Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS TINGGI MUKA AIR DAN DEBIT BANJIR SUNGAI NIMANGA DI DESA LELEMA

KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Ruth Rebeca Tumober


Alex Binilang, Hanny Tangkudung
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado
email : ruthtumober@gmail.com

ABSTRAK
Sungai Nimanga adalah sungai yang melintasi Desa Lelema Kabupaten Minahasa Selatan dan menjadi
sumber air yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Sungai ini sudah sering meluap dan
membanjiri kawasan yang sebagian besar merupakan lahan pertanian dan pemukiman masyarakat
sehinggah diperlukan upaya pengendalian banjir. Oleh karena itu dibutuhkan analisis untuk mengetahui
besar debit banjir dan tinggi muka air yang dapat terjadi.
Adapun data hujan yang digunakan berasal dari 2 pos hujan, yaitu MRG Ranowangko-Taratara dan
MRG Pentu-Pinaling dengan periode pencatatan tahun 2006 s/d tahun 2016. Analisis curah hujan rencana
dihitung dengan menggunakan metode Log Person III. Perhitungan debit banjir menggunakan program
komputer HEC-HMS dan untuk perhitungan tinggi muka menggunakan program komputer HEC-RAS.
Selain penampang sungai pada sta 0 + 0 sampai 0 + 200 pada kala ulang 2 tahun, kala ulang 10 tahun dan
25 tahun maka penampang sungai sta 0 + 50 sampai sta 0 +200 tidak dapat menampung debit banjir
dengan kala ulang 50 tahun, dan 100 tahun

Kata Kunci Debit Banjir Rencana, Tinggi Muka Air, HEC-HMS, HEC-RAS

PENDAHULUAN rumah-rumah yang ada disekitar sungai


tergenang air, usaha-usaha masyarakat disekitar
Latar Belakang sungai menjadi rusak dan sebagian hanyut
Sungai atau saluran terbuka menurut terbawa air yang meluap, dan banyak lagi
Bambang Triatmodjo (2013) adalah saluran kerugian yang ditimbulkan oleh meluapnya air
dimana air mengalir dengan muka air bebas. di sungai Nimanga. Akibat lain dari terjadinya
Pada saluran terbuka, misalnya sungai (saluran banjir di DAS sungai Nimanga, penampang pada
alam), variable aliran sangat tidak teratur sungai Nimanga yang melewati desa Lelema
terhadap ruang dan waktu. Sungai mempunyai menjadi lebih lebar dari ukuran yang semula.
peranan penting dalam kehidupan sehari-hari Berdasarkan masalah yang terjadi diatas
bagi makhluk hidup. Namun ada juga masalah- dibutuhkan upaya pngendalian banjir. Oleh
masalah yang timbul di sungai seperti karena itu, perlu dilakukan analisis debit banjir
permasalahan banjir. Di Indonesia masalah untuk meramalkan berapa besar debit banjir
banjir sering terjadi bukan hanya di kota-kota yang akan terjadi, jika terjadi hujan dengan
besar tapi sampai di pedasaan termasuk di desa besaran tertentu.
Lelema Kecamatan Tumpaan Kabupaten
Minahasa Selatan. Rumusan Masalah
DAS Sungai Nimaga melewati desa Berdasarkan latar belakang masalah
Lelema Kecamatan Tumpaan, Kabupaten yang ada, telah terjadi peluapan air sungai di
Minahasa Selatan dan bermuara di laut. Pada daerah pemukiman dan perkebunan masyarakat
tahun 2005 sungai tersebut pernah meluap yang ada di Desa Lelema yang membutuhkan
disebabkan volume air hujan yang besar, penanganan.
sehingga tidak dapat menampung kelebihan air
saat itu. Meluapnya air disungai menyebabkan
Batasan Masalah tumbuhan dan menguap kembali ke atmosfer.
Dari penelitian tugas akhir ini masalah Sebagian presipitasi tersebut merembes
dibatasi pada : (infiltrasi) ke dalam tanah dan bergerak dibawah
1. Titik kontrol DAS terletak di Desa tanah atau disebut juga perkolasi ke dalam zona
Lelema Kecamatan Tumpaan tanah jenuh di bawah bidang batas air jenuh
tepatnya pada lokasi jembatan (water-table), atau permukaaan freatik. Air
gantung desa Lelema. dalam zona ini mengalir perlahan-lahan melalui
2. Kala ulang rencana 2, 5, 10, 25, 50 akuifer-akuifer masuk ke sungai dan kadang-
dan 100 tahun. kadang langsung ke laut. Air yang merembes
3. Analisis hidrologi menggunakan juga sebagian mengalir ke dalam tumbuhan dan
data curah hujan harian maksimum. menjadi traspirasi melalui permukaan dan
4. Untuk mendapatkan besaran debit tumbuh-tumbuhan. Air yang tertinggal di
banjir digunakan program komputer permukaan tanah sebagian menguap menjadi
HEC-HMS dan untuk mendapatkan embun, tapi sebagian besar dari air ini
tinggi muka air menggunakan bergabung menjadi aliran dan mengalir sebagai
program komputer HEC-RAS air limpasan prmukaan menuju alur sungai.
5. Penampang sungai yang ditinjau Pemukaan air sungai dan danau juga menguap,
sebanyak delapan segmen sepanjang jadi masih banyak pula air yang berkurang
200 meter di sekitar lokasi jembatan disini. Akhirnya air yang tertinggal yang tidak
desa Lelema. merembes atau menguap akan kembali ke laut
melalui alur sungai. Air tanah (ground water)
Tujuan Penelitian umumnya bergerak sangat pelan, bersatu dengan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk air sungai atau kembali ke laut dan meresap ke
mendapatkan besaran debit banjir dan tinggi dalam laut, dan siklus hidrologi berlangsung
muka air dengan berbagai kala ulang. kembali berulang-ulang.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, Daerah Aliran Sungai
diharapkan dapat memberikan informasi Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah
kepada pihak yang membutuhkan sebagai dimana airnya mengalir ke dalam suatu sungai
referensi untuk penelitan lebih lanjut, dan dapat yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya
bermaanfaat dalam penanggulangan masalah dibatasi oleh batas topografi, berarti di tetapkan
banjir di lokasi penelitian oleh pihak yang berdasarkan pada aliran permukaan, dan bukan
berkepentingan. ditetapkan berdasar pada air bawah tanah karena
permukaan air tanah selalu berubah sesuai
dengan musim dan tingkat kegiatan pemaikaian.
LANDASAN TEORI

Daur Hidrologi Curah Hujan Rencana


Presipitasi adalah curahan atau turunnya
Sumber-sumber air yang ada di seluruh air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut
bumi merupakan bagian yang berasal dari dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di
‘Siklus Hidrologi’. Menurut Wilson (1993), daerah tropis dan curah hujan serta salju di
siklus hidrologi berawal dari air laut menguap daerah beriklim sedang. Presipitasi adalah faktor
akibat radiasi matahari dan awan uap bergerak di utama yang mengendalikan proses daur
atas tanah. Presipitasi terjadi sebagai salju, hujan hidrologi di suatu DAS.
batu es, dan hujan di atas tanah dan air mulai Curah hujan rata – rata dari hasil
mengalir ke hilir menuju laut. Salju dan es di pengukuran hujan di beberapa stasiun
atas permukaan tanah merupakan air dalam pengukuran dapat dihitung dengan metode
simpanan sementara. Hujan yang jatuh di atas Polygon Thiessen. Metode ini dipandang cukup
permukaan tanah dapat terintersepsi oleh baik karena memberikan koreksi terhadap
kedalaman hujan sebagai fungsi luas daerah besar, tetapi apabila penyebaran data sangat
yang dianggap mewakili. kecil terhadap nilai rata – rata maka S akan
Curah hujan rata – rata dengan cara kecil.
Polygon Thiessen dihitung dengan persamaan ∑𝑁 ̅ 2
𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)
sebagai berikut: 𝑆=√ 𝑁−1
dengan:
𝐴 𝑅 +𝐴 𝑅2 +⋯+𝐴𝑛 𝑅𝑛
𝑅̅ = 1 𝐴1 +𝐴2 +⋯+𝐴 𝑆 = Standard deviasi.
1 2 𝑛
𝑋̅ = Nilai rata – rata.
𝑁 = Jumlah data.
Analisis Data Outlier 𝑋𝑖 = Nilai variant.
Data outlier adalah data yang secara
c) Koefisien Skewness (Kemencengan).
statistik menyimpang jauh dari kumpulan
Kemencengan (Skewness) adalah
datanya. Data hidrologi yang diukur atau nilai
suatu nilai yang menunjukkan derajat
yang peroleh sudah mengandung kesalahan.
ketidaksimetrisan dari suatu bentuk
Namun dalam keadaan data yang ada analisa
distribusi. Pengukuran kemencengan adalah
data dapat diteruskan. Uji outlier dilakukan
mengukur seberapa besar suatu kurva
untuk mengoreksi data sehingga baik untuk
frekuensi dari suatu distribusi tidak simetris
digunakan pada analisis selanjutnya.
atau menceng.
Uji data outlier mempunyai 3 syarat,
Koefisien variasi adalah nilai
yaitu:
perbandingan antara deviasi standar dengan
1. Jika Cslog ≥ 0,4 maka: uji outlier
nilai rata – rata hitung dari suatu distribusi.
tinggi, koreksi data, uji outlier 𝑁
rendah, koreksi data. 𝐶𝑠 = (𝑁−1)(𝑁−2) . 𝑆 3 ∑𝑁𝑖−1(𝑋𝑖 − 𝑋)
̅ 3
2. Jika Cslog ≤ -0,4 maka: uji outlier dengan:
rendah, koreksi data, uji outlier 𝐶𝑠 = Koefisien kemencengan.
tinggi, koreksi data. 𝑆 = Standard deviasi.
3. Jika -0,4 < Cslog < 0,4 maka : uji 𝑋̅ = Nilai rata – rata.
outlier tinggi atau rendah, koreksi 𝑁 = Jumlah data.
data. 𝑋𝑖 = nilai variant.
d) Koefisien Variasi
Parameter Statistik Koefisien variasi adalah nilai
Parameter statistik yang digunakan perbandingan antara deviasi standard
dalam analisis data hidrologi yaitu: rata – rata dengan nilai rata – rata hitung dari suatu
hitung (mean), simpangan baku (standar distribusi.
deviasi), koefisien variasi, kemencengan 𝑆
𝐶𝑣 =
(koefisien skewness) dan koefisien kurtosis. 𝑋̅
a) Rata – rata hitung dengan:
Rata – rata hitung merupakan nilai rata – rata 𝐶𝑣 = Koefisien variasi
dari sekumpulan data: 𝑆 = Standard deviasi.
1
𝑋̅ = ∑𝑁 𝑋 𝑋̅ = Nilai rata – rata.
𝑁 𝑖=1 𝑖
dengan: e) Koefisien Kurtosis.
Pengukuran kurtosis dimaksudkan
𝑋̅ = Nilai rata – rata.
untuk mengukur kemencengan dari bentuk
𝑁 = Jumlah data.
kurva distribusi, yang umumnya
𝑋𝑖 = Nilai variant.
dibandingkan dengan distribusi normal.
Koefisien kurtosis digunakan untuk
b) Simpangan Baku
menentukan keruncingan kurva distribusi,
Umumnya ukuran dispersi yang paling
dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
banyak digunakan adalah deviasi standar. 𝑁2
Apabila penyebaran data sangat besar 𝐶𝑘 = (𝑁−1)(𝑁−2)(𝑁−3) .𝑆 4
