Anda di halaman 1dari 31

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Semester 4 A

1. Anne Oktarina (1714201018)


2. Cabela milanda (1714201023)
3. Neng Selfiani (1714201024)
4. Erinada Niditya P (1714201028)
5. Siti Jasmini D (1714201033)
6. Adhe Tri Putri (1714201036)
7. Dewi Vatonah (1714201040)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah
Nya, sehingga saya dapat penyelesaikan tugasn ini. Yang mana tugas ini bertopikan tentang Pertumbuhan
dan Perkembangan anak Pra Sekolah.

Kami sangat berterima kasih kepada Dosen pembimbing kami yang senantiasa memberikan arahan dalam
penyusunan tugas ini. Dan kami pula berterima kasih kepada Orang Tua kami yang selalu tak henti-
hentinya memberikan Support dan Dukungannya. Serta kami pula berterima kasih kepada teman-teman
yang telah berpartisipasi dalam memberikan pendapat, kritikan dan saran dalam pembuatan tugas ini.

Kami berharap tugas ini bermanfaat bagi diri kami sendiri dan pembaca, semoga tugas ini dapat membatu
kita memahami tentang Pertumbuhan dan Perkembangan anak Prasekolah . Akhir kata saya ucapkan
terima kasih.

Tangerang, 5 Maret 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang
secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Whalley dan Wong,
2000).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil
dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Secara umum pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) memiliki pengertian
yang sama yaitu sama sama mengalami perubahan, namun secara khusus keduanya berbeda.
pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang sangat penting bagi makhluk hidup yaitu
sebagai upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (wong, 2000), anak usia
praseolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pertumbuhan dan perkembangan usia preschool perkembangan fisik, (cirikan pertumbuhan fisik
normal head to toe) Reflek, motorik halus, motorik kasar, komunikasi dan bahasa, sosial dan
emosional dikaitkan dengan teori tumbuh kembang
2. Strategi pengkajian preschool
3. Anticipatory guidance : apa yang perlu diberikan pendidik kesehatan pada orang tua yang
mempunyai usia preschool
4. Isu isu mengenai perkembangan pada preschool
5. Beberapa masalah yang sering timbul pada usia preschool dan peran perawat anak dalam
penanganan tersebut

1.3 Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak tentang Pertumbuhan dan perkembangan masa
prasekolah.
2. Untuk mengetahui tumbuh kembang pada anak masak prasekolah.
3. Untuk mengetahui strategi pengkajian preschool
4. Untuk mengetahui Anticipatory guidance
5. Untuk mengetahui Isu isu mengenai perkembangan pada preschool
6. Untuk mengetahui masalah yang sering timbul pada usia preschool dan peran perawat anak dalam
penanganan tersebut

1.4 Manfaat

1. Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan tentang Ilmu Keperawatan Anak dan perkembangan masa
prasekolah.
2. Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang Pertumbuhan dan perkembangan masa prasekolah. Serta dapat
menambah dan meningkatkan wawasan pengetahuan khususnya di bidang Ilmu Keperawatan Anak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan dan perkembangan usia Pra Sekolah


1. Pertumbuhan usia Pra Sekolah
a. Pada pertumbuhan anak usia pra sekolah pada anak pertumbuhan fisik khususnya
 Berat badan mengalami kenaikan rata – rata pertahunnya 2 kg, kelihatanya kurus tetapi
aktivitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan seperti berjalan,
melompat dan lain – lain.
 Ukuran tinggi badan anak akan bertambah rata – rata 6,75 – 7,5 cm setiap tahunnya.

