Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIFITAS POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) UNTUK LIMBAH PHOSPATE DAN

LUMPUR PEMBORAN SUMUR MINYAK

Muhammad Rivai
Teknik Kimia, Institut Teknologi Indonesia
Jl. Raya Puspiptek Serpong, Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten
e-mail : Muhammad Rivai 95@gmail.com

ABSTRACT

Phosphate in the water can cause the growth of algae and micro-algae that make
excessive sun exposure in the water is reduced so that the process of photosynthesis in water
that can be generate oxygen is also reduced. Results of measurements of the levels of
phosphate in the laundry waste water Gatak Gede, Boyolali amounted to 9.50 mg / l. This
value exceeds a predetermined quality standards. In the otherside, oil and gasses industry
handling on waste oil drilling mud in research area uses an integrated sludge waste
treatment method known as Mud Centralized Treatment Facility (CMTF). Using aluminum
sulfate coagulant where the process of coagulation is optimum yet because there were still
contain sediment solids. The aim in this study was to determine the dose of coagulant Poly
Aluminum Chloride (PAC) is most effective in reducing the levels of phosphate in laundry
waste water and oil drilling mud. Jar Test method resulting the optimum conditions of using
PAC is on fast stirring speed 140 rpm and slow stirring speed 40 rpm in 6000 ppm (TSS:
84-88%, COD: 62-83% , Oil and grease: 73-75% and NH3: 69-92 %), while using
aluminum sulfate in same stirring speed, the optimum result gain in 12,000 ppm (TSS: 34-
77% , COD: 36-69% , Oil and grease: 39-55% and NH3: 53-55%). Based on two coagulants
test result, the most effective coagulant is using PAC for waste oil drilling mud handling.
The most effective decrease obtained by 88% (1.09 mg / l) at a dose of 0.75 grams for waste
laundry water.

Key words: Drilling mud, Coagulation, PAC, Waste Water Laundry, Phospate
1. Pendahuluan masyarakat sendiri, yakni air buangan
rumah tangga yang jumlahnya semakin
Masalah pencemaran lingkungan hari semakin bertambah besar sesuai
khususnya masalah pencemaran air di dengan perkembangan penduduk maupun
kota besar di Indonesia, sudah suatu kota (Asmadi dan Suharno, 2012).
menunjukkan gejala yang cukup serius. Pembuangan limbah yang banyak
Penyebabnya tidak hanya berasal dari mengandung phosphate ke dalam air
buangan industri pabrik-pabrik dan dapat menyebabkan pertumbuhan lumut
fasilitas kesehatan yang membuang air dan mikro algae yang berlebihan yang
limbahnya tanpa pengolahan terlebih disebut juga dengan eutrophication
dahulu ke sungai atau ke laut. Tapi juga sehingga air menjadi keruh dan berbau
yang tidak kalah memegang andil, baik karena pembusukan lumut-lumut yang
secara sengaja atau tidak sengaja adalah
mati. Pada keadaan eutrotop tanaman terhadap teknologi alternatif pengolahan
dapat menghabiskan oksigen dalam limbah lumpur koagulan selain
sungai saat malam hari atau bila tanaman Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3) seperti
tersebut mati dan dalam keadaan sedang Poly Aluminium Chloride (PAC).
mencerna (digest) sedangkan pada siang Kelebihan koagulan Poly Aluminium
hari pancaran sinar matahari ke dalam air Chloride (PAC) antara lain lebih cepat
akan berkurang, sehingga proses membentuk flok dari pada koagulan biasa
fotosintesis yang dapat menghasilkan seperti Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3).
oksigen juga berkurang (Budi, 2006). Indriyati (2008) juga melakukan
Banyak metode yang telah digunakan penelitian terhadap limbah cair pabrik
dalam proses penurunan kadar phosphate kecap dengan mengunakan Aluminium
di dalam air, antara lain metode fisika, Sulfat dan PAC. Hasil penelitian
kimia dan biologi. Namun metode yang menunjukkan pemberian koagulan PAC
paling efektif dalam penurunan kadar dapat menurunkan nilai TSS yang cukup
phosphate adalah metode kimia yakni signifikan dibandingkan dengan
dengan mengikat senyawa-senyawa Aluminium Sulfat (dengan konsentrasi
phosphate melalui penambahan koagulan, 100 ppm, PAC mampu menurunkan TSS
misalnya alum atau kapur (Budi, 2006). sebesar 60% sedangkan Aluminium Sulfat
Begitu juga dengan proses sebesar 20%).
