KALIBRASI
UNIVERSITAS MH THAMRIN
FAKULTAS KESEHATAN
JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini yang berjudul “KALIBRASI” tepat pada waktunya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1. Tujuan kalibrasi
2. Manfaat kalibrasi
1. Untuk mendukung system mutu yang diterapkan di berbagai
industry pada peralatan laboraturium dan produksi yang
dimiliki.
2. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh
perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga
yang ditunjukkan oleh alat ukur.
3. Menjaga kondisi instrument ukur dan bahan ukur agar tetap
sesuai dengan spesifikasinya.
KALIBRASI
A. DEFINISI KALIBRASI
1
Sumber : ISO/IEC Guide 17025:2005 dan vocabulary of internasional metrology (VIM)
membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional
maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.
1
Sumber : ISO/IEC Guide 17025:2005 dan vocabulary of internasional metrology (VIM)
2
Sumber : ISO/IEC Guide 17025:2005 dan vocabulary of internasional metrology (VIM)
Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan “traceable uncertaininty” untuk
menentukan tingkat kepercayaan yang di evaluasi dengan seksama
dengan analisa ketidakpastian.
Manfaat kalibrasi
yang sering menjadi pertanyaan juga adalah manfaat apa yang
didapatkan dari kalibrasi ini ?
Tentu saja banyak, diantara banyak manfaatnya, manfaat “basic”nya
adalah untuk :
1. Mendukung system mutu yang di terapkan di industry. Ini yang pada
awalnya paling popular menjadi pendorong orang atau industry mau
mengkalibrasi alatnya. ISO 9000 mensyaratkan semua alat ukur yang
terkait dalam produksi harus dijamin mutu keakuratannya. Dan salah
satu tool utama untuk ini adalah dengan melakukan kalibrasi.
Requirement ini pada tahun-tahun terakhir semakin terasa tidak
popular seiring dengan semakin longgarnya penerapan ISO 9000.
Apalagi saat ini banyak perusahaan pemberi sertifikat yang saling
bersaing mendapatkan kastamer, yang akhirnya memunculkan
dampak negative juga yaitu dengan makin melonggarkan aturan
sehingga (misalnya) dengan melakukan kalibrasi 10 alat ukurnya saja,
dari 100 alat ukur yang harusnya di kalibrasi, selesai sudah
masalahnya. Apalagi jika orang yang ditunjukan sebagai perwakilan
auiditee memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik (alias
pandai bersilat lidah), makin mudah saja mendapatkan sertifikat ini
tanpa capek-capek keluar biaya untuk kalibrasi. Satu hal lagi bahwa
sering terjadi kastamer tidak merakan manfaat langsung (bahkan
manfaat teknis di lapangan) dari kegiatan kalibrasi ini, sehingga ini
bisa dijadikan alibi untuk excuse tidak melalukan kalibrasi. Dan alibi
ini bisa menyakinkan auditor ISO.
2. Dapat mengetahui penyimpangan harga benar dengan harga yang
ditunjukkan alat ukur. Kalau ini memang menjadi alas an yang teknis
sifatnya, dan teknisi saja yang biasanya merasakan riil manfaatnya.
B. Proses kalibrasi
1. Adanya obyek ukur (Unit Under Test)
2. Adanya calibrator (Standar)
3. Adanya prosedur kalibrasi, yang mengacu ke standar kalibrasi
internasional, nasional atau prosedur yang di kembangkan sendiri
oleh laboratorium yang sudah teruji dengan terlebih dulu
dilakukan verifikasi.
4. Adanya teknisi yang telah memenuhi persyaratan mempunyai
kemampuan teknis kalibrasi (sebaiknya bersertifikat).
5. Lingkungan terkondisi, baik suhu maupun kelembabannya.
Andaipun tidak bisa dikondisikan, misalnya terjadi saat kalibrasi
dilakukan di lapangan terbuka, maka factor lingkungan harus
diakomodasi dalam proses pengukuran dan perhitungan
ketidakpastian.
6. Hasil kalibrasi itu sendiri, yaitu quality record berupa sertifikat
kalibrasi. Di dalamnya tercatat measured value, correction value,
dan akhirnya nilai uncertaininty. Sertifikat ini tidak baku
bentuknya, minimal harus dapat memberikan informasi tentang
seberapa sehat alat ukur milik kastamer yang di kalibrasi. Artinya,
kita bisa menambahkan banyak keterangan yang diperlukan,
bahkan bisa saja ditambahkan foto, gambar, hasil analisa khusus,
nilai TUR (Test Uncertainity Ratio), bahkan bisa saja melampirkan
laporan kinerja calibrator yang digunakan dalam proses ini.1
Catatan : TUR adalah perbandingan antara ketidakpastian
karakteristik instrument yang di kalibrasi terhadap ketidakpastian
instrument kalibratornya (spesifikasi alat bisa dianggap sebagai
ketidakpastian terbesar)
BAB II
SUMBER-SUMBER YANG MEMPENGARUHI HASIL KALIBRASI
1. Prosedur
1
Sumber : Keenan, Charles W. dkk, 1991, Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid I, Erlangga,
Jakarta.
2
Sumber : Brady, James E. 1999. Kimia universitas asa dan struktur. Jakarta : Bina Rupa
aksara.
Kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar yang telah
diakui. Kesalahan pemahaman prosedur akan membuahkan hasil yang
kurang benar dan tidak dapat di percaya. Pengesetan system harus teliti
sesuai dengan aturan pemakaian alat, agar kesalahan dapat dihindari.
2. Kalibrator
3. Tenaga pengkalibrasi
4. Periode kalibrasi
Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat
ukur dengan kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada
beberapa factor antara lain pada kualitas metrologies alat ukur
tersebut, frekuensi pemakaian, pemeliharaan atau penyimpanan dan
tingkat ketelitiannya. Periode kalibrasi dapat ditetapkan berdasarkan
lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau gabungan dari
keduanya.
5. Lingkungan
Lingkungan dapat menyebabkan pengaruh yang sangat besar
terhadap kalibrasi terutama untuk mengkalibrasi kalibrator. Misalnya
kondisi suhu, kelembaban, getaran mekanik medan listrik, medan
magnetic, medan elektro magnetic, tingkat penerangan dan
sebagainya.
Prosedur kalibrasi :
B. Unit kalibrasi
1
Sumber : ISO/IEC Guide 17025:2005 dan vocabulary of internasional metrology (VIM)
Alat ukur non listrik yang dapat dikalibrasi adalah :
- Alat ukur tekanan
- Alat ukur aliran
- Alat ukur suhu
- Alat ukur putaran
4. Factor cakupan
1
Sumber :ISO/IEC Guide 17025:2005 dan vocabulary of internasional metrology (VIM)
2
Sumber : Brady, James E. 1999. Kimia universitas asa dan struktur. Jakarta : Bina Rupa aksara.
3
Sumber : Keenan, Charles W. dkk, 1991, Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid I, Erlangga, Jakarta.
factor cakupan ini diharapkan dapat mewakili sumber-sumber
ketidakpastian yang tidak dihitung tersebut.4
4
Sumber : Day, RA dan A.L Underwood, 1981, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Untuk lebih mengetahui dan mengerti tentang kalibrasi ada
baiknya langsung melihat dan mempraktekan materi ini, agar bisa
lebih memahami mengenai kalibrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia universitas asa dan struktur. Jakarta : Bina
Rupa aksara.
www.Google.com