Anda di halaman 1dari 12

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Potensi Produksi Kelapa Sawit

Potensi produktivitas tanaman kelapa sawit yang dapat dicapai jika

menggunakan kelas lahan dan benih kelapa sawit bemutu dan melaksanakan

budidaya sesuai standar teknis, berdasarkan kelas tanah dalam jangka waktu 20

tahun.

1. Kelas S1

Pada wilayah dengan lahan yang mempunyai struktur kriteria yang baik,

tidak mempunyai faktor penghambat ataupun ancaman kerusakan yang berarti.

Tipe lahan yang seperti ini akan cocok usaha tani yang intensif. Faktor pembatas

adalah bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas kelapa

sawit lahan secara nyata, dan iklim setempat sesuai bagi pertumbuhan tanaman

kelapa sawit.

2. Kelas S2

Tanah pada lahan kelas S2 mempunyai sedikit penghambat yang dapat

mengurangi pilihan penggunannya. Tanah pada kelas S2 ini membutuhkan

pengelolahan lahan secara hati-hati yang meliputi tindakan pengawetan untuk

dapat menghindari kerusakan dan sekaligus untuk melakukan perbaikan hubungan

air dan udara dalam tanah apabila ditanami kelapa sawit.

3. Kelas S3

Pada kelas S3 mempunyai lebih banyak hambatan dari tanah kelas S2, dan

bila tanah ini digunakan untuk tanaman pertanian akan membutuhkan tindakan

pengawetan khusus yang umumnya lebih sulit pekerjaannya, baik didalam

3
pelaksanaan maupun pekerjaan didalam periode pemeliharaannya. Pada setiap

kelas kesesuaian lahan, potensi produksi terdapat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit


Umur Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3
(thn) T RBT TBS T RBT TBS T RBT TBS
3 22 3,2 9 18 3,0 7 17 3,0 7
4 19 6,0 15 18 6,0 14 17 5,0 12
5 19 7,5 18 17 7,0 16 16 7,0 14
6 16 10,0 21 15 9,4 18 15 8,5 17
7 16 12,5 26 15 11,8 23 15 11,1 22
8 15 15,1 30 15 13,2 26 15 13,0 25
9 14 17,0 31 13 16,5 28 13 15,5 26
10 13 18,5 31 12 17,5 28 12 16,0 26
11 12 19,6 31 12 18,5 28 12 17,0 26
12 12 20,5 31 11 19,5 28 11 18,0 26
13 11 21,1 31 11 20,0 28 10 20,0 26
14 10 22,5 30 10 21,8 27 10 20,0 25
15 9 23,0 28 9 23,1 26 9 21,0 24
16 8 24,0 27 8 23,1 25 8 22,0 24
17 8 25,0 26 8 24,1 25 7 23,0 22
18 7 26,0 25 7 25,2 24 7 24,0 21
19 7 27,5 24 7 26,4 22 6 25,0 20
20 6 28,5 23 6 27,8 22 5 27,0 19
21 6 29,0 22 6 28,6 22 5 27,0 18
22 5 30,0 20 5 29,4 19 5 28,0 17
23 5 30,5 19 5 30,1 18 4 29,0 16
24 4 31,9 18 4 31,0 17 4 30,0 15
25 4 32,4 17 4 32,0 16 4 34,0 14
Keterangan: T = Jumlah Tandan/ph/th; RBT: Rata-rata Berat Tandan (Kg) ;
TBS : Ton TBS/ha/thn (BPM –KS, 2007).

B. Pembangunan dan Penataan Kebun

Pembangunan perkebunan kelapa sawit ditunjukkan untuk mengetahui

seberapa besar kemampuan wilayah mendukung rencana proyek, kajian daya

dukung didasarkan pada data kesediaan lahan yang sesuai untuk budidaya kelapa

sawit, ketersediaan data non lahan, ketersediaan prasarana dan sarana penunjang

industry seperti infratuktur jalan dan transportasi. Kondisi kesesuaian ekonomi

4
termaksud ketersediaan dan karakteristik sumber daya manusia. Kebijakan

pemerintah daerah terkait dengan pembangunan industri kelapa sawit.

Ketersediaan lahan sesuai untuk budidaya kelapa sawit merupakan hal

pokok yang menentukan seberapa besar potensi luas kebun kelapa sawit yang

dapat dibangun. Sementara itu kelas kesesuaian lahan (KKL) yang diperoleh dari

hasil survei kesesuaian lahan akan menentukan potensi produksi yang dapat

dicapai dengan asumsi melaksanakan pedoman teknis yang direkomendasikan.

