Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK REMINISCENES THERAPY

di JALAN PADAT KARYA RW 01 RT 01, 02, 03, 04, 05 DAN 06


KELURAHAN SAIGON, KECAMATAN PONTIANAK TIMUR

KEPERAWATAN GERONTIK
NAMA KELOMPOK :
1. AISYAH
2. DENI CANDRA
3. DINI RAHMAWATI
4. FITRI WULANDARI
5. JUMAAN TASMITA
6. NEISYA ANDITA
7. RANI RAHAYU N
8. RONI OKTAVIANDI
9. RIDHA NUGRAHA
10. YEREMIABETY

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2019
PROPOSAL TAK
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK REMINISCENCE THERAPY

A. TOPIK
Terapi Aktivitas Kelompok pada lansia dengan metode “reminiscence
therapy” yaitu mereview kenangan dan pengalaman di masa lalu yang akan
menurunkan tingkat stress lansia dan memberikan motivasi bagi lansia
lainnya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari terapi reminiscene adalah untuk meningkatkan koping
lansia terhadap kenangan masa lalunya sehingga memberi dampak
positif terhadap kehidupan masa tuanya.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mereview proses kehidupannya dimasa lalu.
b. Klien dapat menceritakan pengalaman menyenangkan di masa
lalunya.
c. Klien dapat menggunakan pengalaman masa lalunya sebagai
sesuatu yang bernilai dan bermanfaat di usia tuanya.
d. Klien dapat memberikan memotivasi kepada klien lain mengenai
pengalaman masa lalunya.
e. Klien dapat berani untuk berbicara di depan publik
f. Setelah mengikuti terapi reminiscene diharapkan lansia dapat
menemukan nilai keberhargaan dirinya

C. LANDASAN TEORI
Terapi Aktivitas Kelompok merupakan suatu psikoterapi yang
dilakukan sekelompok yang mempunyai masalah keperawatan yang sama

1
lalu bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin
atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah
terlatih (Yosep, 2007).
Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu upaya untuk
memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama
untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota
(RISKESDAS, 2009)
Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya,
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai – nilai yang berkaitan
dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan (Stuart dan Sundeen
dalam keliat, 1992).
Penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari,
berjalan terus menerus, dan berkesinambungan. Proses penuaan
menyangkut terjadinya berbagai perubahan yang akan berdampak pada
penurunan kondisi fisik, mental, psiko-sosial, perubahan yang berkaitan
dengan pekerjaan dan peran sosial lansia. Lansia dapat mengalami
penurunan kemandirian lansia oleh karena keterbatasan mobilitas,
kelemahan, timbulnya masalah mental atau fisik, dan penurunan status
sosial ekonomi oleh karena pensiun, atau mengalami kecacatan. Keadaan
tersebut cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara
umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Salah satu
masalah kesehatan jiwa yang dapat dialami lansia adalah stres.
Stres dapat berdampak terhadap kondisi emosional sehingga
seseorang akan mudah gelisah, mood atau suasana hati yang sering
berubah-ubah, mudah/cepat marah, mudah tersinggung dan stres yang
berkepanjangan dapat menyebabkan seseorang menjadi cemas dan depresi.
Untuk menghindari dampak negatif dari stres tersebut, maka diperlukan
adanya suatu pengelolaan stres yang baik. Terapi non-farmakologis yang
dapat dilakukan untuk mengurangi stres yaitu relaksasi, pendekatan
perilaku dan kognitif. Terapi dengan pendekatan perilaku kognitif salah
satunya yaitu terapi Reminiscence atau terapi kenangan.

2
Reminiscence therapy atau life review therapy adalah sautu terapi
yang dilakukan pada lansia yang menekankan pada pengalaman masa lalu
lansia. Life review therapy memiliki dampak positif bagi lansia. Penelitian
dengan judul Group integrative reminiscence therapy on self-esteem, life
satisfaction and depressive symptoms in institutionalized older veterans
yang dilakukan oleh Li-Fen Wu pada tahun 2011 didapatkan bahwa life
review therapy dapt mengurangi tanda-tanda terjadinya depresi,
meningkatkan harga diri dan meningkatkan kualitas hidup seorang lansia.
Hasil penelitian Rahayuni, dkk (2015) mengungkapkan bahwa
adanya pengaruh yang signifikan terapi reminiscence terhadap stress pada
lansia, kegiatan bercerita kenangan masa lalu dapat membantu lansia
berinteraksi dan mengungkapkan perasaannya kepada keluarga dan teman
sehingga lansia mampu beradaptasi terhadap stress.
Terapi Reminiscence merupakan salah satu intervensi yang
menggunakan memori untuk memelihara kesehatan mental dan
meningkatkan kualitas hidup. Dalam kegiatan terapi ini, terapis
memfasilitasi lansia untuk mengumpulkan kembali memori-memori masa
lalu yang menyenangkan sejak masa anak, remaja dan dewasa serta
hubungan klien dengan keluarga, kemudian dilakukan sharing dengan
orang lain.
Terapi Reminiscence juga berguna untuk meningkatkan kesehatan
mental dan kualitas hidup. Reminiscence tidak hanya kegiatan mengingat
peristiwa masa lalu tetapi juga merupakan proses yang terstruktur secara
sistematis dan berguna untuk merefleksikan kehidupan seseorang untuk
mengevaluasi ulang, menyelesaikan konflik dari masa lalu, menemukan
makna kehidupan, dan menilai koping adaptif mana yang sebaiknya
digunakan. Terapi ini dilakukan dengan cara diskusi tentang kejadian masa
lalu yang dialami seseorang kemudian disharingkan kepada keluarga,
kelompok, atau staf keperawatan (Chen et al., dalam Arumsari 2014).
Terapi Reminiscence merupakan hasil langsung dari hipotesis teori
life review. Terapi ini pada dasarnya menekankan individu untuk