pengeboran minyak oleh PT Chevron, Said (2009) melakukan penelitian
Pengolahan limbah lumpur pemboran terhadap air limbah laboratoarium dengan
sumur minyak di PT Chevron menggunakan koagulan aluminium sulfat
menggunakan metode pengolahan limbah dan PAC. Dari hasil penelitian didapat
lumpur terpadu yang dikenal dengan bahwa efektifitas PAC dalam mereduksi
Centralized Mud Treatment Facilitity zat padat terlarut (TDS) jauh dibawah
(CMTF) yang sudah beroperasi selama aluminium sulfat. Kemampuan
kurang lebih lima tahun. sesuai dengan aluminium sulfat mereduksi TDS rata-rata
Standar Baku Mutu Lingkungan Kepmen diatas 60% sedangkan PAC hanya
LH No.KEP-51/MENLH/1995 tentang berkisar antara 20-60%. Tetapi untuk
effluent limbah lumpur yang reduksi amoniak (NH3) PAC jauh lebih
diperbolehkan dibuang ke lingkungan. efektif dibandingkan aluminium sulfat.
Limbah lumpur pemboran sumur minyak Kemampuan PAC mereduksi NH3 dalam
yang dihasilkan perbulan memiliki air limbah sebesar 62% sedangkan
volume rata-rata 7.65 m3/bulan dan diolah aluminium sulfat hanya mampu
hingga menghasilkan 5423 m3 sludge mereduksi sebesar 25%.
cake per bulan [Anonim, 2012]. Pengolahan air secara kimia
Dalam Pengolahan Centralized biasanya digunakan untuk menghilangkan
Mud Treatment Facility (CMTF) tahap 2 partikel-partikel yang tidak mudah
yaitu Chemical Treatment menggunakan mengendap. Jenis partikel yang tidak
koagulan Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3) mudah mengendap antara lain ada koloid,
sering menghadapi kendala yaitu masih logam-logam berat, senyawa fosfor, dan
banyaknya padatan yang tidak senyawa organik beracun. Pengolahan
mengumpal disebabkan oleh sifat fisik kimia dilakukan dengan cara
dan kimia lumpur pemboran sumur membubuhkan bahan kimia tertentu untuk
minyak yang berbeda-beda untuk setiap menghasilkan partikel yang lebih besar.
sumur. Untuk memperbaiki kendala Ketika koloid membentuk partikel yang
tersebut perlu dilakukan penelitian
lebih besar sehingga pengendapan dapat dengan menggunakanJar Tes
terjadi (Said, 2009). dilakukan pengujian terhadap
Penelitian terdahulu oleh Maretha parameter kadar phosphate.
N (2014), menggunakan Poly Alumunium
Chloride (PAC) cair untuk menurunkan
kadar phosphate yang ada di dalam air 3. Hasil
limbah laundry. Dimana dari variasi dosis 3.1.Limbah Lumpur
Poly Alumunium Chloride (PAC) cair 3.1.1. Total Suspended Solid
yang dipakai yaitu 40, 45, 50, 55, 60, dan Koagulan PAC mampu
65 ml/l, hasil optimal adalah 60 ml/l menurunkan kadar TSS sebesar
dengan persentase penurunan 90.24%. 84% - 88% pada konsentrasi 6000
Poly Alumunium Chloride (PAC) ppm, 140 rpm lebih tinggi
merupakan salah satu pengganti alum dibandingkan aluminium sulfat
padat yang efektif karena menghasilkan yang dapat menurukan kadar TSS
koagulasi air dengan kekeruhan yang sebesar 34% - 77% pada
berbeda dengan cepat, menggenerasi konsentrasi 12000 ppm, 140 rpm.
lumpur lebih sedikit, dan juga Hal ini disebabkan karena PAC
meninggalkan lebih sedikit residu mempunyai daya koagulasi yang
alumunium pada air yang diolah lebih besar dan kuat dan dapat
(Malhotra, 1994 dalam Kristijarti dkk, menghasilkan flok yang lebih
2013). Menurut Echanpin (2005) dalam stabil walaupun pada suhu yang
Said (2009), Poly Alumunium Chloride rendah [Alaerts dan Simetris,
(PAC) memiliki kelebihan dengan tingkat 1984]. Semakin besar konsentrasi
adsorpsi yang kuat, mempunyai kekuatan koagulan yang ditambahkan maka
lekat, tingkat pembentukan flok-flok semakin banyak kation yang
tinggi meski dengan dosis kecil, memiliki dihasilkan dari koagulan, semakin
tingkat sedimentasi yang cepat, cakupan banyak pula partikel-partikel
penggunaannya luas, dan konsumsinya koloid dalam limbah yang
cukup pada konsentrasi rendah. dinetralkan dan membentuk flok
[Alerts dan Simetri, 1984]. Pada
2. Metode Penelitian penambahan konsentrasi koagulan
2.1.Limbah Lumpur yang berlebihan maka nilai TSS
Pada proses jar tes dengan akan meningkat, hal ini terjadi
menggunakan koagulan PAC dengan karena adanya proses absorbsi
konsentarsi :4.000 ppm, 5.000 ppm, kation yang berlebihan oleh
6.000 ppm, 7.000 ppm, dan 8.000 partikel-partikel koloid dalam
ppm. Sebelum dan seduah proses limbah sehingga menyebabkan
koagulasi dengan menggunakanJar deflokulasi atau restabilisasi
Tes dilakukan pengujian terhadap koloid [Alerts dan Simetri, 1984].