(Suwadi, 2013).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan penataan kebun

yaitu, kondisi lahan sekitar, kemiringan lahan, penduduk dan proses pembukaan

lahan. Kondisi tanah untuk perkebunan kelapa sawit sebaiknya berupa tanah yang

subur sehingga mampu meningkatkan produktivitas tanaman (Raya, 2010).

1. Penataan Kebun

Menurut TIM Pengembangan Materi LPP (2007), tujuan penataan kebun

adalah mengatur tata ruang/penggunaan untuk di blok tanaman, areal pembibitan,

jaringan jalan, saluran air, kantor, pabrik, dan yang lainnya sesuai kebutuhan.

Standart kebun dan Afdeling dapat disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Luas Tata Kebun


Uraian Kebun Kecil Kebun Besar
Besar Luas (ha) ± 5.000 ha 10.000 ha
Besar Luas I Afdeling 750 – 100 ha 750 – 1000 ha
Luas I Blok 16 – 25 ha 16 – 25 ha
Jumlah Afdeling 7 – May 10 – 14 ha
Pembukaan Areal I 3.000 ha I. 3.000 ha
II 2.000 ha II. 3.000 ha
III. 2.000 ha
IV. 2.000 ha
Kapasitas Pabrik 30 t0n TBS/Jam 60ton TBS/Jam (2 tahap)
Sumber : Tim Pengembangan Materi LPP

5
Penggunaan areal (%) secara umum untuk kebun besar, dapat dilihat pada

tabel persentase penggunaal areal sebagai berikut.

Tabel 3. Persentase Penggunaan Areal Perkebunan Kelapa Sawit


Areal Tanaman 91,96 %
Pembibitan 0,20 %
Jaringan jalan 3,20 %
Parit 2,70 %
Parit dan Kolam Limbah 0,25 %
Kantor, Rumah, dan lain-lain 1,69 %
Jumlah 100,00%
Sumber : Tim Pengembangan Materi

2. Desain Kebun

Dalam desain kebun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu

bentuk kebun dan ukuran kebun blok pada arel datar. Bentuk dan ukuran blok

biasanya bujur sangkar atau empat persegi panjang dan ukuran 500 x 500 m atau

1000 x 300 m. Batas blok pada areal datar dan berombak jalan harus dapat

dikendarai oleh roda empat. Bentuk blok pada arel yang bertofografi

bergelombang atau berbukit biasanya tidak harus dengan luas yang seragam.

Batas blok pada areal yang berbukit atau bergelombang biasanya tidak harus lurus

tetapi bias berupa badan jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat atau jalan

setapak.

Kondisi lahan yang meliputi darat, rawa, bukit, dan sungai dapat dikelola

dengan sedemikian rupa agar dapat dijangkau. Rencana lokasi permukiman

karyawan, lokasi pabrik, perkantoran dan gudang barang serta rencana pengerasan

jalan akan pembuatan, perawatan jalan dan pengaliran air sangat penting

diperhatikan.

6
Rencana outlet drainase berdasarkan kondisi lahan dan pembagian blok

kebun, sebaiknya luas satu blok 30 hektar. Selain jalan utama (Main Road), jalan

transport (Transport Road), jalan koleksi (Collection Road) dan jalan kontrol,

diperkebunan juga terdapat istilah pasar tikus yang merupakan jalan yang

digunakan para pekeja untuk melakukan pekerjaannya secara berkala. Jalan

pertama yang harus dibuat pada saat pembukaan lahan adalah jalan utama karena

jalan utama merupakan jalan besar. (Purba dkk, 2006).

C. Jenis - Jenis Jalan

Jaringan jalan dalam suatu daerah penghasil bahan-bahan pertanian atau

komoditi pertanian merupakan urat nadi kehidupan daerah bersangkutan. Jalan

menyediakan jasa marga terbesar bagi kelangsungan proses produksi dan proses

pemasaran serta tumbuhnya industri setempat.

Menurut Bambang Sulistyo,dkk (2010), panjang dan kualitas jalan di

kebun merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam menjamin

kelancaran pengangkutan bahan, alat, dan produksi serta pengontrolan lapangan.

Rencana pembuatan jaringan jalan harus selaras dengan desain kebun secara

keseluruhan yang disesuaikan dengan kondisi topografi dan kebutuhan kebun.