3
merefleksikan kehidupan mereka kembali atau mengulang kembali
memori masa lalu. Melalui reflex ini individu untuk menyeleseikan
konflik, mengatasi pengalaman masa lalu yang menyakitkan sehingga
individu tersebut mampu meyeleseikan masalah yang dihadapi saat ini.
Terapi reminiscence sangat membantu untuk pribadi individu dan
keterampilan interpersonal bagi penderita Alzheimer’s. reminiscence
melibatkan pertukaran memori antara orang tua dengan orang muda,
teman dengan keluarga, caregivers dengan professional, melalui informasi,
kebijaksanaan dan keterampilan. Pada intinya memberikan suatu nilai,
kepentingan, kebersamaan, kekuatan, dan damai kepada penderita
Alzheimer’s. ( Butler,1980).
Terapi Reminiscence yang menekankan pentingnya bagi individu
yang sudah memasuki usia tua untuk mencapai rasa intergritas diri dengan
melihat kembali kehidupan mereka dengan mengumpulkan perasaan,
tujuan serta makna hidup. Nursing Interventions Classification (NIC)
mendefinnisikan terapi Reminiscence sebagai intervensi yang dilakukan
dengan mengingat pristiwa masa lalu, perasaan dan pikiran untuk
menfasilitasi kesengangan, kualitas hidup, dan beradaptasi dengan kondisi
saat ini. Erik Erikson (1963). Terapi ini dapat menjadi intervensi
keperawatan untuk mengatasi masalah psikososial. Terapi Reminiscence
diterapkan pada lansia melalui proses motivasi dan diskusi tentang
pengalaman masa lalu yang dialami dan upaya penyelesaian masalah yang
dilakukan pada saat itu. ( Glod,1998;Meiner dan Lueckenotte,2006 dalam
Banon,2011).

Dari berbagai pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa Pada


saat tua kebanyakan lansia akan kembali kepada masa kanak- kanak yang
berkaitan dengan ketidakmampuan lansia. Kebanyakan lansia
mengeluhkan kekurangan yang mereka punya mulai dari fisik
(Degeneratif) hingga psikososial, yang sudah ditelan waktu, sesuai dengan
masa yang ia lewati untuk itu lah terapi Reminiscence dilakukan sebagai

4
bahan acuan agar masa muda jangan pernah dilupakan untuk mengulang
memori yang berarti dikehidupan mereka, dan lansia akan berfikir bahwa
hidup mereka masih berharga yang dapat di banggakan.

D. KLIEN
Kriteria peserta dalam TAK ini antara lain :
1. Merupakan warga lansia di Jalan Padat Karya Rw 01 Rt 01, 02, 03, 04
dan 06 Kelurahan Saigon, Kecamatan Pontianak Timur
2. Mampu dan mampu mengikuti TAK
Proses seleksi peserta dilakukan dengan :
1. Memberi tahu warga lansia yang tinggal di wilayah Jalan Padat Karya
RW 01 RT 01, 02, 03, 04 dan 06 sehari sebelum dilakukannya TAK
2. Menjelaskan tujuan TAK kepada warga lansia di wilayah Jalan Padat
Karya RW 01 RT 01, 02, 03, 04 dan 06
3. Menanyakan kesediaan masing-masing lansia untuk mengikuti TAK
4. Melakukan terapi antar kelompok kepada seluruh peserta

E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
a. Hari / tanggal : Minggu, 7 April 2019
b. Jam : 11.00 – 12.00 Wib
c. Acara : 60 menit
- Pembukaan : 10 menit
- Perkenalan pada klien : 5 menit
- Perkenalan TAK : 5 menit
- Persiapan : 5 menit
- Kegiatan bermain : 30 menit
- Penutup : 5 menit
d. Tempat : Kediaman ibu sri pada RW 01 RT 04
e. Jumlah klien : 8 orang

5
2. Tim terapis
a. Leader
Bertugas :
- Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
- Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
- Menetapkan jalannya tata tertib
- Menjelaskan tujuan diskusi
- Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil
diskusi pada kelompok terapi diskusi tersebut .
- Kontrak waktu dalam kegiatan TAK
- Menyimpulkan hasil kegiatan
- Menutup acara
b. Co leader
Bertugas :
- Mendampingi leader jika terjadi blocking
- Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
- Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
c. Observer
Bertugas :
- Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal
sampai akhir
- Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
- Mengobservasi perilaku pasien
d. Fasilitator
Bertugas :
- Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang
harus dilakukan
- Mendampingi peserta TAK
- Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
- Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
e. Anggota

6
Bertugas :
- Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi
3. Metode dan media
a. Metode
1) Diskusi
2) Bercerita tentang pengalaman
b. Alat
1) Music
2) HP
3) Speaker
c. Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam bentuk lingkaran
2) Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
3) Ruangan tenang dan nyaman

7
8
F. PEMBAGIAN TUGAS
Leader : Nesya andita
Co Leader : Rani Rahayu niggrum
Observer : Dini Rahmawati
Fasilitator : Jumaan Tasmita
Deni Chandra
Roni oktaviandi
Ridha Nugraha
Aisyah

G. PROSES PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien lansia
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
- Salam dan terapis pada klien
- Perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama )
- Menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan
nama )
b. Evaluasi / validasi
- Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
- Terapis menjelaskan tujuan dilakukannya TAK
- Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut:
1) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
2) Lama kegiatan 60 menit
3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

9
3. Tahap kerja
a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama
panggilan serta memakai papan nama
b. Terapis memberikan botol undian yang sudah diberi nama
pasien.
c. Terapi melihatkan gambar dan memutarkan music sesuai
kenangan klien yang akan digunakan untuk terapi reminiscene.
d. Terapis meminta tiap klien untuk menceritakan kenangan
dimasa lalu.
e. Terapis memberi pujian atas peran serta klien.
f. Terapis akan menghidupkan musik dan botol undian yang sudah
diberi nama. Jika botol sudah di kocok sebanyak 3 kali maka
akan di operkan dari satu klien ke klien yang lain
g. Ketika lagu berhenti dan salah satu klien memegang botol
undian itu dan mengeluarkan isi dari botol itu dan membacakan
nama siapa yang keluar
h. Klien dapat menceritakan kenangan dimasa lalu setelah
dibacakannya nama dari kertas dalam botol itu. Lalu di
lanjutkan secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan
giliran.
i. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Terapis memberikan pujian kepada kelompok
b. Tindak lanjut
- Berdiskusi untuk memberikan motivasi kepada klien
berdasarkan pengalaman klien yang telah di ceritakan seperti
menganjurkan para klien untuk meningkatkan komunikasi
yang efektif dengan keluarga dan masyarakat sekitar.

10
c. Terapis mengucapkan salam penutup

H. EVALUASI DAN DOKUMENTASI


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK Therapy Reminiscence klien dapat menceritakan
kenangan di masa lalu sesuai dengan kemampuan klien, pasien dapat
memotivasi individu lain dengan pengalamanya hidupnya. Formulir
evaluasi sebagai berikut :

No Nama Klien Mampu Menceritakan Evaluasi Klien


Ya () Tidak (x)
1
2
3
4
5
6
7

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien
menceritakan kenangan masa lalu dan mampu memotivasi klien
lain. Beri tanda () jika klien mampu dan (x) jika klien tidak
mampu.
3. Deskripsikan evaluasi tentang kemampuan klien dalam
menceritakan pengalamannya.

11
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mampu
menceritakan kenangan di masa lalu berdasarkan media gambar music
dan alat main serta ingatan tentang tempat tinggalnya yang
diperlihatkan kepada klien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rahayuni, dkk. 2015. Pengaruh Terapi Reminiscence Terhadap Stress Lansia Di


Banjar Luwus Baturiti Tabanan Bali. Di akses pada tanggal 06 desember 2018.

Iyus, Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Jakarta : Refika Aditama.

Riset Kesehatan Dasar. 2009. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Stuart GW, Sundeen, 1995, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th


ed.). St. Louis Mosby Year Book.

Butler, R.E, 1980, The Concept Of A Tourist Area Cycle Of Evolution :


Implications For Management Of Resources, Canadian Georapher.

Aryani, Atik. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Depresi Pada


Lansia Di Desa Mendong Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten. UMS. Tidak
dipublikasikan

13

Anda mungkin juga menyukai