Pada masa ini adalah masa dimana perkembangan kognitif sudah mulai menunjukan
perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah dan tampak lagi
kemampuan anak belum mampu menilai sesuatu berdasarkan apa yang mareka lihat dan anak
membutuhkan pengalaman belajar dengan lingkungan dan orang tuanya. Sedangkan
perkembangan psikososial pada anak sudah menunjukan adanya rasa inisiatif, konsep diri yang
positif, serta mampu mengidentifikasi identitas dirinya.
b. Nutrisi
 Kebutuhan Nutrisi
- Kebutuhan nutrisi anak prasekolah hampir sama dengan todler, meskipun kalori menurun
sampai 90 kkal/kg/hr.
- Kebutuhan protein 1,2 gr/kg/hr.
- Kebutuhan cairan 100ml/kg/hr tergantung pada tingkat aktivitas anak.
 Pola dan pilihan makanan
- Anak usia prasekolah mungkin menolak sayuran, makanan kombinasi, dan hati.
- Makanan yang disukai antara lain sereal, daging, kentang bakar, buah buahan, dan permen
- Banyak anak yang berusia 3 dan 4 tahun tidak dapat diam atau cerewet selama makan dengan
keluarga, dan dapat tetap berjuang dengan penggunaan peralatan makan (mis., sendok,
piring, dan garpu)
c. Kebiasaan makan orang lain memengaruhi anak usia 5 tahun.
 Anak cenderung fokus pada aspek “social” makan, antara lain percakapan di meja makan,
sikap di meja makan, dan kemauan untuk mencoba makanan yang baru, serta membantu
menyiapkan atau membersihkan makanan.
 Anak usia prasekolah yang lebih besar dapat menggunakan sendok dan garpu
d. Pola tidur
 Rata rata anak usia prasekolah tidur 11 sampai 13 jam sehari
 Sebagian besar anak usia prasekolah memerlukan tidur siang sampai usia 5 tahun, yaitu saat
sebagian besar memasuki taman kanak kanak. Kebiasaan tidur siang setiap hari dapat di
hilangkan jika tampak mengganggu waktu tidur malam hari. Jika anak masih memerlukan
tidur siang, cukup selama 30 sampai 60 menit.
 Ritual yang menentramkan dan relaksasi sebelum tidur harus membantu menenangkan anak.
Ritual sebelum tidur dapat memakan waktu 30 menit atau lebih.
 Masalah tidur yang umum terjadi, antara lain:
- Mimpi buruk
- Teror di malam hari
- Sulit istirahat setelah sibuk seharian
- Aktivitas pengantar tidur terlalu lama sehingga menunda tidur
- Terbangun di malam hari
- Untuk sebagian besar anak usia prasekolah, objek yang menimbulkan rasa aman dan lampu
tetap menyala saat tidur dapat membantu tidur.
e. Kesehatan gigi
 Seluruh gigi berjumlah 20 harus lengkap pada usia 3 tahun
 Perkembangan motorik halus pada usia prasekolah memungkinkan anak mampu menggunakan
sikat gigi dengan baik, anak harus menggosok giginya dua kali sehari
 Orang tua harus mengawasi anak menggosok gigi dan membersihkan sela sela gigi
 Anak harus menghindari makanan yang bersifat kariogenik untuk mencegah karies
f. Eliminasi
 Sebagian besar anak mampu melakukan toilet training dengan mandiri pada akhir episode
prasekolah. Beberapa anak mungkin masih mengompol di celana. Sebagian besar lupa untuk
mencuci tangannya dan untuk membilas (cebok)
 Anak anak berkemih rata rata 500 samapi 1000 mL/hari.
2. Perkembangan usia Pra Sekolah
a. Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Perkembangan sistem reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan pada organ kelamin.
Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh,
berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh
tertentu.
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya. Misalnya, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu
perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
c. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hokum yang tetap, yaitu:
 Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal. Pola ini
disebut pola sefalokaudal.
 Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang di
daerah distal seperti jarijari yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut
proksimodistal.
d. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap-tahap tersebut
tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum
mampu membuat gambar kotak, berdiri sebelum berjalan, dan lain-lain.
e. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbedabeda. Kaki dan tangan berkembang
pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada
masa lainnya.
f. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan
mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.
3. Aspek – aspek tugas perkembangan
a. Aspek Kognitif
Perkembangan kognitif merupakan perkembangan pikiran yaitu bagian otak yang di pakai untuk
mengetahui, mengenali, memahami serta menalar suatu objek. Jadi dalam hal ini berhubungan
dengan kemampuan berfikir, memacahkan masalah, mengambil keputusan, kecerdasan dan bakat.
Menurut piaget perkembangan kognitif terjadi dalam beberapa periode :
1) Tahap Sensori Motor.
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada
tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan
fisik.
Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan melakukan
gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk
mengadakan hubungan dengan dunianya.
Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:
 Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis
menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber
rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia
akan menggerakkan kepala kearah kanan.
 Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha
mengulanginya. Contoh: menghisap jempol.
Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan Gerakan motorik dari
tangannya dan Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
 Periode 3: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi
sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan
menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.
 Periode 4: Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk
mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan,
namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan
tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser
tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya,
Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang
tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah
beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan
tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent
berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: Mengibaskan perintang dan
Memeluk kotak mainan.
 Periode 5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada
periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati
hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli
Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan
kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.
 Periode 6: Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6 bayi
kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada akhirnya
bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir.dalam mencapai lingkungan, pada
periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya
berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam
gambaran atau pemikirannya.
2) Tahap Pemikiran Pra-Operasional (2-7 tahun)
Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia
dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah
dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan
“ Operation (operasi) ”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-
anak melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak mempergunakan simbol”.
Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
 Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang
bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan
tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.Contoh: anak dapat bermain kue-
kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
 Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah
dialami.Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya
adalah adiknya.
 Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur
pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang
menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai
meniru sesuatu yang riel”.Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis
lainnya.
 Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran
mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang
sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.Contoh yang
digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
 Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa
anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.
3) Tahap Operasi berfikir Kongkret
Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan system
pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi
logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
 Pengurutan
Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.
 Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-
benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
 Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih
sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
 Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4
akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
 Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan
dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak
diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke
gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
 Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru
Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan
tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.
4) Tahap Operasi berfikir Formal (11 tahun – dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap
ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap
ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat
dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar
lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai
perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai
seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan
semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang
ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap
operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan
sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir
formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi
karena businya mati, atau karena platinanya, dll.
Seorang remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi, sehingga ia dapat bepikir
fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Remaja dapat
berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat
berfikir efektif karena dapat melihat pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.
b. Aspek perkembangan fisik (Motorik)
1) Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas otot yang besar seperti
gerakan lengan dan berjalan (Santrock, 2011, hlm 210). Perkembangan motorik kasar pada masa
prasekolah, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat
dengan satu kaki, membuat posisi merangkak dan lain-lain (Hidayat, 2009, hlm.25).
2) Motorik halus (fine motor Skills) merupakan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan
koordinasi meta dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat (Papilia, Old & Feldman,
2010, hlm. 316). Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-
jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan dan sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26)
c. Aspek bahasa dan komunikasi
Saat berkomunikasi akan mengaktifkan semua indra meskipun terfokus pada bicara dan bahasa.
Seseorang berbicara ketika mampu mengontrol otot-otot mulut dan wajahnya. Perkembangan bahasa
sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif. Saat lahir bayi butuh berkomunikasi dengan
orang lain bahkan sebelum ia mampu berekpresi dengan mendengar dan berbicara. Awalnya bayi
berkomunikasi secara non verbal, selanjutnya berkembang saat anak mulai mengekspresi kebutuhan
dan perasaanya, berinteraksi dengan sesama dan menetapkan identitas kepribadiannya.
d. Aspek personal , sosial dan emosional
Manusia dikenal sebagai mahluk sosial (homosocial-politicon) yang tak mampu hidup tanpa kehadiran
orang lain. Dalam menjalani kehidupan sosialnya seseorang dituntut untuk mengembangkan
kemampuan menyesuaikan diri dengan cara berhubungan, bergaul dengan lingkungan. Pergaulan
dengan lingkungan akan mengubah presepsi, sikap dan prilaku seseorang. Sebab dengan pergaulan
terjadi interaksi antar individu yang ditandai dengan pertukaran (transfer) informasi pengetahuan, adat
istiadat, kebiasaan , budaya. Keberhasilan menyesuaikan diri dengan lingkungan akan menyebabkan
perkembangan pribadi yang sehat. Sebaliknya ketidakmampuan menyesuaikan diri menyebabkan
orang mengalami kehidupan terasing, rendah diri, pesimis, apatis, cemas, takut. Sehingga terjadi krisis
kepribadian (personality criss). Terdapat 8 jenis tahap perkembangan psikososial menurut Erickson :
1) Tahap 1 Trust vs Mistrust (kepercayaan vs kecurigaan)
Kepercayaan dasar terbentuk pada masa bayi terhadap ibu (pengasuh) yang ditunjukkan dengan
kenyamanan selama dalam pengasuhan, baik ketika tidur, makan, maupun bermain.
Kebiasaan itu berlangsung terus dalam kehidupan bayi dan merupakan dasar paling awal bagi
berkembangnya suatu perasaan identitas psikososial. Bayi belajar untuk percaya pada orang
dewasa di sekitarnya dan menjadi dasar baginya untuk mempercayai dirinya sendiri. Kegagalan
mengembangkan rasa percaya menyababkan bayi mengembangkan kecurigaan dasar. Ia akan
merasa takut tidak akan ada kenyamanan dari lingkungannya, sehingga bayi tersebut
mengembangkan kecurigaan pada orang lain dan tidak percaya pada dirinya sendiri.
2) Tahap 2 Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu.
Anak cenderung aktif dalam segala hal. Anak harus didorong untuk mengalami situasi-situasi
yang menuntut kemandirian dalam melakukan pilihan. Rasa mampu mengendalikan diri
membuat anak memiliki kemauan yang baik dan bangga yang bersifat menetap.
Sebaliknya, pembatasan ruang gerak pada anak dapat menyebabkan anak akan mudah
menyerah dan kehilangan kontrol diri sehingga menyebabkan perasaan malu dan ragu-ragu
dalam bertindak yang juga bersifat menetap.
3) Tahap 3 Inisiatif vs kesalahan
Tahap inisiatif yaitu suatu masa untuk memperluas penguasaan dan tanggung jawab dengan
berinteraksi dengan lingkungan. Selama tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan lebih
seimbang secara fisik maupun kejiwaan yang memunculkan rasa ingin tahu terhadap segala
hal yang dilihatnya. Akan tetapi bila anak-anak pada masa ini mendapatkan pola asuh yang
salah, mereka cenderung merasa bersalah dan akhirnya hanya berdiam diri. Keterasingan batin
timbul karena suatu perasaan bersalah dan sifat ini menetap hingga dewasa.
4) Tahap 4 Kerajinan vs inferioritas
Pada Tahapan Perkembangan Psikososial Eric Erikson ini, individu diharapkan mulai
menempuh pendidikan formal. Orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi
perhatian, teman harus menerima kehadirannya.
Bahaya dari tahap ini ialah anak bisa mengembangkan perasaan rendah diri apabila ia tidak
berhasil menguasai tugas-tugas yang dipilihnya atau yang diberikan oleh guru dan orangtua.
Anak dapat mengembangkan sikap rajin, jika anak tidak dapat meraih sukses karena mereka
merasa tidak mampu (infieoritas), anak dapat mengembangkan sikap rendah diri.
5) Psikososial Tahap 5 Identitas vs kekacauan identitas
Individu mulai mencari siapa dirinya, namun sudah siap untuk memasuki suatu peranan yang
berarti di tengah masyarakat. Pada tahap ini ego memiliki kapasitas untuk memilih dan
mengintegrasikan bakat-bakat dan ketrampilan dalam melakukan identifikasi dengan orang
yang sependapat dalam lingkungan sosial, serta menjaga pertahanannya terhadap berbagai
ancaman dan kecemasan.
Apabila terjadi krisis identitas, membentuk bentuk suatu identitas yang stabil atau sebaliknya
akan kekacauan peranan. Apabila seorang remaja dalam mencari jati dirinya bergaul dengan
lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas yang baik pula. Namun sebaliknya, jika
remaja bergaul dalam lingkungan yang kurang baik maka akan timbul kekacauan identitas pada
diri remaja tersebut.
6) Psikososial Tahap 6 Keintiman vs isolasi
Dalam Tahapan Perkembangan Psikososial Eric Erikson ini, individul memiliki keinginan dan
kesiapan untuk menyatukan identitasnya dengan orang lain, dan diistilahkan dengan kata cinta.
Agar memiliki arti sosial yang bersifat menetap maka genitalitas membutuhkan seseorang
untuk dicintai dan diajak mengadakan hubungan seksual. Apabila hal tersebut tidak dapat
dilakukan maka ada kecenderungan mengalami masalah intimasi yaitu isolasi.
7) Psikososial Tahap 7 Generatifitas vs stagnasi
Tugas yang harus dicapai dalam tahapan ini adalah dapat mengabdikan diri guna mencapai
keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generatifitas) dengan tidak melakukan apa-apa
(stagnasi). Individu menaruh perhatian perhatian terhadap apa yang dihasilkan, keturunan,
produk, ide serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang.
Apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan
mengalami stagnasi.
8) Psikososial Tahap 8 Integritas vs keputusasaan
Tahap ini merupakan tahap terakhir, dimana individu berhasil menyesuaikan diri dengan
keberhasilan dan kegagalan dalam hidup. Apabila individu mengalami kegagalan dalam
menyesuaikan diri, maka yang terbentuk adalah keputusasaan. Keputusasaan dalam
menghadapi perubahan siklus kehidupan. Dalam tahapan ini berkembang pula kebijaksanaan,
yaitu nilai yang berkembang dari hasil pertemuan antara integritas dan keputusasaan.
e. Perkembangan moral dan spiritual
Pekembangan morak dan spiritual mencakup pengembangan kesadaran untuk membina dengan orang
lain secara etis , bermoral dan manusiawi. Dalam hal termasuk pemahaman akan nilai-nilai (kejujuran,
patuh, hormat) serta pemahaman konsep benar salah , konsekuensi dan tanggung jawab.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak Prasekolah


Menurut Hidayat (2009) Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor.
a. Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh
kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor
ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas
jaringan terhadap rangsangan, umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan postnatal, dan faktor
hormonal. Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai
lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, pengunaan obat-obatan , alkohol atau
kebiasaan merokok.
Faktor lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi budaya
lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan.
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin (growth
Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, dengan menstimulasi
terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh,
glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron
dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormon tersebut menstimulasi
perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran
hormonnya.

B. Strategi pengkajian preschool


Data :
 Nama : An. A
 Usia : 6 tahun
 Tempat tanngal lahir : Tangerang , 25 juli 2012
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Pendidikan : TK ( Taman kanak-kanak)
 Alamat : Jl.subandi Gg.mawar Rt.03/05 kel.pabuaran kec.krawaci kota.tangerang

Riwayat kelahiran

 Alergi penyakit : tidak ada


 Penyakit /pengobatan yang di terima : demam, pilek, batuk
 Aktivitas sehari-hari : ngaji
 Keadaan gizi : baik
 BB :19 kg TB : 100 cm
 Jadwal makan : 3 x 1 hari
 Minat terhadap makanan : sedang
 Polatidur :tidak teratur
 Masalah eliminasi : tidak ada
 Kecacatan dan keterbatasan lainnya : tidak ada
Pengkajian fisik
 Kepala : normal
 Rambut : normal
 Pernapasan : normal
 Mata : normal
 Telinga : normal
 Hidung : normal
 Mulut : normal
1. Pengukuran Tinggi badan terhadap tinggi badan
Tujuan pengukuran BB/ TB adalah untuk menemukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali
atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang
balita, pengukuran dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Pengukuran BB/TB pada anak
prasekolah menggunakan timbangan injak.
Cara penimbangannya yaitu:
a. Letakkan timbangan dilantai yang datar. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan
angka 0. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari, tidak memakai jaket, alas kaki, topi, jam
tangan, dan tidak memegang sesuatu.
b. Anak berdiri diatas timbangan tampa dipegangi.
c. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan (Depkes, 2012, hlm
42). Cara pengukuran Tinggi badan yaitu :
a. Anak tidak memakai sandal atau sepatu saat diukur tinggi badannya, kemudian anak berdiri tegak
menghadap kedepan, punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur,
b. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
c. Baca angka pada batas tersebut (Depkes, 2012, hlm 42).
Penggunaan Tabel BB/ TB untuk menentukan status gizi anak yaitu dengan melakukan
pengukuran tinggi badan anak sesuai cara diatas, lihat kolom tinggi badan anak yang sesuai dengan
hasil pengukuran, pilih kolom untuk beratbadan berdasarkan jenis kelamin anak, cari berat badan
yang terdekat dengan berat badan anak. dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom
untuk mengetahui angka Standar Deviasi (SD) (Depkes, 2012, hlm 42).
2. Skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan menggunakan Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Menurut Depkes (2006) aspek-aspek perkembangan anak yang perlu dipantau diantaranya adalah:
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan pergerakan dan sikap tubuh melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan
sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot
kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengawasi sesuatu, menjimpit, menulis
dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah, dan
sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak
(makan sendiri, membereskan mainan setelah selesai bermain), berpisah dengan ibu/ pengasuh
anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin
adalah pada umur 3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan.
Cara penggunaan KPSP yaitu :
a. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa.
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih
16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.
c. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak,
dan perintah kepada ibu atau pengasuh anak untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP .
Tanyakan pertanyaan secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya
atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir tersebut. Teliti kembali apakah semua pertanyaan
telah terjawab (Depkes, 2012, hlm 52).
Interpretasi hasil KPSP yaitu dengan menghitung jawaban YA, bila ibu atau pengasuh anak menjawab
:anak bisa atau pernah atau sering atau kadang kadang melakukan nya sedangkan jawaban TIDAK, bila
ibu atau pengasuh menjawab anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu atau pengsuh
tidak tahu. Jumlah jawaban “Ya“ =9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan
(S). Jumlah jawaban“Ya“ =7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M). Jumlah jawaban “Ya“ = 6
atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P). Untuk Jawaban TIDAK , perlu diperincikan jumlah
jawaban Tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian) (Depkes, 2012, hlm 53).

Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu bila perkembangan anak sesuai umur (S) maka beri pujian pada
ibu atau pengasuh, teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak, berikan stimulsi
sesering mungkin, sesuai dengan tahap perkembangan anak dan lakukan pemeriksaan atau skrining rutin
menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak yang kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan
untuk anak umur 24 sampai 72 bulan (Depkes, 2012, hlm 53).
Bila perkembangan anak meragukan meragukan (M), beri petunjuk pada ibu untuk melakukan stimulasi
perkembangan anak lebih sering lagi, ajari ibu melakukan intervensistimulasi perkembangan anak untuk
mengatasi penyimpangan atau mengejarketertinggalannya. Lakukan pemeriksan kesehatan untuk
mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangan anak.
Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai
dengan umur anak. Jika hasil KPSP ulang “Ya“ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan
(P) (Depkes, 2012, hlm 53).
Bila tahap perkembangan terjadi penyimpangan (P), maka rujuk ke rumah sakit dengan menulis jenis
Dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerakan kasar, gerakan halus, bicara dan bahasa, sosialisasi
Dan kemandirian) (Depkes, 2012, hlm53).
KPSP PADA ANAK UMUR 60 BULAN (An.A)

YA TIDAK
Anak duduk sendiri ditepi meja periksa
1 Isi titik−titik di bawah ini dengan jawaban anak.
Jangan membantu kecuali mengulangi pertanyaan.
Bicara dan
Bahasa 
• “Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”...............
• “Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”.........................
• “Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”.........................
Jawab “YA” bila anak menjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar, bukan
dengan gerakan atau syarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah. “menggigil”,"pakai mantel" atau
"masuk ke dalam rumah".
Jika lapar, jawaban yang benar adalah "makan"
Jika lelah, jawaban yang benar adalah "mengantuk", "tidur", berbaringƒtidur-
tiduran, "lstlrahat” atau "diam sejenak”.
2 Jangan mengoreksiƒmembantu anak. Jangan menyebut kata
"lebih panjang”. Perlihatkan gambar kedua garis ini, pada
Gerak Halus

anak. Tanyakan, "Mana garis yang lebih panjang?"

3 Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.


Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi pertanyaan tersebut Apakah
Gerak Halus

anak dapat manunjuk garis yang lebih
panjang sebanyak 3 kali dengan benar?
Jangan membantu anak den jangan memberitahu nama gambar ini, suruh
anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia.
Berikan 3 kali kesempatan.
Apakah anak dapet menggambar seperti contoh ini?
Jawablah: YA

Jawablah: TIDAK

Bicara dan
Bahasa

4
Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan,katakan pada anak: "Tunjukkan
segi empat merah"
"Tunjukkan segi empat kuning"
"Tunjukkan segi empat biru"
"Tunjukkan segi empat hijau"
Dapatkah anak menunjuk keempat wama itu dengan benar?
Tanya Ibu
5 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka? Sosialisasi dan
Kemandirian 
6 Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau Sosialisasi dan 
menggelayut pada anda) pada saat anda meninggalkannya? Kemandirian
7 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Sosialisasi dan 
Kemandirian
Minta anak untuk berdiri
8 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya
dan beri anak anda kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah dia Gerak Kasar 
mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik atau lebih?
9 Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan
dengan dua kakl tidak lkut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2−3 kali dengan satu
Gerak Kasar 
kaki.
10 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk
atau mata pada saat memberikan perintah berikut ini:
• "Letakkan kertas ini di atas lantal".
• "Letakkan kertas ini di bawah kursi. Bicara dan
• "Letakkan kertas ini di depan kamu". Bahasa 
• "Letakkan kertas ini di belakang kamu".
Jawab YAhanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di bawah", “di depan” dan
"di belakang".
TOTAL

LANGKAH SELANJUTNYA
Lihat Algoritme untuk Interpretasi dan Tindakan
Perinci untuk Aspek Perkembangan dengan jawaban “Tidak”
3. Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar
dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga
PAUD dan petugas terlatih. Alat yang diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur anak,
gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka, kubus, sendok,
cangkir, bola) (Depkes, 2012. hlm. 70).
Cara melakukan TDD :
a. Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan.
b. Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak.
c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijabab oleh orang tua atau
pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan lambat dan jelaskan, tunggu jawaban dari
orang tua atau pengasuh anak. jawaban YA jika menurut orang tua atau pengasuh, anak
dapat melakukannya adlam sebulan terakhir. Jawaban TIDAK jika menurut orang tua
atau pengasuh anak tidak dapt melakukannya dalam sebulan terakhir.
d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui
orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak. Amati kemampuan anak dalam
melakukan perintah orang tua atau pengasuh. Jawaban YA jika ank dapat melakukan
perintah orang tua atau pengasuh. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orang tua atau pengasuh (Depkes, 2012. hlm. 70).

Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD yaitu bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK,
kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran. Intervensinya dengan melakukan
tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman atau rujuk bila tidak dapat diatanggulangi
(Depkes, 2012. hlm. 70).
Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak (An.A)

UMUR LEBIH DARI 3 TAHUN


1. Perhatikan benda-benda disekeliling anak seperti sendok, YA TIDAK
cangkir, bola, bunga dan sebagainya. Suruh anak menyebutkan

nama benda tersebut. Apakah anak dapat menyebut nama
benda-benda tersebut dengan benar?
2. Suruh anak duduk, anda duduk dalam jarak 3 meter didepan YA TIDAK
anak. suruh naka mengulangi angka-angka yang telah anda
ucapkan : “Empat, “satu”, “delapan”, atau meniru dengan jari 
tangannya. kemudian tutup mulut anda dengan buk/kertas, ucap
empat angka yang berlainan. Apakah anak dapat mengulangi atau
meniru ucapan anda dengan menggunakan jati tangannya?
( anda dapat mengulanginya dengan suara yang lebih keras

4. Tes Daya Lihat (TDL)


Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat
dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat
menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah
umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas
terlatih. Alat atau sarana yang diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau snellen chart
(Depkes, 2012, hlm 71).
Cara melakukan tes daya lihat :
a. Pilih ruangan yang bersih dan nyaman
b. Gantung poster E atau snellen chart setinggi mata anak pada posisi duduk
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster E atau snellen chart, menghadap ke
poster E atau snellen chart .
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster E atau snellen chart untuk pemeriksa.
e. Pemeriksa memberikan kartu E pada anak, latih anak dalam mengarahkan kartu E yang ada
ditangannya mengahadap atas, bawah, kanan, kiri, sesuai petunjuk pada poster E atau
snellen chart. lakukan hal ini dengan benar sampai anak dapat mengarah kan kartu E
dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup mata dengan kertas atau buku, dengan alat penunjuk,
tunjuk huruf E pada poster E atau snellen chart, satu persatu, mulai baris pertama sampai
baris keempat atau baris E terecil yang masih dapat dilihat. Puji anak setiap kali dapat
mencocokkan kartu E yang ada di tangannya dengan yang ada di poster E atau snellen
chart. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata yang belum diperiksa dengan cara yang
sama.
g. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah tersediakan: Mata
kanan :………. Mata kiri:………
Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga
poster E atau snellen chart, artinya anak tidak dapat mencocokkan arah kartu E yang dipegangnya
dengan yang ada pada poster E atau snellen chart pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa.
kemungkinan anak mengalami gengguan daya lihat. Intervensi yang dilakukan bila kemungkinan
anak mengalami gangguan penglihatan maka minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang,
bila pada peameriksaan berikutnya anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama maka rujuk
kerumah sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya)
(Depkes, 2012, hlm 70).

Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional Pada Anak Prasekolah


Deteksi Dini Penyimpangan mental Emosional adalah kegiatan atau Pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya masalah mental emosional, autisme gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila
penyimpangan mental emosional terlambat diketahui , maka intervensinya akan lebih sulit
dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Jenis kegiatan yang dilaksanakan
meliputi : Deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah menggunakan
Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME).

Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak Prasekolah


Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau masalah mentah
pada anak pra sekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental emosional rutin dilakukan setiap 6
bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining
atau pemeriksaan perkembangan anak. Alat yang digunakan adalah KMME (Kuesioner
Masalah Mental Emosional) yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali masalah mental
emosional umur 36 bulan-72 bulan. (Depkes, 2012, hlm.74). Cara melakukan Deteksi Dini
Masalah Mental Emosional Pada Anak yaitu tanyakan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu prilaku yang tertulis pada KMME pada orang tua atau pengsuh anak. Catat jawaban
YA kemudian hitung jumlah jawaban YA.
Interpretasi hasil pemeriksaan KMEE yaitu apabila ada jawaban YA, maka kemungkinan
anak mengalami masalah mental emosional. Intervensi yang dilakukan bila ada jawaban YA
hanya 1 (satu), maka lakukan konseling pada ibu dan lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila
anak tidak ada perubahan maka rujuk kerumah sakit. bila Jawaban YA ditemukan 2 atau lebih
maka rujuk anak kerumah sakit yang memiliki fasilitas tumbuh kembang atau kejiwaan.
Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang
ditemukan.
Kuisioner masalah mental emosional (An.A)
NO Pertanyaan YA TIDAK
1. Apakah anak anda sering terlihat marah tanpa

sebab yang jelas ? (seperti banyak menangis mudah
tersinggung, atau bereaksi berlebihan terhadap
halhal yang sudah biasa dihadapinya)
2. Apakah anak anda tampak mengindar dari teman-

temanya atau anggota keluarganya? (seperti ingin
merasa sendirian, menyendiri atau metrasa sedih
sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-hal
yang biasa dinikmatinya)
3. Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak an

menentang terhadap lingkungn sekitarnya? Seperti
melanggar peraturan yang ada, mencuri, seringkali
melakukan perbuatan yang berbahaya bagi dirinya,
atau menyiksa binatang atau anak –anak lainya) Dan
tampak tidak peduli terhadap nasihat-nasihat yang
sudah diberikan kepadanya?
4. Apakah anak anda memperlihatkan adanya rasa

ketakutan atau kecemasan yang berlebihan yang
tidak dapat dijelaskan asalnya dan tidak sebnding
dengan anak lain yang seusianya?
5. Apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh karena

adanya konsentrasi yang buruk atau mudah
teralihkan perhatiannya. sehingga mengalami
penurunan dalam aktivitas sehari-hari atau prestasi
belajarnya?

6. Apakah anak anda menunjukkan prilaku kebingungan



sehingga mengalami kesulitan dalam komunikasi dan
membuat keputusan?
7. Apakah anak anda menunjukan perubahan pola tidur ?

(seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga sepanjang
hari, sering terbangun saat tidur malam oleh karena
mimpi buruk, mengigau).
8. Apakah anak anda mengalami perubangan pola makan?

