Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KALIBRASI

Nama : M. Agung Juhardi


Nim : 1084161012
Program Studi : DIV Teknik Elektromedik
Dosen : Danang Kristioko Legowo, ST.,MM

UNIVERSITAS MH THAMRIN
FAKULTAS KESEHATAN
JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini yang berjudul “KALIBRASI” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat


bantuan dan tuntutan tuhan yang maha esa dan tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghanturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengertian kalibrasi menurut “ISO/IEC Guide 17025:2005 dan


vocabulary of internasional metrology (VIM)” adalah serangkaian
kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan
oleh instrument ukur atau system pengukuran, atau nialai yang
diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang
berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi terntentu. Dengan
kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusuri
(traccable) ke standar nasional untuk satuan ukuran dan/atau
internasional.

1. Tujuan kalibrasi

1. Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai


konvensional penunjukan suatu instrument ukur.
2. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar
Nasional maupun Internasional.
3. Mencapai keterlusuran pengukuran

2. Manfaat kalibrasi
1. Untuk mendukung system mutu yang diterapkan di berbagai
industry pada peralatan laboraturium dan produksi yang
dimiliki.
2. Dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui seberapa jauh
perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga
yang ditunjukkan oleh alat ukur.
3. Menjaga kondisi instrument ukur dan bahan ukur agar tetap
sesuai dengan spesifikasinya.

3. Prinsip dasar kalibrasi

1. Objek ukur (unit under test)


2. Standar ukur (alat standar kalibrasi, prosedur/metode standar
(mengacu kestandar kalibrasi internasional atau prosedur yang
dikembangkan sendiri oleh laboratorium yang sudah teruji
(diverifikasi).
3. Lingkungan yang dikondisikan suhu dan kelembaban selalu
dikontrol, gangguan factor lingkungan luar.
BAB I

KALIBRASI

A. DEFINISI KALIBRASI

Kalibrasi memiliki pengertian yang berbeda-beda baik secara teoritis


maupun praktis. Bahkan dalam obrolan santai malah sering keluar agak
jauh dari pengertian sebenarnya. menurut “ISO/IEC Guide 17025:2005
dan vocabulary of internasional metrology (VIM)” adalah serangkaian
kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh
instrument ukur atau system pengukuran, atau nialai yang diwakili oleh
bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari
besaran yang diukur dalam kondisi terntentu1.
Nilai yang sudah diketahui ini biasanya merujuk ke suatu nilai dari
kalibrator atau standar, yang tentunya harus memiliki akurasi yang lebih
tinggi daripada alat ukur yang di tes (biasa disebut unit under test atau
UUT). Ini sesuai dengan salah satu tujuan kalibrasi adalah untuk
mencapai ketertelusuran pengukuran atau menjaga agar traceability link
ini tidak putus.
Jadi lugasnya begini, misalnya saya akan membandingkan pembacaan
tegangan 10V dari suatu multimeter dengan pembacaan dari multimeter
lain yang memiliki nilai akurasi yang lebih baik, nah itu sudah bisa
dikatakan kalibrasi.
Tetapi ada suatu hal yang menarik disini, yaitu dengan definisi ini maka
secara hokum per-ISO-an, nampaknya suatu adjustment (apalagi
refurbishment) tidak harus dilakukan. Jadi hokum ini melindungi suatu
lab jika ada kastamer yang “memaksa” lab untuk melakukan adjustment
terhadap alat ukurnya. Bagi lab sebenarnya juga tidak ada masalah, kalau
ada kastamer demikian tinggal dibatalkan saja layanannya.
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur
sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan

1
Sumber : ISO/IEC Guide 17025:2005 dan vocabulary of internasional metrology (VIM)
membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional
maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.

System manajemen kualitas memerlukan system pengukuran yang


efektif, termasuk didalamnya kalibrasi formal, periodic dan
terdokumentasi, untuk semua perangkat pengukur. ISO 9000 dan
ISO 17025 memerlukan system kalibrasi yang efektif.
Kalibrasi diperlukan untuk :
 Perangkat baru
 Suatu perangkat setiap waktu tertentu
 Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam
operasi)
 Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran
yang berpotensi mengubah kalibrasi
 Ketika hasil pengamatan dipertanyakan
 Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk
menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat
pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang
digunakan alam akurasi tertentu. Contohnya, thermometer
dapat di kalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau koreksi
dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta
kalibrasi), sehingga thermometer tersebut menunjukan
temperature yang sebenarnya dalam celcius pada titik-titik
tertentu di skala.1

Di beberapa Negara, termasuk Indonesia, terdapat direktorat metrology


yang memiliki standar pegukuran (dalam SI dan satuan-satuan
turunannya) yang akan digunakan sebagai acuan bagi perangkat yang di
kalibrasi. Direktorat metrology juga mendukung infrastruktur metrology
disuatu Negara (dan,seringkali, Negara lain) dengan membangun rantai
pengukuran dari standar tingkat tinggi/internasional dengan perangkat
yang digunakan.2

1
Sumber : ISO/IEC Guide 17025:2005 dan vocabulary of internasional metrology (VIM)
2
Sumber : ISO/IEC Guide 17025:2005 dan vocabulary of internasional metrology (VIM)
Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan “traceable uncertaininty” untuk
menentukan tingkat kepercayaan yang di evaluasi dengan seksama
dengan analisa ketidakpastian.

Manfaat kalibrasi
yang sering menjadi pertanyaan juga adalah manfaat apa yang
didapatkan dari kalibrasi ini ?
Tentu saja banyak, diantara banyak manfaatnya, manfaat “basic”nya
adalah untuk :
1. Mendukung system mutu yang di terapkan di industry. Ini yang pada
awalnya paling popular menjadi pendorong orang atau industry mau
mengkalibrasi alatnya. ISO 9000 mensyaratkan semua alat ukur yang
terkait dalam produksi harus dijamin mutu keakuratannya. Dan salah
satu tool utama untuk ini adalah dengan melakukan kalibrasi.
Requirement ini pada tahun-tahun terakhir semakin terasa tidak
popular seiring dengan semakin longgarnya penerapan ISO 9000.
Apalagi saat ini banyak perusahaan pemberi sertifikat yang saling
bersaing mendapatkan kastamer, yang akhirnya memunculkan
dampak negative juga yaitu dengan makin melonggarkan aturan
sehingga (misalnya) dengan melakukan kalibrasi 10 alat ukurnya saja,
dari 100 alat ukur yang harusnya di kalibrasi, selesai sudah
masalahnya. Apalagi jika orang yang ditunjukan sebagai perwakilan
auiditee memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik (alias
pandai bersilat lidah), makin mudah saja mendapatkan sertifikat ini
tanpa capek-capek keluar biaya untuk kalibrasi. Satu hal lagi bahwa
sering terjadi kastamer tidak merakan manfaat langsung (bahkan
manfaat teknis di lapangan) dari kegiatan kalibrasi ini, sehingga ini
bisa dijadikan alibi untuk excuse tidak melalukan kalibrasi. Dan alibi
ini bisa menyakinkan auditor ISO.
2. Dapat mengetahui penyimpangan harga benar dengan harga yang
ditunjukkan alat ukur. Kalau ini memang menjadi alas an yang teknis
sifatnya, dan teknisi saja yang biasanya merasakan riil manfaatnya.

B. Proses kalibrasi
1. Adanya obyek ukur (Unit Under Test)
2. Adanya calibrator (Standar)
3. Adanya prosedur kalibrasi, yang mengacu ke standar kalibrasi
internasional, nasional atau prosedur yang di kembangkan sendiri
oleh laboratorium yang sudah teruji dengan terlebih dulu
dilakukan verifikasi.
4. Adanya teknisi yang telah memenuhi persyaratan mempunyai
kemampuan teknis kalibrasi (sebaiknya bersertifikat).
5. Lingkungan terkondisi, baik suhu maupun kelembabannya.
Andaipun tidak bisa dikondisikan, misalnya terjadi saat kalibrasi
dilakukan di lapangan terbuka, maka factor lingkungan harus
diakomodasi dalam proses pengukuran dan perhitungan
ketidakpastian.
6. Hasil kalibrasi itu sendiri, yaitu quality record berupa sertifikat
kalibrasi. Di dalamnya tercatat measured value, correction value,
dan akhirnya nilai uncertaininty. Sertifikat ini tidak baku
bentuknya, minimal harus dapat memberikan informasi tentang
seberapa sehat alat ukur milik kastamer yang di kalibrasi. Artinya,
kita bisa menambahkan banyak keterangan yang diperlukan,
bahkan bisa saja ditambahkan foto, gambar, hasil analisa khusus,
nilai TUR (Test Uncertainity Ratio), bahkan bisa saja melampirkan
laporan kinerja calibrator yang digunakan dalam proses ini.1
Catatan : TUR adalah perbandingan antara ketidakpastian
karakteristik instrument yang di kalibrasi terhadap ketidakpastian
instrument kalibratornya (spesifikasi alat bisa dianggap sebagai
ketidakpastian terbesar)
BAB II
SUMBER-SUMBER YANG MEMPENGARUHI HASIL KALIBRASI

A. Sumber-sumber yang mempengaruhi hasil kalibrasi2

1. Prosedur
1
Sumber : Keenan, Charles W. dkk, 1991, Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid I, Erlangga,
Jakarta.

2
Sumber : Brady, James E. 1999. Kimia universitas asa dan struktur. Jakarta : Bina Rupa
aksara.
Kalibrasi harus dilakukan sesuai dengan prosedur standar yang telah
diakui. Kesalahan pemahaman prosedur akan membuahkan hasil yang
kurang benar dan tidak dapat di percaya. Pengesetan system harus teliti
sesuai dengan aturan pemakaian alat, agar kesalahan dapat dihindari.

2. Kalibrator

Kalibrator harus mampu telusur kestandar nasional dan atau


internasional. Tanpa memiliki keterlusuran, hasil kalibrasi tidak akan
diakui oleh pihak lain. Demikian pulaketelitian, kecermatan dan
kestabilan kalibrator harus setingkat lebih baik dari pada alat yang
dikalibrasi

3. Tenaga pengkalibrasi

Tenaga pengkalibrasi harus memiliki keahlian dan keterampilan yang


memadai, karena hasil kalibrasi sangat tergantung kepadanya.
Kemampuan mengoperasikan alat dan kemampuan visualnya,
umumnya sangat diperlukan, terutama untuk menghindari kesalahan
yang disebabkan oleh peralak maupun penalaran posisi skala.

4. Periode kalibrasi

Periode kalibrasi adalah selang waktu antara satu kalibrasi suatu alat
ukur dengan kalibrasi berikutnya. Periode kalibrasi tergantung pada
beberapa factor antara lain pada kualitas metrologies alat ukur
tersebut, frekuensi pemakaian, pemeliharaan atau penyimpanan dan
tingkat ketelitiannya. Periode kalibrasi dapat ditetapkan berdasarkan
lamanya pemakaian alat, waktu kalender atau gabungan dari
keduanya.

5. Lingkungan
Lingkungan dapat menyebabkan pengaruh yang sangat besar
terhadap kalibrasi terutama untuk mengkalibrasi kalibrator. Misalnya
kondisi suhu, kelembaban, getaran mekanik medan listrik, medan
magnetic, medan elektro magnetic, tingkat penerangan dan
sebagainya.

6. Alat yang di kalibrasi

Alat yang dikalibrasi harus dalam keadaan maksimal, artinya dalan


kondisi jalan dengan baik, stabil dan tidak terdapat kerusakan
mengganggu.

Prosedur kalibrasi :

1. Identifikasi alat yang di kalibrasi


2. Membuat jadwal kalibrasi (internal / External)
3. Menyiapkan alat / bahan
4. Melakukan kalibrasi
5. Membuat laporan kalibrasi
6. Evaluasi hasil kalibrasi
7. Sesuai standar

 Ya ( Mencatat / Memasang label kalibrasi )


 Tidak ( Melakukan evaluasi data dampak dari penyimpangan
alat laporan membuat laporan kerusakan prosedur perbaikan
alat ) ( Mukaromah, 2009)1.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan system kalibrasi.

1. Daftar alat yang dikalibrasi


2. Manual alat yang dikalibrasi ( Standar / nilai bias alat yang
diperbolehkan )
3. Personil kalibrasi yang terlatih ( Sertifikat dari laboratorium kalibrasi
yang telah terakreditasi )
4. Jadwal kalibrasi alat
- Internal (dilakukan sendiri).
1
Sumber : Mukaromah, 2009
- External (dilakukan oleh pihak luar).
5. Laporan kalibrasi
6. Catatan alat yang telah dikalibrasi
7. Cek form kalibrasi
- Nomor seri alat yang di kalibrasi
- Personil kalibrasi
- Cros cek alat ke lapangan

Secara umum selang kalibrasi ditentukan oleh beberapa factor sebagai


berikut :

o Kemantapan alat ukur / bahan ukur


o Rekomendasi pabrik
o Kecenderungan data rekaman kalibrasi sebelumnya
o Data rekaman perawat dan perbaikan
o Lingkup dan beban penggunaan
o Kecenderungan keausan dan penyimpangan
o Hasil pengecekan silang dengan peralatan ukur lainnya
o Kondisi lingkungan
o Akurasi pengukuran yang diinginkan
o Bila perlatan tidak berfungsi dengan baik
Menyatakan selang kalibrasi dapat berupa waktu kalender missal sekali
setahun, berupa waktu pakai missal 1000 jam pemakaian, berupa
banyaknya pemakaian missal 1000 kali, dan berupa kombinasi dari cara
tersebut tergantung mana yang lebih dulu tercapai.1

B. Unit kalibrasi

Unit kalibrasi mampu melaksanakan kalibrasi alat ukur listrik dan


kalibrasi alat ukur non listrik.
Alat ukur listrik yang dapat dikalibrasi adalah :
- Alat ukur tahanan
- Alat ukur tegangan
- Alat ukur arus
- Alat ukur daya dan energy
- Alat ukur frekuensi dan waktu

1
Sumber : ISO/IEC Guide 17025:2005 dan vocabulary of internasional metrology (VIM)
Alat ukur non listrik yang dapat dikalibrasi adalah :
- Alat ukur tekanan
- Alat ukur aliran
- Alat ukur suhu
- Alat ukur putaran

C. Istilah dalam kalibrasi


1. Standar nasional

Suatu standar yang ditetapkan melalui peraturan pemerintah dan


digunakan secara nasional sebagai dasar menetapkan nilai dari semua
standar lain dari satuan yang bersangkutan.1
2. Tertelusur

Suatu proses dimana penunjukan dari alat ukur dapat dibandingkan


dengan standar nasional untuk ukuran yang di cari dalam satu / lebih
tingkatan.2
3. Ketidakpastian pengukuran

Kesangsian yang muncul pada tiap hasil pengukuran. Pada dasarnya


suatu pengukuran adalah kegiatan membandingkan antara 1 besaran
dengan besaran lain yang sejenis, sehingga tidak ada istilah benar
dalam pengukuran, yang ada hanyalah taksiran-taksiran, sehingga
hasil pengukuran tersebut akan lengkap jika disertai dengan adanya
ketidakpastian.3

4. Factor cakupan

Dalam kalibrasi sering dilambangkan sebagai (K) adalah suatu factor


yang dapat menjadikan ketidakpastian menjadi lebih logis. Pada
dasarnya factor yang mempengaruhi akurasi pengukuran tidak
sebatas reapibility, readability, dan standar tetapi juga ada factor-
faktro lain yang tidak diperhitungkan pada pengukuran tersebut. Nah

1
Sumber :ISO/IEC Guide 17025:2005 dan vocabulary of internasional metrology (VIM)
2
Sumber : Brady, James E. 1999. Kimia universitas asa dan struktur. Jakarta : Bina Rupa aksara.
3
Sumber : Keenan, Charles W. dkk, 1991, Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid I, Erlangga, Jakarta.
factor cakupan ini diharapkan dapat mewakili sumber-sumber
ketidakpastian yang tidak dihitung tersebut.4

4
Sumber : Day, RA dan A.L Underwood, 1981, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kalibrasi umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran


atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan
besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu.
Contohnya, thermometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan
indikasi atau koreksi dapat di tentukan dan disesuaikan (melalui
konstanta kalibrasi), sehingga thermometer tersebut menunjukan
temperature yang sebenarnya dalam celcius pada titik-titik tertentu
diskala.

Kalibrasi di perlukan untuk :


o Perangkat baru
o Suatu perangkat setiap waktu tertentu
o Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam
operasi)
o Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau
getaran yang berpotensi mengubah kalibrasi
o Ketika hasil pengamatan dipertanyakan

B. Saran
Untuk lebih mengetahui dan mengerti tentang kalibrasi ada
baiknya langsung melihat dan mempraktekan materi ini, agar bisa
lebih memahami mengenai kalibrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. 1999. Kimia universitas asa dan struktur. Jakarta : Bina
Rupa aksara.

Day, RA dan A.L Underwood, 1981, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga,


Jakarta.

Keenan, Charles W. dkk, 1991, Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid I,


Erlangga, Jakarta.

www.Google.com

Anda mungkin juga menyukai