1. Fungsi Jalan

Menurut Bambang Sulistyo,dkk (2010), jalan merupakan salah satu faktor

yang penting dalam menunjang dan menjamin kelancaran pengangkutan terutama

bahan-bahan keperluan pemeliharaan tanaman, pengumpulan atau pengangkutan

hasil serta pengontrolan.

7
Jalan diperkebunan kelapa sawit sangat diperlukan sejak dari permukaan

kebun sampai tanaman menghasilkan. Jalan pada perkebunan kelapa sawit

sebaiknya dalam keadaan baik sepanjang tahun sehingga kondisi jalan tidak

menjadi penghambat untuk pengangkutan tandan buah segar (TBS), pupuk,

peralatan dan lain-lain.

Pengerasan jalan untuk pengangkutan TBS harus dilaksanakan pada masa

tanaman belum menghasilkan (TBM). Sementara pada periode tanaman

menghasilkan, kegiatan untuk jalan hanya bersifat pemeliharaan saja. Pengerasan

jalan pada umumnya dapat dilakukan dengan batu, pasir-batu ataupun dengan

batu-lateril. Khusus pembuatan jalan pada lahan gambut, disarankan dilakukan

penimbunan dengan tanah mineral terlebih dahulu sebelum dikeraskan dengan

pasir/batu.

2. Jenis Jalan

a. Jalan Utama (Main Road)

Menurut Warniyadi (2012), jalan utama dibuat umumnya dengan lebar

seluruhnya adalah 16 m. Panjang jalan utama 40 – 50 m/Ha. Konstruksinya

dengan menggunakan pasir batu atau batu belah 5/7 dengan tebal 7 cm.

Pembuatannya dengan menggunakan Bulldozer, dengan pengerasan 50 m/JKT

sedangkan tanpa pengerasan 100 m/JKT, dan rotasi perawatan jalan utama adalah

1 x 3 bulan.

Perawatan dengan cara manual adalah 100 m/JKT. Perawatan jalan utama

secara mekanis dapat juga ditentukan sesuai dengan topografi, yaitu untuk daerah

8
bergelombang 300m/JKT untuk Road Greder dan 250 m/JKT untuk Road

Roller.Berikut di bawah ini Gambar jaln utama.

Gambar 1. Jalan Utama

b. Jalan Produksi (Collection Road)

Jalan produksi disebut juga sub main road atau secondary road yang merupakan

cabang dari jalan utama yang menghubungkan areal produksi dan juga berfungsi

sebagai jalan pengumpulan hasil. Jalan ini terdapat diantara blok dan

berhubungan dengan jalan utama, dibuat tegak lurus terhadap baris tanaman.Jalan

ini lebih kecil dari jalan utama.

Pada daerah datar atau berombak, jalan produksi dibuat ditengah-tengah blok

serta tegak lurus terhadap jalan utama. Pada areal bergelombang atau berbukit

jalan pengumpul produksi ini berbeda susunannya dengan didaerah daratan.

Biasanya jalan pengumpul produksi tidak semuanya langsung dihubngkan dengan

ke jalan utama tetapi sebagian harus dilalui jalan pembantu sehingga intensitas

jalan lebih banyak.

Hal ini disebabkan karena pembuatan jalan harus disesuaikan dengan keadaan

topografi arel. Jalan pengumpul produksi merupakan jalan tanah yang lebarnya 4-

5 m, dimana pada jalan tertentu perlu diperkeras dengan batu. Untuk tanaman 1

9
Ha diperlukan panjang jalan sekitar 50 m (Suwadi 2013). Berikut bentuk jalan

produksi.

Gambar 2. Jalan Produksi

c. Jalan Kontrol (Control Road)

Jalan kontrol (Control Road), yaitu jalan yang terdapat di dalam setiap blok.

Jalan kontrol berfungsi untuk memudahkan pengontrolan areal pada tiap blok dan

sebagai batas pemisah antar blok tanaman. (Bambang Sulistyo, dkk 2010).

Biasanya jalan kontrol mereupakan batas blok atau batas pingiran kebun. Jalan ini

lebarnya 4-5 m dan tiap hektar membutuhkan 20 m. Sebelum jalan dibuat terlebih

dahulu harus dibuat peta perencanaannya pada peta kontur. (Lubis 2008).

Dibawah ini terdapat gambar jalan kontrol.

Gambar 3. Jalan Kontrol

10
D. Pemeliharaan Jalan

Menurut Lubis (2008), beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

pemeliharaan jalan yaitu: pengerasan, penimbunan, pengupasan pada pendakian,

perbaikan parit jalan, pembersihan rumput yang tumbuh, dan mempertahankan

bentuk semula. Selama masa TBM pemeliharaan jalan perlu dilakukan terutama

dalam pengerasan jalan karena frekuensi pemakaiannya akan meningkat,yaitu

dalam pengangkutan para pekerja, pupuk, pengawasan dan yang lain.

Pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara manual dan mekanis.

1. Manual

Pemeliharaan jalan secara manual yaitu dengan menggunakan tenaga

manusia meliputi pekerjaan menutup lubang-lubang, pemeliharaan parit kiri kanan

jalan yang bertujuan untuk menjaga agar jalan tetap dalam kondisi baik dan

dirotasi selama 30 hari atau sebulan.

Pemeliharaan jalan secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan alat

cangkul dan babat. Dimana fungsi dari cangkul untuk meratakan jalan dengan

menarik batu yang tercecer di pinggir jalan, sedangkan fungsi dari babat untuk

menebang kayu-kayu yang menghalangi jalan. Dalam hal ini pemakaian tenaga

juga perlu agar lebih efektif tenaga manual untuk membuat, membelah buangan

air dan membuang tanah ex sorongan. Prestasi kerja normal adalah Main Road

(MR) = 100 meter/Hk, Transport Road (TR) = 120 meter/Hk, Colecting Road

(CR) = 150 meter/Hk

11
Teknis pemeliharaan secara manual dilalui dengan cara sebagai berikut.

- Menarik batu-batu yang berserak kepinggir jalan, dikembalikan ketengah

jalan terutama menutupi lubang-lubang di badan jalan.

- Meratakan jalan sehingga tidak ada tempat-tempat yang memungkinkan

terjadinya genangan air.

- Untuk jalan yang perlu direhabilitasi, kebutuhan kubikasi dan jenis batu

agar disesuaikan menurut keperluan.

- Penyiraman kerikil dilaksanakan secara bertahap yaitu 80 % pada

semester I, dan 20 % pada semester II. (Sianipar. 2010).

2. Mekanis

Pemeliharaan jalan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat-

alat berat seperti Road Greder dan Road Roller. Rotasi yang umum digunakan

adalah Main Road (MR) 1 x 3 bulan, Transport Road (TR) 1 x 4 bulan,

Collecting Road (CR) 1 x 4 bulan.

Peralatan mekanis yang digunakan adalah

a. Road Greder

Tujuan penggunaan Road Greder adalah untuk membuat badan jalan

menjadi batok tengkurap sekaligus menarik/meratakan batu kerikil kembali

ketengah jalan dan sekaligus membentuk parit jalan.

12
Berikut gambar Road Greder dalam pemeliharaan jalan.

Gambar 4. Road Greder

Road Grader adalah alat berat yang memiliki 6 roda ban dengan alat kerja

berupa pisau lebar (blade) yang berfungsi utama untuk meratakan jalan. Oleh

karena itu Road Grader sering digunakan di pekerjaan-pekerjaan pembuatan jalan.

kegunaan dan fungsi Road Grader dalam pemeliharaan adalah memadatkan

permukaan atau badan jalan, menarik batu berserak kepinggir jalan, dan

dikembalikan ketengah jalan terutama untuk menutupi lubang-lubang di badan

jalan. Road Greder dengan tenga manual untuk membuat/membelah buangan air

(tulang ikan) dan membuang tanah- tanah. Norma kerja sebagai berikut:

 Main Road (MR) = 250 meter/Hk

 Transport Road (TR) = 300 meter/Hk

 Colecting Road (CR) = 300 meter/Hk

13
b. Road Roller

Berikut gambar Road roller yang berfungsi untuk memadatkan jalan.

Gambar 5. Road Roller

Kegunaan dan fungsi Road Roller dalam pemeliharaan jalan adalah

memadatkan permukaan atau badan jalan, menarik batu berserak dipinggir jalan

dan mengembalikan ke tengah jalan terutama untuk menutupi lubang-lubang

dibadan jalan. Melakukan pemadatan pada pembuatan Sub Grade pada

pembuatan alan baru dengan cara vibrasi, menggilas dan memadatkan permukaan

jalan. norma pemakaian mekanis 0,2 JKT/Ha. Untuk pemakaian tenaga kerja,

100 m/HK, untuk rotasi 1 x 3 bulan. (Sinuhaji, 2011)

14

Anda mungkin juga menyukai