parameter limbah seperti TSS, TDS,
COD, minyak dan lemak dan, NH3. 3.1.2. Total Dissolve Solids
2.2.Limbah Phospate Setelah dilakukan proses
Pada proses jar tes dengan koagulasi dan flokulasi dengan
menggunakan koagulan PAC dengan penambahan aluminium sulfat dan
konsentarsi :250 ppm(0,25 gr), 500 PAC, kandungan TDS dalam
ppm (0,50 gr)dan 750 ppm(0,75 gr). limbah lebih tinggi dibandingkan
Sebelum dan seduah proses koagulasi dengan sebelum proses koagulasi
dan flokulasi. Hal ini terjadi terjadi karena PAC lebih cepat
karena reaksi hidrolisis yang membentuk flok daripada
melepaskan SO42- (untuk koagulan biasa karena gugus aktif
aluminium sulfat) dan Cl- (untuk aluminat yang bekerja efektif
PAC) [Gabbie, 2005]. air limbah dalam mengikat koloid yang
yang ditambahkan koagulan PAC ikatannya diperkuat dengan rantai
polimer dari gugus polielektrolite
mengalami kenaikan TDS yang
sehingga gumpalan floknya
lebih kecil dibandingkan koagulan
menjadi lebih padat.
aluminium sulfat karena 3.1.5. Ammonia
konsetrasi PAC yang ditambahkan Efektivitas koagulan
dalam proses koagulasi dan aluminium sulfat dan PAC
flokulasi tersebut lebih sedikit terhadap penurunan amoniak
dibandingkan aluminium sulfat dalam limbah pemboran dapat
[Patoczka, dkk., 2006]. dilihat pada gambar 3.6. Dari
3.1.3. Chemical Oxygen Demand gambar tersebut koagulan PAC
lebih efektif dibandingkan
Nilai COD menyatakan koagulan aluminium sulfat.
banyaknya zat organik yang Kemampuan koagulan PAC dalam
terdapat dalam air limbah yang menurunkan nilai NH3 sebesar
dioaksidasi oleh oksigen. Dari 66% - 92% jauh lebih efektif
gambar 3.4, PAC mampu dibandingkan dengan koagulan
menurukan nilai COD sebesar aluminium sulfat hanya bisa
62% - 83% , sedangkan aluminium menurunkan sebesar 53% - 55%.
sulfat 36% - 69%. Hal ini Hal ini disebabkan karena PAC
disebakan karena PAC bersifat mempunyai daya koagulasi yang
lebih tinggi dibandingkan
stabil dan cepat membentuk flok
aluminium sulfat sehingga
dengan gumpalan yang padat amoniak sebagai zat pencemar
sehingga lebih stabil. Dengan anorganik yang terdapat didalam
endapan yang stabil akan partikel padat di air dapat
menurunkan kandungan zat yang terendapkan dengan baik bersama
tersuspensi. Dengan turunnya nilai zat tersuspensi lainnya [M.
zat tersuspensi maka nilai COD Dunnivant, Frank., 2004].
yang terdapat dalam limbah
tersebut akan ikut turun. 3.2.Limbah Phospate
3.2.1. PAC 250 ppm
3.1.4. Minyak dan Lemak Dari hasil perlakuan pada
Koagulan PAC lebih kelompok perlakuan PAC 0,25
efektif dalam menurunkan gram, didapatkan penurunan rata-
kandungan minyak dan lemak rata kadar phosphate sebanyak
dibandingkan koagulan 44,6 %, meskipun belum sesuai
aluminium sulfat. PAC mampu dengan nilai ambang batas kadar
menurunkan nilai minyak dan phosphate karena rata-rata
lemak sebesar 73% - 75% kadarnya masih sebanyak 5,31
sedangkan aluminum sulfat mg/l.
