Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN

PRAKTIKUM AKTUATOR 2

Disusun oleh :

Tessa Fauzi Riswara


(217341046)
2 AEB

TEKNIK OTOMASI MANUFAKTUR DAN MEKATRONIKA


POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG

Jl. Kanayakan no. 21, DAGO 40235, Tromol Pos 851 BANDUNG 40008 INDONESIA
Phone : 62 022 2500241 Fax : 62 022 2502649 Homepage : http ://www.polman-bandung.ac.id
2019
AKTUATOR
2 AEB

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat kini revolusi industri 4.0 sedang gencar gencarnya diterapkan pada semua bidang di
berbagai industri, baik industri besar maupun industri menengah bahkan kecil, yang
tentunya menggunakan sistem otomasi. Kontroler yang banyak digunakan di dunia
industri saat ini berhubungan dengan motor induksi.

Tentunya sebagai mahasiswa teknik mekatronika, pengetahuan dan keterampilan dalam


merancang rangkaian dan memperbaiki kendali otomasi sangatlah penting, salah satunya
adalah keterampilan dalam motor induksi ini. Maka dari itu diadakannya praktikum
aktuator dengan harapan mahasiswa memiliki bekal yang cukup untuk
mengimplementasikannya di dunia kerja.

Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat adalah sebagai berikut :


a. Apa saja kah jenis jenis motor induksi?
b. Apakah perbedaan jenis jenis motor induksi?

Tujuan

Tujuan dari praktikum adalah sebagai berikut :


a. Mahasiswa diharapkan dapat merangkai rangkaian motor induksi.
b. Mahasiswa diharapkan mengetahui perbedaan dan karakteristik motor induksi.
c. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui prinsip kerja motor induksi.
AKTUATOR
2 AEB

BAB II (ISI)
PRAKTIKUM 1
MOTOR UNIVERSAL

1.1 Tujuan
• Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja motor universal sebagai motor AC seri.
• Mahasiswa dapat menerangkan karakteristik motor universal sebagai motor AC seri.

1.2 Landasan Teori


Motor universal adalah suatu motor seri yang mempunyai kemampuan bekerja dengan
tegangan masukan AC maupun DC. Pengaturan starting motor universal dapat
dilakukan dengan mengatur tegangan input pada motor universal. Untuk
menghasilkan tegangan bolak-balik maupun searah yang bervariasi untuk suplai daya
motor universal terdapat beberapa alternatif diantaranya dengan menggunakan
rangkaian AC atau DC terkontrol maupaun tak terkontrol.

Prinsip kerja Motor Universal

Karena besarnya arus asut maka diperlukan sistem pengaturan pada saat pengasutan
(starter). Metode pengasutan dan metode pengaturan kecepatan pada saat motor
bekerja, yaitu :
AKTUATOR
2 AEB

Pada persamaan diatas terjadi apabila motor universal tersebut diberi tegangan DC.
Apabila diberi tegangan AC akan menghasilkan persamaan sebagai berikut :

Dimana :
N = Kecepatan Putar (rpm)
Ia= Arus jangkar (A)
Ra = Beban jangkar (Ω)
Rse = Resistor seri (Ω)
Φ = Fluks magnetic (wb)
Karena karakteristik motor universal sama dengan karakteristik motor dc seri
sehingga Ijangkar = I medan.

1.3 Percobaan
1.3.1 Merangkai dan Membalik Arah Putaran
1.3.1.1 Tujuan
• Mahasiswa dapat merangkai dan mengoperasikan motor universal sebagai
motor AC seri.
• Mahasiswa mengetahui bagaimana cara membalik putaran motor AC seri.

1.3.1.2 Komponen yang digunakan


• Amperemeter AC
• Voltmeter AC
• Power Supply 3Ø, 380V / 16A
• Magnetic Powder Brake
• Control Unit for Brake
• Motor Universal
• Rubber Coupling Guard
• Shaft End Guard
• Tachometer
AKTUATOR
2 AEB

1.3.1.3 Rangkaian Percobaan

Gambar 1.1
Rangkaian motor Universal putaran searah jarum jam

Gambar 1.2
Rangkaian motor Universal putaran berlawanan jarum jam

1.3.1.4 Langkah Percobaan


1. Periksa dan catat spesifikasi dari motor universal (motor AC seri) yang ada
pada papan nama.
2. Aturlah unit controlnya :
Kecepatan n = 600 rpm
AKTUATOR
2 AEB

Torsi M = 1Nm
Set multimeter pada range 300V AC
3. Buatlah rangakaian untuk memutar motor AC seri dengan putaran searah
jarum jam (gambar 1.1), masukkan sumber tegangan kemotor kemudian
amati arah putarannya.
4. Buatlah rangkaian untuk menjalankan motor AC seri dengan putaran
berlawanan jarum jam (gambar 1.2), masukkan sumber tegangan kemotor
kemudian amati arah putarannya.

1.3.1.5 Tugas
1. Catatlah tegangan, arus, faktor daya (cos Ø) dan kecepatannya.
2. Buatlah analisa dan kesimpulan dari hasil praktikum.

1.3.1.6 Hasil Percobaan dan Analisa


Hasil Percobaan Gambar 1.1
V = 208 V
I = 1.4 A
Cos Ø = 0,75
N = 4098 rpm

Hasil Percobaan Gambar 1.2


V = 208 V
I = 1.3 A
Cos Ø = 0,76
N = -4024 rpm

Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat bahwa antara percobaan


pertama dan percobaan kedua memiliki nilai yang mirip hanya saja arah
putarannya berbeda sehingga menghasilkan nilai kecepatan yang negatif.
Hal tersebut terjadi karena pada motor universal terdiri dari sebuah
rotor yang biasa disebut armatur atau jangkar dengan lilitan kumparan
sekelilingnya, dan diujung poros diletakkan komutator.
AKTUATOR
2 AEB

Pada permukaan komutator diletakan carbon brush yang berfungsi


untuk mengalirkan arus dari sumber ke dalam jangkar motor. Saat arus
mengalir ke dalam jangkar, maka di jangkar akan timbul medan magnet,
sehingga jangkar akan berputar diantara kutub magnit yang berada di stator
motor.

Pada saat arus listrik diberikan, maka permukaan kumparan yang


bersifat utara akan bergerak ke selatan, dan permukaan kumparan yang
bersifat selatan akan bergerak ke utara dan menghasilkan sebuah putaran.
Dan pada saat arus berhenti dialirkan, kutub utara kumparan akan
bertemu kutub selatan magnet dan menyebabkan saling tarik menarik sehingga
motor berhenti berputar.

1.3.1.7 Kesimpulan
• Motor Universal dapat diberi masukan berupa tegangan AC atau tegangan DC.
• Motor Universal memiliki stator yang dililit dengan kumparan.
• Komutator berfungsi mengalirkan arus dari sumber menuju ke armatur motor,
sehingga menghasilkan medan magnet.
• Pada saat arus listrik diberikan, maka permukaan kumparan yang bersifat utara
akan bergerak ke selatan, begitu pula sebaliknya sehingga menghasilkan
sebuah putaran.
• Saat arus berhenti dialirkan, kutub utara kumparan akan bertemu kutub selatan
magnet dan menyebabkan saling tarik menarik sehingga motor berhenti
berputar.
AKTUATOR
2 AEB

1.3.2 Karakteristik Beban


1.3.2.1 Tujuan
• Dapat merangkai dan mengoperasikan motor universal dengan tegangan
AC untuk mengetahui karakteristik bebannya.
• Mengukur arus jangkar, kecepatan, faktor daya, dan daya input.
• Dapat menghitung daya nyata, faktor daya, dan efisiensi dengan rumus
yang ada.
• Dapat membuat grafik karakteristik beban dari data hasil percobaan.

1.3.2.2 Komponen yang digunakan


• Motor Universal
• Magnetic Powder Brake
• Unit Control for Brake
• Power Supply 3Ø, 380V / 16A
• Multimeter
• Wattmeter
• Cos Ø meter

1.3.2.3 Rangkaian Percobaan

Gambar 1.3
Karakteristik Berbeban
AKTUATOR
2 AEB

1.3.2.4 Langkah Percobaan


1. Buatlah rangkaian untuk menjalankan motor AC seri dengan karakteristik
beban (gambar 1.3).
2. Aturlah control unit :
Kecepatan = 6000 rpm
Torsi = 1 Nm
Mode operasi = konstan
Range multimeter :
Tegangan = 300V
Arus = 3A
Setting wattmeter :
Rangkaian arus = 3A
Rangkaian tegangan = 300V
3. Hubungkan rangkaian motor dengan tegangan 220 V kemudian aktifkan
switch pada motor. Ukurlah arus jangkar, kecepatan, faktor daya dan daya
inputnya. Masukkan hasil pengukuran pada tabel karakteristik motor.
Ukurlah nilai parameter-parameter tersebut untuk setiap kenaikan beban.
4. HItunglah Pout dengan rumus :
𝑀.𝑁
Pout = 9,55

Dimana : M = Torsi
N = Kecepatan
Daya nyata : S = V. IA
V = 220V
𝑃1
Power faktor : cos Ø = 𝑆
𝑃2
Efisiensi : Ƞ= 𝑥 100%
𝑃1

Masukkan semua hasil perhitungan pada tabel karakteristik.

1.3.2.5 Tugas
1. Buatlah grafik karakteristik beban berdasarkan data dari tabel karakteristik
tersebut.
2. Apa yang terjadi apabila nilai beban = 0.
3. Buatlah analisa dan kesimpulan.
AKTUATOR
2 AEB

1.3.2.6 Hasil Percobaan dan Analisa


Tabel 1.1 Data Karakteristik Motor
M (Nm) 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Ia (A) 1,7 1,9 2,1 2,5 2,6 2,8 2,9
N (rpm) 2937 2567 2155 1805 1154 424 46
Cos Ø 0,63 0,63 0,55 0,51 0,5 0,41 0.39
P1 (W) 0,24 0,25 0,25 0,26 0,27 0,24 0,24
P2 (W) 0,09 0,1 0,11 0,11 0,08 0,07 0,04
S (VA) 0,34 0,4 0,43 0,47 0,5 0,55 0,6
Cos Ø 0,7 0,62 0,58 0,55 0,54 0,43 0,4
Ƞ 37,5% 40% 44% 42% 29,6% 29,1% 1,67%

Karakteristik Beban
3500
2937
3000
2567
2500 2155
2000 1805

1500 1154
1000
424
500
1,7 1,9 2,1 2,5 2,6 2,8 2,9 46
0 0,63 0,63 0,55 0,51 0,5 0,41 00.39
0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

Ia (A) N (rpm) Cos Ø

Dapat dilihat dari grafik karakteristik beban dari hasil percobaan, bahwa
semakin besar beban yang diberikan pada motor universal maka arus yang diperlukan
semakin besar pula namun disaat yang bersamaan kecepatan motor berkurang karena
beban tersebut. Apabila nilai beban = 0 maka motor akan bergerak bebas dan dapat
mencapai kecepatan maksimum motor universal tersebut.
Perubahan beban mengakibatkan perubahan kecepatan putar motor, akibatnya
terjadi perubahan torsi pada motor yang menyesuaikan dengan torsi beban. Jika beban
semakin berat maka torsi yang dihasilan akan semakin besar pula sehingga putaran
motor akan menurun karena motor yang tidak bisa memberikan torsi yang besar
sesuai dengan kondisi beban.
AKTUATOR
2 AEB

1.3.2.7 Kesimpulan
• Perubahan beban mengakibatkan perubahan kecepatan putar motor.
• Semakin besar beban yang diberikan pada motor universal maka akan semakin
besar pula arus yang diperlukan.
• Jika beban semakin berat maka torsi yang dihasilan akan semakin besar pula
sehingga putaran motor akan menurun karena motor yang tidak bisa
memberikan torsi yang besar sesuai dengan kondisi beban.
• Apabila nilai beban = 0 maka motor akan bergerak bebas dan dapat mencapai
kecepatan maksimum motor universal tersebut.
AKTUATOR
2 AEB

PRAKTIKUM II
MOTOR INDUKSI 3 Ø

2.1 Tujuan
• Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja motor induksi 3 fasa.
• Mahasiswa dapat menerangkan karakteristik motor induksi 3 fasa.

2.2 Landasan Teori


Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang merubah energi listrik menjadi
energi gerak dengan menggunakan gandengan medan listrik dan mempunyai slip
antara medan stator dan medan rotor.

Konstruksi motor induksi

Terdapat beberapa bagian pada motor induksi 3 fasa antara lain :


1. Stator yaitu bagian dari mesin yang tidak berputar dan terletak pada bagian luar.
Dibuat dari besi bundar berlaminasi dan mempunyai alur-alur sebagai tempat
meletakkan kumparan
2. Rotor Sangkar yaitu bagian dari mesin yang berputar bebas dan letaknya di
bagian dalam. Terbuat dari besi laminasi yang mempunyai slot dengan batang
alumunium / tembaga.
AKTUATOR
2 AEB

F = Gaya
B = Kerapatan fluks
I = Arus
L = Konduktor

Arus listrik (i) yang


dialirkan di dalam suatu
medan magnet dengan
kerapatan Fluks (B) akan
menghasilkan suatu gaya
(F). Nilai F dipengaruhi
banyak lilitan.

Bila sumber tegangan tiga phasa dipasang pada kumparan stator, maka pada
kumparan stator akan timbul medan putar dengan kecepatan :

Medan putar stator akan memotong konduktor yang terdapat pada sisi rotor, akibatnya
pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi ( ggl ) sebesar :
AKTUATOR
2 AEB

Karena kumparan rotor merupakan kumparan rangkaian tertutup, maka tegangan


induksi akan menghasilkan arus (I). Adanya arus dalam medan magnet akan
menimbulkan gaya ( F ) pada rotor. Bila torsi awal yang dihasilkan oleh gaya (F) pada
rotor cukup besar untuk memikul torsi beban, maka rotor akan berputar searah dengan
arah medan putar stator.

2.3 Percobaan
2.3.1 Komponen yang digunakan
• Motor Induksi 3Ø dengan rotor sangkar bajing
• Unit Kontrol
• Amperemeter AC
• Voltmeter AC
• Power Supply 3Ø, 380V / 16A
• Saklar gerak mula (0-Y-Δ)
• Tachometer.

2.3.2 Rangkaian Percobaan

Gambar 2.1
Rangkaian pengasutan motor induksi 3 ø dengan saklar Y – Δ
AKTUATOR
2 AEB

Gambar 2.2
Rangkaian pengasutan motor induksi 3 ø (rangkaian Y)

Gambar 2.3
Karakteristik pengasutan motor induksi 3 ø (rangkaian Δ)
AKTUATOR
2 AEB

2.3.3 Langkah Percobaan


1. Dengan menggunakan saklar khusu 0-Y-Δ buatlah rangkaian pengasutan pada
motor induksi 3Ø (gambar 2.1)
2. Set range pada control unit sebagai berikut :
a. Mode operasi M = konstan
b. Kecepatan n = 3000 rpm
c. Torsi M =1 Nm
Range pada multimeter :
a. Tegangan V = 1000 Vac b. Arus I= 3A
3. Letak saklar star-delta pada posisi Y. On kan control unit, set nilai torsi pada nilai
0.25 Nm. Aktifkan motor dan ukur arus startnya, masukkan data anda pada tabel
2.1.
4. Pindahkan saklar pada posisi Δ dan ulangi langkah no 3 kemudian masukkan data
anda pada tabel 2.2.
5. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 2.2. operasikan motor, berilah pembebanan
dengan mengatur torsi pada unit control sehingga di dapatkan nilai kecepatan
sperti pada tabel 2.3, kemudian ukurlah nilai arus dan tegangannya pada tiap-tiap
perubahan torsi.
6. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 2.3 lakukan hal yang sama seperti saat Y,
masukkan hasil pengukuran anda pada tabel 2.4

2.4 Tugas
1. Jelaskan bentuk hubungan pada belitan stator pada motor ketika kita ubah posisi
saklar dari Y ke Δ dan apa pengaruhnya bagi arus sumber.
2. Jelaskan adakah pengaruh perubahan bentuk belitan medan stator terhadap
kecepatan.
3. Buatlah suatu kurva karakteristik torsi fungsi kecepatan.

2.5 Hasil Percobaan dan Analisis


Perubahan bentuk lilitan stator dari Y – Δ berpengaruh terhadap arus sumber,
ketika bentuk lilitan star dengan kebutuhan arus yang tinggi dan cocok digunakan
AKTUATOR
2 AEB

untuk memulai putaran awal pada motor listrik. Sedangkan hubungan delta
membutuhkan arus yang lebih rendah.
Hubungan star delta juga berpengaruh terhadap kecepatan, saat hubungan star
menghasilkan putaran motor listrik dengan kecepatan rendah tapi memiliki torsi
yang tinggi. Sebaliknya saat hubungan delta menghasilkan kecepatan putaran motor
listrik tinggi namun torsi motor rendah.
Metode pengendalian motor listrik Star Delta mengkombinasikan 2 hubungan
tersebut secara berurutan.Pengendalian Motor listrik dengan Star delta banyak
digunakan untuk menjalankan motor induksi rotor sangkar yang mempunyai daya di
atas 5 kW (atau sekitar 7 HP).

Waktu Timer Y - Δ Y Δ RPM


0,1 7,5 2,7 1500
0,3 7,6 2,7 1500
0,5 7,7 2,8 1500
1,0 7,7 3,0 1500
2,0 7,6 3,1 1500

Torsi Fungsi Kecepatan


1600
1500 1500 1500 1500 1500
1400
1200
1000
800
600
400
200
7,5 7,6 7,7 7,7 7,6
0 0,1 0,3 0,5 1 2
0,1 0,3 0,5 1 2

Y Δ RPM

2.6 Kesimpulan
• Perubahan bentuk lilitan stator dari Y – Δ berpengaruh terhadap arus sumber.
• Hubungan star memiliki kebutuhan arus yang tinggi sehingga menghasilkan
kecepatan motor rendah namun torsi tinggi.
• Hubungan delta memiliki kebutuhan arus yang lebih rendah dan menghasilkan
kecepatan motor tinggi namun torsi rendah.
AKTUATOR
2 AEB

PRAKTIKUM III
MOTOR LINEAR

3.1 Tujuan
• Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja motor linear.
• Mahasiswa dapat menerangkan karakteristik motor linear pada saat terjadi
perubahan jarak antara sisi primer dengan sisi sekundernya.
• Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh perubahan pada hubungan pusat lilitan
terhadap karakteristik motor.

3.2 Landasan Teori


Motor induksi linear adalah motor linear yang bekerja dengan prinsip yang
sama dengan motor induksi yang lain, namun didesain untuk menghasilkan gerakan
pada satu garis lurus.

Terdapat beberapa konstruksi yang ada pada motor linear, diantaranya :


1. Stator, motor linear mengandung medan magnet dan memiliki kutub magnet yang
berbeda-beda dan disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan kerapatan flux.
2. Lilitan rotor adalah tembaga berlaminasi yang dililitkan pada suatu inti baja.

Semua jenis konduktor yang ditempatkan di medan magnet akan memiliki arus
yang terinduksi sehingga menghasilkan medan magnetik yang berlawanan. Dua
AKTUATOR
2 AEB

medan magnetik yang berlawanan akan saling menolak. Jika hal ini terus dilakukan
secara linear maka akan menghasilkan gerakan linear.
Dengan memberikan arus pada lilitan rotor, maka secara periodik akan
menghasilkan gaya tarik-menarik dan gaya tolak-menolak yang dilakukan secara
waktu yangbersamaan diantara pole-pole dengan magnetnya sehingga ini akan
menghasilkan gaya dorong pada motor linear sesuai dengan rumusan : F = I L x B.

Dengan persamaan daya sebagai berikut :


P=3.E.I cos θ
Dimana :
E = Tegangan induksi per fasa pada belitan utama
I = arus per fasa
θ = power faktor
𝑑∅
E=N
𝑑𝑡
= 𝑁∅𝑚 𝜔 cos 𝜔𝑡
= 𝑁∅𝑚 2𝜋𝑓 cos 𝜔𝑡

3.3 Percobaan
3.3.1 Komponen yang digunakan
• Amperemeter AC
• Voltmeter AC
• Wattmeter 1 Ø
• Motor Linear
• Unit control
• Regulator tegangan 3 Ø
• Jangka Sorong
AKTUATOR
2 AEB

3.3.2 Rangkaian Percobaan

Gambar 3.1
Rangkaian daya pada motor linear

Gambar 3.2
Alternative 1 pemasangan pada sisi primer

Gambar 3.3
Alternative 2 pemasangan pada sisi primer
AKTUATOR
2 AEB

3.3.3 Langkah Percobaan


1. Pasang bagian rotor (sisi primer) pada motor linear dengan scalar yang terhubung
dengan sumber daya 3 phasa melalui control unit (gambar 3,1) hubungkan sisi
primernya seperti gambar 3.2.
2. Rangkailah Wattmeter dan Voltmeter pada dua phasa yang berlainan untuk
mendapatkan data daya dan tegangan . Dengan menggunakan jangka sorong atur
besarnya jarak antara celah udara dengan reaksi pada rel dan sepasang sensor
(limit switch) , jaga jaraknya supaya konstan pada 0,5 mm ( δ0 = 0,5 mm) ukurlah
tegangan , arus dan daya yang masuk ke sisi primer motor linear , masukkan hasil
pengamatan anda pada table 3.1 . Ubahlah nilai δ0 menjadi 1 mm, 1,5 mm, 2 mm,

4 mm . Amati semua alat ukur setiap perubahan nilai δ0 kemudian buatlah table

yang sama dengan table 3.1 untuk masing masing nilai δ0.
3. Ubahlah hubungan pada sisi primernya menjadi seperti pada gambar 3.3 lakukan
perubahan nilai seperti pada langkah no 2 . Buatlah table seperti table 3.1.
4. Hitunglah nilai Cos Øk , S, Zk, Xk, dan Pwa. Dengan persamaan sebagai berikut :
𝑃𝑡𝑜𝑡
Cos Øk = 𝑆
𝑈12
S = ( I1 + I2 + I3 )
√3

𝑈12 √3
Zk = 𝐼1+𝐼2+𝐼31

Xk = Zk sin Øk
Pwa = Fa.Vs

3.4 Tugas
1. Setelah selesai melakukan percobaan menjalankan motor linear, sekarang jelaskan
bagaimana prinsip kerja motor linear.
2. Dari data yang didapatkan, buatlah suatu kurva karakteristik Cos ϕK dan Xk fungsi
tegangan inpu untuk setiap perubahan jarak celah udara dan alternatif pemasangan
kumparan primer pada motor linear.

3.5 Hasil Percobaan dan Analisis


Tabel 3.1 Alternatif 1 pemasangan pada sisi primer bergerak ke kanan
AKTUATOR
2 AEB

U12 I1 I2 𝐼3 𝑆 Pwt Cos 𝑍𝑘 Xk


𝑉 𝐴 𝐴 𝐴 𝑉𝑎 𝑊 ϕK 𝛺

130 2 1,3 1,9 0,77 0,71 0,92 43,3 19,66


140 2,4 1,4 2 0,94 0,84 0,89 41,8 19,31
150 2,8 1,8 2,4 1,1 0,97 0,88 37,1 17,95
160 3 1,9 2,6 1,31 1,17 0,89 36,8 17,19
170 3,3 2 2,9 1,6 1,43 0,89 35,9 16,08
180 3,7 2,3 3,3 1,92 1,74 0,9 33,5 15,41
190 3,9 2,7 3,7 2,08 2,06 0,99 31,9 14,67
200 4,7 3,1 4,2 2,81 2,53 0,9 28,8 13,38
210 5,4 3,7 4,9 3,29 3 0,91 25,9 11,71

Tabel 3.2 Alternatif 1 pemasangan pada sisi primer bergerak ke kiri


U12 I1 I2 𝐼3 𝑆 Pwt Cos 𝑍𝑘 Xk
𝑉 𝐴 𝐴 𝐴 𝑉𝑎 𝑊 ϕK 𝛺

130 2 1,3 1,9 0,81 0,1 0,12 43,3 41,77


140 2,4 1,4 2 0,95 0,11 0,11 41,8 40,59
150 2,7 1,6 2,4 1,17 0,13 0,11 38,7 37,88
160 3 1,9 2,6 1,35 0,13 0,09 36,8 36,41
170 3,3 2 2,9 1,57 0,16 0,10 35,9 35,52
180 3,6 2,3 3,3 1,95 0,19 0,09 33,8 34,83
190 3,9 2,7 3,7 2,29 0,25 0,10 31,9 31,89
200 4,7 3,1 4,2 2,75 0,29 0,10 28,8 29,90
210 5,3 3,7 4,9 3,35 0,35 0,10 26,1 26,58

Tabel 3.3 Alternatif 2 pemasangan pada sisi primer bergerak ke kanan


U12 I1 I2 𝐼3 𝑆 Pwt Cos 𝑍𝑘 𝑋𝑘
𝑉 𝐴 𝐴 𝐴 𝑉𝑎 𝑊 ϕK 𝛺

130 2,1 2,7 2,3 0,83 0,29 0,34 31,71 29,66


140 2,4 3 2,5 1,01 0,35 0,34 30,6 29,31
150 2,7 3,3 2,8 1,21 0,41 0,33 29,5 27,93
AKTUATOR
2 AEB

160 2,9 3,9 3,1 1,41 0,51 0,36 27,9 26,45


170 3,3 4,1 3,5 1,69 0,61 0,36 27 26,45
180 3,7 4,7 3,9 1,97 0,71 0,36 25,3 24,8
190 4,1 5,1 4,3 2,31 0,83 0,35 24,3 23,39
200 4,5 5,5 5,1 2,79 1,01 0,36 22,9 21,29
210 5,1 6,1 5,4 3,23 1,17 0,36 21,9 21,19

Tabel 3.4 Alternatif 2 pemasangan pada sisi primer bergerak ke kiri


U12 I1 I2 𝐼3 𝑆 Pwt Cos 𝑍𝑘 Xk
𝑉 𝐴 𝐴 𝐴 𝑉𝑎 𝑊 ϕK 𝛺

130 2, 2,7 2,3 0,81 0,81 1 31,71 4,49


140 2,4 3 2,5 0,97 0,97 1 30,6 4,37
150 2,7 3,3 2,8 1,14 1,15 1 29,5 4,22
160 3 4 3,1 1,36 1,37 1 27,4 4,03
170 3,3 4,1 3,5 1,63 1,63 1 27 3,8
180 3,7 4,7 4 1,91 1,92 1 25,1 0
190 4,1 5,1 4,3 2,24 2,26 1 24,3 0
200 4,5 5,5 5,1 2,58 2,6 1 22,9 0
210 5,1 6,1 5,4 3,11 3,14 1 21,9 0

Karakteristik Cos ϕK dan Xk 1


25

20 19,66 19,31
17,95 17,19
15 16,08 15,41 14,67
13,38
11,71
10

5
0,92 0,89 0,88 0,89 0,89 0,9 0,99 0,9 0,91
0
130 140 150 160 170 180 190 200 210

Cos ϕK Xk
AKTUATOR
2 AEB

Karakeristik Cos ϕK dan Xk 2


45
41,77 40,59
40
37,88 36,41
35 35,52 34,83
31,89
30 29,9
25 26,58

20
15
10
5
0,12 0,11 0,11 0,09 0,1 0,09 0,1 0,1 0,1
0
130 140 150 160 170 180 190 200 210

Cos ϕK Xk

Karakteristik Cos ϕK dan Xk 3


35

30
25

20

15

10

0
130 140 150 160 170 180 190 200 210

Cos ϕK Xk

Karakteristik Cos ϕK dan Xk 4


5
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
130 140 150 160 170 180 190 200 210

Cos ϕK Xk
AKTUATOR
2 AEB

Berdasarkan kurva karakteristik dapat dilihat nilai arus akan cenderung naik
seiring dengan kenaikan nilai U12, dan nilai arus tersebut bernilai sama baik alternatif
bergerak ke kanan maupun ke kiri. Motor linear memiliki prinsip kerja yang sama
dengan motor induksi biasa perbedaannya terletak pada bentuk lintasannya.
Ketika konduktor ditempatkan di medan magnet, maka akan menghasilkan
arus yang terinduksi sehingga menghasilkan medan magnetik yang berlawanan. Dua
medan magnetik yang berlawanan akan saling menolak. Jika hal ini terus dilakukan
secara linear maka akan menghasilkan gerakan linear.
Dengan memberikan arus pada lilitan rotor, maka secara periodik akan
menghasilkan gaya tarik-menarik dan gaya tolak-menolak yang dilakukan secara
waktu yang bersamaan diantara pole-pole dengan magnetnya sehingga ini akan
menghasilkan gaya dorong pada motor linear.

3.6 Kesimpulan
• Nilai arus akan cenderung naik seiring dengan kenaikan nilai U12 (tegangan).
• Nilai arus pada saat alternatif kanan maupun kiri bernilai sama.
• Motor linear memiliki prinsip kerja yang sama dengan motor induksi biasa
perbedaannya terletak pada bentuk lintasannya.
• Motor linear akan terputus ketika arus melebihi 6A.
• Ketika lilitan motor diberi arus maka akan menghasilkan gaya tarik menarik
dan tolak menolak diantara pole-pole magnetnya sehingga akan menghasilkan
gaya dorong motor linar.
AKTUATOR
2 AEB

PRAKTIKUM IV
MOTOR REPULSI

4.1 Tujuan
• Mahasiswa dapat merangkai dan kemudian menjelaskan prinsip kerja motor
repulsi.
• Mahasiswa dapat menerangkan karakteristik motor repulsi berdasarkan data hasil
pengukuran dan hasil perhitungan.

4.2 Landasan Teori


Motor Repulsi adalah salah satu jenis motor listrik satu fasa. Motor repulsi
mempunyai sebuah belitan stator yang diatur untuk hubungan ke sumber tegangan
dan sebuah belitan rotor yang dihubungkan ke sebuah komutator.
Secara prinsip motor repulsi ini mempunyai belitan stator sama seperti motor
1 fasa, tetapi mempunyai rotor seperti rotor motor DC, dengan sikat-sikat yang
berlawanan pada jangkar yang dihubung singkatkan.

Kumparan stator dihubungkan dengan sumber arus bolak balik, sehingga


mengalirkan arus ke stator, maka pada rotor timbul tegangan induksi. Arus induksi
pada rotor menimbulkan magnit. Resultan dari kedua kutub medan dan kutub jangkar
akan menyebabkan terjadinya medan putar. Medan putar ini terjadi pada kedudukan
sikat digeser dari garis netral.
AKTUATOR
2 AEB

Garis netral adalah letak garis sumbu sikat segaris dengan sumbu kumparan
stator. Kecepatan motor listrik dapat diatur dengan cara menggeser letak sikat ke kiri
atau ke kanan dari garis netral. Semakin besar sudut pergeseran semakin besar
perubahan kecepatan motor listrik demikian pula terhadap momen kopel dari motor.

4.3 Percobaan
4.3.1 Komponen yang digunakan
• Motor Repulsi
• Magnetic Powder Brake
• Power Supply 3 Ø, 380V / 16A
• Amperemeter AC
• Voltmeter AC
• Wattmeter 1 Ø
• Cos Ø meter
• Multimeter

4.3.2 Rangkaian Percobaan

Gambar 4.1
Rangkaian percobaan motor repulsi
AKTUATOR
2 AEB

4.3.3 Langkah Percobaan


1. Buatlah rangkaian untuk menjalankan motor repulse seperti pada gambar 4.1
2. Sebelum mengoperasikan motor setlah alat ukur sebagai berikut :
Range pada multimeter :
a. arus I = 3A
b. tegangan V = 300 V
Range pada wattmeter :
a. rangkaian arus 3A
b. rangkaian tegangan 300V
c. mode operasi : daya aktif
3. Operasikan motor dengan sikat pada posisi III untuk perputaran searah jarum jam.
Ukurlah tegangan sumbernya
4. Aturlah torsi sesuai dengan nilai yang ada di tabel data hasil percobaan. Amati dan
catatlah nilai arus, kecepatan, sudut fasa dan daya inputnya, masukkan hasil per-
cobaan anda tersebut kedalam tabel. Hitunglah perubahan daya outputnya :
2.Ƞ.𝑀.𝑛
P2 = 60
(𝑀.𝑛)
Rumus diatas dapat disederhanakan menjadi P 2 = 9.55

Untuk mencari nilai besaran yang lain dapat dihitung dengan rumus :
- Daya reaktif S = U.I
- Sudut phase, Cos Ø = P1/S
- Effisiensi, Ƞ = P2/P1
𝑛𝑠−𝑛
- Slip (s) = 𝑥100%
𝑛𝑠

Dimana : ns = kecepatan pada medan putar (6000 rpm)


N = kecepatan motor
Masukkan semua hasil perhitungan anda pada tabel hasil percobaan.

4.4 Tugas
1. Dari data yang anda dapatkan buatlah kurva karakteristiknya terhadap perubahan
torsi.
2. Jelaskan pengaruh perubahan posisi sudut sikat terhadap kecepatan dan torsi
motor repulsi.
AKTUATOR
2 AEB

3. Setelah melakukan praktikum, apa pengaruh pertambahan beban terhadap


perubahan arus.
4. Buatlah analisa dan kesimpulan dari praktikum yang telah anda lakukan.

4.5 Hasil Percobaan dan Analisis


M (Nm) 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
I (A) 1,5 2 2,2 2,3 2,9 3
N (rpm) 3224 2770 2541 2214 1951 1711
CosØ (pengukuran 0,70 0,73 0,71 0,68 0,67 0,66
P1 (KW) 0,24 0,26 0,3 0,37 0,4 0,42
P2 (KW) 0,06 0,11 0,15 0,18 0,2 0,21
S (KVA) 0,33 0,4 0,46 0,53 0,6 0,64
CosØ (perhitungan) 0,72 0,65 0,65 0,69 0,67 0,65
Ƞ ( Effisiensi ) 0,25 0,42 0,5 0,48 0,5 0,5
S(%) 46,26 53,83 57,61 62,76 67,48 71,48

Karakteristik Torsi terhadap Arus dan Tegangan


3500,00
3224,00
3000,00
2770,00
2500,00 2541,00
2214,00
2000,00 1951,00
1711,00
1500,00

1000,00

500,00
1,50 2,00 2,20 2,30 2,90 3,00
0,00
0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

I (A) N (rpm)

Karakteristik Cos Ø, P1, dan S


2,00
1,80
0,60 0,64
1,60 0,53
1,40 0,46
0,40
1,20 0,33
0,37 0,40 0,42
1,00 0,26 0,30
0,24
0,80
0,70 0,73 0,71 0,68 0,67 0,66
0,60
0,40
0,20
0,00
0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20

Cos Ø (pengukuran) P1 (KW) S (KVA)


AKTUATOR
2 AEB

Posisi sudut sikat berperan penting karena motor repulsa tidak bekerja dengan
prinsip medan putar tetapi bekerja dengan cara induksi. Sikat tersebut dihubung
singkatkan dan berpengaruh terhadap arah arus yang terinduksi pada jangkar. Posisi
maksimum sikat itu adalah 55 derajat.
Arus akan mengalir melalui kumparan jangkar dan menghasilkan polaritas
yang sama dengan kumparan medan rotor yang menyebabkan gaya tolak menolak
ketika sikat dipindahkan.
Arah pergeseran sikat tersebut akan berpengaruh terhadap arah putaran motor,
ketika sikat diputar clockwise maka motor pun akan berputar clockwise begitu pula
sebaliknya.
Pertambahan beban akan berpengaruh pada nilai kecepatan dan arus, dapat
dilihat pada kurva karakteristik bahwa semakin besar beban yang diberikan pada
motor maka arus yang diperlukan motor pun akan semakin besar, disaat yang
bersamaan kecepatan yang dihasilkan akan semakin menurun karena pengaruh beban
tersebut. Hal tersebut terjadi karena ketika beban semakin berat maka torsi yang
dihasilan akan semakin besar pula sehingga putaran motor akan menurun karena
motor yang tidak bisa memberikan torsi yang besar sesuai dengan kondisi beban.

4.6 Kesimpulan
• Posisi sudut sikat berperan penting karena motor repulsa tidak bekerja dengan
prinsip medan putar tetapi bekerja dengan cara induksi.
• Posisi maksimum sikat motor pulsa adalah 55 derajat.
• Arah pergeseran sikat tersebut akan berpengaruh terhadap arah putaran motor.
• Ketika sikat dipindahkan maka arus akan mengalir melalui kumparan jangkar
dan menghasilkan polaritas yang sama dengan kumparan medan rotor yang
menyebabkan gaya tolak menolak.
• Semakin besar beban yang diberikan pada motor maka arus yang diperlukan
motor pun akan semakin besar.
• Semakin besar beban yang diberikan maka kecepatan yang dihasilkan akan
semakin menurun.
AKTUATOR
2 AEB

PRAKTIKUM 5

MOTOR INDUKSI 3 ø SLIPRING

5.1. Tujuan
• Mahasiswa dapat menerangkan prinsip kerja motor induksi 3 fasa slipring.
• Mahasiswa mengetahui karakteristik start awal (pengasutan) pada motor induksi 3 fasa
slipring.
• Mahasiswa dapat menerangkan karakteristik beban pada motor induksi 3 fasa slipring.
• Mahasiswa dapat mengukur besarnya frekuensi pada rotor motor induksi 3 fasa
slipring.

5.2. Landasan Teori


Motor induksi 3 fasa slipring memiliki ciri yaitu adanya lilitan pada rotornya
yang dilengkapi dengan cincin geser (slipring) yang dihubungkan dengan brush ke
terminal. Hal lain yang menjadi ciri pada motor ini adalah pada terminal box yang
memiliki sembilan terminal.
Enam terminal terhubung dengan ujung-ujung lilitan pada statornya (U1-U2 ,
V1-V2 dan W1-W2), sedangkan tiga terminal lainnya (K-L-M) terhubung dengan
lilitan pada rotornya melalui slipring. Ada 3 buah cincin (slipring) yang terhubung
dengan brush.

Lilitan rotor yang ujungnya terminal K-L-M dihubungkan dengan resistor luar
yang besarnya bisa diatur. Dengan mengatur resistor luar berarti mengatur besarnya
AKTUATOR
2 AEB

resistor total yang merupakan jumlah resistansi rotor dan resistansi luar (Rrotor +
Rluar), sehingga pada arus rotor dapat diatur. Ketika resistor berharga maksimum,
arus rotor yang mengalir minimum, sekaligus memperbaiki faktor kerja motor.
Kelebihan rotor lilit yaitu diperoleh torsi starting yang tinggi, dengan arus starting
yang tetap terkendali.
Resistansi rotor luar terjadi secara bertahap. Tahap-1 nilai resistor maksimum kurva
torsi terhadap slip, berikutnya tahap 2, 3 dan 4. Antara tahap-1 sampai tahap-4 selisih
slip sebesar ∆s. Dengan demikian pengaturan resistor rotor juga berfungsi mengatur
putaran rotor dari putaran rendah saat tahap-1 menuju putaran nominal pada tahap-4.

Pengaturan resistor rotor dapat menggunakan kontaktor elektromagnet dengan


menggunakan 3 tahap. Kontaktor Q1 menghubungkan stator dengan sumber daya
listrik.
1. Ketika Q2, Q3, Q4 OFF resistansi rotor maksimum (RA = R1 + R2 + R3).
2. Saat Q2 ON resistansi luar RA = R2 + R3.
3. Ketika Q3 ON resistansi RA = R3 saja.
4. Ketika Q4 ON rotor kondisi terhubung singkat RA = 0, motor bekerja normal.

5.1. Percobaan
5.3.1 Pengasutan Mengatur Kecepatan dan Membalik Arah Putaran
5.3.1.1 Tujuan
• Mahasiswa dapat mengetahui cara pengasutan pada motor induksi rotor slipring.
• Mahasiswa dapat membalik arah putaran motor induksi rotor slipring dengan
saklar CAM.
AKTUATOR
2 AEB

5.3.1.2. Komponen Yang Digunakan


• Motor induksi 3 fasa dengan rotor slipring
• Magnetic Powder Brake
• Unit Kontrol
• Saklar CAM I 0 II
• Tahanan geser 3 pole
• Amperemeter AC
• Power Supply 3 fasa, 380 V/16A
• Tachometer

5.3.1.3. Rangkaian Percobaan

Gambar 5.1
Rangkaian pengasutan (starting) motor induksi 3 fasa slipring
AKTUATOR
2 AEB

Gambar 5.2
Rangkaian membalik arah putaran motor induksi 3 fasa slipring
Dengan saklar CAM I 0 II

5.3.1.4. Langkah Percobaan


1. Buatlah rangkaian pengasutan motor induksi 3 ø slipring seperti pada gambar 5.1
2. Aturlah range pada kontrol unit sebagai berikut:
a. Mode operasi M = konstan
b. Kecepatan n = 1500 rpm
c. Torsi M = 5 Nm
Range pada Amperemeter AC I = 3 A
3. Aturlah posisi tahanan gesernya pada posisi 1 (pada saat akan menjalankan motor
pada start awal posisi tahanan geser tidak boleh nol)
4. Aktifkan power supply dan lakukan pengukuran arus pada rotor motor slipring,
ubahlah posisi tahanan gesernya ke posisi yang lain. Masukkan hasil pengukuran
pada tabel 5.1.
5. Dengan rangkaian yang sama, ubahlah setting kontrol unit sebagai berikut :
AKTUATOR
2 AEB

a. Mode operasi M = konstan


b. Kecepatan n = 1500 rpm
c. Torsi M = 2 Nm
6. Aktifkan power supply untuk memutar motor, atur nilai torsi pada kontrol unit
1,9 Nm. Ukur arus dan kecepatan motor catatlah hasil pengukuran pada tabel 5.2
Lakukan hal yang sama untuk tiap-tiap posisi pada tahanan starter.
7. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 5.2, ubahlah posisi saklar CAM dari posisi
I ke posisi II. Amatilah apa yang terjadi setiap kali anda merubah posisi saklar
CAM.

5.3.1.5. Tugas
1. Jelaskan pengaruh perubahan tahanan start pada motor slipring.
2. Buatlah kurva karakteristik antara tahanan starter dengan kecepatan motor dan
tahanan starter dengan arus motor.

5.3.1.6 Hasil Praktikum dan Analisis


Tabel 5.1 Pengaruh perubahan tahanan starter terhadap arus start
Tegangan Supply : 50 V
Starter 1 2 3 4 5 6
I (mA) 94.5 94.5 94.6 94.6 95.7 95.7

Berdasarkan rangkaian gambar 5.2, perubahan posisi saklar CAM sebagai berikut :
• Pada posisi I bergerak CW
V = 60V
N =1170 rpm
• Pada posisi II bergerak CCW
V = 60V
N = 1152 rpm
Didapat dari hasil percobaan rangkaian pengasutan motor induksi 3 fasa slipring dapat
dilihat bahwa perubahan tahanan starter tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
arus dan cenderung konstan. Begitu pula pada rangkaian membalik putaran searah
AKTUATOR
2 AEB

jarum jam dan berlawanan jarum jam motor induksi dengan saklar CAM I 0 II
memiliki nilai tegangan dan kecepatan yang tidak begitu signifikan perubahannya,
yaitu 60V dan +-1100 rpm.

Karakteristik Arus terhadap Tahanan


95,8
95,6
95,4
95,2
95,0
94,8
94,6
94,4
94,2
94,0
93,8
1 2 3 4 5 6

5.3.1. Mengukur Tegangan Rotor Arus Rotor dan Frekuensi Rotor


5.3.2.1. Tujuan
• Mengukur besarnya tegangan dan arus pada rotor motor induksi 3 fasa slipring.
• Dapat mengukur nilai frekuensi pada rotor.

5.3.2.2. Komponen Yang Digunakan


• Motor induksi 3 fasa dengan rotor slipring
• Magnetic Powder Brake
• Unit Kontrol
• Tahanan geser 3 pole
• Voltmeter AC
• Amperemeter AC
• Power Supply 3 fasa, 380 V/16A
• Tachometer
AKTUATOR
2 AEB

5.3.2.3. Rangkaian Percobaan

Gambar 5.3
Mengukur tegangan rotor

Gambar 5.4
Mengukur arus dan frekuensi rotor
AKTUATOR
2 AEB

5.3.2.4. Langkah Percobaan


1. Buatlah rangkaian pengasutan motor induksi 3 ø slipring seperti pada gambar 5.3.
2. Aturlah range pada kontrol unit sebagai berikut:
a. Mode operasi M = konstan
b. Kecepatan n = 1500 rpm
c. Torsi M = 5 Nm
Range pada Voltmeter AC: V = 100V AC.
3. Aturlah motor dan amati penunjukan pada voltmeter ketika rotor pada motor tidak
berputar. Buatlah analisa kenapa motor tidak berputar.
4. Buatlah rangkaian seperti gambar 5.4, aturlah kontrol unit sama dengan langkah
2 diatas. Aturlah range Amperemeter AC pada 1 A.
5. Aktifkan Power Supply , berikan torsi 0,25 Nm pada motor . Ukur kecepatan
motor dan arus minimum (nominal ) dan maksimum (start) pada motor.
6. Hitunglah besarnya frekuensi pada rotor dengan persamaan berikut :
𝑛
F2 = 50 Hz (1-𝑛𝑠)

Dimana : ns = Kecepatan medan stator


N = Kecepatan motor

5.3.2.5. Tugas
1. Jelaskan perbedaan antara putaran motor pada saat pengukuran tegangan dan arus
pada rotor.
2. Dari data yang anda dapatkan buatlah analisa dan kesimpulan dari praktikum
tersbebut.

5.3.2.6 Hasil Praktikum dan Analisis


Berdasarkan Rangkaian gambar 5.3 , Pengukuran tegangan sebagai berikut :
• Motor tidak berputar
• Nilai tegangannya = 51 V dengan sumber tegangan 100 V
Berdasarkan Rangkaian gambar 5.4 , Pengukuran arus sebagai berikut :
• Tegangan sumber = 100V
• Arus maksimal = 1.4 A
• Arus minimal (nominal) = 0.5 A
AKTUATOR
2 AEB

• Kecepatan = 719 rpm


Hasil Percobaan ketika diberi torsi sebagai berikut :
• Tegangan sumber = 100 V
• Torsi = 0.24 Nm
• Arus = 1.3 A
• Kecepatan (n) = 580 rpm
Didapat dari hasil praktikum, ketika pengukuran tegangan rotor pada motor 3 fasa
slipring motor tidak berputar sama sekali namun terukur nilai tegangan pada motor
sebesar 51 V dari tegangan sumber 100 V. Ketika pengukuran arus rotor didapat nilai
arus dengan rentang 0,5 A sampai 1,4 A dan motor bergerak dengan kecepatan 719
rpm. Dan ketika diberi torsi diperoleh data seperti diatas.

5.3.1.7. Kesimpulan
• Pada saat pengukuran tegangan pada rotor, motor tidak bergerak namun
tegangan tetap terukur.
• Pada saat pengukuran arus pada rotor, motor bergerak dengan arus dan
kecepatan yang relatif konstan
• Motor induksi 3 fasa slipring memiliki ciri yaitu adanya lilitan pada rotornya
yang dilengkapi dengan cincin geser (slipring) yang dihubungkan dengan
brush ke terminal.
• Motor induksi 3 fasa slipring biasa digunakan untuk perangkat perangkat yang
memerlukan torsi yang besar.
AKTUATOR
2 AEB

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.polsri.ac.id/369/3/3.%20BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf
JTE - ITP ISSN NO. 2252-3472

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/chairul.hudaya/material/presentationinductionmotor.pdf

https://dokumen.tips/download/link/motor-induksi-linearpptx

http://titl3smkn1cerme.blogspot.com/2013/05/macam-macam-motor.html

http://duniasetrum.blogspot.com/2012/05/slip-ring-motor.html

Anda mungkin juga menyukai