SP Keperawatan Jiwa
SP Keperawatan Jiwa
Disusun oleh :
1. Nurlaili Luthfia 11. Een Nuraeni
2. Syahnaz Nurul .A 12. Rizky Okki
3. Siti Nasiroh 13. Kurniawan
4. Dian Novitawati 14. Muhammad Hafiz
5. Noer Kholifah .S 15. Oktarianto
6. Siti Mahfudotul .A 16. Muhhidin
7. Siti Nur Shaffiyah 17. Agus Mulyawan
8. Nova Hendriyanti 18. Edwardo
9. Yulianti Sahada 19. Sahwati
10. Rohmayati 20. Gadis Sarasthias P
Kasus : klien seorang laki - laki datang kerumah sakit tiba – tiba membanting – banting
barang karena dihina oleh temannya semenjak di PHK. Kadang klien memukul anak dan
istrinya. Ekspresi tampak tegang, mata merah, tangan mengepal. Klien waktu di RS diberi
pengertian. Klien mengtakan kurang diperhatikan dari keluarga semenjak di PHK.
tidak memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat
maka perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal, di arahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam
dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat
1. Faktor predisposisi
a) Teori Biologik
agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh
perilaku agresif.
b) Teori Psikologis
1) Teori Psikoanalisa;
tindak kekerasan
pernah di alaminya.
3) Learning Theory;
c) Teori sosiokultural
receh, sesaji atau kotoran kerbau di keratin, serta ritual- ritual yang
d) Aspek religiusitas
otak dan organ vital manusia lain yang di turuti manusia sebagai
2. Faktor Presipitasi
berkaitan dengan:
ekonomi.
keluarga.
(Yosep, 2011)
3. Rentang Respons
Perilaku kekerasan diangggap suatu akibat yang ekstrem dari marah. Perilaku
agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan di sisi yang lain. Suatu
keadaan yang menimbulkan emosi, frisutasi, dan marah. Hal ini akan
respon
Keterangan:
1. Displacement
2. Proyeksi
3. Depresi
Menekan perasaan orang lain yang menyakitkan atau konflik ingatan dari
4. Reaksi formasi
(Yosep, 2011)
III. A. Pohon Masalah
Resiko perilaku
kekerasan
Perubahan
persepsi sensori
Perilaku kekerasan halusinasi
Data Objektif :
Klien tampak membanting – banting barang
Klien tampak tegang, mata merah dan tangan mengepal
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
Data Obyektif
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai
diri / ingin mengakhiri hidup.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
F. Rencana Tindakan
Diagnosa 1: perilaku kekerasan
TujuanUmum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan
interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
2.1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
2.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
2.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
4.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
4.2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
4.3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.3. Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
5.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
6.2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga,
memukul bantal / kasur.
6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
6.4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat.
7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
8.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.
8.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping).
9.2. Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.