sebesar 39% - 55%. Hal dapat
0,25; 0,5; dan 0,75 gram yaitu sebesar
3.2.2. PAC 500 ppm 9.50 mg/l.
Dari hasil perlakuan PAC 5. Rata-rata kadar phosphate setelah
0,5 gram, didapatkan penurunan dilakukan pengolahan menggunakan
rata-rata kadar phosphate Poly Alumunium Chloride (PAC) dosis
sebanyak 67,6 %, meskipun belum 0,25 sebesar 5.30 mg/l (44,6 %), 0,5
sesuai dengan nilai ambang batas sebesar 3,07 mg/l (67,7 %) dan 0,75
kadar phosphate karena rata-rata gram sebesar 1,09 mg/l (88,4 %).
kadarnya masih sebanyak 3,07 6. Penambahan Poly Alumunium
mg/l. Chloride (PAC) dosis 0,75 gram
3.2.3. PAC 750 ppm sudah efektif dalam menurunkan kadar
Dari hasil perlakuan pada phosphate pada air limbah “eL-Three”
kelompok perlakuan PAC 0,75 Laundry dengan penurunan rata-rata
gram, didapatkan penurunan rata- sebesar 1,09 mg/l (88 %) sehingga
rata kadar phosphate sebanyak sudah di bawah baku mutu Peraturan
88,4 %. Hasil penurunan rata-rata Daerah Jawa Tengah yaitu sebesar 2
kadar phosphate sebanyak 1.09 mg/l.
sudah dibawah nilai ambang batas
kadar phosphate. 5. Daftar Pustaka
4. Kesimpulan Alaerts dan Simestri, 1984, Metode
Dari penelitian yang telah Penelitian Air, Usaha Nasional,
dilakukan dapat disimpulkan bahwa, Surabaya.
1. Kinerja koagulan PAC lebih efektif Anonim, 1993, Petunjuk Pemeriksaan
dibandingkan dengan koagulan Air Minum/ Air Bersih,
aluminum sulfat pada proses Departemen Kesehatan Republik
pengolahan limbah lumpur pemboran Indonesia, Pusat Laboratorium
sumur minyak vertikal dan horizontal. Kesehatan, Jakarta.
2. Keefektifan koagulan PAC ini Anonim, 2012, Internal Report , PT.
terlihat dalam penurunan nilai atau Chevron Pacific Indonesia, Duri.
kadar polutan (TSS, TDS, COD, pH, Gebbie, Peter., 2005, Using
minyak dan lemak, dan NH3) dengan Polyaluminium Coagulant in
penggunaan konsentrasi yang lebih Water Treatment,
rendah dibandingkan dengan http://www.wioa.org.au/conferenc
konsentrasi yang digunakan pada e_papers/2001/pdf/paper6.pdf, 7
koagulan aluminium sulfat. Indriyati, I., 2008, Proses Pengolahan
3. Pada proses koagulasi pengolahan Limbah Organik secara Koagulasi
limbah lumpur pemboran sumur dan Flokulasi, Jurnal LIPI,
minayk vertikal dan horizontal didapat 2(4),125-130.
pada penggunaan koagulan PAC M. Dunnivant, Frank., 2004,
kondisi optimum pada kecepatan Environmental Laboratory
pengadukkan cepat 140 Exercises for Instrumental
rpm, konsentrasi 6000 ppm (untuk Analysis and Environmental
semua parameter yang dianalisa). Chemistry, Jhon Willey & Sons,
4. Rata-rata kadar phosphate sebelum Brooklyn New Jersey, 233 bab 6.
dilakukan perlakuan menggunakan
Poly Alumunium Chloride (PAC) dosis
Murray, dkk, 1999, Biokim Haper, Indonesia. [Karya Ilmiah].
Edisi Ke-24. Buku Kedokteran Departemen Kimia Fakultas
EGC, Jakarta, Hal: 18-19. MIPA Universitas Sumatera Utara
Patoczka, Jurek., 2007, Impact of Fitrika Dewi, Devinz dan Masqudi,
Chemicals Addition in Water Ali. 2003. Penyisihan Fosfat
Treatment on TDS Concentration dengan Proses Kristalisasi dalam
and Sludge Generation, Reaktor Terfluidisasi
http://www.patoczka.net/Jurek%20Pag Menggunakan Media Pasir Silika.
es/Papers/Florida%2007%20Pape Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4,
r.pdf, 7 Desember 2013. No.4, 2 Oktober 2003: 151-156
Satterfiled, Z., 2005, Jar Testing, Hartati, Etih., Sutisna, Mumu.,
http://www.nesc.wvu.edu/pdf/dw/publ Nursandi S, Windi. 2008.
ications/ontap/2009_tb/jar_testing Perbaikan Kualitas Air Limbah
_dwfsom73.pdf, 23 Juni 2012. Industri Farmasi Menggunakan
Zaid, M., 2009, Pengolahan Air Koagulan Biji Kelor (Moringa
Limbah Laboratorium dengan oleifera Lam) dan Poly
Menggunakan Koagulan Alum Alumunium Chloride (PAC).
