Disusun Oleh:
Kelompok 1
Semester 4 A
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah
Nya, sehingga saya dapat penyelesaikan tugasn ini. Yang mana tugas ini bertopikan tentang Pertumbuhan
dan Perkembangan anak Pra Sekolah.
Kami sangat berterima kasih kepada Dosen pembimbing kami yang senantiasa memberikan arahan dalam
penyusunan tugas ini. Dan kami pula berterima kasih kepada Orang Tua kami yang selalu tak henti-
hentinya memberikan Support dan Dukungannya. Serta kami pula berterima kasih kepada teman-teman
yang telah berpartisipasi dalam memberikan pendapat, kritikan dan saran dalam pembuatan tugas ini.
Kami berharap tugas ini bermanfaat bagi diri kami sendiri dan pembaca, semoga tugas ini dapat membatu
kita memahami tentang Pertumbuhan dan Perkembangan anak Prasekolah . Akhir kata saya ucapkan
terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang
secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Whalley dan Wong,
2000).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil
dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Secara umum pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) memiliki pengertian
yang sama yaitu sama sama mengalami perubahan, namun secara khusus keduanya berbeda.
pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang sangat penting bagi makhluk hidup yaitu
sebagai upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (wong, 2000), anak usia
praseolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya.
1. Pertumbuhan dan perkembangan usia preschool perkembangan fisik, (cirikan pertumbuhan fisik
normal head to toe) Reflek, motorik halus, motorik kasar, komunikasi dan bahasa, sosial dan
emosional dikaitkan dengan teori tumbuh kembang
2. Strategi pengkajian preschool
3. Anticipatory guidance : apa yang perlu diberikan pendidik kesehatan pada orang tua yang
mempunyai usia preschool
4. Isu isu mengenai perkembangan pada preschool
5. Beberapa masalah yang sering timbul pada usia preschool dan peran perawat anak dalam
penanganan tersebut
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak tentang Pertumbuhan dan perkembangan masa
prasekolah.
2. Untuk mengetahui tumbuh kembang pada anak masak prasekolah.
3. Untuk mengetahui strategi pengkajian preschool
4. Untuk mengetahui Anticipatory guidance
5. Untuk mengetahui Isu isu mengenai perkembangan pada preschool
6. Untuk mengetahui masalah yang sering timbul pada usia preschool dan peran perawat anak dalam
penanganan tersebut
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan tentang Ilmu Keperawatan Anak dan perkembangan masa
prasekolah.
2. Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang Pertumbuhan dan perkembangan masa prasekolah. Serta dapat
menambah dan meningkatkan wawasan pengetahuan khususnya di bidang Ilmu Keperawatan Anak.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada masa ini adalah masa dimana perkembangan kognitif sudah mulai menunjukan
perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah dan tampak lagi
kemampuan anak belum mampu menilai sesuatu berdasarkan apa yang mareka lihat dan anak
membutuhkan pengalaman belajar dengan lingkungan dan orang tuanya. Sedangkan
perkembangan psikososial pada anak sudah menunjukan adanya rasa inisiatif, konsep diri yang
positif, serta mampu mengidentifikasi identitas dirinya.
b. Nutrisi
Kebutuhan Nutrisi
- Kebutuhan nutrisi anak prasekolah hampir sama dengan todler, meskipun kalori menurun
sampai 90 kkal/kg/hr.
- Kebutuhan protein 1,2 gr/kg/hr.
- Kebutuhan cairan 100ml/kg/hr tergantung pada tingkat aktivitas anak.
Pola dan pilihan makanan
- Anak usia prasekolah mungkin menolak sayuran, makanan kombinasi, dan hati.
- Makanan yang disukai antara lain sereal, daging, kentang bakar, buah buahan, dan permen
- Banyak anak yang berusia 3 dan 4 tahun tidak dapat diam atau cerewet selama makan dengan
keluarga, dan dapat tetap berjuang dengan penggunaan peralatan makan (mis., sendok,
piring, dan garpu)
c. Kebiasaan makan orang lain memengaruhi anak usia 5 tahun.
Anak cenderung fokus pada aspek “social” makan, antara lain percakapan di meja makan,
sikap di meja makan, dan kemauan untuk mencoba makanan yang baru, serta membantu
menyiapkan atau membersihkan makanan.
