Oleh:
Kelompok 2
Khusnul Khotimah (141810301010)
Eka Safitri L.A (141810301011)
Desy Puspitasari (141810301013)
Rohma Nur Fadilah (131810301014)
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Warga Indonesia sebagian besar menganggap nasi adalah makanan pokok.
Nasi banyak memiliki kandungan senyawa kimia yang baik dan dibutuhkan oleh
tubuh manusia. Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam nasi antara lain
adalah karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Kandungan terbanyak dalam nasi
adalah karbohidrat. Karbohidrat memiliki banyak manfaat bagi tubuh, yaitu salah
satunya sebagai sumber energi. Sumber energi ini akan diolah oleh tubuh sehingga
dapat digunakan oleh manusia untuk melakukan berbagai macam kegiatan
sepanjang hari.
Karbohidrat merupakan senyawa kimia yang terdiri dari beberapa gabungan
unsur yaitu unsur karbon, unsur oksigen,dan unsur hidrogen dengan perbandingan
jumlah tertentu. Rumus umum yang dimiliki oleh karbohidrat adalah Cm(H2O)n.
Karbohidrat berdasarkan jumlah unit atau monomer gula yang dikandung di
dalamnya dapat digolongkan menjadi monosakarida, disakarida, oligosakarida dan
polisakarida. Karbohidrat dibagi menjadi dua yaitu karbohidrat sederhana dan
karbohidrat kompleks.
Karbohidrat setiap gramnya dapat menghasilkan 4 kkal. Energi hasil dari
proses pembakaran karbohidrat ini selanjutnya akan dimanfaatkan untuk
menjalankan berbagai macam fungsi yang dilakukan oleh tubuh. Fungsi-fungsi
tersebut antara lain seperti bernafas, melakukan aktivitas fisik seperti melakukan
aktivitas olahraga ataupun bekerja, fungsi kontraksi jantung serta kontraksi otot.
Karbohidrat juga sangat berperan pada sistem kerja saraf. Karbohidrat tidak hanya
dapat langsung dimanfaatkan sebgai sumber energi untuk beraktifitas, akan tetapi
juga dapat berperan sebagai cadangan energi yang tersimpan didalam tubuh.
Berdasarkan pentingnya peran karbohidrat pada tubuh makhluk hidup, maka
dilakukan percobaan analisis karbohidrat ini. Analisis karbohidrat yang dilakukan
adalah analisis karbohidrat secara kualitatif. Analisis karbohidrat pada suatu bahan
makanan sangat perlu untuk dilakukan untuk mengetahui kadar karbohidrat yang
terkandung didalamnya. Analisa karbohidrat dalam percobaan pertama ini
dilakukan dengan beberapa metode analisis kualitatif, misalnya uji molisch, uji
benedict, Uji barfoed, Uji iodin, dan hidrolisis sukrosa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi karbohidrat dalam suatu bahan secara
kualitatif?
2. Bagaimanakah hasil uji positif yang terjadi pada identifikasi karbohidrat?
1.3 Tujuan
Adapun tujun dari percobaan ini yaitu:
1. Mengetahui cara untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam suatu bahan
secara kualitatif dengan serangkaian uji kimiawi.
2. Mengetahui hasil uji positif yang terjadi pada identifikasi karbohidrat.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang cara untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat
dalam suatu bahan secara kualitatif.
2. Memberikan informasi tentang reaksi positif yang terjadi pada identifikasi
karbohidrat.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan susunan dari atom karbon dan air. Secara umum
karbohidrat dapat didefinisikan sebagai polimer gula yang memiliki rumus molekul
Cn(H2O)m. Berdasarkan rumus molekul tersebut karbohidrat terdiri dari atom C, H
dan O. Karbohidrat merupakan suatu tururnan dari aldehid atau keton dari alkohol
polihidroksi atau senyawa turunan sebagai hasil hidrolisis senyawa kompleks
(Girinda, 1986).
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi setiap makhluk hidup.
Tubuh manusia terdapat 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram yang
digunakan untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Karbohidrat dalam
tubuh manusia dan hewan terbentuk dari beberapa asam amino diantaranya gliserol
lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan
karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur dan lain-lain.
Karbohidrat dibagi menjadi dua yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat
kompleks (Sirajuddin et al, 2011).
2.2 Penggolongan Karbohidrat
Karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu monosakarida,
oligosakarida atau disakarida dan polisakarida. Monosakarida merupakan
karbohidrat yang paling sederhana. Oligosakarida atau disakarida merupakan
senyawa yang dihidrolisis sehingga menghasilkan 2 sampai 6 gula monosakarida
sedangkan polisakarida adalah monomer-monomer yang berasal dari monosakarida
(Respati, 1990).
2.1.1 Monosakarida
Mononsakarida merupakan karbohidrat yang paling sederhana, hal ini
dikarenakan karbohidrat tidak dapat dihidrolisis. Monosakarida dapat larut dalam
air dan memiliki rasa yang manis, sehingga dapat disebut sebagai gula.
Monosakarida dalam ilmu gizi digolongkan menjadi tiga jenis yaitu:
a. Glukosa
Glukosa berasal dari kata yunani glukus yang artina manis. Glukosa
merupakan karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh.
Glukosa banyak dijumpai dalam buah, sayuran, sirup dan tets tebu dan dalam
aliran darah (kadar gula darah) (Fessenden, 1990).
b. Fruktosa
Fruktosa berasal dari bahasa inggris fructose yang lebih dikenal dengan
gulabuah atau levulosa merupakan jenis sakarida yang manis dan banyak
dijumpai pada madu dari gula tebu (Fessenden, 1990).
c. Galaktosa
Galaktosa merupakan salah satu sebuah monosakarida atau gula sederhana
Galaktosa merupakan monosakarida jenis sakarida yang ada di dalam tubuh yang
dihasilkan dari hidrolisa laktosa (Fessenden, 1990).
2.1.2 Disakarida
Disakarida merupakan gabungan antara dua molekul monosakarida. Disakarida
dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
a. Sukrosa
Sukrosa merupakan gula yang sering kita gunakan sehari-hari. Sukrosa terbuat
dari dua molekul monosakarida yang terdiri dari molekul glukosa dan satu
molekul fruktosa. Sukrosa juga berguna dalam tubuh manusia salkan
penggunaannya tidak berlebihan (Fessenden, 1990).
b. Maltosa
Maltosa merupakan disakarida yang mempunyai dua molekul monosakarida
yang terdiri dari dua molekul glukosa. Maltose didalam tubuh didapat dari hasil
pemecahan amilum, lebih mudah dicerna dan rasanya lebih enak dan nikmat.
Amilum saat bereaksi dengan iodium akan berubah warna menjadi biru (Fessenden,
1990).
c. Laktosa
Laktosa terdiri dari dua molekul monosakarida yang terdiri dari satu molekul
glukosa dan satu molekul galaktosa. Laktosa ini kurang larut dalam air. Laktosa ini
didapat dari susu sehingga sering disebut gula susu. Laktosa dapat menimbulkan
intolerance, hal ini karena kekurangan enzim lactase sehingga kemampuan untuk
mencerna laktosa berkurang (Fessenden, 1990).
2.1.3 Polisakarida
Polisakarida adalah senyawa dimana molekul-molekulnya mengandung
banyak satuan monosakarida yang dipersatukan dengan ikatan glikosida,
mempunyai massa molekul tinggi dan tidak larut dalam air atau hanya membentuk
emulsi saja. Hidrolisis lengkap akan mengubah polisakarida menjadi monosakarida
(heksosa). Polisakarida merupakan polimer monosakarida, mengandung banyak
satuan monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Hidrolisis lengkap
dari polisakarida akan menghasilkan monosakarida. Glikogen dan amilum
merupakan polimer glukosa (Fessenden, 1990).
2.3 Struktur Karbohidrat
a. Monosakarida:
O
HO
CH 2 OH
HOH 2C O OH
HO O
H O H
H OH H OH OH
OH H Atau HO H CH 2OH atau HO
OH OH
OH
OH OH H
H OH
OH
OH
Glukosa Fruktosa
b. Disakarida:
CH 2 OH
CH 2 OH
CH 2 OH H O OH
H O H HOH 2C O OH
H
H 2+ - OH O
OH H O H OH + Cu + 2OH H O
OH H
H
OH CH 2OH OH H
H H H OH
H OH OH H
H OH
Sukrosa Laktosa
c. Polisakarida:
CH 2 OH CH 2 OH CH 2 OH
H O H H O H H O H
H H H
HO OH
OH H O OH H O OH H
O O
H OH H OH H OH
Amilosa
(Hutagalung, 2004).
2.4 Gula pereduksi
Sifat kimia karbohidrat berhubungan dengan gugus fungsi yang terdapat pada
molekulnya, yaitu gugus –OH, gugus aldehid dan gugus keton. Gula reduksi
merupakan gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi, hal ini
dikarenakan gula reduksi mengandung gugus aldehid dan gugus keton. (Poedjiadi,
2005).
Semua monosakarida dan kebanyakan disakarida umumnya dapat mereduksi
senyawa pengoksida lemah seperti Cu dalam pereaksi fehling. Karbohidrat seperti
ini disebut gula pereduksi. Agar karbohidrat dapat berfungsi sebagai gula pereduksi,
suatu karbohidrat harus mempunyai gugus fungsi sebagai aldehida atau gugus
fungsi hemiasetal yang dapat membuka sebagai aldehida. Dari ketiga bentuk
glukosa, hanya bentuk rantai terbuka (asiklik) yang dapat dioksidasi oleh peraksi
fehling (Fessenden, 1990).
2.5 Uji Karbohidrat
Identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode pengujian secara kualitatif.
Uji kualitatif karbohidrat antara lain adalah sebagai berikut:
a. Uji Molisch
Uji Molisch merupakan uji kualitatif karbohidrat yang dapat menunjukan adanya
kandungan karbohidrat dalam sebuah sampel. Uji ini dapat dilakukan dengan
mencampurkan sampel larutan karbohidrat dengan pereaksi Molisch, yaitu larutan
5% α-naftol dalam alkohol yang kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat
secara hati-hati. Prinsip dasar yang terdapat dalam uji Molisch ini adalah heksosa
atau pentosa yang mengalami dehidrasi akan diubah menjadi hidroksifurfural dan
sangat dipengaruhi oleh asam sulfat pekat Reaksi ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu
hidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentosa, dan diikuti
oleh proses dehidrasi dan kondensasi. Reaksi positif yang ditunjukan dalam uji ini
adalah munculnya cincin ungu pada larutan.
b. Uji Benedict
Uji benedict merupakan uji kualitatif yang digunakan untuk membedakan gula
pereduksi dengan gula non pereduksi. Pereaksi Benedict merupakan modifikasi dari
pereaksi fehling yang dicampurkan dengan campuran CuSO4, asam sitrat, dan
kalium natrium tartrat. Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi Benedict
akan menyebabkan perubahan warna dari biru menjadi kuning kemudian berubah
menjadi kemerah-merahan dan akhirnya terbentuk endapan merah bata yang
merupakan kupro oksida. Karbohidrat pereduksi dalam reaksi ini akan teroksidasi
menjadi asam onat, sedangkan pereaksi Benedict akan tereduksi menjadi kupro
oksida. Pada uji ini suasananya adalah asam, sedangkan pada barfoed adalah berada
pada suasana basa
c. Uji Barfoed
Uji barfoed merupakan uji kualitatif yang digunakan untuk membedakan
monosakarida dengan disakarida. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya proses
pemanasan karbohidrat pereduksi dengan Barfoed, yang mana menghasilkan reaksi
oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam onat dan terjadi reaksi reduksi
pereaksi Barfoed sebagai ion kupri (Cu++) menjadi endapan kupro oksida. Suasana
asam dalam pereaksi Barfoed dapat mengakibatkan perbedaan waktu terjadinya
pengendapan kupro oksida pada reaksi dengan disakarida dan monosakarida.
d. Uji Iodin
Uji iodin merupakan uji kualitatif karbohidrat yang dapat digunakan untuk
mengetahui keberadaan pati. Reaksi positif yang ditunjukan adanya pati yang telah
membentuk kompleks dengan iodium adalah larutan berwarna biru tua.
Polisakarida memberikan uji positif berupa warna biru keunguan atau biru tua
dengan glikogen atau amilopektin yang intensitas birunya rendah. Hal ini
diakibatkan karena struktur molekul pati yang berbentuk spiral akan mengikat
molekul iodin sehingga terbentuklah warna biru yang lebih pekat
(Sukatiningsih, 2010).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN
Hasil
Hasil
B (+)
C (-)
D (+)
B (+)
D (-)
3. Uji A (+)
Barfoed <7
menit
D (+) >
7
menit
4.2 Pembahasan
Karbohidrat dapat diidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif. Identifikasi
sampel karbohidrat dengan serangkaian uji kimiawi karbohidrat sebagai dasar
analisis kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan uji Molisch, uji Benedict,
uji Barfoed, uji iodium dan hidrolisis sukrosa. Percobaan ini dilakukan
menggunakan sampel yang diketahui dan tidak diketahui. 6 sampel yang diketahui
adalah glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, amilum, dan sukrosa+H2O. Sampel yang
tidak diketahui diberi label A, B, C, dan D digunakan untuk identifikasi sampel
yang mengandung karbohidrat serta jenis karbohidrat yang terkandung didalamnya.
Uji kualitatif yang pertama dilakukan pada 6 sampel yang diketahui. Hal ini
bertujuan untuk membuktikan teori yang telah ada. Uji pertama yang dilakukan
adalah uji karbohidrat secara umum, yaitu uji Molisch. Masing – masing sampel
diberi reagen Molisch dan H2SO4. Senyawa karbohidrat didehidrasi oleh H2SO4
pekat menghasilkan senyawa fulfural pada heksosa/hidroksimetilfulfural pada
pentosa. Reagen Molisch yang terdiri dari α-naftol dalam alkohol akan bereaksi
dengan senyawa fulfural/hidroksimetilfulfural membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu. Warna ungu inilah yang menunjukkan uji positif adanya
karbohidrat dalam suatu senyawa. Berdasarkan hasil percobaan, keenam sampel
menunjukkan hasil positif. Hal tersebut membuktikan bahwa 6 sampel tersebut
mengandung karbohidrat. Berdasarkan hasil percobaan hasil positif didapat pada
sampel glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, amilum, dan sukrosa+H2O.
Uji yang kedua adalah uji benedict. Uji Benedict digunakan untuk
mengidentifikasi gula pereduksi dalam suatu sampel. Semua monosakarida
merupakan gula pereduksi, sedangkan hanya beberapa disakarida yang merupakan
gula pereduksi. Suatu karbohidrat disebut gula pereduksi karena gula tersebut
memiliki gugus atom o karbonil berpotensi bebas sehingga dapat dioksidasi
menjadi gugus karboksilat. Reagen Benedict mengandung asam sitrat, kalium
natrium tartrat dan cupri asetat. Asam sitrat dan kalium natrium tartrat
menyebabkan larutan Benedict bersifat basa lemah dan dengan adanya ion Cu2+
menyebabkan larutan berwarna biru. Asam sitrat juga berfungsi menghindari
terjadinya pengendapan pada CuCO3. Larutan yang telah ditambah reagen benedict
dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Waktu yang digunakan untuk pemanasan
hanya 3 menit karena pemanasan ini berlangsung dalam kedaan basa. Reagen
Benedict yang bersuasana basa menyebabkan karbohidrat lebih cepat terhidrolisis.
Gugus aldehid dan keton pada monomer karbohidrat akan mengalami transisi
elektron/ resonansi dalam suasana basa dan panas. Hal tersebut menyebabkan ion
Cu2+ dapat direduksi dan gula pereduksi mengalami oksidasi oleh ion Cu2+
membentuk asam karboksilat dan endapan merah didasar tabung.
2+ 2-
CuSO 4 Cu SO4
2+
2 Cu + reducing sugar Cu
+
(electron donor)
+
Cu Cu 2O (precipitate)
R H R OH
5.1 Kesimpulan
1. Identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan beberapa metode uji yaitu uji
molisch, uji benedict, uji barfoed dan uji iodium.
2. Reaksi positif uji molisch dapat ditandai dengan adanya cincin ungu dalam
larutan sampel, reaksi positif uji benedict dan uji barfoed ditandai dengan
perubahan warna larutan menjadi biru dengan munculnya endapan merah bata,
dan uji iodium menghasilkan reaksi positif yang ditandai dengan warna biru tua,
dimana warna biru tua tersebut menunjukkan sampel merupakan polisakarida
pati.
3. Berdasarkan uji kualitatif karbohidrat, sampel A adalah monosakarida (glukosa),
sampel B adalah polisakarida (pati/amilum), sampel C adalah non sakarida/
bukan karbohidrat, dan sampel D adalah disakarida (sukrosa).
5.2 Saran
Adapun saran untuk percobaan analisis karbohidrat adalah tiap tahapan pada
pengujian harus dilakukan secara tepat, cermat dan penuh dengan konsentrasi agar
langkah kerja yang dilakukan tidak salah. Penambahan reagen sebaiknya dilakukan
dengan hati-hati dan teliti agar hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur.
Estimasi waktu sangat dibutuhkan saat praktikum, agar semua pengujian dapat
dilakukan sesuai dengan yang direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Uji Molisch
2. Uji Benedict
Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan
3. Uji Barfoed
Gambar Keterangan
4. Uji Iodin
larutan karbohidrat 5 tetes ditambah 1 Sampel ditetesi 1tetes
tetes iodium, positif hanya pada amilum iodium, positif pada sampel v