Sulfat dan Poli Aluminium Jurnal Teknik Lingkungan.
Klorida (PAC), Jurnal Penelitian Volume 4 No.3 Juni 2008
Sains, Edisi khusus Desember Juliantara, I K. Putra. 2014. Toksisitas
2009, 38-43. Deterjen dan Pewarna Kain
Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar- Sintetis terhadap Anggang-
Dasar Teknologi Pengolahan Air Anggang (Gerris marginatus).
Limbah. Yogyakarta : Gosyen [Tesis]. Program Pasca Sarjana.
Publishing Universitas Udayana
Budi, Sudi Setyo. 2006. Penurunan Kristijanti, A Prima., Suharto, Ign.,
Fosfat dengan Penambahan Kapur Marieanna. 2013. Penentuan Jenis
(Lime), Tawas, dan Filter Zeolit Koagulan dan Dosis Optimum
pada Limbah Cair RS Bethesda untuk Menungkatkan Efisiensi
Yogyakarta. [Tesis Ilmiah]. Sedimentasi dalam Instalasi
Program Pasca Sarjana Pengolahan Air Limbah Pabrik
Universitas Diponegoro Jamu X. [Laporan Penelitian].
Semarang. Lembaga Penelitian dan
Budiman, Anton. 2008. Kinerja Pengabdian kepada Masyarakat
Koagulasi Poly Aluminium Universitas Katolik Parahyangan
Chloride (PAC) dalam Maretha N. 2014. Pengolahan Limbah
Penjernihan Air Sungai Kalimas Laundry dengan Penambahan
Surabaya Menjadi Air Bersih. Koagulan Poly Aluminium
Widaya Teknik, Vol.7, No. 1, Chloride (PAC) dan Filter Karbon
2008 (25-34) Aktif. Jurnal Teknik Lingkungan
Fardiaz, Srikandi. 2002. Polusi Air dan Vol.3, No.4
Udara. Yogyakarta: Kanisius. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.
Fatimah. 2009. Pengaruh Poly Metodologi Penelitian Kesehatan.
Aluminium Chloride (PAC) Jakarta: Rineka Cipta
Terhadap Nilai Turbiditas Air Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012
Sebagai Bahan Baku Produk tentang Baku Mutu Air Limbah
Minuman di PT. Coca-Cola
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air
danPengendalian Pencemaran Air.
Jakarta
Rahmadi, Takdir. 2011. Hukum
Lingkungan di Indonesia. Jakarta :
PT Rajagrafindo Persada.
Rohaeti, Eti., Febriyanti, Trie Nenny.,
Batubara, Irmanida. 2010.
Pengolahan Limbah Cair dari
Kegiatan Praktikum Analisis Spot
Test dengan Koagulai dan
Menggunakan Polialumunium
Klorida. Prosiding Seminar
Nasional : Fakultas Teknik ISSN
1410-6086
Said, Muhammad. 2009. Pengolahan
Air Limbah Laboratorium dengan
Menggunakan Koagulan Alum
Sulfat dan Poli Aluminium
Klorida (PAC). Jurnal Penelitian
Sains. (C) 09: 12-08
Setyaningsih, D. 2002. Perbandingan
Efektifitas Penggunaan Koagulan
FeCl, PAC, PE (Poly Electrolit)
Pada Proses Koagulasi Limbah
(White Water) Pabrik Kertas.
[Skripsi]. Teknik Kimia UPN
Jatim. Surabaya
Siregar, Sakti A. 2008. Instalasi
Pengolahan Air Limbah.
Yogyakarta : Kanisius
Sugiharto. 2008. Dasar-Dasar
Pengolahan Air Limbah. Jakarta:
UI Press
Yudo, Satmoko. 2010. Kondisi
Kualitas Air Sungai Ciliwung di
Wilayah DKI Jakarta di Tinjau
dari Parameter Organik, Amoniak,
Foafat, Deterjen dan Bakteri Coli:
Badan Pengkajian dan Penerapan
Terknologi. Vol 6 No. 1. 2010

Anda mungkin juga menyukai