∑𝑁 ̅ 4
𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋)
terhadap nilai rata – rata maka nilai S akan dengan:
𝐶𝑘 = Koefisien kurtosis. Hidrograf Satuan Sintetis Snyder
𝑆 = Standard deviasi. Snyder (1938) mendapatkan dan
𝑋̅ = Nilai rata – rata. mengembangkan hidrograf satuan DAS amerika
𝑁 = Jumlah data. serikat yang berukuran 30 – 30.000 km2 dengan
𝑋𝑖 = Nilai variant. menghubungkan unsur – unsur hidrograf satuan
dengan karakteristik DAS akibat hujan 1 cm.
Snyder memilih 3 parameter yaitu: lebar dasar
Distribusi Frekuensi hidrograf, debit puncak, dan kelambatan lembah
Kriteria pemilihan untuk tiap tipe yang dianggap memadai untuk mendefinisikan
distribusi berdasarkan parameter statistik adalah hidrograf satuan (I Made Kamiana, 2011).
sebagai berikut. Unsur -unsur hidrograf satuan yang
1. Tipe Distribusi normal digunakan dalam HSS snyder adalah:
Cs ≈ 0 - Debit puncak (𝑄𝑝 , m3/dt).
Ck ≈ 3 - Waktu dasar (𝑇𝑏 , jam).
2. Tipe Distribusi Log-normal - Durasi hujan (𝑡𝑟 , jam).
Cs ≈ Cv3 + 3Cv; Karakteristik DAS yang digunakan
Ck ≈ Cv8 +6Cv6 + 15Cv4 +16Cv2 + 3 adalah:
3. Tipe Distribusi Gumbel - Luas DAS (𝐴, km2)
Cs ≈ 1.14 - Panjang aliran utama (𝐿, km)
Ck ≈ 5.40 - Jarak antara titik berat DAS dengan
4. Tipe Distribusi Log Pearson-III outlet yang diukur di sepanjang aliran
utama (𝐿𝑐 , km).
Hidrograf Satuan ika tr atau periode hujan sama
Hidrograf satuan adalah hidrograf dengan tp/5.5 maka rumus perhitungan
limpasan langsung ( limpasan permukaan) yang adalah sebagai berikut:
dihasilkan oleh hujan satuan. Hujan satuan 𝑡𝑝 = 0.75 × 𝐶𝑡 (𝐿 × 𝐿𝑐 )0.3
adalah hujan efektif yang terjadi merata di 𝑇𝑝 = 0.5 × 𝑡𝑟 + 𝑡𝑝
seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS) dan 𝐶
𝑞𝑝 = 2.75 × ( 𝑡 𝑝 )
dengan intensitas tetap selama satu satuan waktu 𝑝
yang ditetapkan. Satuan waktu yang ditetapkan 𝑇𝑏 = 72 + 3 × 𝑡𝑝
untuk hujan satuan adalah yang lamanya sama Jika tp/5.5 atau periode hujan
atau lebih pendek dari periode lengkung naik tidak sama dengan tr melainkan sama
hidrograf. dengan tR maka persamaan 2.19 akan
menjadi:
Hidrograf satuan Sintesis 𝑡𝑝 𝑅 = 𝑡𝑝 + (𝑡𝑅 − 𝑡𝑟 )/4
Jika tidak cukup tersedia data hujan dan 𝑇𝑝 𝑅 = 0.5 × 𝑡𝑅 + 𝑡𝑝 𝑅
data debit maka penurunan hidrograf satuan 𝐶𝑝
𝑞𝑝 𝑅 = 2.75 × (𝑡 𝑅)
suatu DAS dilakuakn dengan cara sintesis. 𝑝
Hasilnya disebut dnengan Hidrograf Satuan Dengan menggunakan rumus di atas,
Sintesis (HSS). Terdapat beberapa model HSS, dapat digambarkan hidrograf satuan.
diantaranya : HSS Snyder, HSS Nakayasu, HSS Untuk memudahkan penggambaran
SCS, HSS Gama. Oleh karna itu, penurunan berikut ini beberapa rumus:
HSS suatu Das menggunakan model-model yang 𝑊75% = 1.22 × 𝑞𝑝 𝑅−1.08
sudah atau yang disebutkan diatas, harus melalui 𝑊50% = 2.14 × 𝑞𝑝 𝑅−1.08
langkah-langkah kalibrasi dan verifikasi yang Dengan 𝑊50 dan 𝑊75 adalah lebar
semestinya sehinggah model HSS yang hidrograf satuan pada debit 50% dan 75% dari
diperoleh sedapat mungkin dapat debit puncak, yang dinyatakan dalam jam.
menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Sebagai acuan, lebar 𝑊50 dan 𝑊75 dibuat
dengan perbandingan 1:2; dengan sisi pendek di
sebelah kiri dari hidrograf.
Persamaan Dasar untuk Perhitungan Profil
Aliran
Dalam ilmu hidrolika dasar, diketahui
bahwa jumlah energi yang melalui suatu
penampang saluran dapat dinyatakan sebagai
tinggi air, yang setara dengan jumlah dari
ketinggian di atas suatu bidang persamaan,
tinggi tekanan dan tinggi kecepatan. Profil
permukaan air dihitung dari satu titik temu
menuju titik temu berikut dengan memecahkan
persamaan energi yang dinamakan metode
standar. Persamaan energi ditulis sebagai
Gambar 1. Hidrograf Satuan Snyder Standar berikut:
(𝑡𝑝 = 5.5𝑡𝑟 ) 𝛼1 𝑉12 𝛼2 𝑉22
Sumber: Buku “Teknik Perhitungan Debit 𝑧1 + 𝑦1 + 2𝑔
= 𝑧2 + 𝑦2 + 2𝑔
+ ℎ𝑒
Rencana Bangunan Air, I Made Kamiana dengan:

𝑧1 , 𝑧2 = Beda tinggi dasar saluran terhadap


bidang persamaan
𝑦1 , 𝑦2 = Tinggi muka air dari dasar saluran
𝛼1 , 𝛼2 = Koefisien koreksi pembagian
kecepatan
𝑉12 , 𝑉22 = Kecepatan aliran rata – rata
ℎ𝑒 = Kehilangan energi

𝑡
Gambar 2. Hidrograf Satuan Snyder Jika 𝑝
5.5
Tidak Sama Dengan 𝑡𝑟
Sumber: Buku “Teknik Perhitungan Debit
Rencana Bangunan Air, I Made Kamiana”.
Gambar 3. Komponen Dalam Persamaan Energi
Sumber: “HEC-RAS Technical Reference
Analisis Hidrolika Manual, U.S. Army Corps of Engineers”.
Dalam analisis hidrolika untuk
penelitian ini mengunakan program/sofware Program Komputer HEC-HMS
HEC-RAS. HEC-RAS merupakan program
aplikasi untuk memodelkan aliran di sungai, Hydrologic Modeling System adalah
River Analysis System (RAS), yang dibuat oleh program komputer yang dikembangkan oleh US
Hydrologi Engineering (HEC) yang Army Corp of Engineers. Sebuah model
merupakan suatu divisi di dalam Institute of numerik yang dapat membantu memprediksi
Water Resoutces (IWR), di bawah US Army volume limpasan, debit puncak, dan riwayat
Corp of Engineering (USACE). HEC-RAS waktu banjir dengan mensimulasikan perilaku
merupakan model satu dimensi aliran langgeng dari daerah aliran sungai, saluran, dan waduk.
maupun tidak langgeng (steady and unsteady Adapun keunggulan dari program computer
one-dimensional flow model). HEC-HMS adalah sebgai berikut:
1. Dapat diterapkan pada berbagai DAS
dengan berbagai bentuk, ukuran dan
karakteristik
2. Graphical User Interface membuat
program yang memudahkan pengguna
3. Software yang ranah publik

Program Komputer HEC-RAS

HEC-RAS merupakan program aplikasi


untuk memodelkan aliran di sungai, River
Analysis System (RAS), yang dibuat oleh
Hydrologic Engineering Center (HEC) yang
Gambar 4. Sungai Nimanga di ambil dengan
merupakan satu divisi di dalam institut for Water
Google Maps
Resources (IWR), di bawah US Army Corps of
Sumber: “Google Maps”
Engineers (USACE). HEC-RAS memiliki empat
komponen model satu dimensi
Prosedur Penelitian
1. Hitungan profil muka air aliran
Skripsi ini disusun berdasarkan studi
permanen
kasus melalui pengamatan langsung di lapangan
2. Simulasi aliran tak permanen
yang disertai dengan analisis berdasarkan
3. Hitung transport sedimen
metode - metode yang tersedia.
4. Hitung kualitas air
Penelitian ini menggunakan metode penelitian :
Lokasi Penelitian
 Tinjau langsung ke lapangan
Sungai Nimanga berada di desa Lelema
untuk mengamati karakteristik
Kecamatan Tumpaan Kabupatan Minahasa
sungai dan masalah yang terjadi.
Selatan Sulawesi Utara. Titik kontrol yang
 Studi literatur untuk landasan
diambil untuk penelitian ini terletak di lokasi
teori yang akan di gunakan
pembangunan jembatan desa Lelema. Jumlah
dalam penelitian.
penduduk yang ada di desa 1.674 jiwa dengan
488 kepala keluarga. Luas wilayah desa Lelema  Mengumpulkan data-data yang
2.750 Ha. Karakteristik desa Lelema adalah diperlukan untuk perhitungan
dataran dan perbukitan. Desa lelema memiliki penulisan skripsi ini.
batas-batas wilyah antara lain:  Analisis dan pembahasan
terhadap data yang diperoleh
 Sebelah Utara : Hutan Manembo-nembo dan hasil analisa data.
 Sebelah Timur : Desa Tangkuney dan  Kesimpulan dan Saran.
Desa Munte
 Sebelah Selatan : Desa Suluun, Desa Survei Lokasi Penelitian
Pinapalangkow dan Desa
Kapoya Survei lokasi penelitian adalah suervei
Sebelah Barat : Desa Popontolen untuk melihat kondisi lokasi penelitian dan
melihat masalah yang terjadi.
Bagan Alir
 Sta Ranowangko Taratara
Nilai hujan tertinggi yaitu 323,2 dan hasil
perhitungan uji outlier batas tertinggi (Xh)
adalah 943,266 maka tidak dilakukan koreksi
data dan dilanjutkan dengan uji outlier rendah.
Nilai hasil perhitungan uji outlier batas
terendah (Xl) adalah 19,417 dan nilai hujan
terendah dari data yang ada adalah 80,8 jadi
tidak di lakukan koreksi data.

 Sta Pentu-Pinaling
Nilai hujan tertinggi yaitu 211 dan hasil
perhitungan uji outlier batas tertinggi (Xh)
adalah 1611,075 maka tidak dilakukan koreksi
data dan dilanjutkan dengan uji outlier rendah.
Nilai hasil perhitungan uji outlier batas
terendah (Xl) adalah 18,831 dan nilai hujan
terendah dari data yang ada adalah 2,854 jadi
tidak di lakukan koreksi data
Gambar 5. Bagan Alir
Hasil dan Pembahasan Curah Hujan Rata-rata
Metode yang digunakan untuk menghitung
Analisis curah hujan di DAS Nimanga dilakukan curah hujan rata-rata adalah metode Poligon
dengan menggunakan data curah hujan harian Thiessen. Jumlah pos hujan yang berpengaruh
maksimum yang bersumber dari Balai Wilayah pada DAS Nimanga ada 2 pos hujan, yaitu MRG
Sungai Sulawesi I dengan periode pencatatan Ranawongko – Taratara dan MRG Pentu –
tahun 2006 sampai dengan tahun 2016. Stasiun Pinaling.Curah hujan rata-rata dengan Pilogon
pengamatan yang digunakan yaitu MRG Thiessen dapat di hitungan dengan
Ranowanko – Tara-tara dan MRG Pentu –
Pinaling 𝐴 𝑅 +𝐴 𝑅 +⋯+𝐴𝑛 𝑅𝑛
𝑅̅ = 1 1 2 2
𝐴1 +𝐴2 +⋯+𝐴𝑛
Uji Data Outlier
48,8×76.329 + 229,24×323,2
Tabel 1. Curah Hujan maksimum Setelah Uji = = 254,511 𝑚𝑚
76,32 9+ 229,24
Outlier
Tabel 2. Curah Hujan Rata-rata dengan cara
Poligon Thieseen
Tabel 3 Penentuan Jenis Sebaran Data
Penentuan Tipe Distribusi Hujan
Perhitungan Mean (rata-rata)
𝑛
1
𝑋̅ = ∑ 𝑋𝑖 𝑋̅
𝑛
𝑖=1
1
= (1408,748)
11
= 128,067

Perhitungan Standar Deviasi (S)


∑𝑛 ̅ 2
𝑖=1(𝑋𝑖 −𝑋)
𝑆=√
𝑛−1

30288,466
= √
11 − 1
= 55,034

Perhitungan Koefisien Skewness (Cs) Hasil penentuan tipe sebaran


𝑛
𝑛 menunjukkan tidak ada parameter statistik dari
𝐶𝑠 = ∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅)3 data pengamatan yang memenuhi syarat untuk
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) . 𝑆 3
𝑖−1 distribusi normal, log normal dan distribusi
gumbel. Maka akan digunakan distribusi Log
11
= Pearson tipe III.
(11 − 1)(11 − 2) . 55,0343
× 1815634,923 = 1, 331 Tabel 4. Curah Hujan Rencana Menggunakan
Perhitungan Koefisien Kurtosis (Ck) Log Person III
𝑛 2
𝐶𝑘 = (𝑛−1)(𝑛−2)(𝑛−3) .𝑆 4 ∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋̅)4
112
=
(11 − 1)(11 − 2)(11 − 3) . 55,0344
× 287971994.513 = 5,275

Perhitungan Koefisien Variasi (Cv)


𝑆
𝐶𝑣 = 𝑋̅
55,034
= 128,067
= 0.429
Kalibrasi Menggunakan HEC-HMS

Dari hasil-hasil kalibrasi yang sudah dihitung


dengan program HEC-HMS dengan data terukur
di lapangan di dapatkan :

 Loss Method
Curve Number : 77,2
Impervious : 0 %

 Transform Method
Standar Lag (HR) : 6,756
Peaking Coefficient : 0,8

 Baseflow
Initial Discharge (m³/s) : 28,838
Recession Constant : 0,9
Ratio : 0.1

Gambar 7. Hasil Summary Result Kala Ulang 5


Tahun

Gambar 6. Hasil kalibrasi perhitungan debit dan


debit terukur Gambar 9. Hasil Summary Result Kala Ulang 10
Tahun
Hasil Simulasi Debit Banjir dengan Program
Komputer HEC-HMS

Gambar 7. Hasil Summary Result Kala Ulang 2 Gambar 10. Hasil Summary Result Kala Ulang
Tahun 25 Tahun
Gambar 11. Hasil Summary Result Kala Ulang Gambar 13. Profil Melintang STA 0 + 0
50 Tahun

Gambar 12. Hasil Summary Result Kala Ulang


100 Tahun
Gambar 14. Profil Melintang STA 0 + 50 m

Simulasi Tinggi Muka Air dengan program


kompiter HEC-RAS

Simulasi dilakukan dengan masuk pada


tampilan Perform a steady flowimulation.
Pengaturan untuk simulasi hanya memasukkan
nama simulasi yaitu “Plan 01” pada pojok kanan
atas dan memilih subcritical sebagai asumsi
untuk Flow Regime karena berdasarkan
observasi lapangan, aliran sungai Nimanga pada
lokasi penelitian termasuk aliran yang tenang
dengan kelandaian yang kecil.

Gambar 15. Profil Melintang STA 0 + 100 m


Tabel 6. Rekapitulasi Tinggi Muka Air ( Q100)

Kala Ulang 100 Tahun


Titik Elevasi Muka Air Elevasi Tebing Kiri Elevasi Tebing Kanan
Sta 0 22,435 20.25 21.33
Sta 50 22,79 22.17 20.93
Sta 100 22,,90 22.05 21.76
Sta 150 22,77 22.23 21.65
Sta 200 22,60 22.17 21.81
Gambar 16. Profil Melintang STA 0 + 150 m

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Debit banjir yang di peroleh dari hasil


simulasi untuk masing-masing kala
ulang adalah sebagai berikut :
 Kala ulang 2 tahun adalah 104,3
m3/det,
 Kala ulang 5 tahun adalah 203,8
m3/det
 Kala ulang 10 tahun adalah
297,8 m3/det
 Kala ulang 25 tahun adalah
Gambar 17. Profil Melintang STA 0 + 200 m 448,7 m3/det,
 Kala ulang 50 tahun adalah 588,
6 m3/det
Tabel 5. Rekapitulasi Tinggi Muka Air ( Q50)  Kala ulang 100 tahun adalah
751,2 m3/det.
2. Untuk kala ulang 2 tahun, 5 tahun, 10
Kala Ulang 50 Tahun tahun dan 25 tahun pada penampang 0 +
Titik Elevasi Muka Air Elevasi Tebing Kiri Elevasi Tebing Kanan 0 sampai 0 + 200 tinggi muka air tidak
melewati
Sta 0 21, 65 20.25 21.33 3. Untuk kala ulang 50 tahun selain sta 0 +
Sta 50 22,23 22.17 20.93 0 maka tinggi muka air melewati
4. Untuk kala ulang 100 tahun tinggi muka
Sta 100 22,40 22.05 21.76 air melewati
Sta 150 22,24 22.23 21.65 SARAN
Sta 200 22,20 22.17 21.81  Perlu menjaga kebersihan
sungai dari pembungan sampah
 Perlu adanya perawatan rutin
pada sungai seperti pengerukan
dasar saluran karena hal tersebut
dapat mempengaruhi kapasitas
tampung
DAFTAR PUSTAKA

_________. Data Hujan Harian Pos Hujan Ranowangko-Taratara. Balai Wilayah Sungai Sulawesi 1,
Manado
Anggrahini. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Cv. Citra Media, Surabaya
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Bambang Triatmodjo, 2008. Hidrologi terapan, Beta Offset, Yogyakarta, Indonesia.
Beven K.J., 1989. Changing ideas in hydrology: the case of physically-based models, J Hydrol 105:157–
172
Calder I.R., 1992. Hydrologic effects of land use change. In: Maidment DR (ed) Handbook of hydrology.
McGraw-Hill, Inc., New York.
Chow, V. T. 1985. Hidrolika Saluran Terbuka (Open Channel Hydraulics). Erlangga, Jakarta
Kapantouw, Billy. Analisis Debit Dan Tinggi Muka Air Sungai Paniki Di Kawasan Holland Village.
Jurnal Sipil Statik Vol. 5 Februari 2017 (21-29) ISSN:2337-6732, Manado.
McCuen R.H., 2002. Modeling hydrologic change: statistical methods, Lewis Publishers.
Refsgaard J.C., 1997. Parameterisation, calibration and validation of distributed hydrological models. J
Hydrol 198:69–97.
Ros Rante, Novia. 2016. Analisis Debit Banjir Anak Sungai Tikala Pada Titik Tinjauan Kelurahan Banjer
Link. V Kecamatan Tikala Dengan Menggunakan HEC-HMS Dan HEC-RAS. Skripsi S1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Soemarto, C. D. 1987. Hidrologi Teknik. Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta.
Suadnya, Dewi. 2017. Analisis Banjir dan Tinggi Muka Air Banjir Sungai Sario di Titik Kawasan
Citraland. Jurnal Sipil Statik Vol. 3 Mei 2017 (143-150) ISSN:2337-6732, Manado.
Sri Harto, 1993. Analisis hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Indonesia.
Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan. Betta Offset, Yogyakarta.
United States Department of Agriculture – Natural Resources Conservation Service, 1986. Urban
hydrology for small watersheds, TR 55. June.

Anda mungkin juga menyukai