Anda di halaman 1dari 7

SURAT KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

No. : KEP-38/MK/IV/1/1972

TENTANG

PEROBAHAN DAN TAMBAHAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN No. KEP-


792/MK/IV/12/1970 TANGGAL 7 DESEMBER 1970

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa guna memberi kemungkinan bagi pendirian lembaga-lembaga


keuangan jang usaha utamanja dapat membantu pengembangan pasar uang dan modal, dipandang
perlu untuk mengubah dan menambah Surat Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-
792/MK/IV/1970 tanggal 7 Desember 1970;
Mengingat : 1. Undang-undang No. 15 Tahun 1952 (Lembaran Negara No. 67 Tahun
1952);
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 64 Tahun 1971;
3. Surat Keputusan Menteri Keuangan NO.KEP-792/MK/IV/12/1970 tanggal 7 Desember
1970;
Mendengarkan:
1. Pertimbangan Direksi Bank Indonesia;
2. Pendapat Team Pasar Uang dan Modal;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : MENGUBAH DAN MENAMBAH DICTUM SURAT KEPUTUSAN


MENTERI KEUANGAN NO. KEP-792/MK/IV/1970 TANGGAL 7 DESEMBER 1970,
SEHINGGA SELURUHNYA BERBUNJI SEBAGAI BERIKUT :
KETENTUAN-KETENTUAN TENTANG LEMBAGA KEUANGAN :

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan Menteri Keuangan ini :

1. Jang dimaksud :

a. "lembaga keuangan" ialah semua badan jang melalui kegiatan-kegiatannya dibidang


keuangan tersebut dalam pasal 3, setjara langsung atau tidak langsung menghimpun dana terutama
dengan djalan mengeluarkan kertas berharga dan menjalurkannja kedalam masjarakat, terutama
guna membiajai investasi perusahaan-perusahaan;
b. "perwakilan lembaga keuangan" adalah unit dari suatu lembaga keuangan jang tidak
melakukan usaha operasionil dan hanja bertindak sebagai penghubung antara lembaga keuangan
jang diwakili dengan relasi-relasinja;
c. "djangka menengah" ialah djangka waktu antara 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun;

d. "djangka pandjang" ialah djangka waktu lebih dari 5 (lima) tahun.


2. Tidak termasuk "lembaga keuangan" ialah :
a. lembaga-lembaga perbankan jang dimaksud dan diatur dalam Undang-undang No. 14 Tahun
1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan;
b. lembaga-lembaga perasuransian;
c. lembaga-lembaga keuangan lainnja jang diatur dalam peraturan-peraturan perundangan lain.

BENTUK USAHA

Pasal 2

Lembaga keuangan dapat melakukan usaha :

a. Sebagai badan hukum Indonesia jang didirikan :


1. oleh warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia;
2. dalam bentuk kerdja sama antara asing dan Indonesia.
b. Sebagai badan hukum asing dalam bentuk perwakilan dari lembaga keuangan jang
berkedudukan di luar negeri.

MATJAM USAHA

Pasal 3

Lembaga keuangan dapat melakukan usaha-usaha sebagai berikut :

1. Menghimpun dana-dana dengan jalan mengeluarkan kertas berharga;


2. Memberikan kredit terutama kredit djangka menengah dan pandjang kepada perusahaan-
perusahaan/projek-projek baik jang dimiliki oleh Pemerintah maupun swasta;
3. Mengadakan penjertaan modal didalam perusahaan-perusahaan/ projek-projek. Penjertaan
modal tersebut bersifat sementara sampai saham-sahamnja dapat diperdjual belikan dipasar modal;

4. Bertindak sebagai perantara dari perusahaan-perusahaan Indonesia dan badan-badan hukum


Pemerintah untuk mendapatkan sumber permodalan berupa pindjaman dan penjertaan baik dari
dalam maupun dari luar negeri.
5. Bertindak sebagai perantara dalam mendapatkan peserta/kompanyon baik dalam maupun luar
negeri untuk mengadakan joint venture.
6. Bertindak sebagai perantara dalam mendapatkan tenaga ahli dan memberi nasehat-nasehat
keahlian.
7. Melakukan usaha-usaha lain di bidang keuangan setelah mendapat persetudjuan Menteri
Keuangan.
Pasal 4
Lembaga Keuangan tidak diperkenankan menerima simpanan baik dalam bentuk giro, deposito
maupun tabungan.
Pasal 5
Setiap Lembaga Keuangan harus secara djelas mencantumkan dalam Anggaran Dasarnja usaha-
usaha jang akan dilakukannja.
Pasal 6
Dana-dana jang oleh Lembaga Keuangan dihimpun di Indonesia tidak diperkenankan
diinvestasikan di Luar Negeri.
PERMODALAN

Pasal 7

(1) Lembaga Keuangan hanja diperkenankan melakukan usahanja apabila memiliki modal
saham jang disetor sekurang-kurangnja sebesar :

a. Rp. 500.000.000,- (lima ratus djuta rupiah) bagi Lembaga Keuangan jang usaha utamanja
adalah memberikan memberikan kredit djangka menengah dan padjang serta penjertaan modal
didalam perusahaan-perusahaan;
b. Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh djuta) bagi Lembaga Keungan lainnja jang didirikan
oleh warga negara Indonesia dan/atau Badan Hukum Indonesia sebagai dimaksud dalam pasal 2
ayat a.1, dengan ketentuan harus ada penjediaan kredit (credit line) jang sewaktu-waktu dapat
digunakan sebesar Rp. 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh djuta rupiah) dari bank jang disetudjui
oleh Menteri Keuangan;
c. Rp. 300.000.000,- (tiga ratus djuta rupiah) bagi Lembaga Keuangan lainnja jang didirikan
dalam bentuk kerjasama antara asing dan Indonesia sebagai jang dimaksud dalam pasal 2 ayat a.2,
dengan ketentuan harus ada penjediaan kredit (credit line) jang sewaktu-waktu dapat digunakan
sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus djuta rupiah) dari bank jang disetudjui oleh Menteri
Keuangan.
PERPAJAKAN

Pasal 8

(1) Kepada Lembaga Keuangan tidak diberikan pembebasan padjak sebagai jang diatur dalam
Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-undang No. 6
Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dengan segala perobahan dan tambahannja.

(2) Ketentuan dalam Pasal 4 angka 2 Undang-undang Padjak atas Bunga, Dividen dan Royalty
1970 berlaku pula bagi Lembaga Keuangan jang melakukan usaha sebagai badan hukum
Indonesia.
Pasal 9

Dalam hal Pemerintah bersama-sama dengan suatu badan internasional mendirikan suatu
Lembaga Keuangan "melulu untuk memenuhi kepentingan masjarakat umum" (uitsluitend ter
behartiging van een algemeen maatschappelijk belang), maka Lembaga tersebut dapat diberi
bentuk Jajasan dan peraturan-peraturan tentang pembebasan padjak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan Undang-undang jang berlaku dan kebiasaan-kebiasaan internasional dapat
dipergunakan.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 10

Pembinaan dan pengawasan Lembaga Keuangan dilakukan oleh Bank Indonesia.


Pasal 11

(1) Djika dianggap perlu Menteri Keuangan dapat meminta kepada setiap Lembaga Keuangan
segala keterangan mengenai usahanja serta memperlihatkan buku-buku dan berkas-berkas, guna
penjelidikan kebenaran dari keterangan jang telah diberikannja itu.
(2) Keterangan tentang usaha Lembaga Keuangan jang diperoleh berdasarkan ketentuan dalam
ajat (1) tidak diumumkan dan bersifat rahasia.
Pasal 12

(1) Setiap Lembaga Keuangan wadjib tiap tahun dalam waktu 4 (empat) bulan sesudah achir
tahun buku mengirimkan kepada Menteri Keuangan dan Bank Indonesia sebuah neratja tahunan
disertai perhitungan rugi-laba dan pendjelasannja.
(2) Neratja tahunan serta perhitungan rugi-laba tersebut disetudjui terlebih dahulu oleh seorang
akuntan luar jang terdaftar.
(3) Tiap Lembaga Keuangan wadjib mengumumkan neratja triwulanan dan neratja tahunannja
dalam sekurang-kurangnja 2 (dua) buah surat kabar harian setempat.
(4) Tahun buku Lembaga Keuangan ialah tahin takwim.
PERIZINAN
Pasal 13

(1) Lembaga Keuangan hanja dapat didirikan dan mendjalankan usahanja setelah mendapat izin
usaha dari Menteri Keuangan. Izin uasaha tersebut diberikan setelah mendengar pertimbangan
Direksi Bank Indonesia.
(2) Ketentuan pada ajat (1) berlaku pula bagi pembukaan usaha kantor perwakilan dari Lembaga
Keuangan jang berkedudukan diluar negeri.
(3) Tata tjara perizinan ditetapkan dalam Lampiran Keputusan ini.
Pasal 14

(1) Badan-badan jang pada saat mulai berlakunja Keputusan ini telah melakukan usaha-usaha
Lembaga Keuangan, diwadjibkan menjesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan dalam
Keputusan ini dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sedjak dikeluarkannja Keputusan
ini.
(2) Lembaga Keuangan seperti jang disebut pada ajat (1) wadjib menjampaikan laporan tentang
usaha dan kegiatanja kepada Menteri Keuangan dan Bank Indonesia selambat-lambatnja dalam
waktu 3 (tiga) bulan setelah dikeluarkannja Keputusan ini.
Pasal 15

Pelanggaran ketentuan-ketentuan dalam Keputusan ini menimbulkan suatu kedjahatan jang


diantjam dengan hukuman berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang No. 15 Tahun
1952 (Lembaran Negara No. 67 Tahun 1952 Tahun 1952) dan/atau dapat mengakibatkan izin
usaha Lembaga Keuangan jang bersangkutan ditjabut oleh Menteri Keuangan.

KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16

Hal-hal jang belum atau belum tjukup diatur dalam Keputusan ini akan diatur dan ditetapkan
kemudian.

Pasal 17

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkannja.


Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja Keputusan ini diumumkan dengan penempatan
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di : Djakarta
Pada tanggal : 18 Djanuari 1972
MENTERI KEUANGAN
ALI WARDHANA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lampiran
Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No. Kep-38/MK/IV/1/1972
TATA-TJARA PERIZINAN LEMBAGA KEUANGAN

A. Pendirian Lembaga Keuangan.

I. Tahap pengadjuan permohonan.

Surat permohonan izin untuk mendirikan lembaga keuangan oleh para pendiri harus ditudjukan
kepada Menteri Keuangan dengan tindasan dalam rangkap 2 (dua) kepada Direksi Bank
Indonesia dan berisi hal-hal sebagai berikut :

a. Lembaga Keuangan jang didirikan oleh warga negara Indonesia dan/atau badan hukum
Indonesia.

1. Nama lembaga keuangan jang hendak didirikan.


2. Tempat kedudukan.
3. Rantjangan Anggaran Dasar.
4. Rentjana susunan pengurus.
5. Tudjuan pendirian dan bidang-bidang usahanja, disertai rentjana kerdja untuk
sekurang-kurangnja 1 (satu) tahun, jang mentjakup :
- rentjana penghimpunan dana.
- rentjana pemberian kredit/penjaluran dana.
b. Lembaga Keuangan jang didirikan dalam bentuk kerdja sama antara asing dan Indonesia.
1. Nama lembaga keuangan jang akan didirikan, demikian pula nama masing-masing perserta
dengan melampirkan :
* Dokumen tentang persetudjuan bersama untuk mengusahakan suatu lembaga keuangan
tjampuran (joint financial institution) di Indonesia.
* Anggaran Dasar dan Laporan Tahunan serta Daftar laba-rugi dua tahun jang terachir dari
peserta pendiri jang berbentuk badan hukum.
* Referensi bank bagi peserta pendiri perorangan.
2. Tempat kedudukan.
3. Rantjangan Anggaran Dasar.
4. Rentjana susunan pengurus.
5. Tudjuan pendirian dan bidang-bidang usahanja disertai rentjana kerdja untuk
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun jang mentjakup :
* rentjana pengumpulan dana.
* rentjana pemberian kredit/penjaluran dana.
II. Melakukan langkah-langkah persiapan.
Berdasarkan permohonan sebagaimana ditetapkan pada angka I tersebut diatas dan setelah
mendengar pendapat Bank Indonesia, Menteri Keuangan dapat memberikan suatu persetudjuan
prinsip jang menjebutkan bahwa Pemerintah pada prinsipnja tidak menaruh keberatan terhadap
permohonan jang bersangkutan.
1. Setelah menerima persetudjuan prinsip, para pendiri dapat memulai dengan persiapan-
persiapan pendirian lembaga keuangan jang bersangkutan, jang harus selesai dilakukan
dalam batas waktu selama-lamanja 4 (empat) bulan.
2. Hal-hal jang harus diselesaikan dalam tahap persiapan adalah :
a. pemenuhan modal disetor jang harus terlihat dalam neratja pembukaan. Sebagian dari
modal disetor tersebut dapat digunakan untuk membiajai ongkos pendirian, misalnja untuk
pembelian inventaris, penjediaan gedung dan biaja-biaja persiapan lainnja.
b. Dari biaja-biaja tersebut supaja diadjukan foto copie bukti-bukti pengeluarnnja.
c. Penjediaan gedung lengkap dengan alat kantor jang lazim.
d. susunan organisasi dan tata kerdja.
e. penempatan tenaga kerdja.
f. mengaktakan Anggaran Dasar pada Notaris.
III. Pemberian izin usaha.
1. Apabila persiapan untuk pendirian lembaga keuangan jang bersangkutan telah selesai, para
pendiri melaporkan hal ini kepada Menteri Keuangan dengan mengirimkan tindasannja dalam
rangkap 2 (dua) kepada Direksi Bank Indonesia.
2. Pada laporan tersebut harus disertakan :
a. neratja pembukaan jang harus ditandatangani oleh pengurus lembaga keuangan jang
bersangkutan.
b. photo-photo dari bukti-bukti pengeluaran jang berhubungan dengan biaja persiapan.
c. akta pendirian c.q. Anggaran Dasar.
d. Susunan pengurus dan pegawai. Riwajat hidup dari tenaga-tenaga pimpinan disertai pas
foto masing-masing.
Bagi tenaga-tenaga asing diperlukan pula izin tinggal (residence permit) dari Direktorat
Djenderal Imigrasi dan izin kerdja (working permit) dari Departemen Tenaga Kerdja. Bagi
tenaga-tenaga warga negara Indonesia keturunan asing diperlukan pula foto copie surat-surat
bukti kewarganegaraan Indonesianja.
3. Atas dasar laporan jang diterima tersebut Bank Indonesia mengadakan pemeriksaan tentang
persiapan-persiapan jang telah dilakukan pada kantor lembaga keuangan jang bersangkutan.
4. Apabila dari hasil pemeriksaan tersebut ternjata bahwa persiapan pendirian lembaga
keuangan telah selesai dan sesuai dengan rentjana semula, maka Bank Indonesia
menjampaikan pertimbangnnja kepada Menteri Keuangan untuk memberikan izin usaha.
Dengan pemberian izin usaha itu, maka barulah lembaga keuangan jang bersangkutan
diperkenankan memulai dengan usahanja.
5. Apabila dari hasil pemeriksaan tersebut ternjata terdapat hal-hal jang tidak sesuai/djauh
menjimpang dari rentjana semula, maka Bank Indonesia dapat mempertimbangkan kepada
Menteri Keuangan untuk memperpandjang atau membatalkan persetudjuan prinsip jang telah
diberikan.
B. PEMBUKAAN PERWAKILAN LEMBAGA KEUANGAN
I. Pengadjuan permohonan. Permohonan izin ditudjukan kepada Menteri Keuangan dengan
tindasan dalam rangkap 2 (dua) kepada Direksi Bank Indonesia dan berisi hal-hal sebagai
berikut :
1. Nama lembaga keuangan jang ingin membuka perwakilan.
2. Nama kota dimana kantor perwakilan akan didirikan.
3. Anggaran Dasar/Laporan Tahunan dan neratja serta daftar Laba-Rugi dua tahun jang
terachir dari lembaga keuangan jang bersangkutan.
4. Maksud dan tudjuan pendirian perwakilan disertai rentjana kegiatan-kegiatan jang akan
dilakukan di Indonesia.
5. Riwajat hidup dan pas foto dari pimpinan kantor perwakilan.
MENTERI KEUANGAN,

ALI WARDHANA

Anda mungkin juga menyukai