Anak usia prasekolah yang lebih besar dapat menggunakan sendok dan garpu
d. Pola tidur
Rata rata anak usia prasekolah tidur 11 sampai 13 jam sehari
Sebagian besar anak usia prasekolah memerlukan tidur siang sampai usia 5 tahun, yaitu saat
sebagian besar memasuki taman kanak kanak. Kebiasaan tidur siang setiap hari dapat di
hilangkan jika tampak mengganggu waktu tidur malam hari. Jika anak masih memerlukan
tidur siang, cukup selama 30 sampai 60 menit.
Ritual yang menentramkan dan relaksasi sebelum tidur harus membantu menenangkan anak.
Ritual sebelum tidur dapat memakan waktu 30 menit atau lebih.
Masalah tidur yang umum terjadi, antara lain:
- Mimpi buruk
- Teror di malam hari
- Sulit istirahat setelah sibuk seharian
- Aktivitas pengantar tidur terlalu lama sehingga menunda tidur
- Terbangun di malam hari
- Untuk sebagian besar anak usia prasekolah, objek yang menimbulkan rasa aman dan lampu
tetap menyala saat tidur dapat membantu tidur.
e. Kesehatan gigi
Seluruh gigi berjumlah 20 harus lengkap pada usia 3 tahun
Perkembangan motorik halus pada usia prasekolah memungkinkan anak mampu menggunakan
sikat gigi dengan baik, anak harus menggosok giginya dua kali sehari
Orang tua harus mengawasi anak menggosok gigi dan membersihkan sela sela gigi
Anak harus menghindari makanan yang bersifat kariogenik untuk mencegah karies
f. Eliminasi
Sebagian besar anak mampu melakukan toilet training dengan mandiri pada akhir episode
prasekolah. Beberapa anak mungkin masih mengompol di celana. Sebagian besar lupa untuk
mencuci tangannya dan untuk membilas (cebok)
Anak anak berkemih rata rata 500 samapi 1000 mL/hari.
2. Perkembangan usia Pra Sekolah
a. Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Perkembangan sistem reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan pada organ kelamin.
Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh,
berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh
tertentu.
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya. Misalnya, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu
perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
c. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hokum yang tetap, yaitu:
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal. Pola ini
disebut pola sefalokaudal.
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang di
daerah distal seperti jarijari yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut
proksimodistal.
d. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap-tahap tersebut
tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum
mampu membuat gambar kotak, berdiri sebelum berjalan, dan lain-lain.
e. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbedabeda. Kaki dan tangan berkembang
pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada
masa lainnya.
f. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan
mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.
3. Aspek – aspek tugas perkembangan
a. Aspek Kognitif
Perkembangan kognitif merupakan perkembangan pikiran yaitu bagian otak yang di pakai untuk
mengetahui, mengenali, memahami serta menalar suatu objek. Jadi dalam hal ini berhubungan
dengan kemampuan berfikir, memacahkan masalah, mengambil keputusan, kecerdasan dan bakat.
Menurut piaget perkembangan kognitif terjadi dalam beberapa periode :
1) Tahap Sensori Motor.
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada
tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan
fisik.
Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan melakukan
gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk
mengadakan hubungan dengan dunianya.
Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:
Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis
menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber
rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia
akan menggerakkan kepala kearah kanan.
Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha
mengulanginya. Contoh: menghisap jempol.
Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan Gerakan motorik dari
tangannya dan Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
Periode 3: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi
sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan
menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.
Periode 4: Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk
mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan,
namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan
tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser
tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya,
Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang
tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah
beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan
tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent
berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: Mengibaskan perintang dan
Memeluk kotak mainan.
Periode 5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada
periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati
hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli
Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan
kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.
Periode 6: Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6 bayi
kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada akhirnya
bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir.dalam mencapai lingkungan, pada
periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya
berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam
gambaran atau pemikirannya.
2) Tahap Pemikiran Pra-Operasional (2-7 tahun)
Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia
dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah
dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan
“ Operation (operasi) ”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-
anak melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak mempergunakan simbol”.
Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang
bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan
tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.Contoh: anak dapat bermain kue-
kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah
dialami.Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya
adalah adiknya.
Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur
pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang
menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai
meniru sesuatu yang riel”.Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis
lainnya.
Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran
mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang
sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.Contoh yang
digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa
anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.
3) Tahap Operasi berfikir Kongkret
Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan system
pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi
logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan
Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-
benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih
sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4
akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan
dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak
diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke
gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru
Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan
tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.
4) Tahap Operasi berfikir Formal (11 tahun – dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap
ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap
ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat
dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar
lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai
perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai
seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan
semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang
ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap
operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan
sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir
formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi
karena businya mati, atau karena platinanya, dll.
