askep.Yogyakarta:Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai