Pembimbing Utama
Jessica Manoralisa
NIA TBM-Cs/J/XX/08
Pembimbing Pendamping
NIA TBM-Cs/X/XXI//11
ABSTRAK
LEPTOSPIROSIS
Calamus Scriptorius
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga KTI ini bisa
selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan
baik dan rapi. Kami berharap semoga KTI ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa KTI ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Calamus Scriptorius
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
Calamus Scriptorius
BAB I
PENDAHULUAN
Calamus Scriptorius
Penularan dari hewan ke manusia pada umumnya merupakan akibat kecelakaan
kerja, misalnyaterjadi pada orang yang merawat hewan atau menangani organ tubuh
hewan (pekerja potong hewan) atau seseorang yang tertular dari hewan peliharaan.
Leptospirosis pada umumnya terjadi ketika musim banjir namun dapat pula terjadi
ketika musim kemarau karena sumber air sama dipakai oleh manusia dan hewan.
Calamus Scriptorius
3. Karya tulis ini menggunakan metode penelitian dengan bersumber pada artikel
ataupun jurnal yang telah diyakini kebenarannya
Calamus Scriptorius
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1886 oleh Adolf Weil dengan
gejala panas tinggi disertai beberapa gejala saraf serta pembesaran hati dan limpa.
Penyakit dengan gejala tersebut oleh Goldsmith (1887) disebut sebagai Weil's
Disease. Pada tahun 1915 Inada berhasil membuktikan bahwa "Weil's Disease"
disebabkan oleh bakteri Leptospira icterohemorrhagiae.
Leptospirosis dapat menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang
telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospira. Penyakit infeksi
bakteri ini banyak terjadi di daerah yang terkena banjir. Leptospirosis juga rentan
menyerang orang-orang yang biasa kontak dengan hewan tersebut.
Calamus Scriptorius
Infeksi dalam bentuk subakut tidak begitu memperlihatkan gejala klinis,
sedangkan pada infeksi akut ditandai dengan gejala sepsis, radang ginjal interstisial,
anemia hemolitik, radang hati dan keguguran. Leptospirosis pada hewan biasanya
subklinis. Dalam keadaan ini, penderita tidak menunjukkan gejala klinis penyakit.
Leptospira bertahan dalam waktu yang lama di dalam ginjal hewan sehingga bakteri
akan banyak dikeluarkan hewan lewat air kencingnya. Leptospirosis pada hewan
dapat terjadi berbulan-bulan sedangkan pada manusia hanya bertahan selama 60
hari. Manusia merupakan induk semang terakhir sehingga penularan antarmanusia
jarang terjadi.
Iklim yang sesuai untuk perkembangan Leptospira adalah udara yang hangat,
tanah yang basah dan pH alkalis, kondisi ini banyak ditemukan di negara beriklim
tropis. Oleh sebab itu, kasus Leptospirosis 1000 kali lebih banyak ditemukan di
negara beriklim tropis dibandingkan dengan negara subtropis dengan risiko penyakit
yang lebih berat. Angka kejadian Leptospirosis di negara tropis basah 5-20/100.000
penduduk per tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Oraganization/WHO) mencatat, kasus Leptospirosis di daerah beriklim subtropis
diperkirakan berjumlah 0.1-1 per 100.000 orang setiap tahun, sedangkan di daerah
beriklim tropis kasus ini meningkat menjadi lebih dari 10 per 100.000 orang setiap
Calamus Scriptorius
tahun. Pada saat wabah, sebanyak lebih dari 100 orang dari kelompok berisiko
tinggi di antara 100.000 orang dapat terinfeksi.
Risiko penularan juga ditemui pada manusia yang berkegiatan di luar ruangan
atau sering melakukan kontak dengan hewan. Risiko mengalami lepstospirosis juga
dapat ditemui pada orang yang berenang, atau mengggunakan rakit dan perahu di
sungai atau danau yang tercemar bakteri leptospira, dan juga orang yang berkemah
di sekitar sungai atau danau tersebut. Beberapa jenis pekerjaan yang memiliki risiko
lebih besar untuk menderita leptospirosis adalah:
• Petani
• Personel militer
• Pekerja tambang
Calamus Scriptorius
2.3 Gejala Awal
• Mual
• Muntah
• Meriang
• Sakit kepala
• Nyeri otot
• Sakit perut
• Diare
• Demam
• Ruam
• Konjungtivitis
Calamus Scriptorius
Selama terserang tahap kedua penyakit leptospirosis ini, bakteri dapat
menyerang organ lain sehingga kondisi menjadi lebih parah. Keadaan tersebut
ditunjukkan dengan:
1. Gangguan pada paru-paru dengan gejala batuk, napas pendek, dan batuk
yang mengeluarkan darah.
2. Gangguan pada ginjal yang dapat berujung dengan kondisi gagal ginjal.
3. Gangguan pada otak yang ditunjukkan dengan gejala meningitis.
4. Gangguan pada jantung yang memicu peradangan jantung (miokarditis)
atau gagal jantung.
Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir.
Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya
genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah
yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak. Air kencing
tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan
kulityang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus merupakan
Calamus Scriptorius
reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis. karena bertindak sebagai
inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain seperti sapi,
kambing, domba, kuda, babi, anjingdapat terserang Leptospirosis, tetapi potensi
menularkan ke manusia tidak sebesar tikus.
Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak hewan atau manusia dengan
barang-barang yang telah tercemar urin penderita, misalnya alas kandang hewan,
tanah, makanan, minuman dan jaringan tubuh. Kejadian Leptospirosis pada manusia
banyak ditemukan pada pekerja pembersih selokan karena selokan banyak tercemar
bakteri Leptospira. Umumnya penularan lewat mulut dan tenggorokan sedikit
ditemukan karena bakteri tidak tahan terhadap lingkungan asam.
Setelah bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput
lendir, maka bakteri akan mengalami multiplikasi (perbanyakan) di dalam darah dan
jaringan. Selanjutnya akan terjadi leptospiremia, yakni penimbunan bakteri
Leptospira di dalam darah sehingga bakteri akan menyebar ke berbagai jaringan
tubuh terutama ginjal dan hati.
Di ginjal kuman akan migrasi ke interstitium, tubulus renal, dan tubular lumen
menyebabkan nefritis interstitial (radang ginjal interstitial) dan nekrosis tubular
(kematian tubuli ginjal). Gagal ginjal biasanya terjadi karena kerusakan tubulus,
hipovolemia karena dehidrasi dan peningkatan permeabilitas kapiler. Gangguan hati
berupa nekrosis sentrilobular dengan proliferasi sel Kupffer. Pada konsisi ini akan
Calamus Scriptorius
terjadi perbanyakan sel Kupffer dalam hati. Leptospira juga dapat menginvasi otot
skeletal menyebabkan edema, vakuolisasi miofibril, dan nekrosis fokal. Gangguan
sirkulasi mikro muskular dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menyebabkan
kebocoran cairan dan hipovolemia sirkulasi.
Pada kasus berat akan menyebabkan kerusakan endotelium kapiler dan radang
pada pembuluh darah. Leptospira juga dapat menginvasi akuos humor mata dan
menetap dalam beberapa bulan, sering mengakibatkan uveitis kronis dan berulang.
Setelah infeksi menyerang seekor hewan, meskipun hewan tersebut telah sembuh,
biasaya dalam tubuhnya akan tetap menyimpan bakteri Leptospira di dalam ginjal
atau organ reproduksinya untuk dikeluarkan dalam urin selama beberapa bulan
bahkan tahun.
1. Pada Hewan
Gejala klinis yang dapat tampak yaitu ikterus atau jaundis, yakni warna
kekuningan, karena pecahnya butir darah merah (eritrosit) sehingga ada hemoglobin
dalam urin. Gejala ini terjadi pada 50% kasus, terutama jika penyababnya L.
pomona. Gejala lain yaitu demam, tidak nafsu makan, depresi, nyeri pada bagian-
bagian tubuh, gagal ginjal, gangguan kesuburan, dan kadang kematian. Apabila
Calamus Scriptorius
penyakit ini menyerang ginjal atau hati secara akut maka gejala yang timbul yaitu
radang mukosa mata (konjungtivitis), radang hidung (rhinitis), radang tonsil
(tonsillitis), batuk dan sesak napas.
Pada babi muncul gejala kelainan saraf, seperti berjalan kaku dan berputar-
putar. Pada anjing yang sembuh dari infeksi akut kadangkala tetap mengalami
radang ginjal interstitial kronis atau radang hati (hepatitis) kronis. Dalam keadaan
demikian gejala yang muncul yaitu penimbunan cairan di abdomen (ascites), banyak
minum, banyak urinasi, turun berat badan dan gejala saraf. Pada sapi, infeksi
Leptospirosis lebih parah dan lebih banyak terjadi pada pedet (anak sapi)
dibandingkan sapi dewasa dengan gejala demam, jaundis, anemia, warna telinga
maupun hidung yang menjadi hitam, dan kematian (Bovine Leptospirosis). Angka
kematian (mortalitas) akibat Leptospirosis pada hewan mencapai 5-15%, sedangkan
angka kesakitannya (morbiditas) mencapai lebih dari 75%.
2. Pada Manusia
a. Fase Sistemik
Calamus Scriptorius
Fase Septisemik dikenal sebagai fase awal atau fase leptospiremik karena
bakteri dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinal dan sebagian besar jaringan
tubuh. Pada stadium ini, penderita akan mengalami gejala mirip flu selama 4-7 hari,
ditandai dengan demam, kedinginan, dan kelemahan otot. Gejala lain adalah sakit
tenggorokan, batuk, nyeri dada, muntah darah, nyeri kepala, takut cahaya, gangguan
mental, radang selaput otak (meningitis), serta pembesaran limpa dan hati.
b. Fase Imun
Fase Imun sering disebut fase kedua atau leptospirurik karena sirkulasi antibodi
dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urin, dan mungkin tidak dapat didapatkan
lagi dari darah atau cairan serebrospinalis. Fase ini terjadi pada 0-30 hari akibat
respon pertahanan tubuh terhadap infeksi. Gejala tergantung organ tubuh yang
terganggu seperti selaput otak, hati, mata atau ginjal.
Jika yang diserang adalah selaput otak, maka akan terjadi depresi, kecemasan,
dan sakit kepala. Pada pemeriksaan fungsi hati didapatkan jaundis, pembesaran hati
(hepatomegali), dan tanda koagulopati. Gangguan paru-paru berupa batuk, batuk
darah, dan sulit bernapas. Gangguan hematologi berupa peradarahan dan
pembesaran limpa (splenomegali). Kelainan jantung ditandai gagal jantung atau
perikarditis. Meningitis aseptik merupakan manifestasi klinis paling penting pada
fase imun.
Leptospirosis dapat diisolasi dari darah selama 24-48 jam setelah timbul
jaundis. Pada 30% pasien terjadi diare atau kesulitan buang air besar (konstipasi),
muntah, lemah, dan kadang-kadang penurunan nafsu makan. Kadang-kadang terjadi
perdarahan di bawah kelopak mata dan gangguan ginjal pada 50% pasien, dan
gangguan paru-paru pada 20-70% pasien.
Calamus Scriptorius
Gejala juga ditentukan oleh serovar yang menginfeksi. Sebanyak 83% penderita
infeksi L. icterohaemorrhagiae mengalami ikterus, dan 30% pada L. pomona.
Infeksi L. grippotyphosa umumnya menyebabkan gangguan sistem pencernaan.
Sedangkan L. pomona atau L. canicola sering menyebabkan radang selaput otak
(meningitis).
Calamus Scriptorius
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjangkit penyakit
leptospirosis, di antaranya:
a. Hindari air yang sudah terkontaminasi dan pastikan kebersihan air
sebelum mengonsumsinya.
b. Jauhi binatang yang rentan terinfeksi bakteri, terutama tikus liar yang
paling banyak membawa bakteri leptospira.
c. Bersikap cermat terhadap lingkungan, terutama saat bepergian.
d. Gunakan disinfektan jika perlu.
e. Gunakan pakaian yang melindungi tubuh dari kontak langsung dengan
hewan pembawa bakteri leptospira, serta bersihkan dan tutup luka
dengan penutup tahan air agar tidak terpapar air yang terkontaminasi
bakteri.
f. Mandi secepatnya setelah berolahraga dalam air.
g. Jaga kebersihan dan cuci tangan setelah melakukan kontak dengan
hewan atau sebelum makan.
h. Vaksinasi hewan piaraan atau ternak supaya terhindar dari leptospirosis
2.8 Pengobatan
1. Pada Hewan
Hewan, terutama hewan kesayangan, yang terinfeksi parah perlu diberikan
perawatan intensif untuk menjamin kesehatan masyarakat dan mengoptimalkan
perawatan. Antibiotikyang dapat diberikan yaitu doksisiklin, enrofloksasin,
ciprofloksasin atau kombinasi penisillin-streptomisin. Selain itu diperlukan terapi
suportif dengan pemberian antidiare, antimuntah, dan infus.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksin Leptospira. Vaksin
Leptospira untuk hewan adalah vaksin inaktif dalam bentuk cair (bakterin) yang
Calamus Scriptorius
sekaligus bertindak sebagai pelarut karena umumnya vaksin Leptospira
dikombinasikan dengan vaksin lainnya, misalnya distemper dan hepatitis. Vaksin
Leptospira pada anjing yang beredar di Indonesia terdiri atas dua macam serovar
yaitu L. canicola dan L. ichterohemorrhagiae. Vaksin Leptospira pada anjing
diberikan saat anjing berumur 12 minggu dan diulang saat anjing berumur 14-16
minggu. Sistem kekebalan sesudah vaksinasi bertahan selama 6 bulan, sehingga
anjing perlu divaksin lagi setiap enam bulan.
2. Pada Manusia
Leptospirosis yang ringan dapat diobati dengan antibiotik doksisiklin,
ampisillin, atau amoksisillin. Sedangkan Leptospirosis yang berat dapat diobati
dengan penisillin G, ampisillin, amoksisillin dan eritromisin.
Manusia rawan oleh infeksi semua serovar Leptospira sehingga manusia harus
mewaspadai cemaran urin dari semua hewan. Perilaku hidup sehat dan bersih
merupakan cara utama untuk menanggulangi Leptospirosis tanpa biaya. Manusia
yang memelihara hewan kesayangan hendaknya selalu membersihkan diri dengan
antiseptik setelah kontak dengan hewan kesayangan, kandang, maupun lingkungan
di mana hewan berada.
Manusia harus mewaspadai tikus sebagai pembawa utama dan alami penyakit
ini. Pemberantasan tikus terkait langsung dengan pemberantasan Leptospirosis.
Selain itu, para peternak babi dihimbau untuk mengandangkan ternaknya jauh dari
sumber air. Feses ternak perlu diarahkan ke suatu sumber khusus sehingga tidak
mencemari lingkungan terutama sumber air.
Calamus Scriptorius
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Calamus Scriptorius
Daftar Pustaka
http://www.depkes.go.id/article/view/15022400002/leptospirosis-kenali-dan-waspadai.html
http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publicationsandresources/pdf/publication-
pdfs/7140/doh-7140-ind.pdf
http://eprints.undip.ac.id/6320
http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/397
http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id:81/index.php/vk/article/view/284
http://hellosehat.com/penyakit
http://hellosehat.com>tips-sehat
http://www.alodokter.com>leptospirosis
Calamus Scriptorius