Seorang remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi, sehingga ia dapat bepikir
fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Remaja dapat
berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat
berfikir efektif karena dapat melihat pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.
b. Aspek perkembangan fisik (Motorik)
1) Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas otot yang besar seperti
gerakan lengan dan berjalan (Santrock, 2011, hlm 210). Perkembangan motorik kasar pada masa
prasekolah, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat
dengan satu kaki, membuat posisi merangkak dan lain-lain (Hidayat, 2009, hlm.25).
2) Motorik halus (fine motor Skills) merupakan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan
koordinasi meta dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat (Papilia, Old & Feldman,
2010, hlm. 316). Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-
jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan dan sebagainya (Hidayat, 2009, hlm.26)
c. Aspek bahasa dan komunikasi
Saat berkomunikasi akan mengaktifkan semua indra meskipun terfokus pada bicara dan bahasa.
Seseorang berbicara ketika mampu mengontrol otot-otot mulut dan wajahnya. Perkembangan bahasa
sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif. Saat lahir bayi butuh berkomunikasi dengan
orang lain bahkan sebelum ia mampu berekpresi dengan mendengar dan berbicara. Awalnya bayi
berkomunikasi secara non verbal, selanjutnya berkembang saat anak mulai mengekspresi kebutuhan
dan perasaanya, berinteraksi dengan sesama dan menetapkan identitas kepribadiannya.
d. Aspek personal , sosial dan emosional
Manusia dikenal sebagai mahluk sosial (homosocial-politicon) yang tak mampu hidup tanpa kehadiran
orang lain. Dalam menjalani kehidupan sosialnya seseorang dituntut untuk mengembangkan
kemampuan menyesuaikan diri dengan cara berhubungan, bergaul dengan lingkungan. Pergaulan
dengan lingkungan akan mengubah presepsi, sikap dan prilaku seseorang. Sebab dengan pergaulan
terjadi interaksi antar individu yang ditandai dengan pertukaran (transfer) informasi pengetahuan, adat
istiadat, kebiasaan , budaya. Keberhasilan menyesuaikan diri dengan lingkungan akan menyebabkan
perkembangan pribadi yang sehat. Sebaliknya ketidakmampuan menyesuaikan diri menyebabkan
orang mengalami kehidupan terasing, rendah diri, pesimis, apatis, cemas, takut. Sehingga terjadi krisis
kepribadian (personality criss). Terdapat 8 jenis tahap perkembangan psikososial menurut Erickson :
1) Tahap 1 Trust vs Mistrust (kepercayaan vs kecurigaan)
Kepercayaan dasar terbentuk pada masa bayi terhadap ibu (pengasuh) yang ditunjukkan dengan
kenyamanan selama dalam pengasuhan, baik ketika tidur, makan, maupun bermain.
Kebiasaan itu berlangsung terus dalam kehidupan bayi dan merupakan dasar paling awal bagi
berkembangnya suatu perasaan identitas psikososial. Bayi belajar untuk percaya pada orang
dewasa di sekitarnya dan menjadi dasar baginya untuk mempercayai dirinya sendiri. Kegagalan
mengembangkan rasa percaya menyababkan bayi mengembangkan kecurigaan dasar. Ia akan
merasa takut tidak akan ada kenyamanan dari lingkungannya, sehingga bayi tersebut
mengembangkan kecurigaan pada orang lain dan tidak percaya pada dirinya sendiri.
2) Tahap 2 Otonomi vs perasaan malu dan ragu-ragu.
Anak cenderung aktif dalam segala hal. Anak harus didorong untuk mengalami situasi-situasi
yang menuntut kemandirian dalam melakukan pilihan. Rasa mampu mengendalikan diri
membuat anak memiliki kemauan yang baik dan bangga yang bersifat menetap.
Sebaliknya, pembatasan ruang gerak pada anak dapat menyebabkan anak akan mudah
menyerah dan kehilangan kontrol diri sehingga menyebabkan perasaan malu dan ragu-ragu
dalam bertindak yang juga bersifat menetap.
3) Tahap 3 Inisiatif vs kesalahan
Tahap inisiatif yaitu suatu masa untuk memperluas penguasaan dan tanggung jawab dengan
berinteraksi dengan lingkungan. Selama tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan lebih
seimbang secara fisik maupun kejiwaan yang memunculkan rasa ingin tahu terhadap segala
hal yang dilihatnya. Akan tetapi bila anak-anak pada masa ini mendapatkan pola asuh yang
salah, mereka cenderung merasa bersalah dan akhirnya hanya berdiam diri. Keterasingan batin
timbul karena suatu perasaan bersalah dan sifat ini menetap hingga dewasa.
4) Tahap 4 Kerajinan vs inferioritas
Pada Tahapan Perkembangan Psikososial Eric Erikson ini, individu diharapkan mulai
menempuh pendidikan formal. Orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi
perhatian, teman harus menerima kehadirannya.
Bahaya dari tahap ini ialah anak bisa mengembangkan perasaan rendah diri apabila ia tidak
berhasil menguasai tugas-tugas yang dipilihnya atau yang diberikan oleh guru dan orangtua.
Anak dapat mengembangkan sikap rajin, jika anak tidak dapat meraih sukses karena mereka
merasa tidak mampu (infieoritas), anak dapat mengembangkan sikap rendah diri.
5) Psikososial Tahap 5 Identitas vs kekacauan identitas
Individu mulai mencari siapa dirinya, namun sudah siap untuk memasuki suatu peranan yang
berarti di tengah masyarakat. Pada tahap ini ego memiliki kapasitas untuk memilih dan
mengintegrasikan bakat-bakat dan ketrampilan dalam melakukan identifikasi dengan orang
yang sependapat dalam lingkungan sosial, serta menjaga pertahanannya terhadap berbagai
ancaman dan kecemasan.
Apabila terjadi krisis identitas, membentuk bentuk suatu identitas yang stabil atau sebaliknya
akan kekacauan peranan. Apabila seorang remaja dalam mencari jati dirinya bergaul dengan
lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas yang baik pula. Namun sebaliknya, jika
remaja bergaul dalam lingkungan yang kurang baik maka akan timbul kekacauan identitas pada
diri remaja tersebut.
6) Psikososial Tahap 6 Keintiman vs isolasi
Dalam Tahapan Perkembangan Psikososial Eric Erikson ini, individul memiliki keinginan dan
kesiapan untuk menyatukan identitasnya dengan orang lain, dan diistilahkan dengan kata cinta.
Agar memiliki arti sosial yang bersifat menetap maka genitalitas membutuhkan seseorang
untuk dicintai dan diajak mengadakan hubungan seksual. Apabila hal tersebut tidak dapat
dilakukan maka ada kecenderungan mengalami masalah intimasi yaitu isolasi.
7) Psikososial Tahap 7 Generatifitas vs stagnasi
Tugas yang harus dicapai dalam tahapan ini adalah dapat mengabdikan diri guna mencapai
keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generatifitas) dengan tidak melakukan apa-apa
(stagnasi). Individu menaruh perhatian perhatian terhadap apa yang dihasilkan, keturunan,
produk, ide serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang.
Apabila generativitas lemah atau tidak diungkapkan maka kepribadian akan mundur dan
mengalami stagnasi.
8) Psikososial Tahap 8 Integritas vs keputusasaan
Tahap ini merupakan tahap terakhir, dimana individu berhasil menyesuaikan diri dengan
keberhasilan dan kegagalan dalam hidup. Apabila individu mengalami kegagalan dalam
menyesuaikan diri, maka yang terbentuk adalah keputusasaan. Keputusasaan dalam
menghadapi perubahan siklus kehidupan. Dalam tahapan ini berkembang pula kebijaksanaan,
yaitu nilai yang berkembang dari hasil pertemuan antara integritas dan keputusasaan.
e. Perkembangan moral dan spiritual
Pekembangan morak dan spiritual mencakup pengembangan kesadaran untuk membina dengan orang
lain secara etis , bermoral dan manusiawi. Dalam hal termasuk pemahaman akan nilai-nilai (kejujuran,
patuh, hormat) serta pemahaman konsep benar salah , konsekuensi dan tanggung jawab.
Riwayat kelahiran
Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu bila perkembangan anak sesuai umur (S) maka beri pujian pada
ibu atau pengasuh, teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak, berikan stimulsi
sesering mungkin, sesuai dengan tahap perkembangan anak dan lakukan pemeriksaan atau skrining rutin
menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak yang kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan
untuk anak umur 24 sampai 72 bulan (Depkes, 2012, hlm 53).
Bila perkembangan anak meragukan meragukan (M), beri petunjuk pada ibu untuk melakukan stimulasi
perkembangan anak lebih sering lagi, ajari ibu melakukan intervensistimulasi perkembangan anak untuk
mengatasi penyimpangan atau mengejarketertinggalannya. Lakukan pemeriksan kesehatan untuk
mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangan anak.
Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai
dengan umur anak. Jika hasil KPSP ulang “Ya“ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan
(P) (Depkes, 2012, hlm 53).
Bila tahap perkembangan terjadi penyimpangan (P), maka rujuk ke rumah sakit dengan menulis jenis
Dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerakan kasar, gerakan halus, bicara dan bahasa, sosialisasi
Dan kemandirian) (Depkes, 2012, hlm53).
KPSP PADA ANAK UMUR 60 BULAN (An.A)
YA TIDAK
Anak duduk sendiri ditepi meja periksa
1 Isi titik−titik di bawah ini dengan jawaban anak.
Jangan membantu kecuali mengulangi pertanyaan.
Bicara dan
Bahasa
• “Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”...............
• “Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”.........................
• “Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”.........................
Jawab “YA” bila anak menjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar, bukan
dengan gerakan atau syarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah. “menggigil”,"pakai mantel" atau
"masuk ke dalam rumah".
Jika lapar, jawaban yang benar adalah "makan"
Jika lelah, jawaban yang benar adalah "mengantuk", "tidur", berbaringƒtidur-
tiduran, "lstlrahat” atau "diam sejenak”.
2 Jangan mengoreksiƒmembantu anak. Jangan menyebut kata
"lebih panjang”. Perlihatkan gambar kedua garis ini, pada
Gerak Halus
anak. Tanyakan, "Mana garis yang lebih panjang?"
Jawablah: TIDAK
Bicara dan
Bahasa
4
Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan,katakan pada anak: "Tunjukkan
segi empat merah"
"Tunjukkan segi empat kuning"
"Tunjukkan segi empat biru"
"Tunjukkan segi empat hijau"
Dapatkah anak menunjuk keempat wama itu dengan benar?
Tanya Ibu
5 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka? Sosialisasi dan
Kemandirian
6 Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau Sosialisasi dan
menggelayut pada anda) pada saat anda meninggalkannya? Kemandirian
7 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Sosialisasi dan
Kemandirian
Minta anak untuk berdiri
8 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya
dan beri anak anda kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah dia Gerak Kasar
mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik atau lebih?
9 Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan
dengan dua kakl tidak lkut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2−3 kali dengan satu
Gerak Kasar
kaki.
10 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk
atau mata pada saat memberikan perintah berikut ini:
• "Letakkan kertas ini di atas lantal".
• "Letakkan kertas ini di bawah kursi. Bicara dan
• "Letakkan kertas ini di depan kamu". Bahasa
• "Letakkan kertas ini di belakang kamu".
Jawab YAhanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di bawah", “di depan” dan
"di belakang".
TOTAL
LANGKAH SELANJUTNYA
Lihat Algoritme untuk Interpretasi dan Tindakan
Perinci untuk Aspek Perkembangan dengan jawaban “Tidak”
3. Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar
dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga
PAUD dan petugas terlatih. Alat yang diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur anak,
gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka, kubus, sendok,
cangkir, bola) (Depkes, 2012. hlm. 70).
Cara melakukan TDD :
a. Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan.
b. Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak.
c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijabab oleh orang tua atau
pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan lambat dan jelaskan, tunggu jawaban dari
orang tua atau pengasuh anak. jawaban YA jika menurut orang tua atau pengasuh, anak
dapat melakukannya adlam sebulan terakhir. Jawaban TIDAK jika menurut orang tua
atau pengasuh anak tidak dapt melakukannya dalam sebulan terakhir.
d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui
orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak. Amati kemampuan anak dalam
melakukan perintah orang tua atau pengasuh. Jawaban YA jika ank dapat melakukan
perintah orang tua atau pengasuh. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orang tua atau pengasuh (Depkes, 2012. hlm. 70).
Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD yaitu bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK,
kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran. Intervensinya dengan melakukan
tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman atau rujuk bila tidak dapat diatanggulangi
(Depkes, 2012. hlm. 70).
Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak (An.A)
a. Kesimpulan
Secara umum pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development) memiliki
pengertian yang sama yaitu sama sama mengalami perubahan, namun secara khusus
keduanya berbeda. pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang sangat penting
bagi makhluk hidup yaitu sebagai upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (wong, 2000), anak usia
praseolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan
perkembangannya.
b. Saran
Sebaiknya orang tua berperan besar pada meningkatkan pertumbuhan,perkembangan dan
dinamika pada anak khususnya usia prasekolah karena pada tahap ini yang paling
menetukan bekal pengetahuan bagi anak untuk melangkah ke jenjang selanjutnya.