(seperti ekhilangan nafsu makan, makan berlebihan
atau tidak mau makan sama sekali)
9. Apakah anak anda seringkali mengeluh sakit kepala,

sakit perut, atau keluhan-keluhan fisik lainnya?
10. Apakah anak anda sering mengeluh sering putus asa

atau berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya?
11. Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran

prilaku atau kemampuan yang dimilikanya? (seperti
ngompol kembali, menghisap jempol, atau tidak mau
berpisah dengan orang tua atau pengasuhnya
12. Apakah anak anda melakukan perbuatan yang

berulang-ulang tanpa alasan yang jelas
C. Anticipatory guidance : apa yang perlu diberikan pendidik kesehatan pada orang
tua yang mempunyai usia preschool
Bimbingan terhadap orang tua selama usia prasekolah :
1. Usia 3 tahun
a. Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak dalam hubungan yang luas.
b.Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.
c.Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif (menurunkan ketegangan/ tension).
d.Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada anaknya alternative-alternatif
pilihan pada saat anak bimbang.
e.Perlunya perhatian ekstra.
2. Usia 4 tahun
a.Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan bahasa.
b.Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.
c.Menekankan pentingnya batas-batas yang realistic dari tingkah lakunya.
3. Usia 5 tahun
a.Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.
b.Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang pada anak.
D. Isu isu mengenai perkembangan pada preschool
Sejumlah isu menjadi perdebatan di antara para ahli perkembangan. Seberapa banyak
perkembangan dipengaruhi oleh herediter dan lingkungan (nature dan nurture)? Apakah
perkembangan itu lebih bersifat aktif atau reaktif? Seberapa besar perkembangan
dibedakan oleh kontinuitas dan diskontinuitas? Seberapa banyak pula perkembangan
dipengaruhi oleh pengalaman masa dini dan kemudian? Apakah manusia mengikuti
urutan yang sama dalam perkembangan ataukah ada perbedaan dalam perkembangan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarah kepada sejumlah isu yang akan di bahas
berikut ini.
1. Faktor Herediter vs Faktor Lingkungan (Berk, 2009, Parke & Gauvain, 2009,
Santrock, 2009)
Sewaktu melihat Didi, 5 tahun yang sudah mahir membaca dan pintar menyelesaikan
soal-soal hitungan sederhana, orang mungkin tak akan merasa heran.
“Bapaknya saja seorang peneliti, ibunya dosen yang sangat kritis di perguruan tinggi”,
begitu biasanya komentar orang. Hampir sama dengan Didi, Sani, teman sekelas Didi,
juga memiliki kemampuan membaca dan berhitung yang melebihi anak-anak seusianya
padahal kedua orang tuanya hanya tamatan sekolah dasar dan sekarang bekerja sebagai
pembantu rumah tangga. Dari cerita orang tua Sani diketahui bahwa mereka selalu
memotivasi Sani untuk rajin belajar agar kehidupan Sani kelak menjadi lebih baik dari
pada mereka. Selain itu, majikan orang tua Sani pun rajin membelikan Sani beberapa
buku yang merangsang kemampuan berpikir anak dan menjadi orang tua asuh Sani di
sekolah.
Jika orang tua percaya bahwa kecerdasan seorang anak secara kuat dipengaruhi oleh
lingkungan, mereka akan membuat usaha-usaha khusus untuk anak seperti
membacakan anak cerita dan menawarkan permainan yang dapat membantu anak
dalam belajar. Jika orang tua percaya bahwa kecerdasan seorang anak semata-mata
merupakan sesuatu yang bersifat bawaan dan tidak dapat diubah, mereka mungkin
kurang melakukan usahausaha yang dapat membantu anak dalam belajar. Dengan
demikian, yang penting sekarang ini adalah mengeksplorasi bagaimana faktor nature
yang kita warisi dibentuk, dimodifikasi, dan diarahkan oleh pengalaman dan
lingkungan. Saat ini para ahli teori percaya bahwa perubahan yang bersifat kontinu dan
diskontinu dapat terjadi. Mereka juga mengakui bahwa perkembangan memiliki ciri-
ciri yang universal maupun yang khas untuk tiap-tiap individu dan konteksnya. Dan
bahwa sejumlah pertumbuhan dipengaruhi oleh saling keterkaitan antara faktor
hereditas dan lingkungan. (Cole; Gottlieb, Wahlsten, & Lickliter; Huttenlocher;
Lerner; Rutter dalam Berk, 2009).
E. Beberapa masalah yang sering timbul pada usia preschool dan peran perawat anak
dalam penanganan tersebut
1. Masalah yang sering timbul pada usia preschool dan peran perawat
a. Gangguan Pemusatan Perhatian / Hiperaktivitas (ADHD)
ADHD merupakan satu dari kelainan yang terbanyak pada anak usia sekolah.
Ditemukan sekitar 3-5% usia anak sekolah. Penyebab pasti ADHD belum
diketahui sampai sekarang. Diperkirakan beberapa faktor seperti herediter,
neurologik, faktor pre dan post natal dan toksin berpengaruh terhadap kejadian
ADHD. Penelitian oleh Linstrom dkk bahwa pada anak sekolah dengan ADHD
ternyata didapatkan sebagian besar dengan riwayat kelahiran prematur.
Anak dengan ADHD sulit untuk berkonsentrasi pada tugas yang dikerjakan
dalam waktu tertentu yang wajar sehingga mengalami penurunan dalam hal
akademik. Anak dengan ADHD mengalami kesulitan mengendalikan aktifitas
dalam berbagai situasi yang menghendaki mereka duduk tenang. Banyak anak
ADHD mengalami kesulitan besar untuk bermain dengan anak seusia mereka
dan menjalin persahabatan, hal ini mungkin karena mereka cenderung agresif
saat bermain sehingga membuat teman-temannya merasa tidak nyaman. Anak
ADHD bermain agresif dengan tujuan mencari sensasi sedang anak normal
melakukan hal tersebut dangan tujuan untuk bermain sportif. Peran perawat
dalam masalah ini adalah :
 Kaji tingkat perkembangan anak
 Bantu anak untuk mengidentifikasikan benda-benda disekitarnya seperti,
memberikan permainan-permainan yang dapat merangsang pusat
konsentrasi.
 Ajarkan kepada orang tua tentang hal-hal penting dalam perkembangan anak.
 Berikan penguatan yang positif/umpan balik terhadap usaha-usaha
mengekspresikan diri.
 Anjurkan pasien untuk bersikap jujur dalam berinteraksi dengan orang lain
dan menghargai hak orang lain
 Dorong atau libatkan anak dalam melakukan aktivitas
 Berikan aktivitas sesuai dengan kemampuan anak
 Sesering mungkin ajak bicara anak, tubuh sejajar dengan anak
 Berikan anak pujian
 Bantu anak untuk melakukan gerakan tubuh yang teratur
 Himbau untuk makan makanan yang bergizi
b. Retardasi mental
Retardasi mental ialah keterlambatan yang mencakup rentang yang luas dalam
perkembangan fungsi kognitif dan social. Kriteria Retardasi Mental :
 Fungsi intelektual yang secara signifikan di bawah rata-rata, IQ kurang dari
70
 Kurangnya fungsi sosial adaptif dalam minimal dua bidang berikut :
komunikasi, mengurus diri sendiri, kehidupan keluarga, keterampilan
interpersonal, pengguanaan sumber daya komunitas, kemampuan untuk
mengambil keputusan sendiri, keterampilan akademik fungsional, rekreasi,
pekerjaan, kesehatan dan kemanan

Peran perawat dalam masalah ini adalah

 Kaji tingkat perkembangan anak


 Memperbaiki sifat sifat yang salah
 Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
 Sesering mungkin ajak bicara anak, tubuh sejajar dengan anak
 Berikan aktivitas sesuai dengan kemampuan anak
 Ajarkan kepada orang tua tentang hal-hal penting dalam perkembangan anak
 Berikan anak pujian
 Bantu anak untuk melakukan gerakan tubuh yang teratur
 Himbau untuk makan makanan yang bergizi
c. Gangguan bicara dan bahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak.
Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan
pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis,
emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat
menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat
menetap. Peran perawat dalam masalah ini adalah :
 Kaji perkembangan anak
 Lakukan latihan komunikasi, dan stimulasi dini dengan benda-benda
 Gunakanlah satu bahasa terlebih dahulu pada 2 tahun pertama anak, serta
dahulukan kata kata penting sesuai usia anak untuk komunikasi sehari hari
 Lakukan komunikasi secara komprehensif baik verbal maupun non verbal.
 Berikan anak pujian
 Bantu anak untuk melakukan gerakan tubuh yang teratur
 Himbau untuk makan makanan yang bergizi
d. Cerebral palsy.
Kelainan pada gerakan, otot atau postur tubuh seorang anak akibat cidera atau
gangguan perkembangan otak sebelum si anak dilahirkan. Disebabkan oleh
karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat
yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya. Peran perawat dalam
masalah ini adalah :
 Kaji perkembangan anak
 Berikan aktifitas ringan yang dapat dikerjakan anak
 Berikan materi pendidikan kepada keluarga yang berhubungan dengan
tindakan pencegahan terhadap cedera
 Berikan anak pujian
 Bantu anak untuk melakukan gerakan tubuh yang teratur
 Himbau untuk makan makanan yang bergizi
e. Sindrom Down.
Anak dengan Sindrom Down suatu kondisi keterbelakangan fisik dan mental
anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.
Kromosom ini terbentuk karena akibat kegagalan sepasang kromosom untuk
saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Beberapa faktor seperti
kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau
lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik
dan keterampilan untuk menolong diri sendiri. Peran perawat dalam masalah ini
adalah :
 Kaji perkembangan anak
 Motivasi orang tua agar memberi kesempatan anak untuk bermain dengan
teman sebaya agar anak mudah bersosialisasi
 Anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik
anak, ukuran, koordinasi dan ketahanan
 Berikan anak pujian
 Bantu anak untuk melakukan gerakan tubuh yang teratur
 Berikan makanan yang bergizi
f. Gangguan Autisme.
Kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang dialami sejak lahir
ataupun masa balita. Karakteristik yang menonjol adalah kesulitan membina
hubungan sosial, berkomunikasi secara normal maupun memahamiemosi serta
perasaan orang lain. Peran perawat dalam masalah ini :
 Sesering mungkin ajak bicara anak, sejajarkan tubuh dengan anak
 Gunakan alat bantu seperti buku cerita bergambar, aneka mainan yang
berwarna warni agar suasana pembicaraan lebih menyenangkan dan tidak
membuat anak bosan
 Sering sering memancing anak untuk berkata kata dan berkomunikasi
 Berikan anak pujian
 Bantu anak untuk melakukan gerakan tubuh yang teratur
 Berikan makanan yang bergizi
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Secara umum pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) memiliki
pengertian yang sama yaitu sama sama mengalami perubahan, namun secara khusus
keduanya berbeda. pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang sangat penting
bagi makhluk hidup yaitu sebagai upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (wong, 2000), anak usia
praseolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan
perkembangannya.
b. Saran
Sebaiknya orang tua berperan besar pada meningkatkan pertumbuhan,perkembangan dan
dinamika pada anak khususnya usia prasekolah karena pada tahap ini yang paling
menetukan bekal pengetahuan bagi anak untuk melangkah ke jenjang selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai