Anda di halaman 1dari 27

PRAKTIKUM BIOMOLEKUL

ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT

Oleh:
Kelompok 2
Khusnul Khotimah (141810301010)
Eka Safitri L.A (141810301011)
Desy Puspitasari (141810301013)
Rohma Nur Fadilah (131810301014)

LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Warga Indonesia sebagian besar menganggap nasi adalah makanan pokok.
Nasi banyak memiliki kandungan senyawa kimia yang baik dan dibutuhkan oleh
tubuh manusia. Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam nasi antara lain
adalah karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Kandungan terbanyak dalam nasi
adalah karbohidrat. Karbohidrat memiliki banyak manfaat bagi tubuh, yaitu salah
satunya sebagai sumber energi. Sumber energi ini akan diolah oleh tubuh sehingga
dapat digunakan oleh manusia untuk melakukan berbagai macam kegiatan
sepanjang hari.
Karbohidrat merupakan senyawa kimia yang terdiri dari beberapa gabungan
unsur yaitu unsur karbon, unsur oksigen,dan unsur hidrogen dengan perbandingan
jumlah tertentu. Rumus umum yang dimiliki oleh karbohidrat adalah Cm(H2O)n.
Karbohidrat berdasarkan jumlah unit atau monomer gula yang dikandung di
dalamnya dapat digolongkan menjadi monosakarida, disakarida, oligosakarida dan
polisakarida. Karbohidrat dibagi menjadi dua yaitu karbohidrat sederhana dan
karbohidrat kompleks.
Karbohidrat setiap gramnya dapat menghasilkan 4 kkal. Energi hasil dari
proses pembakaran karbohidrat ini selanjutnya akan dimanfaatkan untuk
menjalankan berbagai macam fungsi yang dilakukan oleh tubuh. Fungsi-fungsi
tersebut antara lain seperti bernafas, melakukan aktivitas fisik seperti melakukan
aktivitas olahraga ataupun bekerja, fungsi kontraksi jantung serta kontraksi otot.
Karbohidrat juga sangat berperan pada sistem kerja saraf. Karbohidrat tidak hanya
dapat langsung dimanfaatkan sebgai sumber energi untuk beraktifitas, akan tetapi
juga dapat berperan sebagai cadangan energi yang tersimpan didalam tubuh.
Berdasarkan pentingnya peran karbohidrat pada tubuh makhluk hidup, maka
dilakukan percobaan analisis karbohidrat ini. Analisis karbohidrat yang dilakukan
adalah analisis karbohidrat secara kualitatif. Analisis karbohidrat pada suatu bahan
makanan sangat perlu untuk dilakukan untuk mengetahui kadar karbohidrat yang
terkandung didalamnya. Analisa karbohidrat dalam percobaan pertama ini
dilakukan dengan beberapa metode analisis kualitatif, misalnya uji molisch, uji
benedict, Uji barfoed, Uji iodin, dan hidrolisis sukrosa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi karbohidrat dalam suatu bahan secara
kualitatif?
2. Bagaimanakah hasil uji positif yang terjadi pada identifikasi karbohidrat?

1.3 Tujuan
Adapun tujun dari percobaan ini yaitu:
1. Mengetahui cara untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam suatu bahan
secara kualitatif dengan serangkaian uji kimiawi.
2. Mengetahui hasil uji positif yang terjadi pada identifikasi karbohidrat.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang cara untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat
dalam suatu bahan secara kualitatif.
2. Memberikan informasi tentang reaksi positif yang terjadi pada identifikasi
karbohidrat.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan susunan dari atom karbon dan air. Secara umum
karbohidrat dapat didefinisikan sebagai polimer gula yang memiliki rumus molekul
Cn(H2O)m. Berdasarkan rumus molekul tersebut karbohidrat terdiri dari atom C, H
dan O. Karbohidrat merupakan suatu tururnan dari aldehid atau keton dari alkohol
polihidroksi atau senyawa turunan sebagai hasil hidrolisis senyawa kompleks
(Girinda, 1986).
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi setiap makhluk hidup.
Tubuh manusia terdapat 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram yang
digunakan untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Karbohidrat dalam
tubuh manusia dan hewan terbentuk dari beberapa asam amino diantaranya gliserol
lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan
karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur dan lain-lain.
Karbohidrat dibagi menjadi dua yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat
kompleks (Sirajuddin et al, 2011).
2.2 Penggolongan Karbohidrat
Karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu monosakarida,
oligosakarida atau disakarida dan polisakarida. Monosakarida merupakan
karbohidrat yang paling sederhana. Oligosakarida atau disakarida merupakan
senyawa yang dihidrolisis sehingga menghasilkan 2 sampai 6 gula monosakarida
sedangkan polisakarida adalah monomer-monomer yang berasal dari monosakarida
(Respati, 1990).
2.1.1 Monosakarida
Mononsakarida merupakan karbohidrat yang paling sederhana, hal ini
dikarenakan karbohidrat tidak dapat dihidrolisis. Monosakarida dapat larut dalam
air dan memiliki rasa yang manis, sehingga dapat disebut sebagai gula.
Monosakarida dalam ilmu gizi digolongkan menjadi tiga jenis yaitu:
a. Glukosa
Glukosa berasal dari kata yunani glukus yang artina manis. Glukosa
merupakan karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh.
Glukosa banyak dijumpai dalam buah, sayuran, sirup dan tets tebu dan dalam
aliran darah (kadar gula darah) (Fessenden, 1990).
b. Fruktosa
Fruktosa berasal dari bahasa inggris fructose yang lebih dikenal dengan
gulabuah atau levulosa merupakan jenis sakarida yang manis dan banyak
dijumpai pada madu dari gula tebu (Fessenden, 1990).
c. Galaktosa
Galaktosa merupakan salah satu sebuah monosakarida atau gula sederhana
Galaktosa merupakan monosakarida jenis sakarida yang ada di dalam tubuh yang
dihasilkan dari hidrolisa laktosa (Fessenden, 1990).
2.1.2 Disakarida
Disakarida merupakan gabungan antara dua molekul monosakarida. Disakarida
dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
a. Sukrosa
Sukrosa merupakan gula yang sering kita gunakan sehari-hari. Sukrosa terbuat
dari dua molekul monosakarida yang terdiri dari molekul glukosa dan satu
molekul fruktosa. Sukrosa juga berguna dalam tubuh manusia salkan
penggunaannya tidak berlebihan (Fessenden, 1990).
b. Maltosa
Maltosa merupakan disakarida yang mempunyai dua molekul monosakarida
yang terdiri dari dua molekul glukosa. Maltose didalam tubuh didapat dari hasil
pemecahan amilum, lebih mudah dicerna dan rasanya lebih enak dan nikmat.
Amilum saat bereaksi dengan iodium akan berubah warna menjadi biru (Fessenden,
1990).
c. Laktosa
Laktosa terdiri dari dua molekul monosakarida yang terdiri dari satu molekul
glukosa dan satu molekul galaktosa. Laktosa ini kurang larut dalam air. Laktosa ini
didapat dari susu sehingga sering disebut gula susu. Laktosa dapat menimbulkan
intolerance, hal ini karena kekurangan enzim lactase sehingga kemampuan untuk
mencerna laktosa berkurang (Fessenden, 1990).
2.1.3 Polisakarida
Polisakarida adalah senyawa dimana molekul-molekulnya mengandung
banyak satuan monosakarida yang dipersatukan dengan ikatan glikosida,
mempunyai massa molekul tinggi dan tidak larut dalam air atau hanya membentuk
emulsi saja. Hidrolisis lengkap akan mengubah polisakarida menjadi monosakarida
(heksosa). Polisakarida merupakan polimer monosakarida, mengandung banyak
satuan monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Hidrolisis lengkap
dari polisakarida akan menghasilkan monosakarida. Glikogen dan amilum
merupakan polimer glukosa (Fessenden, 1990).
2.3 Struktur Karbohidrat
a. Monosakarida:
O
HO
CH 2 OH
HOH 2C O OH
HO O
H O H
H OH H OH OH
OH H Atau HO H CH 2OH atau HO
OH OH
OH
OH OH H
H OH
OH
OH

Glukosa Fruktosa
b. Disakarida:
CH 2 OH
CH 2 OH
CH 2 OH H O OH
H O H HOH 2C O OH
H
H 2+ - OH O
OH H O H OH + Cu + 2OH H O
OH H
H
OH CH 2OH OH H
H H H OH
H OH OH H
H OH

Sukrosa Laktosa
c. Polisakarida:
CH 2 OH CH 2 OH CH 2 OH

H O H H O H H O H
H H H
HO OH
OH H O OH H O OH H
O O

H OH H OH H OH

Amilosa
(Hutagalung, 2004).
2.4 Gula pereduksi
Sifat kimia karbohidrat berhubungan dengan gugus fungsi yang terdapat pada
molekulnya, yaitu gugus –OH, gugus aldehid dan gugus keton. Gula reduksi
merupakan gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi, hal ini
dikarenakan gula reduksi mengandung gugus aldehid dan gugus keton. (Poedjiadi,
2005).
Semua monosakarida dan kebanyakan disakarida umumnya dapat mereduksi
senyawa pengoksida lemah seperti Cu dalam pereaksi fehling. Karbohidrat seperti
ini disebut gula pereduksi. Agar karbohidrat dapat berfungsi sebagai gula pereduksi,
suatu karbohidrat harus mempunyai gugus fungsi sebagai aldehida atau gugus
fungsi hemiasetal yang dapat membuka sebagai aldehida. Dari ketiga bentuk
glukosa, hanya bentuk rantai terbuka (asiklik) yang dapat dioksidasi oleh peraksi
fehling (Fessenden, 1990).
2.5 Uji Karbohidrat
Identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode pengujian secara kualitatif.
Uji kualitatif karbohidrat antara lain adalah sebagai berikut:
a. Uji Molisch
Uji Molisch merupakan uji kualitatif karbohidrat yang dapat menunjukan adanya
kandungan karbohidrat dalam sebuah sampel. Uji ini dapat dilakukan dengan
mencampurkan sampel larutan karbohidrat dengan pereaksi Molisch, yaitu larutan
5% α-naftol dalam alkohol yang kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat
secara hati-hati. Prinsip dasar yang terdapat dalam uji Molisch ini adalah heksosa
atau pentosa yang mengalami dehidrasi akan diubah menjadi hidroksifurfural dan
sangat dipengaruhi oleh asam sulfat pekat Reaksi ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu
hidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentosa, dan diikuti
oleh proses dehidrasi dan kondensasi. Reaksi positif yang ditunjukan dalam uji ini
adalah munculnya cincin ungu pada larutan.
b. Uji Benedict
Uji benedict merupakan uji kualitatif yang digunakan untuk membedakan gula
pereduksi dengan gula non pereduksi. Pereaksi Benedict merupakan modifikasi dari
pereaksi fehling yang dicampurkan dengan campuran CuSO4, asam sitrat, dan
kalium natrium tartrat. Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi Benedict
akan menyebabkan perubahan warna dari biru menjadi kuning kemudian berubah
menjadi kemerah-merahan dan akhirnya terbentuk endapan merah bata yang
merupakan kupro oksida. Karbohidrat pereduksi dalam reaksi ini akan teroksidasi
menjadi asam onat, sedangkan pereaksi Benedict akan tereduksi menjadi kupro
oksida. Pada uji ini suasananya adalah asam, sedangkan pada barfoed adalah berada
pada suasana basa
c. Uji Barfoed
Uji barfoed merupakan uji kualitatif yang digunakan untuk membedakan
monosakarida dengan disakarida. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya proses
pemanasan karbohidrat pereduksi dengan Barfoed, yang mana menghasilkan reaksi
oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam onat dan terjadi reaksi reduksi
pereaksi Barfoed sebagai ion kupri (Cu++) menjadi endapan kupro oksida. Suasana
asam dalam pereaksi Barfoed dapat mengakibatkan perbedaan waktu terjadinya
pengendapan kupro oksida pada reaksi dengan disakarida dan monosakarida.
d. Uji Iodin
Uji iodin merupakan uji kualitatif karbohidrat yang dapat digunakan untuk
mengetahui keberadaan pati. Reaksi positif yang ditunjukan adanya pati yang telah
membentuk kompleks dengan iodium adalah larutan berwarna biru tua.
Polisakarida memberikan uji positif berupa warna biru keunguan atau biru tua
dengan glikogen atau amilopektin yang intensitas birunya rendah. Hal ini
diakibatkan karena struktur molekul pati yang berbentuk spiral akan mengikat
molekul iodin sehingga terbentuklah warna biru yang lebih pekat
(Sukatiningsih, 2010).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan Percobaan


3.1.1 Alat Percobaan
 Tabung reaksi dan rak
 Pipet tetes
 Water bath
 Beaker glass
 Pipet volum
 Plat tetes
3.1.2 Bahan Percobaan
 Sampel larutan karbohidrat
 Reagen Molisch
 Reagen Benedict
 Reagen Barfoed
 Reagen Iodin
 Larutan sukrosa 0,1 M
 HCl 0,1 N
 NaOH 0,1 N
 H2SO4 pekat
 Akuades

3.2 Skema Percobaan


3.2.1 Uji Molisch
Sampel Larutan Karbohidrat
 diambil sebanyak 1,5 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
 ditambahkan 3 tetes reagen Molisch dan dikocok pelan-pelan
 dimiringkan tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL H2SO4 pekat melalui
dinding tabung reaksi sampai membentuk cincin pada larutan
 diulangi perlakuan diatas untuk sampel larutan karbohidrat yang lain dan
sampel yang tidak diketahui
Hasil
3.2.2 Uji Benedict
Sampel Larutan Karbohidrat
 diambil 1,5 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 2 mL
reagen Benedict dan dikocok
 dipanaskan tabung dalam water bath selama 10 menit
 dibiarkan dingin
 diamati perubahan warna yang terjadi dan adanya endapan
 dilakukan perlakuan diatas untuk sampel larutan karbohidrat yang lain dan
sampel yang tidak diketahui

Hasil

3.2.3 Uji Barfoed


Sampel Larutan karbohidrat
 diambil sebanyak 1,5 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang
berisi 1 mL reagen Barfoed
 dipanaskan dalam air mendidih selama 3 menit
 didinginkan selama 2 menit pada air mengalir
 diamati perubahan yang terjadi
 dilakukan pemanasan selama 15 menit apabila tidak terjadi reduksi
 dilakukan perlakuan yang sama untuk sampel larutan karbohidrat yang lain
dan sampel yang tidak diketahui

Hasil

3.2.4 Uji Iodium


Sampel Larutan Karbohidrat
 diambil sebanyak 1 tetes
 ditambahkan 1 tetes reagen iodin
 didiamkan
 diamati perubahan warna yang terjadi
 dilakukan perlakuan yang sama untuk sampel larutan karbohidrat yang lain
dan sampel yang tidak diketahui
Hasil
3.2.5 Hidrolisis Sukrosa
Larutan Sukrosa 0,1 M
 diambil sebanyak 1 mL tetes dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
 ditambahkan 0,5 mL HCl 0,1 N
 dipanaskan dalam water bath mendidih selama 30 menit
 Didinginkan dan dinetralkan dengan penambahan 0,5 mL NaOH 0,1 N
 dilakukan dengan uji Benedict, Barfoed, dan Iodium
 dilakukan uji yang sama dengan menambahkan 1 mL sukrosa 0,1 M dan 1
mL akuades sebagai pembanding
 dicatat fenomena perbedaan yang terjadi
Hasil

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Uji Molisch
Ditambahkan sebanyak 3 tetes reagen Molisch kedalam 1,5 mL larutan
karbohidrat dan diletakan dalam tabung reaksi sambil dikocok secara perlahan.
Dimiringkan tabung reaksi hingga 450 dan ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak
1 mL melalui dinding tabung reaksi hingga membentuk cincin pada larutan.
Diamati perubahan yang terjadi. Diulangi perlakuan pada sampel larutan
karbohidrat yang lain dan sampel yang tidak diketahui.
3.3.2 Uji Benedict
Ditambahkan sebanyak 2 mL reagen Benedict kedalam 1,5 mL larutan
karbohidrat pada tabung reaksi yang kemudian dikocok. Dipanaskan tabung reaksi
dalam water bath mendidih selama 10 menit dan kemudian tabung reaksi dibiarkan
dingin. Diamati perubahan warna dan terbentuknya endapan. Diulangi perlakuan
pada sampel larutan karbohidrat yang lain dan sampel yang tidak diketahui.
3.3.3 Uji Barfoed
Dimasukkan 1 mL reagen Barfoed kedalam tabung reaksi yang berisi 1,5 mL
sampel larutan karbohidrat dalam tabung reaksi. Dipanaskan tabung reaksi yang
berisi sampel dalam air mendidih selama 3 menit. Didinginkan sampel pada air
mengalir selama 2 menit. Diamati perubahan yang terjadi. Dilakukan pemanasan
dilakukan selama 15 menit apabila tidak terjadi reduksi. Diulangi perlakuan pada
sampel larutan karbohidrat yang lain dan sampel yang tidak diketahui.
3.3.4 Uji Iodium
Diteteskan sebanyak 1 tetes larutan iodin pada 1 tetes sampel larutan
karbohidrat pada plat tetes dan kemudian didiamkan. Diamati perubahan yang
terjadi. Diulangi perlakuan pada sampel larutan karbohidrat yang lain dan sampel
yang tidak diketahui.
3.3.5 Hidrolisis Sukrosa
Dimasukkan sebanyak 1 mL larutan sukrosa 0,1 N kedalam tabung reaksi dan
ditambahkan 0,5 mL HCl 0,1 N. Dipanaskan tabung reaksi dalam water bath
mendidih selama 30 menit. Didinginkan larutan dan dinetralkan dengan
penambahan 0,5 mL NaOH 0,1 N. Diuji larutan dengan uji Benedict, Barfoed, dan
Iodium. Dilakukan pengujian dengan perlakuan yang sama tetapi dengan
menggunakan 1 mL sukrosa 0,1 M yang ditambahkan dengan 1 mL akuades.
Pengujian ini sebagai pembanding. Dicatat fenomena perbedaan yang terjadi.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


4.1.1 Uji kualitatif karbohidrat terhadap sampel yang telah diketahui

No. Jenis Sampel Pengamatan Hasil


Uji
1. Uji a. Glukosa Tidak (+)
molisch berwarna
→ cincin
ungu
b. Amilum Tidak (-)
berwarna
→ cincin
ungu
c. Maltosa Tidak (+) Ditambah reagen molish
berwarna
→ cincin
ungu
d. Fruktosa Tidak (-)
berwarna

Cincin
Ditambah H2SO4
ungu
e. Laktosa Tidak (+)
berwarna
→ cincin
ungu
2. Uji a. Glukosa Biru, Positif
benedict pemanasan (+)
10 menit =
endapan
merah bata
b. Amilum Biru, Negatif
pemanasan (-)
15 menit
tetap biru
c. Maltosa Biru, Positif
pemanasan (+)
15 menit
tetap biru
d. Laktosa Biru, Positif
pemanasan (+)
10 menit =
endapan
merah bata
d. Fruktosa Biru Positif
pemanasan (+)
10 menit =
endapan
merah bata
e. Sukrosa Biru Positif
hidrolisis pemanasan (+)
10 menit =
endapan
merah bata
banyak
f. Sukrosa + Biru, Negatif
aquades pemanasan (-)
15 menit
tetap biru
3. Uji a. Glukosa Endapan Positif
barfoed merah bata (+)
b. Maltosa Biru Negatif
(-)
c. Fruktosa Endapan Positif
merah bata (+)
d. Amilum Biru Negatif Sukrosa terhidrolisis,
(-) glukosa dan fruktosa
e. Laktosa Biru Negatif
(-)
f. Sukrosa Larutan Positif
hidrolisis warna (+)
hijau+
Endapan
merah bata Laktosa, maltosa,
h. Sukrosa Biru Negatif sukrosa+akuades, amilum
+ akuades (-)

4. Uji a. Glukosa Kuning Negatif


iodium (-)
b. Amilum Biru - Positif
hitam (+)
c. Maltosa Kuning Negatif
(-)
d. Fruktosa Kuning Negatif
(-)
e. Laktosa Kuning Negatif
(-)
f. Sukrosa Kuning Negatif
terhidrolisis (-)
g. Sukrosa Kuning Negatif
+ akuades (-)

4.1.2 Uji kualitatif karbohidrat terhadap sampel yang tidak diketahui


No. Jenis Pengamatan Hasil Gambar
Uji Sampel
1. Uji A (+)
Molisch

B (+)

C (-)

D (+)

2. Uji Iod A (-)

B (+)

D (-)
3. Uji A (+)
Barfoed <7
menit

D (+) >
7
menit

4.2 Pembahasan
Karbohidrat dapat diidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif. Identifikasi
sampel karbohidrat dengan serangkaian uji kimiawi karbohidrat sebagai dasar
analisis kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan uji Molisch, uji Benedict,
uji Barfoed, uji iodium dan hidrolisis sukrosa. Percobaan ini dilakukan
menggunakan sampel yang diketahui dan tidak diketahui. 6 sampel yang diketahui
adalah glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, amilum, dan sukrosa+H2O. Sampel yang
tidak diketahui diberi label A, B, C, dan D digunakan untuk identifikasi sampel
yang mengandung karbohidrat serta jenis karbohidrat yang terkandung didalamnya.
Uji kualitatif yang pertama dilakukan pada 6 sampel yang diketahui. Hal ini
bertujuan untuk membuktikan teori yang telah ada. Uji pertama yang dilakukan
adalah uji karbohidrat secara umum, yaitu uji Molisch. Masing – masing sampel
diberi reagen Molisch dan H2SO4. Senyawa karbohidrat didehidrasi oleh H2SO4
pekat menghasilkan senyawa fulfural pada heksosa/hidroksimetilfulfural pada
pentosa. Reagen Molisch yang terdiri dari α-naftol dalam alkohol akan bereaksi
dengan senyawa fulfural/hidroksimetilfulfural membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu. Warna ungu inilah yang menunjukkan uji positif adanya
karbohidrat dalam suatu senyawa. Berdasarkan hasil percobaan, keenam sampel
menunjukkan hasil positif. Hal tersebut membuktikan bahwa 6 sampel tersebut
mengandung karbohidrat. Berdasarkan hasil percobaan hasil positif didapat pada
sampel glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, amilum, dan sukrosa+H2O.

Uji yang kedua adalah uji benedict. Uji Benedict digunakan untuk
mengidentifikasi gula pereduksi dalam suatu sampel. Semua monosakarida
merupakan gula pereduksi, sedangkan hanya beberapa disakarida yang merupakan
gula pereduksi. Suatu karbohidrat disebut gula pereduksi karena gula tersebut
memiliki gugus atom o karbonil berpotensi bebas sehingga dapat dioksidasi
menjadi gugus karboksilat. Reagen Benedict mengandung asam sitrat, kalium
natrium tartrat dan cupri asetat. Asam sitrat dan kalium natrium tartrat
menyebabkan larutan Benedict bersifat basa lemah dan dengan adanya ion Cu2+
menyebabkan larutan berwarna biru. Asam sitrat juga berfungsi menghindari
terjadinya pengendapan pada CuCO3. Larutan yang telah ditambah reagen benedict
dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Waktu yang digunakan untuk pemanasan
hanya 3 menit karena pemanasan ini berlangsung dalam kedaan basa. Reagen
Benedict yang bersuasana basa menyebabkan karbohidrat lebih cepat terhidrolisis.
Gugus aldehid dan keton pada monomer karbohidrat akan mengalami transisi
elektron/ resonansi dalam suasana basa dan panas. Hal tersebut menyebabkan ion
Cu2+ dapat direduksi dan gula pereduksi mengalami oksidasi oleh ion Cu2+
membentuk asam karboksilat dan endapan merah didasar tabung.
2+ 2-
CuSO 4 Cu SO4

2+
2 Cu + reducing sugar Cu
+

(electron donor)
+
Cu Cu 2O (precipitate)

Berdasarkan hasil percobaan, sampel yang menunjukkan hasil positif yaitu


glukosa, maltosa, laktosa, dan fruktosa. Sukrosa+H2O dan amilum tidak
menunjukkan hasil positif sehingga keduanya bukan gula pereduksi. Hal tersebut
dikarenakan amilum dan sukrosa memiliki C1 yang sama – sama dibuat berikatan
yang sifatnya sangat kuat sehingga tidak berpotensi untuk bebas.
Uji ketiga yang dilakukan adalah uji barfoed. Uji barfoed digunakan untuk
membedakan antara monosakarida pereduksi dengan disakarida pereduksi.
Pereaksi barfoed terdiri dari Cu(CH3COO)2, asam asetat glasial, dan akuades
(suasana sedikit asam). Uji barfoed didasarkan pada kecepatan gula pereduksi yang
dioksidasi oleh ion Cu2+ membentuk asam karboksilat dan endapan Cu2O berwarna
merah bata yang terbentuk akibat tereduksi oleh gula pereduksi. Sampel yang
mengandung monosakarida dioksidasi lebih cepat daripada sampel yang
mengandung disakarida. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, sampel yang
memiliki hasil uji positif setelah pemanasan 3 menit adalah glukosa dan fruktosa,
sedangkan sampel yang memiliki hasil uji positif setelah pemanasan 15 menit
adalah maltosa, laktosa, dan sukrosa+H2O yang menghasilkan endapan sangat
sedikit.
O O +
+ Cu
2+
Cu 2O + + 4H

R H R OH

Monosakarida lebih cepat membentuk endapan merah daripada disakarida


karena gugus pereduksi pada monosakarida (yang terletak pada C1 untuk aldosa
dan pada C2 untuk ketosa) berpotensi untuk bersifat bebas sehingga dapat
mengalami oksidasi yang lebih cepat oleh reagen barfoed. Disakarida juga memiliki
gugus pereduksi, namun cenderung tidak bersifat bebas karena C1 berikatan
membentuk ikatan glikosida. Endapan merah pada disakarida dapat terbentuk
karena adanya hidrolisis dengan cara dipanaskan dalam suasana asam terlebih
dahulu sehingga terpecah menjadi monomer-monomernya yang dapat bereaksi
dengan reagen barfoed.
Uji keempat adalah uji iodium. Uji iodium digunakan untuk identifikasi
kandungan pati dalam sampel. Uji iodium spesifik untuk mengetahui keberadaan
amilosa dalam suatu bahan. Iodin tidak larut sempurna dalam air, oleh karena itu
reagen iodin dibuat dari melarutkan iodin dalam pottasium iodida berair yang akan
membentuk ion kompleks triiodida linear yang larut dan mengkompleks dengan
amilosa sehingga memunculkan warna biru-kehitaman. Ketika amilum dilarutkan
dalam air, amilosa akan membentuk micelles, yaitu molekul-molekul yang
bergerombol dan tidak kasat mata karena hanya pada tingkat molekuler. Micelles
ini dapat mengikat I2 yang terkandung dalam pereaksi iodium dan memberikan
warna biru khas pada larutan yang di uji. Prinsip uji iodin adalah sampel yang
ditambahkan larutan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi berwarna yang
spesifik. Amilum atau pati apabila bereaksi dengan iodium akan menghasilkan
warna biru, dekstin menghasilkan merah anggur, glikogen dan sebagian pati yang
terhidrolisis membentuk warna merah coklat, sedangkan hasil uji negatif
menunjukkan warna kuning kecoklatan. Reaksi uji iodium dapat digambarkan
sebagai berikut:
Karbohidrat (polisakarida) + I2 → warna spesifik
Warna biru yang dihasilkan dari uji positif terhadap amilum karena molekul
amilosa dan amilopektin membentuk suatu molekul kompleks dengan larutan
iodium. Monosakarida dan disakarida tidak mengandung amilosa dan amilopektin,
sehingga tidak dapat membentuk kompleks dengan amilum, oleh karena itu
keduanya tidak menghasilkan warna. Sampel yang menghasilkan uji positif
terhadap reagen ini adalah amilum yang ditandai dengan perubahan warna menjadi
biru kehitaman sehingga dapat diidentifikasi bahwa didalam sampel terdapat
karbohidrat jenis pati. Sedangkan glukosa, maltosa, fruktosa, laktosa, dan
sukrosa+H2O memberikan hasil uji negatif sehingga dapat digolongkan karbohidrat
jenis monosakarida/ oligosakarida.
Uji yang terakhir yang dilakukan adalah hidrolisis sukrosa. Sukrosa adalah
disakarida sehingga apabila dihidrolisis maka ikatan glikosida yang
menghubungkan kedua monosakarida pembentuknya akan putus sehingga
terbentuk monosakarida pembentuknya. Sukrosa yang dihidolisis akan diuji
kualitatif juga menggunakan uji Benedict dan Barfoed serta uji Iodium untuk
membandingkan dengan sukrosa tanpa dihidrolisis sekaligus membuktikan bahwa
hasil hidrolisis sukrosa adalah monosakarida. Hidrolisis sukrosa dilakukan dengan
cara mereaksikan sukrosa+H2O dengan HCl 0,1 N kemudian dipanaskan dan
ditambahkan NaOH 0,1 N.
Sukrosa yang telah dihidrolisis dilakukan uji kualitatif seperti prosedur
sebelumnya. Hasil dari uji benedict adalah timbul endapan merah bata yang
menunjukkan bahwa pada larutan sukrosa terhidrolisis terdapat gula pereduksi.
Hasil dari uji Barfoed setelah pemanasan 3 menit langsung terbentuk endapan
merah bata yang menandakan bahwa larutan sukrosa hidrolisis mengandung
monosakarida. Ketika diuji menggunakan uji Iodium, perbahan warna yang terjadi
adalah menjadi kuning kecoklatan. Berdasarkan beberapa uji yang dilakukan,
sukrosa hidrolisis menunjukkan bahwa ikatan glikosida yang menghubungkan
kedua monosakarida pembentuknya putus sehingga terdapat monosakarida
didalamnya.
Uji kualitatif karbohidrat selanjutnya dilakukan terhadap sampel yang
belum diketahui jenis karbohidratnya dengan memberi label A,B,C, dan D. Uji awal
untuk menentukan jenis karbohidrat keempat sampel unknown tersebut dilakukan
uji molisch. Uji molisch merupakan uji kualitatif tahap pertama untuk menentukan
adanya karbohidrat secara umum dalam suatu sampel. Reaksi positif pada uji
molisch ini akan membentuk cincin berwarna ungu pada permukaan atau terbentuk
dua fase yang dipisahkan oleh cincin berwarna ungu pada sampel. Berdasarkan
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sampel A,B, dan D merupakan
sampel yang mengandung karbohidrat karena membentuk cincin warna ungu yang
memisahkan larutan menjadi dua fase. Sampel C ketika diuji molisch tidak
membentuk cincin warna ungu yang mengindikasikan bahwa sampel tersebut
bukan merupakan karbohidrat (non karbohidrat). Uji kualitatif selanjutnya yaitu uji
iodium yang digunakan untuk menganalisis sampel apakah termasuk jenis amilum
atau bukan. Sampel A,B, dan D yang merupakan karbohidrat kemudian diuji
iodium. Reaksi positif uji iodium ini akan menghasilkan warna biru tua pada sampel
setelah ditetesi dengan iodium (I2). Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa hanya sampel B yang termasuk amilum (polisakarida) karena menghasilkan
warna larutan biru tua, sedangkan sampel A dan B menghasilkan warna kuning
kecoklatan yang berarti reaksinya negatif atau bukan termasuk amilum.
Uji kualitatif ketiga yaitu uji barfoed yang digunakan untuk membedakan
karbohidrat monosakarida dan disakarida. Sampel yang diuji barfoed hanya sampel
A dan D karena sampel C dan B masing-masing adalah sampel non karbohidrat dan
amilum. Reaksi positif pada uji barfoed ini akan membentuk endapan merah karena
reagen barfoed akan direduksi dari Cu2+ menjadi Cu+ oleh gula pereduksi dalam
kondisi asam (asam lemah). Pemanasan pada uji barfoed sangat diperlukan karena
dibutuhkan untuk terjadinya proses oksidasi karbohidrat. Hasil yang diperoleh pada
uji barfoed terhadap sampel A dan D yaitu sampel A merupakan karbohidrat
monosakarida karena endapan merah langsung terbentuk setelah pemanasan 3
menit, sedangkan sampel D merupakan sukrosa karena tidak terbentuk endapan
merah meskipun dilakukan pemanasan selama 15 menit. Sampel A yang
teridentifikasi sebagai monosakarida memiliki warna larutan biru dan endapan
merah terbentuk secara cepat setelah pemanasan 3 menit. Hasil yang ditunjukkan
pada uji barfoed pada sampel A ini sama dengan hasil uji barfoed pada sampel
glukosa yang juga memiliki warna larutan biru dan endapan merah terbentuk secara
cepat setelah pemanasan 3 menit, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel A
merupakan glukosa. Sampel D yang menunjukkan reaksi negatif saat diuji barfoed
menyatakan bahwa sampel D termasuk sukrosa karena memiliki warna larutan biru
dan tidak terbentuk endapan sama halnya dengan sampel sukrosa + akuades pada
uji barfoed yang juga memiliki warna larutan biru dan tidak terbentuk endapan.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Identifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan beberapa metode uji yaitu uji
molisch, uji benedict, uji barfoed dan uji iodium.
2. Reaksi positif uji molisch dapat ditandai dengan adanya cincin ungu dalam
larutan sampel, reaksi positif uji benedict dan uji barfoed ditandai dengan
perubahan warna larutan menjadi biru dengan munculnya endapan merah bata,
dan uji iodium menghasilkan reaksi positif yang ditandai dengan warna biru tua,
dimana warna biru tua tersebut menunjukkan sampel merupakan polisakarida
pati.
3. Berdasarkan uji kualitatif karbohidrat, sampel A adalah monosakarida (glukosa),
sampel B adalah polisakarida (pati/amilum), sampel C adalah non sakarida/
bukan karbohidrat, dan sampel D adalah disakarida (sukrosa).
5.2 Saran
Adapun saran untuk percobaan analisis karbohidrat adalah tiap tahapan pada
pengujian harus dilakukan secara tepat, cermat dan penuh dengan konsentrasi agar
langkah kerja yang dilakukan tidak salah. Penambahan reagen sebaiknya dilakukan
dengan hati-hati dan teliti agar hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur.
Estimasi waktu sangat dibutuhkan saat praktikum, agar semua pengujian dapat
dilakukan sesuai dengan yang direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralp J. 1990. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.


Girinda, Aisyah. 1986. Biokimia I. Jakarta: PT Gramedia.41
Hutagalung, H. 2004. Karbohidrat. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.
Poedjiaji, Anna. 1996. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Respati. 1990. Pengantar Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Aksara Baru.
Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Satus Gizi
SecaraBiokimia dan Antropometri. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Sukatiningsih. 2010. Handout Penentuan Karbohidrat. Jember: Universitas
Jember.
Tim Penyusun Biokimia. 2016. Petunjuk Praktikum Biomolekul. Jember:
Universitas Jember.
LAMPIRAN

1. Uji Molisch

2. Uji Benedict
Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan
3. Uji Barfoed
Gambar Keterangan

Disiapkan 1 ml reagen Barfoed


dalam tabung reaksi (reagen
Barfoed berwarna biru)

Ditambahkan dengan larutan


karbohidrat masing-masing 1,5
ml diantaranya :
- maltosa (menjadi homogen)
- amilum (menjadi homogen)
- fruktosa (menjadi homogen)
- sukrosa (menjadi homogen)
- glukosa (menjadi homogen)

Pemanasan pada gelas beaker


selama 5 menit, dan 15 menit
apabila tidak terdapat endapan

(a) a. Setelah pemanasan 5 menit


dan tabung reaksi didinginkan
selama 2 menit dalam air
mengalir :
- Sukrosa (ada endapan)
termasuk monosakarida
- Glukosa (ada endapan)
termasuk monosakarida
(b) - Fruktosa (ada endapan)
termasuk monosakarida
b. Setelah pemanasan 15 menit
dan tabung reaksi didinginkan
selama 2 menit dalam air
mengalir:
- Maltosa (ada endapan)
termasuk monosakarida
- Amilum ( tidak ada endapan)
Termasuk polisakarida
Ditambahkan dengan sampel X,
Y, Z, V, W, U masing-masing
dengan volume1,5 ml

Setelah dilakukannya pemanasan


selama 5 menit dan didinginkan
selama 2 menit :
- Sampel W (Terbentuk
endapan) termasuk golongan
monosakarida
Setelah itu dilakukan pemanasan
lagi selama 15 menit dan
didinginkan selama 2 menit :
- Sampel X (tidak terdapat
endapan)
- Sampel Y (tidak terdapat
endapan)
- Sampel V (tidak terdapat
endapan)
- Sampel Z (tidak terdapat
endapan)
- Sampel U (tidak terdapat
endapan)

4. Uji Iodin
larutan karbohidrat 5 tetes ditambah 1 Sampel ditetesi 1tetes

tetes iodium, positif hanya pada amilum iodium, positif pada sampel v

5. Uji Hidrolisis Sukrosa

Anda mungkin juga menyukai